Kamis, 27 Januari 2022

TAUBAT JALAN TERAKHIR MENUJU ALLAH.

Pengertian taubat.

الرُّجُوْعُ مِنَ الذَّنْبِ.

Kembali dari kesalahan dan dosa menuju kepada ketaatan.

Manusia tidak bisa lepas dari berbuat salah, maka syari’at ini memerintahkan utuk bertaubat kepada Allah ta’ala.

1        1. Perintah bertaubat kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).

فَأَمَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسَى أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِين.

“Maka adapun orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mudah-mudahan dia termasuk orang yang beruntung.” (QS Al-Qashas[28]: 67)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً.

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari 6037)

يَآايُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ.

Hai sekalian manusia,taubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepadaNya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.”

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ.

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim 6737)

2        2. Perintah mengiringi keburukan dengan kebaikan.

Allah dan Rasul-Nya memerintahkan mengiringi keburukan dengan kebaikan

Allah ta’ala berfirman:

إِلَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ شَيْئًا

“Kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizhalimi (dirugikan) sedikit pun.” (QS Maryam[19]: 60)

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya). Mereka itulah yang Aku terima taubatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS Al-Baqarah[2]: 160)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

 “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi 1987, Ahmad 21043 Syaikh al-Albani berkata hasan di dalam AS-Shahihah 1373)

 T      3. Tidak terus menerus di dalam kemaksiatan.

Hendaknya seseoang menjahui dosa besar, apa bila terjerumus di dalam dosa besar tersebut hendaknya segera mengingat Allah dan segera bertaubat.

Allah ta’ala berfirman:

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا.

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang di larang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu. (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia.” (QS.4.An-Nisa[4]:31)

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Al-Imran[3]:135).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) .

“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah “ar raan” yang disebutkan Allah di dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (HR Tirmidzi 3334, Ibnu Majah 4244,  di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihul Jami’ 1670).

Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksudkan dalam ayat tersebut adalah dosa di atas tumpukan dosa sehingga bisa membuat hati itu gelap dan lama kelamaan pun mati.” Demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, Ibnu Zaid dan selainnya.

Banyak orang yang meremehkan dosa yang mereka selalu mengulur-ulur untuk bertaubat akhirnya mereka mati dalam keadaan su’ul khatimah, sebagaimana firman Allah ta’ala:

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ.

“Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putusasa.” (QS. Al-An’am[5]:44)

        4. Meninggalkan tempat maksiat tersebut.

Bila seseorang tidak lagi mampu menegakkan syari’at hendaknya hijrah karena bumi Allah itu luas. Allah ta’ala berfirman:


إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ اللَّهِ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah[2]:118)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: لاَ. فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً.

“Dahulu, pada zaman orang-orang sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah membunuh 99 jiwa. Dia pun bertanya tentang orang yang paling alim di muka bumi ketika itu, lalu ditunjukkan kepadanya tentang seorang rahib (ahli ibadah).”

“Dia pun mendatangi rahib tersebut lalu mengatakan bahwa sesungguhnya dia telah membunuh 99 jiwa, apakah ada tobat baginya?

Ahli ibadah itu berkata, “Tidak.” Seketika laki-laki itu membunuhnya. Dia pun menggenapi dengan itu menjadi seratus jiwa.”

ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ؟ فَقَالَ: نَعَمْ، وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ، انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللهَ فَاعْبُدِ اللهَ مَعَهُمْ وَلاَ تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا أَرْضُ سَوْءٍ.

“Kemudian dia menanyakan apakah ada orang yang paling alim di muka bumi ketika itu? Lalu ditunjukkanlah kepadanya tentang seorang yang berilmu. Dia pun mengatakan bahwa sesungguhnya dia telah membunuh seratus jiwa, apakah ada tobat baginya?”

Orang alim itu berkata, “Ya. Siapa yang menghalangi dia dari tobatnya?, Pergilah ke daerah ini dan ini. Sebab, sesungguhnya di sana ada orang-orang yang senantiasa beribadah kepada Allah, maka beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka. Jangan kamu kembali ke negerimu, karena negerimu itu adalah negeri yang buruk.”

فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ الْمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ فَقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ: جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلاً بِقَلْبِهِ إِلَى اللهِ. وَقَالَتْ مَلاَئِكَةُ الْعَذَابِ: إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ.

“Dia pun berangkat. Akhirnya, ketika tiba di tengah perjalanan datanglah kematian menjemputnya, (lalu dia pun mati). Berselisihlah malaikat rahmat dan malaikat azab tentang dia.

Malaikat rahmat mengatakan, “Dia sudah datang dalam keadaan bertobat, menghadap kepada Allah dengan sepenuh hatinya.”

Sementara itu, malaikat azab berkata, “Sesungguhnya dia belum pernah mengerjakan satu amalan kebaikan sama sekali.”

فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ فَقَالَ: قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ فَإِلَى أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ. فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ فَقَبَضَتْهُ مَلاَئِكَةُ الرَّحْمَةِ.

“Datanglah seorang malaikat dalam wujud seorang manusia, lalu mereka menjadikan dia (sebagai hakim pemutus) di antara mereka berdua. Kata malaikat itu, “Ukurlah jarak antara (dia dengan) kedua negeri tersebut. Ke arah negeri mana yang lebih dekat, maka dialah yang berhak membawanya.”

Lalu keduanya mengukurnya. Ternyata mereka dapati bahwa orang itu lebih dekat ke negeri yang diinginkannya. Malaikat rahmat pun segera membawanya.

قَالَ قَتَادَةُ: فَقَالَ الْحَسَنُ: ذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ لَمَّا أَتَاهُ الْمَوْتُ نَأَى بِصَدْرِهِ

Perawi berkata bahwa Qatadah mengatakan, “Al-Hasan berkata, ‘Disebutkan kepada kami bahwa ketika kematian datang menjemputnya, dia busungkan dadanya (ke arah negeri tujuan)’.” (HR. Bukhari 3283  Muslim 2766)

      5.  Allah mengampuni semua dosa-dosa.

Allah ta’ala mengampuni semua dosa.

Allah ta’ala berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” ( QS. Az-Zumar[39]:53)

Rasululah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَـى يَا ابْنَ آدَمَ ، إنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ، ثُمَّ اسْتَغفَرْتَنِيْ ، غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً 

“Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam, sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam  Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.”  (HR. Tirmidzi 3540, Ahmad21472 Syaikh al-Albani berkata Shahih di dalam AS-Shahihah 581).

6       6.  Memenuhi syarat taubat.

Syarat-Syarat taubat yaitu:

1)    Harus berhenti. (al iq’laa’u)

2)   Menyesali (An-Nadamu)

3)   Bertekat meninggalkan (Al-‘Azmu)

4)   Pernyataan bebas dari orang terdzolimi (ridha).

Syaikh Muhammad bin Shalih Al’Utsaimin menambahkan:

5)   Hendaknya karena Allah ta’ala ( Ikhlas)

6)   Waktu taubat masih ada.

Semoga bermanfaat

Sragen 27-01-2022.

Junaedi Abdullah.



Kamis, 20 Januari 2022

BAHAYA KHAMER DUNIA AKHIRAT.

 


Banyak masyarakat yang tidak memahami bahaya khamer, sehingga mereka meminumnya dengan berbagai alasan, ada yang dimaksudkan untuk jamu agar stamina terjaga, ada yang untuk berlagak karena ikut-ikutan, ada yang untuk menguatkan paca melahirkan dengan meminum anggur…ada juga yang memang untuk menghilangkan stress.

Bahaya khamer meliputi kehidupan seseorang didunia, dan kelak juga di akhirat.

Allah ta’ala berfirman:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا.

“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya.” (QS.Al-Baqarah[2]:219)

          Ibnu katsir berkata, Allah ta’ala berfirman: “ Pada keduanya ada dosa besar dan manfaat bagi manusia,” “Dosanya menyangkut agama, beberapa manfaat menyangkut keduniaan, seperti jual beli, demikian pula judi, keuntungannya tak sebanding dengan kemudharatannya yang nyata. (Lihat tafsir Ibnu Katsir QS, Al- Baqarah[2]:219)

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. Al-Maidah[5]:90)

Ada empat tahapan pengharaman khamar.

Tahapan pertama: Khamar dibolehkan.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنْ ثَمَرَاتِ النَّخِيلِ وَالْأَعْنَابِ تَتَّخِذُونَ مِنْهُ سَكَرًا وَرِزْقًا حَسَنًا إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ

“Dan dari buah kurma dan anggur, kamu buat minuman yang memabukkan dan rezeki yang baik. Sesunggguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl[16]: 67).

Tahapan kedua: Allah memberi pelajaran, agar manusia berfikir, meskipun khamer ada manfaatnya tapi madharatnya lebih besar.

Allah Ta’ala berfirman:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا.

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. Al-Baqarah[2]: 219).

Tahapan ketiga: Allah melarang minum khamar pada waktu shalat.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan.” (QS. An-Nisa’[4]: 43).

Tahapan keempat: keharaman khamar secara tegas.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah: 90).

