Sabtu, 24 April 2021

BAGAIMANA SUPAYA MENJADIKAN NEGRI MAKMUR.

BAGAIMANA SUPAYA MENJADIKAN NEGRI MAKMUR.

Menurut Al Qur’an dan Sunnah.

 

Subur makmur damai sejahtera dan jauh dari bala’ merupakan dambaan semua orang, oleh karena itu hendaknya bahu-membahu untuk mewujudkan hal itu.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ.

 

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka dengan sebab apa yang telah mereka kerjakan. (Qs Al A’raf[7]:96).

 

Dahulu ada sebuah negri yang sangat makmur, yang terletak di Yaman, yaitu negri Saba’ yang di sebutkan Allah ta’ala,   
di mana Allah menyebutnya dengan “Baldatun Toyyibaun wa Rabbun Ghofur”; negeri yang penuh kebaikan, kesejahteraan, damai, aman dan penuh ampunan Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ ءَايَةٌ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ.

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun, di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (dikatakan kepada mereka) makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugrahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang  maha pengampun” (QS. Saba’[34]: 15)

Kemakmuran negri Saba’ banyak di ceritakan oleh  para ulama salaf diantaranya Qatadah, dia menceritakan ada seorang ibu berjalan diantara pepohonan yang berbuah itu, masuk ke dalam kebun tersebut dengan membawa keranjang di atas kepalanya, ketika keluar dari kebun itu keranjang tersebut akan penuh dengan buah-buahan tanpa harus memetik buah tersebut. Abdurrahman bin Zaid menambahkan, di sana tidak ditemukan nyamuk, lalat, serangga. (Tafsir Ibnu Katsir QS Saba’[34]:15).

فَأَعْرَضُوْا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ العَرِمِ.

“Tetapi mereka berpaling, maka kami datangkan kepada mereka banjir al-‘arim.” (QS. Saba’[34]: 16)

Sebab hilangnya nikmat yaitu kufurnya mereka kepada Allah ta’ala.

 

Dari sini siapapun yang ingin menjadi penggagas sebuah negri yang makmur tenram dan damai hendaknya merumuskan apa yang telah Allah ta’ala kabarkan. Sebagaimana firman Allah pada surat Al A’raf ayat 96 di Atas.

 

Adapun untuk mencapai hal tersebut yaitu.

 

1. Beriman yang mencakup pokok dan cabangnya.

 

Seperti iman kepada Allah, para malaikat, pada kitab-kitab, kepada para Rasul, kepada hari akhir, dan iman terhadap taqdir yang baik maupun yang buruk, sebagaimana hal ini tertera di dalam hadis Jibril.

 

Ketika malaikat Jibril bertanya kepada Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam tentang iman.

“Apa iman itu?” beliau rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ.

“Beritahukanlah kepadaku tentang Iman?“ Beliau bersabda, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan kamu beriman kepada qadar yang baik maupun yang buruk.” (HR Muslim 8)

 

2. Taqwa.

 

Semua bentuk ibadah yang Allah perintahkan akan bermuara pada ketaqwaan, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan semua kebaikan.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

“Wahai manusia sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan juga orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah[2]:21).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang bertakwa.” (QS Al Baqarah[2]:183).

Bilamana daerah tersebut supaya di kirim da’i dan di ajarkan perkara-perkara pokok tersebut, sebagaimana Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam di permulaan islam mengutus Mus’ab bin Umair ke Yasrib yang sekarang Madinah, kemudian Mu’adz bin Jabal ke Yaman.

3. Amal ma’ruf.

Sampaikan berbagai macam kebaikan dan di sebarkan kepada masyarakat karena ini bagian dari cabang keimanan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ.

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah [2]: 208).

Rasullullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ألإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ.

“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari 9 dan Muslim 35).

Dengan tersebarnya kebaikan niscaya akan menjadikan masyarakat paham, sehingga daerah ataupun desa akan mengalami proses perbaikan yang lambat laun akan menjadikan keburukan menipis atau hilang.

4. Nahi mungkar.

Penting di setiap negara sampai pada desa ataupun dukuh, adanya orang-orang yang mengemban tugas untuk memberantas kemungkaran, yang mereka selalu bekerja sama dengan orang alimnya.

