Jumat, 24 November 2023

TEPO SELIRO

TEPO SELIRO

 

Tepo seliro memiliki arti tenggang rasa, saling menghargai, toleransi.

Konsep tepo seliro bukan hanya memiliki arti saling menghargai semata namun lebih dari itu terkandung disana agar kita juga memiliki rasa empati kepada orang lain. Kita mampu memahami perasaan orang lain dan kita mampu menghargai hak-hak orang lain dalam  berpendapat maupun berperilaku.

Di dalam ungkapan tepo seliro juga ada konsekwensi tersembunyi yaitu hukum sebab dan akibat, yaitu apa bila seseorang tidak mau saling memahami, akan akibat yang tidak baik, oleh karena itu ada ungkapan “kabeh bakal ngundhuh wohing pakarti.” (Semua akan memetik buah perbuatan). Jika dipukul sakit maka jangan pernah memukul orang lain. Jika tidak ingin diperlakukan secara kasar maka jangan pernah memberikan sikap kasar kepada orang lain.

Sikap yang menjadi filosofi jawa ini sebenarnya juga telah diajarkan di dalam agama kita, bahkan islam mengajarkan lebih utuh dan lebih sempurna dari hal itu semua, karena islam bukan hanya bagaimana tentang keselamatan di dunia saja bahkan lebih jauh dari itu islam juga menjamin bagaimana keselamatan di akhirat kelak, semua telah di sebutkan di dalam Al Qur’an dan Sunnah.

 

Oleh karena itu islam memerintahkan kepada kita:

1.    Tepo seliro (toleransi) di dalam agama dan keyakinan.

Allah ta’ala berfirman:

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ.

"Bagimu agamamu dan bagiku agamaku” (QS. Al-Kafirun [109]:6)

لا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ

“Tidak ada paksaan dalam beragama.” (QS Al-Baqarah[2]: 256)

  2. Tepo seliro dalam hal keadilan kepada orang lain.

Kita di perintahkan agar berlaku adil kepada orang lain meskipun kita membenci kaum atau orang tersebut.

Seperti di dalam firman Allah ta’ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah[5]:8).

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan berbuat kebaikan.” (QS. An-Nahl[16):90).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَى بِالْأُنْثَى.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.” (QS. Al-Baqarah[2]178).

3.   Tepo seliro dalam bersikap kepada saudara kita.

Rasullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:

فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ، وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ، فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ.

“Barangsiapa ingin dijauhkan dari neraka dan masuk ke dalam surga, hendaknya ketika ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah, dan hendaknya ia berperilaku kepada orang lain sebagaimana ia senang diperlakukan oleh orang lain.” (HR. Muslim 1844).

4.   Tepo seliro di dalam mencintai saudara.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.

“Tidaklah beriman seorang di antara kalian sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari 13, Muslim 45).

5.   Tepo seliro di dalam hal hadiah atau pemberian.

Allah ta’ala berfirman:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ.

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran[3]: 92).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَهَادُوا تَحَابُّوا

“Hendaklah kalian saling memberi hadiah, Niscaya kalian akan saling mencintai.“

6.   Tepo seliro di dalam mengembalikan pinjaman.

ﻣَﻄْﻞُ ﺍﻟْﻐَﻨِﻰِّ ﻇُﻠْﻢٌ.

“Penundaan pelunasan hutang oleh orang yang mampu adalah sebuah kezaliman. (HR. Bukhari 2288, Muslim 1564). Dan masih banyak lagi.

Perkara yang sudah ma’ruf (kita ketahui bersama) bahwa orang-orang islam itu seperti bangunan, satu sama lain saling menguatkan.

Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.

“Permisalan seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari 481, Muslim 2585).

Begitu pula setiap orang tidak akan lepas dari kesalahan, sebagaimana Raslullah shallallahu ‘alai wa sallam bersabda:

 كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.

“Setiap anak Adam (manusia) pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertaubat.” (HR Ibnu Majah 4251, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Al-Misykah 2341).