Adapun devinisi  khamer sebagaimana dijelaskan Rasullullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda:

كُلُّ مُسْكِرٍ خَمْرٌ، وَكُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ، وَمَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِي الدُّنْيَا فَمَاتَ وَهُوَ يُدْمِنُهَا لَمْ يَتُبْ، لَمْ يَشْرَبْهَا فِي الْآخِرَةِ.

“Segala sesuatu yang memabukkan itu khamar. Segala sesuatu yang memabukkan itu haram. Siapa saja meminum khamar di dunia lalu ia meninggal dunia dalam keadaan kecanduan dan tidak bertaubat, maka ia tidak akan meminum khamar di akhirat.” (HR. Bukhari 5575, Muslim 2003)

Dari semua bentuk baik cairan, benda padat, daun-daunan, serbuk dan lain-lain semua itu jika memabukkan maka itu haram.

مَا أَسْكَرَ كَثِيرُهُ فَقَلِيلُهُ حَرَامٌ

“Sesuatu yang apabila banyaknya memabukkan, maka meminum sedikit juga haram.” (HR. Ahmad 6674, Abu Daud, 3681, Tirmidzi 1865, Ibnu Majah 3393. Syaikh al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Ghayah Al-Maram 58, Al Irwa’ 258).

الخَمْرُ أُمُّ الخَبَائِثِ، فَمَنْ شَرِبَهَا لَمْ تُقْبَلْ صَلاَتُهُ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا، فَإِنْ مَاتَ وَهِيَ فِي بَطْنِهِ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

“Khamar adalah induk berbagai kerusakan. Siapa yang meminumnya, shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari. Jika ia mati dalam keadaan khamar masih di perutnya, berarti ia mati seperti matinya orang Jahiliyyah.” (HR. Ath-Thabrani. Di sebutkan Syaikh al-Albani, di dalam Ash-Shahihah 1854, beliau menyatkaan hadits ini hasan)

لَعَنَ اللَّهُ الْخَمْرَ وَشَارِبَهَا وَسَاقِيَهَا وَبَائِعَهَا وَمُبْتَاعَهَا وَعَاصِرَهَا وَمُعْتَصِرَهَا وَحَامِلَهَا وَالْمَحْمُولَةَ إِلَيْهِ.

“Allah melaknat khamar, orang yang meminumnya, orang yang menuangkannya, penjualnya, pembelinya, orang yang memerasnya, orang yang mengambil hasil perasannya, orang yang mengantarnya, dan orang yang meminta untuk diantarkan.” (HR. Abu Daud 3674, Thabrani 7816, Ibnu Majah 3380, di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 839).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُدْمِنُ الْخَمْرِ كَعَابِدِ وَثَنٍ

“Pecandu khamar seperti penyembah berhala.” (HR. Ibnu Majah 3375. Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa hadits ini hasan)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ مُدْمِنُ خَمْرٍ

“Pecandu khamar tidak akan masuk surga.” (HR. Ibnu Majah, 3376. Di shahihkan Syaikh al-Albani, di dalam As-Shahihah 2177).

Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:

 

مَنْ شَرِبَ الخَمْرَ فِي الدُّنْيَا، ثُمَّ لَمْ يَتُبْ مِنْهَا، حُرِمَهَا فِي الآخِرَةِ

“Barang siapa meminum khamer di dunia, kemudian dia tidak bertaubat darinya, di haramkan baginya di akhirat.” (HR. Bukhari 5575, Muslim 2003)

Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:

ثَلَاثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِمُ الْجَنَّةَ: مُدْمِنُ الْخَمْرِ، وَالْعَاقُّ، وَالدَّيُّوثُ “، الَّذِي يُقِرُّ فِي أَهْلِهِ الْخَبَثَ.

 “Tiga orang yang Allah haramkan surga untuk mereka: pecandu khmar (minuman keras), anak yang durhaka, dan dayuts, orang yang membenarkan keburukan di keluarganya”. HR. Ahmad, 5372, Dishahihkan oleh syaikh Syu’aib al-Arnaut.

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَالتَّوْبَةُ مَعْرُوضَةٌ بَعْدُ لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُو مُؤْمِنٌ، وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ، وَلَا يَنْتَهِبُ نُهْبَةً ذَاتَ شَرَفٍ يَرْفَعُ إِلَيْهِ فِيهَا النَّاسُ أَعْيُنَهُمْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ.

Tidaklah berzina orang yang berzina ketika ia berzina dalam keadaan beriman, dan tidaklah mencuri orang yang mencuri ketika ia mencuri dalam keadaan beriman, tidaklah ia meminum khamr ketika meminumnya dan ia dalam keadaan beriman, dan taubat terhampar setelah itu." HR. Bukhari 2475,  Muslim 57.

 

Suatu ketika Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu sedang berdiri menyampaikan khutbah, “Waspadalah terhadap arak karena sesungguhnya minum arak merupakan induk segala perbuatan tercela. Sungguh, pernah terjadi pada seorang laki-laki sebelum kalian dari kalangan ahli ibadah. Ia sering kali datang ke masjid. Suatu ketika ia bertemu dengan seorang perempuan yang busuk. Perempuan tersebut memerintahkan kepada pembantunya agar mempersilakan lelaki tersebut masuk ke dalam rumah. Kemudian pintunya dikunci. Di sisi perempuan tersebut terdapat arak dan seorang bayi. Lantas perempuan tersebut berkata, “Kamu tidak bisa lepas dari saya sebelum engkau minum segelas arak ini atau engkau berzina dengan aku, atau engkau membunuh bayi ini. Jika kamu tidak mau, maka saya akan berteriak dan saya katakan bahwa kamu ini memasuki rumahku. Siapa yang akan percaya kepadamu?” Lelaki tersebut berkata, “Saya tidak mau melakukan perbuatan keji atau pun membunuh jiwa seseorang.” Akhirnya ia minum segelas arak. Demi Allah, ia menjadi mabuk sehingga ia pun berbuat zina dengan perempuan tersebut dan membunuh si bayi. Selanjutnya Utsman radhiyallahu ‘anhu berpersan, “Jauhilah minum minuman keras, karena minuman keras merupakan induk segala perbuatan tercela. Demi Allah, sungguh, iman dan minuman keras tidak akan bersatu di dalam hati seseorang melainkan hampir pasti salah satu di antaranya melenyapkan yang lain.” (lihat buku, Hiburan Orang-orang Shalih)

Kisah memilukan juga terjadi di Sulawesi, di mana ibu berumur 51 tahun berzina dengan anak kandungnya 26 tahun, setelah di introgasi mereka beralasan terpengaruh minuman al-kohol.

Di muara enim ibu umur 41 tahun berhubuga dengan anaknya 19 tahun karena pengaruh narkoba.

Banyak lagi kisah yang memilukan disebabkan pelakunya meminum khamer.

Perlu diketahui bahwa tujuan syariat ini yaitu melindungi 5 halA:

1.   Agama seseorang, dilarang murtad, mengamalkan amalan kesyirikan dan kekufuran.

2.   Melindungi jiwa, dilarang membunuh orang tanpa haq.

3.   Melindungi akal, sehingga dilarang minum khamer.

4.   Melidungi harta, dilarang merampok, mencuri, menippu dan lain-lain.

5.   Melindungi nasab, dilarang berzina.

Semoga bermanfaat

Sragen 20-01-2022.



 

 

 

 

 

A KEUTUHAN RUMAH TANGGA.KIAT-KIAT MENJAG

Setiap pasangan menghendaki agar rumah tangganya bahagia, namun karena sedikitnya ilmu, salah dalam mengambil panutan menjadikan rumah tangganya kandas, hal ini yang menjadikan tingkat perceraian di masyarakat kita meninggat.

Perlu di ketahui untuk mewujudkan rumah tangga yang bahagia tidak serta-merta terwujud begitu saja, namun ada tangga-tangga yang harus  ditapaki, perjuangan yang dilakukan bukan tanpa pengorbanan.

Penting untuk mengetahui hal-hal berikut ini sebagai cara untuk merekatkan pasangan dan mempertahankan sebuah rumah tangga.

1.   Mempelajari agama islam dengan serius dan kontinyu.

Kunci sukses hidup bahagia tak lepas dari pengetahuan masing-masing pasangan, semakin dalam pengetahuan agama masing-masing pasangan, kemudian dipraktekkan dengan baik dan benar di dalam rumah tangganya niscaya semakin sedikit tingkat perselesihan yang terjadi.

Oleh karena itu rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dishahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah  224)

Apabila masing-masing pasangan belum memahami agama dengan benar, hendaknya wajib menuntut ilmu, karena ilmu agama inilah nantinya yang akan megendalikan masing-masing pasangan, dimulai dengan masalah aqidah, ibadah, muamalah, karena hal ini selalu di pergunakan, menyangkut sendi vital dalam rumah tangga, hajad kebutuhan hidup, penentu kenahagiaan dunia dan akhirat.

Ilmu agama akan berbicara tentang haq dan kewajiban, baik kepada khaliq maupun makhluk,  mengajarkan perkara yang paling peting baru yang penting.

 

2.   Hendaknya lemah lembut di dalam bergaul dengan pasanganya.

Dalam memulai hidup berumah tangga, maupun rumah tangga yang telah dijalani bertahun-tahun banayak pasangan yang tidak memahami perkara ini. Padahal ini merupakan salah satu haq masing-masing pasangan, sebagaimana hal ini juga dikatakan syaikh Mahmud Al-Misri di dalam kitabnya “At-Tazawwaju Al-Islamiyu As-Sangidu.”

Masing-masing pasangan hendaknya berkata dengan lemah lembut, karena manusia adalah makhluk yang berperasaan bukan robot, terutama wanita, mereka sangat peka dan mengedepankan perasaan, oleh karena itu Allah berpesan kepada para suami agar bergaul dengan istrinya dengan baik. Allah ta’ala berfirman:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ.

Dan pergaulilah mereka dengan cara yang patut. (QS An Nisaa’[4]:19)

اسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ … -وَفِي رِوَايَةٍ- الْمَرْأَةُ كَالضِّلَعِ

“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para istri), karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk…” Dalam satu riwayat: “Wanita itu seperti tulang rusuk...” (HR. Bukhari 3331 Muslim 1468)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan hal ini kepada ‘Aisyah-istri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي الأَمْرِ كُلِّهِ                 

“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Lembut yang mencintai kelembutan dalam seluruh perkara.”  (HR.Bukhari 6927 Muslim 2165)

Begitu pula seorang istri hendaknya berkata lemah lembut kepada suaminya, menghormati suaminya, tidak mengeraskan suaranya di depan suaminya. Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا.

"Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi 1159 Ibnu Hibban 1291. Di shahihkan syaikh al-Albani di dalam Irwaa ul ghaliil 1998).

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tanya, “siapakah wanita yang baik ..” beliau menjawab:

الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.

“Yang paling menyenangkan jika dilihat suami, mentaati suami jika suami memerintahkan sesuatu, dan tidak menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci oleh suaminya.” (HR. An-Nasa’i 3231, dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani)

Merupakan tanda sebuah kebaikan apabila sebuah rumah tangga di dalamnya penuh dengan kasih-sayang, lemah-lembut, tenang, damai, tentram, sebagaimana Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam sabdakan:

إِنَّ اللهَ إِذَا ارَادَ بِاهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِم الرِّفْقَ

“Sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan bagi sebuah keluarga maka Allah akan memasukan kelembutan kepada mereka” (HR Ahmad 24427dan dishahikan oleh al-Albani dalam As-Shahihah 523)

 

3.   Memberi nafkah yang halal.

Setiap pasangan hendaknya saling memahami posisi masing-masing.

Seorang suami sebagai pemimpin rumah tangga, penanggung jawab memberi nafkah bagi keluarganya, Allah ta’ala berfirman:

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِم .

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisaa’[4]: 34)

Allah ta’ala memerintahkan agar memberi nafkah yang halal.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ.

“Wahai manusia, makanlah olehmu dari apa yang ada dibumi ini yang halal dan baik dan janganlah mengikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuhmu yang nyata.” (QS. Al-Baqarah[2]:168)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang telah kami rezkikan kepadamu dan bersukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya saja.”(QS. Al-Baqarah[2]:172)

 

Hendaknya meyakini bahwa sesuatu yang halal telah sediakan Allah, telah ditulis, dan Allah akan datangkan untuk dirinya, hanya saja kita tetap wajib berusaha dan bersabar ketika di uji dengan kekurangan.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرض إِلا عَلَى الله رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ.

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz).” (QS. Hud[11]: 6).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِىٌّ أَوْ سَعِيدٌ.

“Kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan empat kata, rezkinya, ajalnya, celaka atau bahagia…” (HR. Bukhari 3208 Muslim 2643)

Rezki kita akan mendatangi kita sebagaimana ajal yang akan mendatangi kita.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ هَرَبَ مِنْ رِزْقِهِ كَمَا يَهْرُبُ مِنَ الْمَوْتِ لَأَدْرَكَهُ رِزْقُهُ كَمَا يُدْرِكُهُ الْمَوْتُ

Seandainya anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mendatanginya sebagaimana kematian mendatanginya. (HR. Abu Na’im di dalam Hilyah Auliya 7/90 , dishahihkan Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah: 952)

Hendaknya suami istri bersabar ketika diuji dengan kekurangan, yakinlah bahwa Allah akan memenuhi rezki kita.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَأَنَّ الرُّوحَ الْأَمِينَ نَفَثَ فِي رُوعِيَ أَنَّهُ لَنْ تَمُوتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا, فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ, وَلَا يَحْمِلَنَّكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوهُ بِمَعَاصِي اللهِ, فَإِنَّهُ لَا يُدْرَكُ مَا عِنْدَ اللهِ إِلَّا بِطَاعَتِهِ.

“Dan sungguh Ar-Ruhul Amin (Malaikat Jibril yang terpercaya) telah menyampaikan kepadaku bahwa tidak akan mati satu jiwa sampai ia menyempurnakan rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezki, dan sekali-kali janganlah lambatnya rezeki menjadikan kalian mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah, karena sesungguhnya tidak akan diraih apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan menaati-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8/166, Lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 2866).

Seorang suami hendaknya bersemangat di dalam mencari nafkah yang halal.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, niscaya kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi 2344, Ibnu Majah 4164, lihat Silsilah Al Hadist As-Sahihah 310).

 

 

Sesuatu yang haram hanya akan mendatangkan kemurkaan Allah, kerusakan bagi dirinya, keluarganya, di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّهُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ النَّارُ أَوْلَى بِهِ.

“Sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari harta yang haram. Neraka lebih pantas untuknya.“ (HR Ahmad 14441 Ibnu Hibban 4514 dan dishahihkan al-Albani At-Ta’liqu Ragib 3/350)

Adapun wanita tidak diwajibkan untuk mencari nafkah, seandainya wanita ingin bekerja harus ijin suaminya, bila suaminya tidak membolehkan wajib dirinya taat, seandainya di ijinkan hendaknya menjauhkan dari fitnah, seperti berkumpul dengan laki-laki, keluar di malam hari, dan lain-lain.

Seandainya aman dari fitnah, suami mengijinkan, hasil yang dimiliki adalah hak istri suami tidak boleh mengambilnya kecuali atas keridhaannya, begitu pula suami tetap wajib memberikan nafkah.

Apabila tempat kerja wanita tersebut banyak maksiat, meskipun suaminya mengijinkan syariat tidak membolehkan hal itu, hendaknya di tinggalkan.

Sebagaian wanita mereka tidak lagi menghiraukan rambu-rambu syari’at ini, mereka para wanita bekerja campur baur dengan para laki-laki. Yang lebih parah mereka meninggalkan tempat tinggalnya sehinga tidak diragukan lagi kerusakan-kerusakan yang pasti terjadi menimpa keluarganya.

Nabi Sallallahu’alaihi wasallam bersabda:

لا يَحِلُّ لاِمْرَأَةٍ مُسْلِمَةٍ تُسَافِرُ مَسِيرَةَ لَيْلَةٍ إلَّا وَمعهَا رَجُلٌ ذُو حُرْمَةٍ منها

“Tidak halal bagi seorang wanita Muslimah, bersafar yang jauhnya sejauh perjalanan sehari semalam, kecuali bersama lelaki yang merupakan mahramnya.” (HR. Muslim 1339)

Nabi Sallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لاَ تُسَافِرِ المَرْأَةُ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ، وَلاَ يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أَخْرُجَ فِي جَيْشِ كَذَا وَكَذَا، وَامْرَأَتِي تُرِيدُ الحَجَّ، فَقَالَ: اخْرُجْ مَعَهَا.

“Seorang wanita tidak boleh melakukan safar kecuali bersama mahramnya. Dan lelaki tidak boleh masuk ke rumahnya kecuali ada mahramnya”. Maka seorang sahabat berkata: “wahai Rasulullah, aku berniat untuk berangkat (jihad) perang ini dan itu, sedangkan istriku ingin berhaji”. Nabi bersabda: “temanilah istrimu berhaji.” (HR. Bukhari 1862, Muslim 1341).

Mereka para wanita, baik yang masih lajang maupun sudah menjadi istri, yang bekerja di luar kota maupun luar negri telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Jika sudah demikian sulit untuk mewujudkan ketentraman dan keutuhan rumah tangganya.

Adapun yang paling utama seorang istri adalah melayani suami dan mendidik anak-anaknya, menjaga harta suami dan membelanjakan sesuai kebutuhan, disamping beribadah kepada Allah ta’ala, seperti shalat, puasa, zakat inilah jihadnya bagi para istri.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ .

“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” (HR. Ahmad 1661 Ibnu Hibban 4163, Syaikh al-Albani berkata: “Hasan ligairihi”, lihat pula di dalam Shahihul-Jami’ 660)

 

4.   Bermusyawarah dengan anggota keluarga.

Biasakanlah untuk bermusyawarah dengan anggota keluarga kita, sepeerti istri maupun anak bila telah di karuniai.

Hal ini sangat penting, terutama dalam perkara-perkara penting, seperti buka usaha, infestasi, pinjam-meminjamkan, berwisata dan lain-lain, karena demikian menjadikan istri merasa tersanjung, dihormati, dianggap, dan bahkan terkadang mampu mengurai masalah dan memberi usulan yang bermanfaat.

Allah ta’ala berfirman:

وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ

 

“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal kepada Allah.” (QS. Ali-Imran[3]: 159).

Ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah, dipermulaan apa yang di putuskan dalam perjanjian tersebut, para sahabat kecewa, ketika beliau memerintahkan mereka, mereka tidak menghiraukan, kemudian Rasulullah masuk menemui istrinya umu Salamah, umu Salamah memberikan masukan kepada Beliau dan Beliau menerima, akhirnya kaum muslimin mengikuti Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.

          Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam saja menerima masukan istrinya, bagaimana dengan kita, siapakah diri kita..? hendakya kita malu untuk cari menang sendiri.

 

Musyawarah menjauhkan sifat otoriter, lebih adil, menjadikan semua terbuka, yang paling penting seandainya terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, seperti salah langkah sehingga bangkrut, atau berdampak pada ekonomi rumah tangganya, tidak ada yang saling menyalahkan karena telah di sepakati bersama. Demikian ini juga dibahas para ulama.

Banyak suami istri mereka memutuskan sendiri-sendiri perkara yang menyangkut kelangsungan keluarganya, seperti meminjamkan sertifikat, berinfestasi dan lain-lain sehingga ketika ada kerugian dan permasalahan, terjadi keributan dalam rumah tangganya dan tidak sedikit sampai membawa pada perceraian.

 

5.   Dekat dengan pasangannya.

Pasangan kita merupakan pakaian kita, yang seharusnya selalu dekat, dan bahkan melekat, baik dari sisi komunikasi dan juga badan, oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:

هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ .

“Mereka itu adalah pakaian bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (QS. Al-Baqarah [2]:187)

Perlu diketahui, dekatnya badan sangat besar pengaruhnya terhadap dekatnya hati, hal ini disampaikan pula oleh Syaikh Abdurrahman bin Abdullah al-Qarawi di dalam bukunya Az-Zaujan fi khaimah as-Sa’adah(suami istri dalam tenda kebahagiaan).

Oleh karena itu bagi siapapun yang menghedaki keluarga yang harmonis sudah selayaknya mengaca dan meneladani apa yang dilakukan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tapi perlu di ingat, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum mendekat kepada istrinya, beliau senantiasa menjaga kebersihannya.

Beliau mengawali dengan bersiwak (menggosok gigi) ketika mau masuk rumah. Dari Al Miqdam bin Syuraih dari ayahnya, dia berkata:

سَأَلْتُ عَائِشَةَ قُلْتُ بِأَىِّ شَىْءٍ كَانَ يَبْدَأُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ قَالَتْ بِالسِّوَاكِ.

Aku bertanya pada Aisyah, “Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika mulai memasuki rumah beliau?” Aisyah menjawab, “Bersiwak.(menggosok gigi)” (HR. Muslim 253)

Rasulullah biasa bercengkrama sesaat sebelum tidur dengan istrinya,

Berkata Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: بِتُّ عِنْدَ خَالَتِي مَيْمُونَةَ، فَتَحَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَعَ أَهْلِهِ سَاعَةً، ثُمَّ رَقَدَ .

“Aku menginap di rumah bibiku Maimunah (istri Nabi), Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam berbincang-bincang dengan istrinya (Maimunah) beberapa saat, kemudian beliau tidur.” (HR. Bukhari 4569)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam membangunkan istrinya di malam hari. dikisahkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, dari umul mukminin Aisyah radiallahu’anha, dia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ فَإِذَا بَقِيَ الْوِتْرُ أَيْقَظَنِي فَأَوْتَرْتُ وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ فَإِذَا أَوْتَرَ قَالَ قُومِي فَأَوْتِرِي يَا عَائِشَةُ.

“Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat malam, dan ketika tersisa shalat witir, beliau membangunkan aku dan kemudian aku shalat witir.” Dalam sebuah riwayat disebutkan; Ketika Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam sudah shalat witir, beliau berkata “Bangunlah, dan shalatlah witir wahai Aisyah.” (HR. Muslim 744)

وَعَنْ أَبِي سَعِيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا ، قَالاَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أهْلَهُ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّيَا – أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيعاً ، كُتِبَا في الذَّاكِرِينَ وَالذَّاكِرَاتِ رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ .

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dan Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila seorang lelaki membangunkan istrinya pada waktu malam, lalu mereka berdua shalat atau shalat dua rakaat Bersama, akan dituliskan keduanya ke dalam golongan laki-laki dan perempuan ahli dzikir.” (HR. Abu Daud 1309, Ibnu Majah 1335, Ibnu Hibban 2568, Syaikh al-Albani menshahihkan di dalam shahih Abu Dawud 1182).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam biasa bermanja dan tiduran di pangkuan ibunda Aisyah sebagaimana salah satu riwayat hadits berikut:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَضَعُ رَأْسَهُ فِي حِجْرِي فَيَقْرَأُ وَأَنَا حَائِضٌ

Dari Aisyah dia berkata, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam pernah meletakkan kepalanya di atas pangkuanku, lalu beliau membaca (Al-Quran), sementara saya dalam keadaan haid.” (HR. bukhari 297, Abu Daud 260, Ahmad 24862, Ibnu Majah 634)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam mencium istrinya ketika hendak shalat.

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ   صلى الله عليه وسلم  قَبَّلَهَا وَلَمْ يَتَوَضَّأْ .

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu‘anha, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menciumnya, dan beliau tidak berwudhu’ (lagi). (HR. Tirmidzi 86, Abu Dawud 178 di shahihkan Syaikh al-Albani)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mandi bersama dengan istrinya.

Umul mukminin Aisyah radiallahu’anha beliau berkata:

قَالَتْ عَائِشَةُ كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ وَنَحْنُ جُنُبَانِ.

“Aku dan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam mandi bersama dalam suatu wadah yang satu sedangkan kami berdua dalam keadaan junub.” (HR. Bukhari 273 Muslim 321)

Ummu Salamah juga menceritakan:

وَكُنْتُ أَغْتَسِلُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ قَالَتْ: وَكَانَ يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِمٌ.

“Aku pernah mandi bersama Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sebuah wadah yang sama. Beliau Sallallahu ‘alaihi wa Sallam menciumku sedangkan beliau sedang dalam keadaan berpuasa.”(HR. Ahmad 26566 dengan syarat Bukhari Muslim).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah berlomba dengan istrinya, beliau memerintahkan rombongan duluan, “ Kalian duluan”

Kemudian beliau bersabda:

تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ

“Kemarilah sampai aku bisa mengalahkanmu..” “Akupun lomba lari dengan Beliau dan aku bisa mengalahkan beliau.” Hingga setelah aku mulai gemuk, berlemak dan sudah lupa dengan perlombaan yang dulu, aku pergi bersama beliau untuk melakukan safar. Beliau meminta kepada rombongan, “Silahkan kalian jalan duluan.” Merekapun jalan duluan, lalu Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam mengajakku,

تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ

“Kemarilah sampai aku bisa mengalahkanmu…” Akupun lomba lari dengan beliau, beliaupun bisa mengalahkanku. Beliau tertawa dan mengatakan, “Ini pembalasan yang kemarin.” (HR. Ahmad 26277, Abu Dawud 2578 Ibnu Hibban 4691 di shahihkan oleh Syaikh al-Albni di dalam shahihul jami’ 7007)

Umul mukminin Aisyah menyisir rambut Rasulullah.

Aisyah radhiallahu ‘Anha berkata:

كُنْتُ أُرَجِّلُ رَأْسَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ وأنا حائض

“Aku menyisir kepala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan saat itu aku sedang haid.” (HR.Bukhari 295 Abu Dawud 100)

Seorang suami bisa mengajak istrinya untuk saling menyimak bacaan Al-Qur’annya, saling mengisi kekurangannya, seperti makhraj, tahsin, dan tajwidnya.

Seorang suami bisa mengajak istrinya seperti latihan memanah, senam dan yang lainnya, adakalanya dia bisa berlomba, seperti jalan cepat,  melempar batu di dalam air ataupun renang di tempat yang aman.

Begitu pula seorang istri bisa membantu memotong kuku suaminya, mencabut bulu ketiak, memijat suami ketika kelelahan, menyisir rambutnya, dan menjumlah keuangan suaminya.

Demikianlah seharusnya suami istri, Semua ini akan mejadikan hubungan keluarga menjadi harmonis, bayangkan jika suami istri jauh tanpa komunikasi, keluar masuk selalu diam, makan minum tidur semua masing-masing tanpa komonikasi tentu akan menjenuhkan di dalam hidupnya.

Hal demikian ini sangat berbahaya sekali apabila terus-menerus di dalam rumah tangga mereka, mereka tak mendapatkan keharmonisan di dalam rumah tangganya, ini memudahkan syaitan masuk dan menguasainya, ketika orang fasik menggoda masing-masing pasangan, sangat mudah untuk meruntuhkan keimanan mereka, karena keadaan seperti ini sudah bisa ditebak, umumnya jauh komunikasi, jauhnya fisik, jauh pula hubungan badan, padahal hal itu merupakan kebutuhan setiap pasangan.

