TAHAPAN BERDAKWAH
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengutus Mu’adz Radhiyallahu anhu ke Yaman Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكَ سَتَأْتِيْ قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَىْهِ
شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ– وَفِيْ رِوَايَةٍ – : إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا
اللهَ – فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا
لَكَ بِذٰلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ
قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَـمْسَ صَلَوَاتٍ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ
أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ
اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى
فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا
لَكَ بِذٰلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ
أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ
الْـمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ
وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ.
Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan
Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah
syahadat La Ilaha Illallah wa anna Muhammadar Rasalullah -dalam riwayat lain
disebutkan, ‘Sampai mereka mentauhidkan Allah.’- Jika mereka telah mentaatimu
dalam hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah Azza wa Jalla
mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah
mentaati hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada
mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk
diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mentaati hal itu,
maka jauhkanlah dirimu (jangan mengambil) dari harta terbaik mereka, dan
lindungilah dirimu dari do’a orang yang teraniaya karena sesungguhnya tidak
penghalang antara do’anya dan Allah.” (HR. Bukhari 1395, Muslim 19).
-----000-----
Mengenal Muadz
Nama dan nasabnya adalah Muadz bin Jabal bin Amr bin Aus. Kabilah Aus
merupakan salah satu kabilah besar yang terpandang di Kota Madinah. Adapun
kunyahnya adalah Abu Abdurrahman. Ia memeluk Islam di usia masih sangat belia,
18 tahun. Di antara peristiwa bersejarah yang melibatkan namanya adalah
peristiwa Baiat Aqabah. Muadz bersama 70 orang Yatsrib lainnya berjanji akan
menyediakan tempat baru di negeri mereka, kalau Rasulullah dan para sahabat
benar-benar akan berhijrah. Ia turut serta pula dalam Perang Badar dan seluruh
perang yang diikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari sini kita
mengetahui, usia muda bukanlah penghalang untuk taat kepada Allah. Bukan
penghalang melakukan amalan besar di dunia dan akhirat.
Muadz bin Jabal merupakan pemuda yang memiliki kedudukan besar di hati
Nabi. Di antara hal yang menunjukkan hal itu adalah Nabi pernah memboncengnya.
Pernah memegang tangannya sambIl berkata,
يَا مُعَاذُ وَاللَّهِ إِنِّى
لأُحِبُّكَ وَاللَّهِ إِنِّى لأُحِبُّكَ
“Wahai Mu’adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu, sungguh aku
mencintaimu.” (HR. Abu Daud 1522 dan An Nasai 1304. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
-----000-----
Penjelasan hadits.
1. Pentingnya berdakwah di dalam Islam.
Yaitu mengajak manusia ke jalan Allah, kepada agama Islam yang benar
berdasarkan Al-Qur`an dan Sunnah menurut pemahaman salafush shalih.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ
مِن رَّبِّكَ.
"Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu." (QS. Al-Maidah[5]: 67).
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ
تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ
بِاللَّهِ.
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
(karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar,
dan beriman kepada Allah.”(QS. Al-Imran [3]:110).
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ.
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan
mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. AL-Imran[3]:104).
Dari sahl bin Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
فَوَاللهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا
خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ.
"Demi Allah, jika Allah memberi hidayah kepada satu orang melalui
dirimu, maka itu lebih baik bagimu daripada unta merah (harta paling berharga
saat itu)." (HR. Bukhari 4210, Muslim 2406).
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ
أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ
أُجُورِهِمْ شَيْءٌ.
"Barang siapa mencontohkan dalam Islam satu sunnah (tuntunan) yang
baik, maka ia akan mendapatkan pahalanya dan pahala orang-orang yang
mengamalkannya setelahnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit
pun..." (HR. Muslim 1017, Ahmad 19156).
2. Pentingnya berilmu sebelum berdakwah.
Allah ta’ala berfirman:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى
بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ
الْمُشْرِكِينَ.
"Katakanlah (Muhammad), inilah jalanku, aku mengajak kepada Allah di
atas ilmu yang nyata (bashirah), aku dan orang-orang yang mengikutiku. Mahasuci
Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik."
(QS. Yusuf[12]: 108).
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ
السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا.
"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai ilmu
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semua itu akan
dimintai pertanggungjawaban." (QS. Al-Isra’[17]: 36).
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي
الدِّينِ.
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan
menjadikannya faqih (paham) dalam agama." (HR. Bukhari
71, Muslim 1037).
Imam Syafi’i berkata:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ
أَرَادَ الْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ.
"Barangsiapa menghendaki dunia, maka wajib baginya berilmu.
Barangsiapa menghendaki akhirat, maka wajib baginya berilmu. Dan barangsiapa
menghendaki keduanya, maka wajib baginya berilmu." (Al-Majmu’ Sarah
Al-Muhadzab 1/20, Imam an-Nawawi).
Ibnu Taimiyyah berkata di dalam majmu’ fatawa:
فَلَا بُدَّ مِنْ هَذِهِ الثَّلَاثَةِ: الْعِلْمُ
وَالرِّفْقُ وَالصَّبْرُ الْعِلْمُ قَبْلَ الْأَمْرِ وَالنَّهْيُ وَالرِّفْقُ
مَعَهُ وَالصَّبْرُ بَعْدَهُ.
(Hendaknya orang yang berdakwah) “ Harus ada tiga hal ini:
1) Ilmu.
2) Kelembutan.
3) Dan kesabaran.
Ilmu sebelum melakukan amar ma’ruf nahi munkar, kelembutan saat
melakukannya, dan kesabaran setelahnya." (Majmu’ Fatawa 28/137).