Dari sini syari’at ini memerintahkan agar kita bersatu saling menasehati diantara kita.

Allah ta’ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا.

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang  yang bersaudara.” (QS. Al-Imran [3]: 103)

Allah ta’ala berfirman:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS.Ali-Imran[3]:104).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَستَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَانِ.

“Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaklah ia merubahnya dengan tangannya jika tidak bisa maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman.“[HR. Muslim 49).

Bahaya meninggalkan amal ma’ruf dan nahi mungkar.

Orang-orang Yahudi dahulu ada yang tinggal di dekat pantai, mereka melanggar pada hari Sabtu kemudian sebagian mereka memperingatkan, sebagian mereka membiarkan maka mereka orang-orang yang mendiamkan dan yang melanggar dikutuk menjadi kera dan babi.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ.

“Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina!" (QS. AL-Baqarah[2]:65).

Zainab bnti Jahsyi bertanya kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ؟ قَالَ: نَعَمْ إِذَا كَثُرَ الخَبَثُ.

“Apakah kami akan binasa sementara orang-orang shalih masih ada di antara kami?” Beliau menjawab, “Benar, apabila kemaksiatan telah merajalela.” (HR Bukhari 3346, Muslim 2880).

 

Tepo seliro (toleransi) tetap kita lakukan namun tanpa meninggalkan saling menasehati diantara kita untuk menggapai keridhan Allah ta’ala’

Demikianlah semoga bermanfaat.

 

Sragen 25-11-2-23.

Junaedi Abdullah.


Rabu, 08 November 2023

LARANGAN BERPECAH BELAH DAN PERINTAH AGAR BERSATU.


LARANGAN BERPECAH BELAH PERINTAH AGAR BERSATU.

Kondisi umat islam saat ini sungguh sangat menyedihkan, dimana mereka terkotak-kotak, bergolong-golong, sebagian mereka tidak mau bersama dengan yang lain selain dengan golongannya saja, yang lebih menyedihkan sebagian mereka menganggap islam yang lain tidak syah karena di luar kelompoknya. Kita bertoleransi kepada orang yang berbeda pandangan dengan kita, karena hakekat hidayah hanya milik Allah, namun kita tetap  saling memberi nasehat karena ini merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Fenomena seperti di atas telah menjadi sunatullah, namun secara syar’i Allah Allah dan Rasul-Nya memerintahkan agar kaum muslimin bersatu.

Allah ta’ala berfirman:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا.

“Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara...” (QS. Ali-Imran[3]:103).

Asbabun nuzul ayat ini, ada seorang lelaki Yahudi lewat di hadapan sejumlah orang penting dari kalangan kabilah Aus dan kabilah Khazraj, maka si Yahudi itu memanas-manasi mereka dan berhasil menyulut kemarahan kedua belah pihak sehingga hampir saja mereka berperang.


Ketika berita tersebut sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam., maka beliau mendatangi mereka, lalu beliau meredakan dan melerai mereka serta bersabda:

أَبِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ وَأَنَا بَيْنَ أَظْهُرِكُمْ؟

“Apakah kalian menyerukan seruan Jahiliah, sedangkan aku ada di antara kalian?”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, membacakan ayat ini kepada mereka (QS. Al-Maidah[3]:103). Akhirnya mereka menyesali perbuatannya, lalu mereka berdamai, saling berpelukan, dan semua senjata mereka lemparkan. Semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka.

Diantara prinsip yang harus dipegang seorang muslim agar selamat di dunia dan akhirat yaitu:

1.     Berpegang dengan Al-Qur’an dan Sunnah.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ  فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ  ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا.  

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa [4]: 59).

 

Menurut Mujahid rahimahullah dan juga lainnya, beliau mengatakan: “Segala sesuatu yang diperselisihkan di antara manusia menyangkut masalah pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya, hendaknya perselisihan mengenai hal itu dikembalikan kepada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS. An-Nisa[4]:59).

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS.An-Nisa[4]:65).

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

"Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar dan kami patuh.’ Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS An-Nur [24]: 51).

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ.

“Barang siapa mentaati Rasul (Muhammad) sesungguhnya dia telah mentaati Allah.” (QS. An-Nisa[4]:80).

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

”Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab[33]:71).

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنِّي قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِي.

“Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Al-Hakim di dalam mustadraknya 319, Disahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Sahihul Jami’ 2937).

 

2.   Wajibnya mengikuti pemahaman para sahabat.

Allah ta’ala berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ.

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Al Imran [3]: 110).

فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ.

“Maka jika mereka telah beriman sebagaimana yang kamu imani, sungguh, mereka telah mendapat petunjuk..” (QS. AL-Baqarah[2]:137).

Orang yang memahami bahasa arab akan mengetahui bahwasanya yang menjadi khitab (di ajak bicara) dalam ayat di atas adalah para sahabat.

Lebih jelas lagi apa yang Allah firmankan pada ayat di bawah ini:

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.

“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka (dalam melaksanakan) kebaikan, Allah ridha kepada mereka; dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang di dalamnya terdapat sungai-sungai yang mengalir. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah [9]: 100).

 

Dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ.

“Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian generasi setelah mereka, kemudian setelah mereka lagi.” (HR. Bukhari 2652, Muslim 2533. Dengan lafald dari Bukhari).

Abu Sa’id Al Khudri radiyallahu’anhu berkata, Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا, مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ، وَلاَ نَصِيفَهُ.

Jangan kalian mencela para sahabatku, seandainya salah seorang kalian menginfakkan emas sebesar Uhud tidak akan bisa menyamai satu mud-nya mereka tidak juga setengahnya.” (HR. Bukhari  3673, Muslim 2540).

Inilah kemuliaan para sahabat, mereka manusia pilihan yang menjadi sahabat Rasul-Nya.

 

3.   Larangan keras menyelisihi Rasulullah dan para sahabat.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا.

“Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahanam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisaa [4]: 115).

 

Para sahabat Secara individu (person) bukanlah manusia yang maksum (bebas dari salah), akan tetapi apa yang telah ditaqrir (didiamkan dan disetujui) Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam terhadap para sahabat merupakan dalil kebenaran yang harus diikuti, begitu pula apa yang telah menjadi kesepakatan para sahabat (ijma’ mereka) adalah merupakan kebenaran.

Dari sahabat Annas radillahu‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إنَّ اللَّهَ لَا يَجْمَعُ هَذِهِ الْأُمَّةَ عَلَى ضَلَالَةٍ أَبَدًا.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umat ini di atas kesesatan selamanya.” (HR. Ibnu Majah 3940, Hakim 201-202, Tirmidzi 2269 dan diShahihkan syaikh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 1848, Al-Misykah 173).

 

4.   Perpecahan merupakan kebiasaan orang-orang musyrik.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ . مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ.

“Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Rum[30]:30-31).

 

5.   Perpecahan akan menjauhkan dari rahmat Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ . إِلَّا مَنْ رَحِمَ رَبُّكَ.

“Tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat), kecuali orang yang di rahmati Tuhanmu.” (QS. Hud[11]:118-119).

Oleh karena itu hadits yang menerangkan perselisihan umatku adalah rahmat, ini merupakan hadits yang dha’if.

Orang-orang yang suka berselisih berargumen pada sebuah hadits yang dhai’if dan tidak ada asal-usulnya, selalu mereka dengung-dengungkan, yaitu hadits:

اخْتِلَافُ أُمَّتِي رَحْمَةٌ

“Perbedaan pendapat pada umatku adalah rahmat.” (Hadits tidak ada asalnya, dicantumkan syaikh al-Albani di dalam kitab beliau Sil-silah al-haditsu adha’ifah wal maudhu’ah wa attsaruha).

Seandainya perselisihan umat itu rahmat berarti persatuan umat adalah adzab, tentu ini sangat bertentangan dengan firman Allah ta’ala di dalam Surat Ali-Imran [3]:103) tersebut.

 

6.   Orang yang suka berselisih adalah orang yang tidak mengerti.

Allah menggambarkan keadaan orang-orang kafir dan orang-orang musyrik yang nampak bersatu padahal hakekatnya mereka bercerai-berai.

Allah ta’ala berfirman:

تَحْسَبُهُمْ جَمِيعًا وَقُلُوبُهُمْ شَتَّىٰ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ.

 

“Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al-Hasry [59]:14).

 

7.   Perselisihan dan perpecahan akan melemahkan kaum muslimin.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ.

“Janganlah kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu.” (Qs. Al-Anfal [8]: 46).

 

8.   Jalan kebenaran hanya satu.

Dari ibnu Mas’ud radiallahu ‘anhu beliau berkata:

خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا ثُمَّ قَالَ هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ ثُمَّ قَالَ هَذِهِ سُبُلٌ و عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ ثُمَّ قَرَأَ, وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ.

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat sebuah garis lurus bagi kami, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis lain pada sisi kiri dan kanan garis tersebut, lalu bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan (yang banyak). Pada setiap jalan ada syetan yang mengajak kepada jalan itu,’  kemudian beliau membaca:

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَتَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ.

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya.” (QS. Al-An’am[6]:153)(HR. Ahmad 4142, Abu Dawud 241, dihasankan syaikh al-Albani di dalam Adh-Dhilal 16-17).

 

9.   Perhatian Rasulullah di dalam memberikan solusi dari perselisihan.

Dari Abu Najih Al-‘Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةً مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang membuat hati menjadi bergetar dan mata kami menangis, maka kami berkata, “Wahai Rasulullah, sepertinya ini adalah wasiat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah wasiat kepada kami.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Aku berwasiat kepada kalian agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat meskipun kalian dipimpin seorang budak. Sungguh, orang yang hidup di antara kalian sepeninggalku, ia akan melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, wajib atas kalian berpegang teguh pada sunnahku dan Sunnah Khulafaur rosyidin al-mahdiyyin (yang lurus dan mendapatkan petunjuk). Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Dawud 4607, Tirmidzi 2676. Disahihkan syaikh al-Albani dalam sahihul jami’ 2549).

Dari sahabat Auf ibn Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، فَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ، وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً، وَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ، وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ؟ قَالَ: الْجَمَاعَةُ.

“Orang-orang Yahudi terpecah menjadi tuju puluh satu golongan, satu masuk kedalam Surga, tuju puluh masuk ke dalam Neraka, orang Nasrani terpecah menjadi tuju puluh dua golongan, tuju puluh satu masuk ke dalam Neraka, satu masuk ke dalam Surga,  Dan demi Dzat Yang jiwa Muhammad berada di Tangan-Nya, umatku benar-benar akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, yang satu di Surga, dan yang tujuh puluh dua golongan di Neraka.” Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah mereka satu golongan yang masuk Surga itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Al-Jama’ah.” (HR. Ibnu Majah 3992, Ibnu Hibban 6247, di shahihkan syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 1492).

 

Dalam riwayat yang lain Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam bersabda:

كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلاَّ مِلَّةً وَاحِدَةً، قَالُوْا: وَمَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِيْ.

Semua masuk neraka kecuali satu.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Siapa saja yang meniti di atas jalanku dan para sahabatku.”(HR Tirmidzi 2641. Di hasankan oleh syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 203).

Sahabat Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ’anhu, menjelaskan kepada kita tentang Al Jama’ah:

الْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَقَّ وَلَوْ كُنْتَ وَحْدَكَ.

“Al Jama’ah adalah siapa saja yang sesuai dengan kebenaran walaupun engkau sendiri.”(Dikeluarkan oleh Al-Lallikai di dalam Syarhu Usuli I’tiqadi Ahli Sunnah 1/109, Al Hafizh At Thabrani di dalam Musnadnya 1/220 di shahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Al-Miskah 1/61).