Hendaknya menyadari syaitan selalu mengintai dan menghendaki rumah tangga seseorang berantakan hingga terjadi perceraian, demikianlah badai itu akan mudah memporak-perandakan bangunan rumah tangga tersebut.

6.   Qana’ah (puas terhadap karunia Allah)

Penting bagi pasangan suami istri memiliki sifat qana’ah, yaitu merasa puas dengan karunia Allah, dimana dijaman ini sangat besar tantangan bagi kaum hawa, terkadang suami memiliki penghasilan pas-pasan, sementara kebutuhan banyak, belum lagi mereka para pedagang tidak hanya di pasar dan di toko-toko saja, tapi sudah merambah kemana-mana, di group facebook, WA, telegram dan lain-lain, oleh karena itu belanja online menjadi trend bagi para wanita.

Persaingan ekonomi dimasyarakat yang sangat cepat ini, sangat mempengaruhi sebagian orang-orang yang hatinya lemah, mereka merasa tidak mampu megikuti, sehingga memunculkan permasalahan dirumah tangga mereka terutama seorang istri, seperti sering cekcok, rewel, kecewa, membandingkan dengan tetangga sebelah, bahkan tidak sedikit yang akhirnya minta cerai dengan suaminya.

 Bila hal ini tidak di luruskan akan membawa kepada kehancuran rumah tangga. Yang di mulai dari memaksakan kehendak tanpa mengukur kemampuan sehingga terlilit hutang yang banyak, bahkan tidak sediki yang terjerumus di dalam riba.

Disinilah pentingnya seseorang beramal dengan ilmunya, menata hatinya agar bersyukur dan qana’ah, agar hati tidak galau, bingung, sedih dan kecewa terhadap karunia Allah berikan.

Perlu diketahui setiap orang itu memiliki garis taqdir sendiri-sendiri sebagaimana ajal yang menyertainya tiap-tiap orang, sehingga tidak bisa di samakan rezki masing-masing orang.

          Sebagaimana yang kita saksikan, semangat orang itu berbeda-beda, derita dan cobaan orang itu berbeda-beda, demikian pula ajalnya juga berbeda-beda, jika demikan jelas rezki mereka tentu juga berbeda-beda.

          Rezki bukan hanya terpaut pada materi atau uang saja, tapi anak yang shalih, badan yang sehat, ilmu yang bermanfaat, terhindar dari musibah, pikiran tenang dan lain-lain, sehingga bisa jadi ketika kita menghendaki seperti apa yang dimiliki orang lain, justru orang lain tersebut menginginkan apa yang Allah berikan kepada kita, oleh karena itu hitung-hituglah nikat Allah itu dan sadarilah semua yang Allah berikan kepada kita sangat banyak.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ .

“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah.” (QS. An-Nahl[16]:53)

Berapapun pemberian Allah ketika seseorang tidak mampu bersyukur yang ada hanyalah kurang dan terus kurang.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ.

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad 4:278. Di hasankan Syaikh Al-Albani  dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 667)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 

لَوْ أَنَّ لِابْنِ آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُونَ لَهُ وَادِيَانِ، وَلَنْ يَمْلَأَ فَاهُ إِلَّا التُّرَابُ

 

“Sungguh, seandainya anak Adam memiliki satu lembah dari emas, niscaya ia sangat ingin mempunyai dua lembah (emas). Dan tidak akan ada yang memenuhi mulutnya kecuali tanah.” (HR. Al-Bukhari 6439 Muslim 1048 dengan lafad Bukhari)

Dalam lafazh lain disebutkan,

 

عَنْ عَبَّاسِ بْنِ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ الزُّبَيْرِ عَلَى الْمِنْبَرِ بِمَكَّةَ فِى خُطْبَتِهِ يَقُولُ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقُولُ  لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ.

 

“Dari Ibnu ‘Abbas bin Sahl bin Sa’ad, ia berkata bahwa ia pernah mendengar Ibnu Az Zubair berkata di Makkah di atas mimbar saat khutbah, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga. Tidak ada yang bisa menghalangi isi perutnya selain tanah. Dan Allah Maha Menerima taubat siapa saja yang mau bertaubat.” (HR. Bukhari 6438).

          Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam telah membimbing kita untuk menumbuhkan rasa syukur agar kita melihat orang di bawah kita.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.

“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (HR Bukhari 6490 Muslim 296)

Allah mengancam para wanita yang mereka tidak bersyukur kepada suaminya.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ  قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.

“Diperlihatkan kepadaku neraka dan aku dapati kebanyakan penghuninya adalah para wanita yang ingkar. Rasul ‘alaihish shalatu wassalam ditanya: “Apakah mereka ingkar kepada Allah..? Nabi bersabda: “Mereka ingkar kepada suaminya dan ingkar kepada kebaikan suaminya. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka selama satu tahun, kemuadia wanita tersebut melihat satu kejelekan darimu, maka ia akan berkata: “Aku tak pernah melihat engkau berbuat baik sedikitpun” (HR. Bukhari 1052 Muslim 907)

 

7.   Menjadikan akhirat sebagai tujuan bahtera rumah tangganya.

Hendaknya pasangan suami istri menjadikan akhirat sebagai tujuan hidupnya, karena hal ini akan menetramkan hatinya, menjauhkan keserakahan, tamak, rakus terhadap dunia, tak lagi menghiraukan perkataan miring orang lain, bila sudah berada pada jalur yang benar.

Allah ta’ala berfirman:

      قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am[6]:162)  

Bukan suatu yang rahasia lagi bila seseorang hidup di tengah masyarakat semua di komentari, yang baik di komentari apalagi yang buruk, meluruskan niat dan tujuan hidup sangat penting didalam hidup seseorang.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ.

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adzariat[51]:56)

Sebenarnya dengan mengingat tujuan hidup tersebut, seseorang akan terkendali, karena tujuan hidup bukanlah mengejar harta yang melimpah, pangkat yang tinggi, popularitas dan lain sebagainya, meskipun mencari harta banyak dengan cara yang benar dan di keluarkan haqnya itu boleh, namun bila sampai meninggalkan ibadah kepada Allah dan hanya itu yang menjadi tujuan hidupnya itulah yang tidak boleh.

Begitu pula apabila seseorang menjadikan dunia ini sebagai tujuan hidupnya dengan melalaikan akhirat niscaya akan berantakan rumah tangganya, jauh dari kebahagiaan, dan siapapun yang berpaling dari agama ini akan merasakan hidup menderita, baik di dunia maupun di akhirat.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS.Thaha[20]:124)

Ibnu katsir menyebutkan, “Menyelisihi perintah-Ku, apa yang aku turunkan kepada Rasul-Ku, berpaling dan mengambil petunjuk selain peyunjuk-Ku, “Dia akan menjalani kehidupan yang sempit” yaitu di dunia, hati yang tidak tenang, hati yang tidak longgar bahkan terasa di dalam dada kesempitan.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. Taha[20]:124)

 

 Kenapa demikian, karena yang terbetik dalam pikirannya hanyalah bagaimana bisa sukses, bisa kaya, banyak harta, bisa mengalahkan kanan kirinya, segera memiliki mobil mewah, rumah wah, dan lain-lain, sehingga malas untuk beribadah.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ.

“Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, Allah memporak-perandakan urusannya, menjadikan miskin di dalam pandangannya, tidak mendapatkan dunia kecuali yang telah ditetapkan baginya. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, maka Allah menghimpun urusannya, menjadikan kecukupan ada di dalam hatinya, dan dunia pun menghampirinya sementara ia memandangnya sebagai sesuatu yang hina.” (HR. Ibnu Majah 4105 dan di shahihkan syaikh al-Albani)

Inilah kabar gembira dan sekaligus ancaman bagi siapapun, barang siapa yang mengejar akhirat Allah akan sertakan dunia baginya, namun barang siapa di dalam hidupnya hanya mengejar dunia dirinya akan sengsara.

Padahal kekayaan itu hakekatnya bukan hanya semata-mata banyaknya harta.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ.

Tidaklah kaya itu diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Akan tetapi yang dikatakan kaya adalah hati yang selalu merasa cukup. (HR. Bukhari 6446 Muslim 1051)

Beberapa contoh yang Allah tunjukkan.

Fir’aun, memiliki kekuasaan dan kekuatan pasukan, namun ketika dirinya kafir kepada Allah ta’ala semua yang dimiliki tak ada nilaiya, bahkan menjadi bencana bagi dirinya, dahulu di dalam hidupnya selalu dihantui dengan kehancuran kerajaanya, sebelum benar-benar ditenggelamkan di dalam lautan. Kekuasaan yang dimilikinyapun tak mampu mewujudkan kebahagiaan.

Qorun meskipun bergelimang harta yang kunci-kuci gudangnya tidak kuat di pikul oleh dua orang yang kuat, akan tetapi dirinya kafir dan sombong merasa kesuksesan yang di terima tidak lain karena kepandaian yang di miliki sendiri, akhirnya diapun benamkan di dalam bumi. Qarun tidak juga bisa merasakan bahagia.