Syaikh Muhamaad bin Shalih al-Utsaimin berkata, “Menjadi seorang da’i
hendaknya memenuhi beberapa syarat berikut ini:
1) Hendaknya ia mengilmui apa yang ia dakwahkan.
2) Hendaknya ia memahami kondisi orang-orang yang
didakwahi.
3) Hendaknya bersikap hikmah dalam dakwahnya.
4) Hendaknya da’i memiliki akhlak yang baik dalam
perkataan, perbuatan, dan penampilan. (Fatawa Nuurun ‘alad Darb,
2/24).
3. Pentingnya mengetahui medan dakwah dan yang didakwahi.
Rasulullah mengabarkan bahwa yang akan didatangi Ahlul kitab (Yahudi dan
Nasrani) mereka pandai berdebat, Allah ta’ala sampai berfirman:
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي
هِيَ أَحْسَنُ إِلَّا الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْهُمْ وَقُولُوا آمَنَّا بِالَّذِي
أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَأُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَإِلَهُنَا وَإِلَهُكُمْ وَاحِدٌ
وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ.
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang
paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah:
'Kami telah beriman kepada (kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang
diturunkan kepada kamu; Tuhan kami dan Tuhan kamu adalah satu, dan kami hanya
kepada-Nya berserah diri.” (Al-Ankabut[29]:46).
Rasulullah bersabda:
إِنَّكَ سَتَأْتِيْ قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ.
Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan
Nasrani).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan keadaan mereka kepada Mu’adz
Radhiyallahu anhu agar dirinya siap menghadapi mereka. Karena orang yang
berdebat dengan ahlul Kitab harus memiliki hujjah yang lebih kuat dibandingkan
orang musyrik penyembah berhala. Karena orang musyrik itu bodoh, sedangkan
mereka yang diberikan al-Kitab memiliki ilmu.
4. Memulai dari yang paling penting baru yang penting.
Yaitu menyeru kepada tauhid sebagaimana ini merupakan visi misi para nabi
dan para rasul.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ
اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ..
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut
itu.” (QS. An-Nahl[16]: 36).
Ibnul Qayyim menjelaskan:
الطَّاغُوتُ كُلُّ مَا تَجَاوَزَ بِهِ الْعَبْدُ حَدَّهُ
مِنْ مَعْبُودٍ أَوْ مَتْبُوعٍ أَوْ مُطَاعٍ.
Thaghat adalah segala sesuatu yang dilampaui batas oleh seorang hamba dalam
bentuk disembah, diikuti, atau ditaati. (Majmu’ Fatawa wa Rosail 2/198, Syaikh
Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin).
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا
نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ.
“Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Nabi Muhammad),
melainkan Kami mewahyukan kepadanya bahwa tidak ada tuhan selain Aku. Maka,
sembahlah Aku.” (QS. Al-Anbiya’[21]:25).
وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلا خَلا فِيهَا نَذِيرٌ.
“Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi
peringatan.” (QS. Fathir[35]: 24).
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
إِنَّمَا أَنْتَ مُنْذِرٌ وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ.
“Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap
kaum ada orang yang memberi petunjuk.” (QS. Ar-Ra'd[13]: 7).
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ
الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ
إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا
وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ.
“Apakah kamu (hadir) menjadi saksi menjelang kematian Ya‘qub ketika dia
berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang kamu sembah sepeninggalku?” Mereka
menjawab, “Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu: Ibrahim,
Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan (hanya) kepada-Nya kami
berserah diri.” (QS. Al-Baqarah[2]:133).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيهِ شَهَادَةُ
أَنْ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ.
“Maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah
syahadat La Ilaha Illallah wa anna Muhammadar Rasulullah.”
مَنْ قَالَ: لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَفَرَ بِمَا
يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ .
“Barangsiapa yang mengucapkan: 'La ilaha illallah', dan mengingkari apa
yang disembah selain Allah, maka terjagalah harta dan darahnya, dan
perhitungannya terserah kepada Allah. (HR. Muslim 23).
5. Seorang kafir menjadi muslim dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ’anhuma, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَيُقِيْمُوا
الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكاَةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي
دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَـهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى
اللهِ تَعَالىَ.
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa
tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah, dan Muhammad
adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka telah
melakukan hal itu, akan terjagalah darah-darah dan harta-harta mereka dariku,
kecuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan mereka diserahkan kepada Allah.”(HR.
Bukhari dan Muslim) (HR. Bukhari 25, dan Muslim 21).
6. Ahlul kitab mengetahui tentang ketuhanan tetapi mereka
tidak memahami konsekuensi La ila ha illallah.
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ
“Wahai ahli Kitab, janganlah
kalian melampaui batas dalam agama kalian!” (QS. An-Nisa[4]: 171).
7. Berbicara dengan orang berilmu tidak sama dengan
berbicara dengan orang bodoh.
8. Shalat wajib lima waktu sehari semalam merupakan
kewajiban terbesar setelah dua kalimat syahadat.
9. Zakat diambil dari orang-orang Muslim yang
kaya dan dibagikan kepada kaum Muslimin yang fakir.
10. Peringatan dari berbuat zhalim
11. Do’a orang yang terzhalimi adalah mustajab, walaupun orang
yang terzhalimi tersebut merupakan ahli maksiat.
12. Dakwah sifatnya taukifiyah, tidak boleh dilakukan dengan
cara maksiat dan mencocoki nafsunya.
Contoh Dakwah Yang Menyimpang.
1. Berdakwah dengan musik.
2. Berdakwah dengan wayang.
3. Berdakwah dengan bernyanyi.
4. Berdakwah dengan mencaci maki.
5. Berdakwah dengan berkelana.
Demikianlah semoga bermanfaat.
-----000----
Sragen 15-05-2025
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar