Senin, 27 Februari 2023

PENETAPAN PUASA DAN LEBARAN BERSAMA PEMERINTAH

Seiring datangnya bulan Ramadhan kembali kaum muslimin di sana sini terjadi kericuhan dan perselisihan di sebabkan perbedaan permulaan di dalam menentukan awal bulan Ramadhan, semua tidak lain karena akan terjadi kemungkinan perbedaan dalam menentukan ‘idul fitri yang terjadi diantara mereka. Tentunya kita bertanya pada diri kita bagaimana sikap seorang muslim yang benar dalam masalah ini??

 Saya menghimbau agar kita mensikapi permasalahan ini  dengan arif dan bijaksana. Sebagai seorang muslim hendaknya memahami berikut ini:

 

1.   Ikhlas menjalankan agama sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya.

Allah ta’ala berfirman:

 

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ.

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah[98]:5)

Hendaknya sebagai seorang muslim ikhlas dalam beragama.

 

2.   Jika berselisih dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Sunnah.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ  فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ  ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا.  

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’ [4]: 59)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِي.

“Aku telah tinggalkan pada kalian dua perkara, kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Al-Hakim di dalam mustadraknya 319, Disahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Sahihul Jami’ 2937).

Di dalam berpegang dengan Al Qur’an dan Sunnah sebagai bentuk realisasi dari keimanan mereka yang dapat menyelamatkan dari berbagai kesesatan.

 

3.   Menjahui taklid (fanatik) buta.

Berorganisasi pada asalnya adalah mubah (boleh) akan tetapi apa bila fanatik dan menolak kebenaran inilah yang terlarang karena dapat menjadikan seseorang tersesat.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar dan kami patuh.’ Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS An-Nur [24]: 51).

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.

Katakanlah, "Jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian," Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Imran [3]: 31)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى.

“Setiap umatku akan masuk ke dalam surga kecuali yang enggan. Mereka para sahabat bertanya, “Siapa yang enggan?” Beliau berkata, “Barangsiapa mentaatiku dia masuk ke dalam surga, dan barangsiapa bermaksiat padaku maka dia telah enggan.” (HR. Bukhari 7280, Ahmad 8714).

Seorang muslim tidak boleh meninggalkan Sunnah nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam dan lebih memilih mengikuti madzhabnya, organisasinya, partainya ataupun yayasanya.

Ulama juga mewasiatkan hal itu, mereka memerintahkan agar kita mengikuti Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam.

Imam Syafi’i Rahimahullah berkata:

 أَجْمَعَ الْمُسْلِمُونَ عَلىَ أَنَّ مَنِ اسْتَبَانَ لَهُ سُنَّةٌ عَنْ رَسُولِ اللهِ لَمْ يَحِلَّ لَهُ أَنْ يَدَعَهَا لِقَوْلِ أَحَدٍ.

“Kaum muslimin sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya sebuah sunnah (ajaran) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tak halal baginya untuk meninggalkan sunnah itu karena mengikuti pendapat siapa pun.” (I'lamul muwaqi'in 2:282).

مَنْ رَدَّ حَدِيثَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ عَلَى شَفَا هَلَكَةٍ.

“Barang siapa menolak hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka dia berada di tepi kebinasaan.” (“Sifat shalat Nabi” Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani).

 

4.   Al-Qur’an dan Sunnah telah menetapkan permulaan puasa.

Allah ta’ala berfirman:

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ..

“Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al-Baqarah[2]:185).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, ”Ini merupakan suatu keharusan bagi orang yang menyaksikan hilal masuk bulan Ramadan, yakni dia dalam keadaan mukim di negerinya ketika bulan Ramadan datang, sedangkan tubuhnya dalam keadaan sehat, maka dia harus mengerjakan puasa.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. [2]:185)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ.

“Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya, apabila tidak nampak oleh kalian, sempurnakanlah bulan Syaban  menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari 1909, Muslim 1081)

الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ.

“Puasa itu ditetapkan tatkala mayoritas kalian berpuasa, idul fithri ditetapkan tatkala mayoritas kalian beridul fithri, dan idul adha ditetapkan tatkala mayoritas kalian beridul adha.” (HR. Tirmidzi 697 di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 224)

Demikianlah Al Qur’an dan Sunnah telah menjelaskan secara gamblang.

5.   Para ulama telah menjelaskan hal ini.

Seandainya kita buka kitab-kitab fikih para ulama, tentu kita tahu mereka telah menjelaskan bagaimana dalam menetapkan masuknya bulan Ramadan.

Seperi di dalam kitab Mulakhas Fikhiyah oleh Syaikh DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Fikih Sunnah oleh Abu Malik Kamal Ibnu As-Syayid Salim, beliau berkata “ Mengetahui bulan dengan ru’yah (melihat) bukan dengan hisab.”, begitu pula kitab Al-Wajiz yang di tulis oleh Syaikh ‘Abdul Azhim bin Badawi Al Khalafi, beliau juga berkata, “ Wajibnya puasa Ramadhan dengan melihat hilal.” Dan kalau kita mau buka tulisan para ulama, kita akan dapati semakna dengan ini.

Begitu pula dibahas di dalam kitab-itab aqidah, agar kita mengikuti pemerintah kita.

Seperti di dalam kitab “ Mujmal Usul Ahli Sunnah Wal Jama’ah fil Aqidah, oleh Syaikh DR. Nashir ibnu ‘Abdul Karim Al-Aql.

Beliau rahimahullah berkata:

الصلاة والحج والجهاد واجبة مع أئمة وإن جاروا.

 “ Shalat ( jama’ah, Jum’at, Id), haji, dan Jihad wajib bersama dengan pemimpin kaum muslimin meskipun mereka menyimpang (banyak salahnya).”

 Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali rahmahullah  berkata:

 وَقَالَ الْحَسَنُ فِي الْأُمَرَاءِ هُمْ يَلُونَ مِنْ أُمُورِنَا خَمْسًا: الجُمُعَةَ وَالْجَمَاعَةَ وَالْعِيدَ وَالنُّغُورَ وَالْحُدُودَ، وَاللَّهِ مَا يَسْتَقِيمُ الدِّينُ إِلَّا كِيمْ، وَإِنْ جَارُوا وَظَلَمُوا.

"(Imam) Al-Hasan Al-Bashri berkata tentang umara' (para pemimpin kaum muslimin): Mereka mengurusi lima urusan kita: shalat jum'at, shalat jama'ah, shalat 'ied, menjaga perbatasan, dan melaksanakan hudud. Demi Allah, agama tidak akan tegak kecuali dengan mereka, walaupun mereka menyimpang dan zhalim." (Jami'ul Ulum wal Hikam, 2/117).

 

6.   Wajib mentaati pemerintah jika sesuai dengan kebenaran.

Perintah Agar mentaati pemerintah disebutkan di dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ.

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. (QS. An-Nisaa [4]: 59)

 

Ibnu Katsir rahmahullah berkata:

فَهَذِهِ أَوَامِرٌ بِطَاعَةِ الْعُلَمَاءِ وَالْأُمَرَاءِ.

“Ayat ini memerintahkan agar mentaati ulama’ dan umara’ (pemimpin atau pemerintah) (lihat tafsir Ibnu Katsir QS. An-Nisa [4]: 59)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Yang dimaksud dengan ulil amri adalah orang-orang yang Allah wajibkan untuk ditaati, dari kalangan para penguasa dan pemimpin umat. Inilah pendapat mayoritas ulama terdahulu dan sekarang dari kalangan ahli tafsir, fikih, dan yang lainnya.” (Syarh Shahih Muslim, 12/222)

Organisasi itu banyak adapun pemerintah itu satu, apabila setiap organisasi menentukan hari raya sendiri-sendiri tentu akan semakin banyak perselisihan, sebaliknya bila semua organisasi mengikuti pemerintah yang satu tentu akan bersatu, karena islam memiliki prinsip Jalbu al-mashalih wa daf’u al-mafasid (mengambil manfaaat dan menolak mafsadat) terlebih semua ini sesuai dengan Sunnah yang dapat memadamkan perselisihan, hal ini sesuai dengan firman Allah ta’ala:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا.

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara.” (QS. Al-Imran [3]: 103)

Sangat disayangkan orang-orang yang mengedepankan hisab seakan-akan hal itu adalah nas (dalil) yang wajib diikuti, mereka meninggalkan syariat yang telah diamalkan dari dulu sampai sekarang oleh para ulama, mereka tidak menyadari apa yang mereka lakukan itu banyak membingungkan umat, menjadikan bercerai-berai dan bermusuhan, bahkan kita dapatkan sesama ahli hisabpun mereka berselisih.

7.   Ancaman keras bagi orang yang meninggalkan Sunnah.

Allah ta’ala berfirman:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.

“Hendaknya takutlah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya bahwa mereka akan ditimpa fitnah atau azab yang pedih.” (QS. An-Nur [24]: 63)

Dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata:

يُوْشِكُ أَنْ تَنْزِلَ عَلَيكْم ْحِجَارَةٌ مِنَ السَّمَاءِ, أَقُوْلُ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ وَتَقُوْلُوْنَ: قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ؟

“Hampir saja kalian akan dihujani batu dari langit. Aku katakan: Rasulullah bersabda demikian lantas kalian membantah dengan mengatakan: Tapi Abu Bakar dan Umar berkata demikian.”  (HR. Ahmad 1/337 dan Al-Khatib dalam Al-Faqih wal Mutafaqqih 1/145 Ibnu Abdil Bar di dalam, Jami’u Bayanil ‘ilmi wa fadzlihi 2/239).

Bagi saudara-saudaraku yang masih taklid dan mendahulukan terhadap pemimpin, yayasan, organisasi, dan meninggalkan Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah hendak menyadari yang dilakukan itu dapat menjadikan dosa jariah, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَنْ سَنَّ فِيْ الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ.

Dan barang siapa melakukan sunnah yang buruk dalam islam maka baginya dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya (mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun”. (HR. Muslim 1016)


Hendaknya seseorang berharap agar kaum muslimin bersatu, tidak menyusahkan mereka sehingga mendapatkan azab dari Allah ta’ala, terlebih setelah mengetahui kebenaran dan menolaknya.

 Demikianlah sedikit tulisan ini semoga bermanfaat.

 

Sragen 28-02-2023

 Junaedi Abdullah.

Kamis, 16 Februari 2023

ISLAM ADALAH SOLUSI.


Bismilillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahi rabbil'alamin.

Hamdan katsiran thayyiban mubarakan fiih mubarakan 'alaih.

Kamaa yuhibbu rabbuna wayardha.

Jama’ah jum’at rahimani wa rahimahullah.

Marilah kita mengingat betapa besarnya nikmat Allah ta’ala, hingga tak mungkin kita mampu menghitung satu-persat.

Yang harus kita sadari adalah bagaimana kita menggunakan nikmat Allah ini, apakah untuk ketaatan atau kemaksiatan.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya dan para pengikutnya.

Mari kita terus berusaha meningkatkan takwa kita kepada Allah. Takwa yang diwujudkan dengan cara menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya baik dalam hal pribadi, bermasyarakat, maupun bernegara.

 Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَاِيَّاكُمْ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ


“Dan sesungguhnya Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu, bertakwalah kepada Allah…” (QS. An-Nisa’[4]: 131).

Hadirin jamaah jumat rahimani wa rahimakumulla

Islam diturunkan Allah kepada Rasulullah-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh alam.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS al-Anbiya` [21]: 107)

 Islam sebagai agama rahmatan bagi alam semesta, oleh karena itu siapapun yang mengamalkan islam dengan sebenar-benarnya pastilah islam menjadi solusi bagi semua masalah, karena islam mendatangkan manfaat bagi manusia.

Hendaknya kita mengetahui bahwasanya islam itu jalbu al-mashalih wa dar’u al-mafasid, yang artinya mendatangkan maslahat (kebaikan) dan mencegah mafsadat (kerusakan).

Semua permasalahan manusia sebenarnya islam telah memberi solusi, hanya saja kebanyakan manusia mengabaikan hal ini.

Bukan hanya permasalahan rumah tangga, bahkan masalah kenegaraan semua telah di jelaskan di dalam islam.

Jamaah jumat rahimani wa rahimakumullah,

Kita perhatikan…!! Berbagai gejolak dunia muncul, masalah-masalah yang terjadi di negara-negara Eropa, Asia dan juga negara kita, bahkan di masyarakat kita.

 

Satu misal masalah ekonomi.

Ketika islam ditinggalkan, aturannya dibuang, sistem yang digunakan sistem sekulerisme, kapitalisme, Ribawiyah Jangan heran jika kemiskinan merajalela, banyak umat menjadi terhina, bahkan sampai ada negara-negara yang terpaksa melepaskan wilayahnya.

 

Lihatlah….!! Berapa banyak masyarakat kita, mereka banting tulang, berangkat pagi dan pulang sore hari, hanya untuk mencarikan dari tambahan riba-riba mereka, jangankan berfikir untuk lebih, menutup kebutuhannya saja mereka berat, jadilah umur, harta dan tenaga mereka jauh dari keberkahan.

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ.

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah.”(QS. Al Baqarah[2]:276).

 

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ.

“Apa bila kalian jual beli dengan cara ‘inah(riba), kalian memegangi ekor-ekor sapi, ridha’ kalian ridha’ dengan bercocok tanam, kalian meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan, Allah tidak mengangkat demikian itu sampai kalian kembali kepada Agama kalian.” (HR. Abu Dawud 3462, dan di shahihkan al-Albani).