Berapa banyak selebritis di dunia ini yang mereka terpaksa harus bunuh diri, tidak lain karena keyataan hidup yang tak mampu untuk di hadapi, ternyata popularitas yang didambakan setiap orang itu tidak juga dapat membahagiakan.

Oleh karena itu siapapun yang mengejar dunia, baik harta, pangkat, popularitas, maupun kemegahan yang lainnya tanpa di dasari keimanan niscaya dia tidak akan mendapatkan kebahagiaan kecuali semu, bahkan dirinya akan disiksa dengannya.

 

8.   Hendaknya pasangan suami istri selalu bertaqwa kepada Allah.

Taqwa sangat besar pengaruhnya di dalam menentukan kebahagiaan hidup keluarga seseorang.

Taqwa maknanya: seorang hamba memasang perisai yang melindungi dirinya dari apa yang ia takutkan dan khawatirkan.

Ketakwaan hamba kepada Allah berarti membuat perisai yang melidungi Antara dirinya dan yang ia takutkan dari-Nya yaitu kemurkaan dan siksa-Nya. Caranya dengan menjalankan ketaatan kepadanya dan menjahui dari mendurhakai-Nya. (Lihat jami’ul ulum wal hikam, Ibnu Rajab Al Hambai, hadis ke-18)

Bila suami istri telah mampu benar-benar merealisasikan keimanan dan ketaqwaannya, hatinya di liputi kebahagiaan, ketenangan, ketentraman tidak ada rasa kuatir dan kecemasan.

Allah ta’ala berfirman:

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ.

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS. Yunus[10]:62-63)

Tidak ada rasa kuatir tentang hari esok, karena rezkinya telah ditanggung oleh Allah, tidak ada kuatir rezkinya tertukar terhadap orang lain, semuanya dia yakini bahwa Allah akan meberikan yang terbaik bagi dirinya.

Bila kita perhatikan semua perintah Allah dan larangannya akan kita dapatkan murni membawa kepada kebaikan dan berujung pada ketaqwaan.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

“Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan juga orang-orang sebelummu agar kamu bertaqwa.” (QS.Al-Baqarah[2]:21)

Begitu pula ayat yang memerintahkan berpuasa.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)

Orang yang bertaqwa memiliki derajat yang tinggi.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ..

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujrat[49]:13.)

Allah ta’ala menyeru kepada orang yang beriman agar mereka benar-benar bertaqwa. Allah ta’ala berfirman:    

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

"Wahai orang-orang yang beriman Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadanya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Al-Imran[3]:102)

Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu  menafsirkan ayat “Bertakwalah pada Allah dengan sebenar-benarnya takwa” yang terdapat dalam surah Al- Imran ayat 102, beliau berkata:

أَنْ يُطَاعَ فَلاَ يُعْصَى ، وَيُذْكَرُ فَلاَ يُنْسَى ، وَأَنْ يُشْكَرَ فَلاَ يُكَفَّرُ

“Maksud ayat tersebut adalah Allah itu ditaati, tidak bermaksiat pada-Nya. Allah itu terus diingat, tidak melupakan-Nya. Nikmat Allah itu disyukuri, tidak diingkari.” (Lihat An-nasih wal Mansuh, Abu Ja’far juga Jami’ul ‘Ulum wa Al-Hikam, Ibnu Rajab Al-Hambali)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

“Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad 21536, Tirmidzi 1987 di shahihkan oleh syaikh al-Albani di dalam Shahihul jami’ 97)

Hendaknya suami istri bertaqwa kepada Allah ta’ala dimanapu berada.

Sebagai suami hendaknya bertaqwa dirumah, dijalan, dikantor dan dimanapun berada.

Sebagai istri hendaknya dia bertaqwa di rumah bagaimana dirinya melayani suami, ketika suami tidak ada, ketika bepergian, ketika dipasar, ketika bersama teman-temannya maupun ketika menggunakan harta suaminya.

Bertaqwa akan dimudahkan urusannya.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا . وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ.

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah, Allah akan memudahkan urusannya, dan memberinya rezki dari arah yang tidak di sangka-sangka.” (QS. At-Thalaq[65]:2-3)

Bertaqwa akan mendatangkan kecintaan Allah.

Allah ta’ala berfirman:

بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ.

“Barang siapa memenuhi janjinya dan bertakwa, sesungguhnya Allah mencintai oraqng-orang yang bertaqwa.” (QS.Al-Imran[3]:76)

Bertakwa merupakan sebaik-baik bekal.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

“Dan berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.” (QS. Al-Baqarah[2]:197)

 

Orang yang bertaqwa akan mewarisi surga.

تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا

“Itulah surga yang akan kami wariskan kepada hamba-hamba kami yang bertaqwa.” (QS.Maryam[19]:63)

Setiap keluarga bertaqwa kepada Allah bukan hanya membawa kebaikan bagi dirinya namun juga akan mendatangkan kebaikan bagi masyarakat, oleh karena itu Allah akan mendatangkan keberkahan dari langit dan bumi apa bila suatu negri tersebut penduduknya bertaqwa kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka sendiri.” (QS.Al-A’raf [7]:96)

9.   Suami istri hendaknya senantiasa banyak berdzikir kepada Allah.

Berdzikir yaitu mengingat Allah ta’ala, baik dengan membaca Al-Qur’an, bershalawat kepada Rasulullah, bertasbih, bertahmid, bertakbir, istigfar dan mengigat-ingat perintah dan larangan Allah ta’ala.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ.

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenteram.” (QS Ar-Ra’du[13]:28).

Perumpamaan rumah yang di pakai berdzikir kepada Allah seperti orang yang hidup, sedangkan rumah yang tidakdipakai berdzikir kepada seperti orang yang mati. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِي يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ، وَالْبَيْتِ الَّذِي لَا يُذْكَرُ اللهُ فِيهِ، مَثَلُ الْحَيِّ.

“Perumpamaan rumah yang disebut nama Allah di dalamnya dan rumah yang tidak disebut nama Allah di dalamnya, seperti perumpamaan orang hidup dan mati.” (HR. Muslim 779).

Hendaknya menjauhkan rumahnya dari syaitan dengan membaca surat Al Baqarah. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنْ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ.

“Jangan jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan itu akan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah di dalamnya.” (HR. Muslim 780 Ahmad 9042)

Hedaknya membiasakan dengan berdoa dengan doa-doa yang di anjurkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti doa keluar rumah, masuk dengan salam, mau tidur, bangun tidur, ketoilet, makan, minum dan lain-lain.

Begitu pula memperdengarkan suara lantunan ayat-ayat suci, cramah-cramah agama, membaca buku, dan menulis yang bermanfaat.

Seseorang banyak berdzikir akan mendatangkan ketentraman, kedamaian, menjauhkan musibah, seperti memperbanyak istigfar, menjauhkan syaitan dan mendatangkan manfaat yang lainnya.

 

10.         Menjahui berbagai macam kemaksiatan di dalam rumah.

Hendaknya suami istri menjalankan ketaatan kepada Allah dan menjahui berbagai macam keburukan dan kemaksiatan.

Kemaksiatan yang paling besar adalah kesyirikan, dimana Allah melarang keras hambanya.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.”(QS. An Nisaa [4]: 48)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ وَقُلْتُ أَنَا وَمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّة

Barang siapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam neraka, barang siapa mati tidak menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam surga.” (HR. Bukhari 4227, Muslim 92)

Allah ta’ala berfirman:

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ.

“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah[2]:163)

Bila tauhid seseorang telah kuat, hatinya tidak lagi risau dengan rezki yang dihadapi, karena dirinya meyakini Allah ta’ala yang menciptakan, mengatur dan yang akan memberi rezkinya.

Hendaknya menyadari semua yang ada tidak lain pemberian Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ.

“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada ilah (sesembahan yang berhak) selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?” (QS. Fathir[35]: 3).

Jangan sampai suami istri mereka menghendaki suami maupun istrinya cinta dengan cara kedukun, atau ingin kaya secara instan, kemudian mencari pesugihan, ingin berwibawa, ingin dagangannya laris, kemudian mendatangi dukun.

Padahal mendatangi seorang dukun adalah larangan keras. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً.

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal dan bertanya kepadanya tentang suatu perkara, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari.” (HR. Muslim 2230).

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ.

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal dan dia membenarkan ucapannya, maka dia berarti telah kufur pada Al-Quran yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad 9536. Tirmidzi 135 Abu Dawud 3904 di sahihkan syaikh al-Albani di dalam shahihul jami’ 5939)

Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui perkara gaib, mengaku mengetahui perkara yang akan datang, mengaku mampu mengembalikan barang yang hilang, meramal berbagai kejadia dan memisahkan pasangan suami istri.

Mendatanginya adalah haram, bertanya kepadanya menjadikan tidak diterima shalatnya empat puluh hari, mempercayainya adalah kekufuran terhadap apa yang di bawa oleh Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam.

Sesungguhnya yang mengetahui perkara gaib hanyalah Allah ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman,

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ.

Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib kecuali hanya Allah.” (QS. An-Naml[27]: 65)

Hanya saja terkadang Allah memberi tahu perkara gaib kepada  rasul-Nya.

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَداًلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ

“ (Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya..”  (QS. Al-Jin[72]: 26-27)

Allah menyebutkan secara umum bahwa para nabi dan rasul mereka tidak mengetahui perkara gaib kecuali saat-saat tertentu yang di ijinkan Allah.

Allah memperjelas hal itu dengan firmannya:

وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ.

“Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-A’raf[7]: 88)

Pengaruh tauhid bagi suami istri sagat besar, menjadikan hatinya tentram, damai, tabah, sabar atas apapun yang dihadapi.

Demikian pula hendaknya rumah dijauhkan dari berbagai macam suara syaitan (musik), para pemium khamer, dadu,  orang-orang berjudi, bercampur laki-laki dan perempuan, dan juga kemaksiatan lainya.

Allah ‘Azza wa jalla,

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ.

“Dan di antara manusia ada orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Lukman[31]: 6)

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu salah satu sahabat senior Nabi berkata ketika ditanya tentang maksud ayat ini, maka beliau menjawab bahwa itu adalah musik, seraya beliau bersumpah dan mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali. (Lihat tafsir Ibnu Katsir QS. Lukman[31]:6)

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ، يَسْتَحِلُّونَ الحِرَ وَالحَرِيرَ، وَالخَمْرَ وَالمَعَازِفَ.

”Sungguh akan ada sebagian dari umatku yang menghalalkan zina, sutera, minuman keras, dan alat-alat musik.” (HR.Bukhari 5590)

Hendaknya dijauhi laki-laki yang menyerupai perempuan ataupun perempuan yang menyerupai laki-laki.

 

11.         Mengisi waktu dengan beramal shalih.

Kehidupan kita hanyalah kumpulan dari detik, jam, hari, bulan dan tahun, dimana kita akan mempertanggung jawabkan waktu yang telah kita lalui tersebut, oleh karena hendaknya di isi dengan beramal shalih.

Allah ta’ala berfirman:

 مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl[16]:97)

Selain berdzikir dan membaca Al Qur’an yang kita sebutkan, juga dengan menyantuni yatim-piatu, wajah berseri-seri, bertutur kata ramah, dan mengunjungi tetangga yang sakit menolong orang yang membutuhkan dan mendatangi undangan.

12.         Berbakti kepada orang tua.

Orang tua merupakan orang yang harus dihormati untuk suami dan istri, apabila mereka menghendaki kebaikan dunia dan akhirat, inilah diantara jalan yang di bentangkan Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا.

“Dan hendaklah kamu beribadah hanya kepada Allah dan janganlah mempersekutukan dengan sesuatu apapun juga dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapak,” (QS. An Nisaa’ [4]: 36)

Mencintai mereka meskipun masih kafir, berusaha mendakwahi mereka. Allah ta’ala berfirman:

إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا.

“Ingatlah ketika ia Berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, Mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun.” (QS.  Maryam [19]: 42)

Mentaati mereka di dalam kebaikan selama tidak menyuruh kepada kemaksiatan.

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا.

"Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan-Ku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik.” (QS. Lukman [31]: 15).

Mendahulukan mereka dan memberi harta jika mereka membutuhkan. (Kisah tiga orang yang terjebak di dalam gua HR. Bukhari 2102, Muslim 2743)

Berkata lemah lembut bila bermuamalah dengan mereka terlebih bila telah tua.

إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا...

“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” ucapkanlah perkataan yang mulia.” (QS. Al Israa’ [17]: 23)

Berakhlak mulia dengan kedua orang diantaranya:

Seperti, berkata yag baik, sopan, wajah berseri-seri, memberi sebagian rizqinya jika orang tua miskin, taat perintahnya dalam perkara yang ma’ruf ataupun mubah, tidak berbuat jahat, senantiasa memperhatikan, mengunjungi, mengajak bicara, ringan tangan, memperhatikan pakaiannya, kesehatannya, tempat tinggalnya, makananya dan lain-lain.

Adapun akhlak buruk pada orang tua diantaraya:

Membentak, atau ucapan, “Ah, he, hus, bodoh, tuli, tua bangka, bengak, kolot, crewet, rewel, keras kepala, bahu tanah, buta, pikun atau  menyebut anggota badan seperti: telinga, mata, mulut, hidung,  atau permintaan diluar kemampuan orang tua sehingga memberatkan pikirinya.

Terkadang dengan perbuatan, seperti, monyong, membelalakkan mata, membangkang perintahnya untuk kebaikan atau mubah, memukul, membanting barang, mengangkat senjata(ini di laknat, apalagi pada orang tua)bersikap bahil, pelit, medit padahal dirinya longgar, sedang orang tua kesulitan ekonomi.

Tidak mau mengunjungi, mementingkan anak istri di banding orang tuanya, dengan berbagai macam alasan yang menampakkan kesibukan, seperti: lagi kerja, lagi meteng, lagi keluar kota, lagi rapat dan lain sebagainya.

Mengakali orang tua, seperti: memberi sedikit dengan harapan dibalas yang banyak, mengambil barang berharga milik orang tua tanpa ijin dan kerelaanya, seperti mobil, rumah, sertifikat tanah, dan surat berharga lainnya, tiba-tiba semua itu beralih nama menjadi miliknya.

13.         Pasangan suami istri hendaknya menyambung silaturrahmi.

Menyambung silaturahmi banyak di tinggalkan kaum muslimin, termasuk suami istri, padahal banyak sekali masalah muncul dari sini, Allah ta’ala perintahkan agar menyambung silaturahmi.

Allah ta’ala berfirman: 

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl [16]: 90)

الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ.

“ (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah[2]:27)

Di perintahkan untuk di sambung yaitu tali silaturahmi, sebagaimana di tafsirkan banyak ahli tafsir.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. رواه البخاري ومسلم.

Dari Anas bin Malik radiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rezkinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia melakukan silaturahim.” (HR. Bukhari 5986 Muslim2557).

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا.

"Silaturahmi bukanlah yang saling membalas kebaikan, akan tetapi seseorang yang berusaha menyambung hubungan persaudaraannya meskipun diputus hubungan persaudaraan dengan dirinya." (HR. Bukhari 5991 Abu Daud 1697 Tirmidzi 1908).

Silaturahim adalah jembatan kasih sayang, satu sama lain bisa saling menanyakan keadaannya, meminjami modal  atau sekedar membantu memberi pekerjaan, semua itu akan menjembatani dua sisi yang berbeda, saling menyantuni dan akan mempererat kekeluargaan, sehingga muncul  kasih dan sayang sesama saudara.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ, فَيُعْرِضُ هَذَا, وَيُعْرِضُ هَذَا, وَخَيْرُهُمَا اَلَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ .

          “Tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam. Mereka bertemu, lalu seseorang berpaling dan lainnya juga berpaling. Yang paling baik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.” (HR. Bukhari 6037 dan Muslim 2560 Ahmad 1589 Abu Dawud 4914)

Ancaman orang yang tidak mau menyambung silaturahmi.

Seolah-olah dia memakan bara dari api dan tidak mendapat pertolongan Allah.

Abu Hurairah berkata, “Seorang pria mendatangi Rasulullah  ‘alaihi wa sallam dan berkata:

قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ لِي قَرَابَةً أَصِلُهُمْ وَيَقْطَعُونِي وَأُحْسِنُ إِلَيْهِمْ وَيُسِيئُونَ إِلَىَّ وَأَحْلُمُ عَنْهُمْ وَيَجْهَلُونَ عَلَىَّ ‏.‏ فَقَالَ ‏ "‏ لَئِنْ كُنْتَ كَمَا قُلْتَ فَكَأَنَّمَا تُسِفُّهُمُ الْمَلَّ وَلاَ يَزَالُ مَعَكَ مِنَ اللَّهِ ظَهِيرٌ عَلَيْهِمْ مَا دُمْتَ عَلَى ذَلِكَ. ‏

         “Wahai Rasulullah, saya punya keluarga aku menyambung silaturrahmi dengan mereka, mereka memutuskannya denganku, dan jika saya berbuat baik pada mereka, mereka berbuat jelek kepadaku, aku bersikap lembut kepada mereka, mereka bersikap kasar kepadak,”  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kalau memang keadaannya seperti yang engkau katakan, maka seolah-olah engkau memberi mereka makan dengan bara api dan pertolongan Allah akan senantiasa mengiringimu selama engkau seperti itu.” (HR. Bukhari  di dalam Adabul-Mufrad 52, Muslim 2558, Ahmad 2991, Ibnu Hibban 451)

 Tidak dipanjangkan umurnya, dan tidak di luaskan rezkinya.

Sebagaimana mafhum mukhalafah dari hadits di atas yang menyebutkan akan di luaskan rezkinya dan dipanjangkan umurnya.

Tertunda baginya ampunan pada setiap hari Senin dan Kamis.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا.

“Pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis. Setiap hamba yang tidak berbuat syirik pada Allah sedikit pun akan diampuni, kecuali seseorang yang terjadi permusuhan antara dirinya dan saudaranya. dikatakan pada mereka, tunggulah mereka sampai mereka berdua berdamai, tunggulah mereka sampai mereka berdua berdamai.” (HR. Bukhari di dalam Adabul-Mufrad 411, Muslim 2565 Tirmidzi 2023).