10.              Inilah islam, agama sempurna, dan yang telah di ridhai Allah.

Allah ta’ala berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا.

Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, telah Aku cukupkan nikmatku bagimu telah Aku ridhai islam sebagai agamamu.” ( QS. Al-Maidah[5]:3).


Demikianlah hendaknya seorang muslim mengutamakan dan memiliki komitmen untuk berpegang teguh terhadap agamanya, terlebih dirinya telah mengetahui kebenaran tersebut, bukan berpaling kepada individu, kelompok, golongan, yayasan, maupun selainnya di mana hal itu dapat memicu perselisihan dan perpecahan di kalangan kaum muslimin. Semoga bermanfaat.

 

Sragen 10-11-2023

Junaedi Abdullah.

 

 

 

 

 


Rabu, 01 November 2023

SIFAT-SIFAT YAHUDI YANG HARUS DIJAHUI

10 SIFAT YAHUDI YANG HARUS DIJAHUI

Orang-orang Yahudi banyak membuat kerusakan di bumi, dari dulu hingga sekarang, karena kejahatan mereka sehingga Allah mengutuk mereka. 10 sifat ini bukanlah sebuah pembatasan, hanya saja inilah diantara sifat-sifat yang paling buruk yang dimiliki orang-orang yahudi.

Mereka tidak akan senang kepada kaum muslimin selama-lamanya, oleh karena itu Allah telah mengabarkan kepada kita.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)." Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. ( QS. Al Baqarah[2]:120).

Ibnu Jarir mengatakan: “Yang dimaksud dengan firman Allah di atas adalah, “Hai Muhammad, orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah rela (ridha, senang) kepadamu selama-lamanya, karena itu tidak usah lagi kau cari hal yang dapat menjadikan mereka rela dan sejalan dengan mereka. Akan tetapi arahkan perhatianmu untuk mencapai ridha Allah dengan mengajak mereka kepada kebenaran yang kamu diutus dengannya.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Baqarah [2]: 120).

Setelah diutusnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam agama orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak tidak diterima oleh Allah shubhanahu wa ta’ala 

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah adalah (agama) Islam.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 19).

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 85).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini, baik Yahudi dan Nashrani, mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya (yaitu agama Islam), kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim 153, Ahmad 8609).

 

Adapaun diantar sifat-sifat Yahudi yang harus dijahui yaitu:

 

1.                Mereka berbuat syirik kepada Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ.

“Dan (ingatlah) ketika Kami menjanjikan kepada Musa empat puluh malam. Kemudian kamu (Bani Israil) menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sesembahan) setelah (kepergian)nya, dan kamu (menjadi) orang yang zhalim.” (QS. Al-Baqarah[2]:51).

Mereka juga mengatakan Allah punya anak.

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ.


“Orang-orang Yahudi berkata, “’Uzair itu putera Allah.” (QS. At Taubah [9]:30).

Mereka juga menjadikan kuburan-kuburan para nabi sebagai tempat ibadah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَعَنَ اللَّهُ اليَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ.

”Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka menjadikan kubur Nabi mereka sebagai masjid.”  (HR. Bukhari 1390, Muslim 529).

 

Bahwasanya Al-Qur’an dan Sunnah telah memberitahutentang bahaya kesyirikan ini diantaranya:

1)     Tidak diampuni oleh Allah (QS. An-Nisa’ [4]:48, 116).

2)     Kekal selamanya di Neraka (QS. Al-bayinnah[98]:6).

3)     Menghapuskan amal kebaikan (QS. Az-Zumar [39]:65).

4)     Mendatangkan adzab Allah ta’ala, sebagaimana umat terdahulu.

5)     Menjauhkan keberkahan, sebagaimana ketakwaan mendatangkan keberkahan. Dan lain-lain.

 

2.                    Mereka melakukan sihir.

Allah ta’ala berfirman:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ.

“Mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa Kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kufur, tetapi setan-setan itulah yang kufur. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah[2]:102).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقَاتِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ اليَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ المُحْصَنَاتِ المُؤْمِنَاتِ الغَافِلاَتِ.

“Jahuilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan, kami bertanya, Ya Rasulullah apa itu..? beliau berkata, “Berbuat syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang benar….,(HR. Bukhari 2766, Muslim 89, Abu Daud 2874).

 

3.                Mereka merubah-rubah kitab Allah.

Allah ta’ala berfirman:

فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ.

“Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.”(QS. Al-Baqarah[2]:79).

 

4.                    Mereka suka membantah dan menyakiti utusan Allah ta’ala.

 

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَدْ تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ.

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu?" Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. (QS. Ash-Shaf [61]:5).

 

5.                    Mereka kaum yang membunuhi para nabi dan rasul.

Allah ta’ala berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ

“Hal itu (terjadi) karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar).” (QS.Al-Baqarah [2]:61).

أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ.

“Mengapa setiap rasul yang datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian kamu bunuh?” (QS. Al Baqarah[2]:87).

Mereka telah membunuh nabi Zakaria, Yahya dan lain-lain, mereka tahu itu tidak dibenarkan karena mereka tidak memiliki keyakinan bolehnya mereka membunuh para Nabi hal itu karena mereka mengikuti hawa nafsu.(Bisa di lihat di dalam tafsir Al-Badhawi 331).

Mereka berusaha membunuh nabi Isa namun Allah angkat kelangit.

Mereka juga berkali-kali mencoba membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun Allah gagalkan niat mereka.

Mereka mengundang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, salah seorang mereka naik di atas loteng dengan mengangkat bongkahan batu, kemudian Rasululah segera pulang aetelah diberi tahu oleh Jibril, dan meninggalkan Abu Bakar dan Umar, mereka juga pernah meracun dengan membubuhi daging kambing dengan racun, pada saat perang khaibar, namun daging itu memberitahu kepada Rasulullah bila dirinya dibubuhi racun. (LIhat Ar-Rahiqul makhtum Syaikh Syafiurahman Al-Mubarak Furi).

Dari sini kita tidak heran di mana mereka membunuhi saaudara kita di palestina dan mengatakan mereka memperlakukan layaknya binatang sebagaimana yang dikatakan presiden mereka, karena mereka bangsa yang kejam sadis dan tak berperikamanusiaan.

 

6.                Orang Yahudi suka mengingkari perjanjian.

Ketika Rasulullah sampai dikota Madinah, beliau segera membuat perjanjian damai kepada orang-orang Yahudi, dimana diantaranya perjanjian itu saling menjaga keamanan, seandainya musuh datang dari luar semua penduduk Madinah bahu-membahu untuk memerangi bersama, akan tetapi Bani Qunaiqa justru membuat onar yang akhirnya mereka diusir, begitu pula Bani Nadhzir mereka berhianat membantu musuh yaitu orang-orang musyrik ketika perang khandak, dan berakhir dibunuh serta ditawan.

7.                    Mereka suka menyembunyikan ilmu.

Allah ta’ala berfirman:

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ.


Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah[2]:146).

 

Al-Qurtubi mengatakan, telah diriwayatkan dari Umar radhiallahu ‘anhu bahwa ia pernah bertanya kepada Abdullah ibnu Salam, "Apakah engkau dahulu mengenal Muhammad sebagaimana engkau mengenal anakmu sendiri?" Abdullah ibnu Salam menjawab, "Ya, dan bahkan lebih dari itu. “ (Tafsir ibnu Katsir QS. Al-Baqarah[2]:146).

 

8.                    Orang Yahudi suka berbuat makar.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَوْا مِنْكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ.

“Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabat, lalu Kami katakan kepada mereka, "Jadilah kamu kera yang hina!" (QS. AL-Baqarah[2]:65).

Ketika mereka dilarang mengambil ikan pada hari sabtu, mereka memasang jaring ikan pada hari jum’at sehingga ikan masuk di hari sabtu, akhirnya mereka dikutuk jadi kera dan babi.