Begitupula terjadinya krisis moral..

Bukankah karena islam telah mengajarkan moral yang baik, islam melarang pergaulan bebas teerhadap lawan jenis, homoseksual dan semua bentuk keburukan.

Tapi mereka membuang ajaran islam, berkibalat kepada barat, menganggap mereka maju dengan kebebasan, persamaan gender, sampai akhirnya mereka membolehkan LGBT.

Ketika ajaran islam di buang, dijahui, dianggap kolot, lihatlah akibatnya..!!

Puluhan remaja mati menegak oplosan, ratusan siswa hamil diluar nikah, ratusan keluarga bercerai karena perselingkuhan.

Hadirin jamaah jumat rahimani wa rahimakumullah,

Allah subhanahu wa ta’ala telah mengingatkan bahwa berbagai kerusakan dan problem di dunia terjadi karena penyimpangan terhadap syariah-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ.

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(QS. Ar-Rum [30]: 41).

Kemaksiatan manusia ditunjukkan oleh sikap mereka yang berpaling dari syariat Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا.

Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran), maka sungguh bagi dia penghidupan yang sempit (TQS Thaha [20]: 124).

Kehidupan yang sempit itu tercermin dalam banyak problem kehidupan, sebagaimana terjadi saat ini. Sebabnya jelas, karena manusia berpaling dari bimbingan Allah ta’ala.

Khutbah kedua

 Hadirin jumah jamaarahimani wa rahimakumullah,

Ketahuilah, syari’at untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat luas, oleh karena itu islam mengatur akidah, ibadah, adab, akhlak, dan muamalah terhadap sesama.

 Oleh karena itu syari’at Allah subhanahu wa ta’ala ini memiliki tujuan yang sangat mulia, yaitu melindungi agama maka dilaranglah kesyirikan, melindungi akal, dilarang minuma keras, melindungi harta, dilarang mencuri, melindungi nasab, dilarang berzina, melindungi jiwa, dilarang membunuh tanpa haq.

Semua ketetapan syariah Islam itu untuk mengatur kehidupan manusia dan mengatasi berbagai problem yang ada. Hukum-hukum syariah Islam itu ada yang bersifat umum dan global, Dengan begitu solusi yang dibawa islam untuk problem manusia itu bersifat dinamis. semua problem yang dihadapi manusia di manapun dan kapan pun pasti dapat diselesaikan oleh syari’at islam, oleh karena seandainya masyarakat dunia tidak mau kembali kepada ajaran islam, marilah kita mulai dari diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, dengan demikian semoga Allah melimpahkan kepada kita keberkahan di dunia dan akhirat. 

Semoga bermanfaat Aaminn.

 

Sragen 17-Februari 2023.

Junaedi Abdullah.


Selasa, 07 Februari 2023

PENGHALANG DOA.

Dikisahkan bahwa Ibrahim bin Adham radhiyallahu ‘anhu melewati pasar di Bashrah, lalu orang-orang mengerumuninya dan berkata kepadanya, “Wahai Abu Ishaq! Ada apa dengan kami, kami telah berdoa tetapi tidak terkabul?”

Beliau menjawab, “Lantaran hati kalian semua telah mati dengan sepuluh perkara, yaitu:

Pertama, kalian mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala, tetapi kalian tidak mau memberikan hak-Nya.

Kedua, kalian menganggap diri kalian cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan kalian meninggalkan sunahnya.

Ketiga, kalian telah membaca Alquran, tetapi kalian tidak mengamalkannya.

Keempat, kalian mengatakan bahwa setan adalah musuh kalian, tetapi kalian tidak berlawanan dengannya.

Kelima, Kalian memakan nikmat dari Allah tapi tidak menunaikan haknya.

Keenam, kalian berkata bahwa surga adalah kepastian, tetapi kalian tidak melakukan amal perbuatan untuknya.

Ketujuh, kalian berkata bahwa neraka adalah kepastian, tetapi kalian tidak menghindarinya.

Kedelapan, kalian berkata bahwa kematian adalah kepastian, tetapi kalian tidak melakukan persiapan untuknya.

Kesembilan, kalian bangun dari tidur, lalu kalian menyibukkan diri dengan aib-aib orang lain sedangkan kalian melupakan aib kalian sendiri.

Kesepuluh, kalian menguburkan orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian, tetapi kalian tidak mengambil pelajaran darinya.’

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1


MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...