Akan disegerakan azabnya di dunia sebelum di akhirat.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا، مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي الْآخِرَةِ، مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ.

“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya oleh Allah dari pada perbuatan melampaui batas dan memutus silaturahmi.” (HR. Abu Daud 4902, Tirmidzi 2511, dan Ibnu Majah 4211, Di shahih Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 915)

Akan di putus hubungannya dengan Allah ta’ala.

الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللَّهُ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, (ar-rahim berkata)  “Barangsiapa menyambung aku Allah akan menyambung padanya, barangsiapa yang memutus aku Allah akan memutus kepadanya.” (HR. Muslim 2555 Ahmad 6524)

Abdurrahman ibnu ‘Auf berkata bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ.

“Allah ’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (HR. Bukhari di dalam Adabul-Mufrad 53, Ahmad 1681, Abu Dawud 1695, Syaikh al-Albani berkata shahih di dalam Sil-silah Ash-Shahihah 2597)

Di ancam dengan neraka, ini menunjukkan dosa memutus silaturrahmi adalah dosa besar, sebagaimana di sebutkan al-Imam Adzahabi.

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ.

“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan, yaitu memutuskan silaturahmi.” (HR. Bukhari 5984 Muslim 2556)

 

 

 

14.         Suami istri hendaknya menyisihkan hartanya untuk bersedekah.

Allah ta’ala memerintahkan kita agar bersedekah, baik dalam kedaan lapang maupun sempit, demikian pula Allah akan melipat gandakan bagi orang-orang yang bersedekah karena Allah, jangan sampai seseorang menyesal hingga tiba ajalnya belum bersedekah, Allah ta’ala berfirman:

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ.

“Infakkanlah sebagian dari apa yang Aku berikan kepada kalian, sebelum kematian mendatangi kalian, kemudian dia berkata: “Ya Rab, andai Engkau menunda ajalku sedikit saja, agar aku bisa bersedekah dan aku menjadi orang shaleh.” (QS. Al Munafiqun[63]: 10)

Allah ta’ala memerintahkan kepada kita agar bersedekah dengan harta yang kita cintai.

لَن تَنَالُواْ الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُواْ مِمَّا تُحِبُّونَ.

“Kalian tidak akan mendapatkan kebaikan, sampai kalian infakkan apa yang kalian cintai.” (QS. Ali Imran[3]: 92)

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ العِبَادُ فِيهِ، إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.

“Setiap datang waktu pagi, ada dua malaikat yang turun dan keduanya berdoa. Malaikat pertama memohon kepada Allah, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang memberi nafkah’, sementara malaikat satunya berdoa, ‘Ya Allah, berikan kehancuran bagi orang yang pelit.’ (HR. Bukhari 1442 Muslim1010)

Demikianlah malaikat akan mendoakan kebaikan orang yang berderma dengan hartanya,dan mendoakan keburukan terhadap orang-orang yang bahil dan pelit.

Adapun keutamaan sedekah sangat banyak sekali, diantaranya:

 

1.  Sedekah merupakan bukti keimanan seseorang.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالصَّلَاةُ نُورٌ، وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ، وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ.

“Shalat adalah cahaya, sedekah merupakan bukti, sabar itu penerang, sementara Al-Quran bisa menjadi pembelamu atau sebaliknya, menjadi penuntutmu.” (HR. Muslim 223)

2.  Sedekah dapat menyelamatkan dari api neraka

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ, فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ.

“Jauhilah api neraka, walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma. Jika kamu tidak punya, maka bisa dengan kalimah thayyibah.” (HR. Bukhari 6540 Muslim 1016)

 

3.  Sedekah akan menyelamatkan seseorang dari panasnya hari kiamat.

كُلُّ امْرِئٍ فِى ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ .  قال الألباني: إسناده صحيح على شرط مسلم

“Setiap orang akan berada di naungan amalan sedekahnya hingga ia mendapatkan keputusan di tengah-tengah manusia.” HR. Ahmad, Ibnu Khudaimah  syaikh Al Bani berkata shahih dengan syarat Muslim.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ .

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: Imam yang adil. Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah. Seorang yang hatinya bergantung ke masjid. Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya. Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Seseorang yang bershadaqah dengan menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya. Seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.”  (HR Bukhari 660 Muslim 1031)

 

4.  Sedekah akan melipat gandakan harta.

Terkadang Allah membuka pintu rizki dari harta yang disedekahkan. Sebagaimana terdapat dalam Al Qur’an dan hadits:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.

Perumpamaan (infak yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah maha luas (karunia-Nya) lagi maha mengetahui.”(QS. Al-Baqarah [2]: 261)

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ.

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim 2588) 

5.   Sedekah menjadikan harta menjadi berkah.

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 276)

6. Sedekah akan menghapus dosa dan mendatangkan keridhan Allah.

وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ.

Sedekah akan menghapus dosa sebagaimana air dapat mematikan api. (HR. Ahmad 22133 Ibnu Majah 3973 dan di shahihkan syaikh al-Albani).

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنَّ امْرَأَةً بَغِيًّا رَأَتْ كَلْبًا فِى يَوْمٍ حَارٍّ يُطِيفُ بِبِئْرٍ قَدْ أَدْلَعَ لِسَانَهُ مِنَ الْعَطَشِ فَنَزَعَتْ لَهُ بِمُوقِهَا فَغُفِرَ لَهَا.

“Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu menngelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Muslim 2245)

7.   Sedekah akan meredam panasnya kubur seseorang.

إِنَّ الصَّدَقَةَ لَتُطْفِئُ عَنْ أَهْلِهَا حَرَّ الْقُبُورِ، وَإِنَّمَا يَسْتَظِلُّ الْمُؤْمِنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ

“Sesungguhnya sedekah akan memadamkan panas kubur bagi pelakunya. Sungguh pada hari kiamat, seorang mukmin akan berlindung di bawah naungan sedekahnya.” Silsilah As-Shahihah, Syaikh Al Bani 3484.

 8. Sedekah akan tetap mengalir pahalanya meskipun pelakunya sudah meninggal.

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau do’a anak yang shalih.” (HR. Muslim 2245)

9.   Sedekah akan menjauhkan sifat kemunafikan.

Dahulu orang munafik mentertawakan orang beriman yang bisa bersedekah dengan sedikit harta, lantas Allah membela dari orang munafik tersebut.

الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لَا يَجِدُونَ إِلَّا جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللَّهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.

(Orang-orang munafik itu) “yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.” (QS At-Taubah[9]: 79)

10. Sedekah dapat sebagai sarana penyembuhan penyakit seseorang.

دَاوُوا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ

“Obati orang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (Jamius shahih 3358, targib wa tarhib 744).

 Adapun sedekah yang paling utama yaitu dengan menyembunyikan sedekah itu apabila dikuatirkan muncul riya’.

Allah ta’ala berfirman:

إِن تُبْدُواْ الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِىَ وَإِن تُخْفُوهَا وَتؤْتُوهَا الفُقَرَاءِ فَهُوَ خَيرٌ لَّكُمْ.

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 271)

Orang yang paling utama menerima sedekah kita adalah orang yang menjadi tanggungan kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ الصَّدَقَةِ مَا كَانَ عَنْ ظَهْرِ غِنًى ، وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ.

“Sedekah yang terbaik adalah yang dikeluarkan selebih keperluan, dan mulailah dari orang yang kamu tanggung.” (HR. Bukhari 1426)

دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي سَبِيلِ اللهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِي رَقَبَةٍ، وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ، وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ، أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِي أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ.

“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak-isteri) lebih besar pahalanya.” (HR. Muslim 995)

Termasuk yang memiliki hak yang sangat besar adalah orang tua kita sebagaimana hadis yang panjang, tentang tiga orang yang terjerembab di dalam gua.

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ.

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim 2999)

Demikian besarnya keutamaan sedekah suami istri bisa menyisihkan sedikit atau banyak sesuai kondisi rezki yang Allah berikan.

15.         Bersabar terhadap apa yang mengenai.

Angin tidak selamanya sepoi, kadang tenang kadang mencekam, disaat ujian itu datang hendaknya bersabar dan mendekat kepada Allah ta’ala.

Tak ada satu keluargapun pasti semua akan mendapatkan ujian.

Kadang angin menimpa prahu rumah tangga datang sepoi-sepoi, tapi terkadang datang ombak besar di sertai dengan badai.

Jika demikian hendaknya meminta pertolongan kepada Allah, berdoa kepada Allah,  mendekat kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.”(QS. Ath Thalaq[65]:3)

 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا.

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah, Allah akan mudahkan perkaranya.” (QS. At-Thalaq[65]:4)

 Allah akan menolong hamba-hambanya yang bertakwa. Karena kesuksesan kita hakekatnya adalah kelak di akhirat.

 فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ.

“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Al Imran[3]:185)

 

Demikianlah semoga bermanfaat.

Sragen 5-01-2022

Junaedi Abdullah.

 

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...