 

9.                    Mereka melakukan riba.

Apabila kita membaca sejarah kita akan dapatkan, ketika Rasulullah dan para sahabat sampai di kota madinah mereka mendapatkan orang-orang Yahudi mengembangkan harta mereka dengan cara riba.

Kemudian islam datang melarang keras riba.

Allah ta’ala berfirman:

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ.

“Allah menghilangkan (keberkahan dari) riba dan menyuburkan sedekah.” (QS. Al-Baqarah[2]:276).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقَاتِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا

“Jahuilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan, kami bertanya, “ Ya Rasulullah apa itu..? beliau berkata, “Berbuat syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang benar, memakan harta riba...” (HR. Bukhari 2766, Muslim 89, Abu Daud 2874).

 

10.          Mereka hasad kepada kaum muslimin.

Allah Subhanahu wa ta’ala, berfirman:

وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّـهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّـهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.

Banyak dari kalangan ahli kitab yang menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki (yang timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintahNya. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah[2]: 109).

 

 

Rasulullah melarang keras mengikuti mereka.

sallam, dari Abu Said al Khudri dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ .قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اليَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: فَمَنْ.

“Sungguh kalian akan mengikuti perilaku orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai jika mereka masuk ke dalam lobang biawak kalian akan mengikutinya.” Kami bertanya, “Ya Rasulullah apakah mereka orang yahudi dan Nashara.” Beliau menjawab, “ Siapa lagi.” ( HR. Bhukhari 7320, Ahmad 10641).

 

Orang-orang islam sadar ataupun tidak mereka banyak mengikuti ahlul kitab, Yahudi maupun Nasrani.

Diantara yang diikuti kaum muslimin yaitu:

1)     Mereka banyak yang melakukan kesyirikan.

2)     Mereka banyak yang berdoa sambil bernyanyi-nyanyi.

3)     Mereka banyak yang melakukan praktek sihir.

4)     Mereka memperingati tahun baru sebagai mana Yahudi dan Nasrani.

5)     Mereka memperingati kelahiran nabi sebagaimana mereka.

6)     Mereka ikut-ikutan mengulang tahuni anak-anak mereka.

7)     Mereka banyak yang berilmu tapi sedikit yang beramal.

8)     Mereka banyak yang beramal namun tidak didasari ilmu.

9)     Mereka suka melakukan riba.

10)              Mereka saling hasad di antara kaum muslimin.

 

Ketika kaum muslimin tidak lagi memperhatikan aqidah dan manhajnya mereka tak lagi memperhatikan cara bermuamalah mereka, maka hilanglah wibawa dan kekuatan yang memiliki meskipun jumlah mereka banyak.

Dari Tsauban Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ.

“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti makanan yang di perebutkan di tempatnya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih yang mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa takut dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shallallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Dawud 4297 Amad 22397 di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 958).

Orang-orang Yahudi kelak akan dikalahkan orang-orang yang memiliki aqidah sebagaimana Rasulullah dan para sahabatnya, sebagaimana yang dijelaskan para ulama terhadap hadits di bawah ini.

Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ، فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ، فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ الشَّجَرُ: يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي، فَتَعَالَ فَاقْتُلهُ، إِلَّا الْغَرْقَدَ، فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ "

 "Hari Kiamat tidak akan terjadi sampai orang-orang islam memerangi orang-orang Yahudi, orang-orang islam membinuhi mereka sampai orang-orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, lalu pohon dan batu itu berkata, “Wahai orang islam, wahai hamba Allah, ini ada Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah, kecuali pohon gharqad, karena pohon gharqad adalah pohon orang Yahudi." (HR.Bukhari 2926, Muslim 2922 Ahmad 9398).

Demikianlah akhirnya kemenangan diraih kaum muslimin in syaa Allah aamiin.

Semoga bermanfaat.

 

Sragen 04-11-2023

Junaedi Abdullah.


MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...