Allah ta’ala berfirman:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Kalian adalah sebaik-baik umat yang di keluarkan untuk manusia, memerintahkan kebaikan dan mencegah yang mungkar…” (QS Al Imraan[3]:110).

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.

“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(QS Al Imraan[3]:104).

 

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْماَنِ.

“Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu lakukanlah dengan lisannya, dan jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.” (HR Muslim 49 (78)).

 

Bahaya tidak ada yang amal makruf dan nahi mungkar.

Allah ta’ala berfirman:

 

وَاتَّقُوْا فِتْنَةً لَّا تُصِيْبَنَّ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا مِنْكُمْ خَاۤصَّةً ۚوَاعْلَمُوْا اَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ .

 

“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksanya.” (QS Al-Anfal [8]:25).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَتَأْمُرُنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ، ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يَسْتَجِيبُ لَكُمْ

“Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, hendaknya kalian betul-betul melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar atau (jika kalian tidak melaksanakan hal itu) maka sungguh Allah akan mengirim kepada kalian siksa dari-Nya kemudian kalian berdoa kepada-Nya (agar supaya dihindarkan dari siksa tersebut) akan tetapi Allah Azza wa Jalla tidak mengabulkan do’a kalian.” (HR Tirmidzi 2169 dan dihasankan oleh Albani dalam Shahihul Jami’).

Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu berkata:

 

مَا نَزَلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍِ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ.

 

Tidaklah musibah itu menimpa, kecuali disebabkan dosa, dan musibah itu tidak akan diangkat kecuali dengan taubat. (Addaa wad  Dawaa 118).

 

5. Menunaikan zakat yang wajib dan yang sunnah.

Allah ta’ala befirman:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ

Ambillah zakat dari harta mereka, untuk membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. (Q.S At-Taubah[9]: 103).

Allah Azza wa Jalla berfirman:

 وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ.

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’(Al-Baqarah[2]:43).

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ.

Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta, dan orang miskin yang tidak meminta. (Adz-Dzariyat[51]:19).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّكَ سَتَأْتِيْ قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَىْهِ شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ– وَفِيْ رِوَايَةٍ – : إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللهَ – فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَـمْسَ صَلَوَاتٍ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوْا لَكَ بِذٰلِكَ ، فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْـمَظْلُوْمِ ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ حِجَابٌ.

Sesungguhnya engkau akan mendatangi satu kaum Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), maka hendaklah pertama kali yang kamu sampaikan kepada mereka ialah syahadat La Ilaha illallah wa anna Muhammadar Rasulullah -dalam riwayat lain disebutkan, ‘Sampai mereka mentauhidkan Allah.’- Jika mereka telah mentaatimu dalam hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah Azza wa Jalla mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka telah mentaati hal itu, maka sampaikanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Dan jika mereka telah mentaati hal itu, maka jauhkanlah dirimu (jangan mengambil) dari harta terbaik mereka, dan lindungilah dirimu dari do’a orang yang teraniaya karena sesungguhnya tidak satu penghalang pun antara do’anya dan Allah.” (HR. Bukhari 1496).

 

6. Bersyukur kepada Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ.

“Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim[14]:7).

Bersyukur dengan menyebut mengakui nikmat tersebut didalam hatinya, menyebutnya di dalam lisannya, dan menggunakannya di dalam ketaatan.

Demikianlah semoga bermanfaat dan menjadikan negri kita menjadi negri di berkahi makmur dan damai.

 

Sragen 23-04-2021.

Junaedi Abdullah .

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selasa, 20 April 2021

DIANTARA HIKMAH DAN KEUTAMAAN PUASA.

25+ Gambar Pemandangan Indah / Sketsa / Gunung / Laut / Sawah / Desa


Setiap agama atau aliran kepercayaan memiliki tatacara didalam membersihkan jiwa, namun ketika mereka menyandarkan kepada akal semata tanpa bimbingan dari Allah dzat yang menciptakan manusia itu sendiri yang ada justru bukan mensucikan tetapi malah mengotori jiwa tersebut, hal ini bisa kita lihat berbagai prilaku yang di lakukan keyakinan selain islam ketika mereka ingin mensucikan dirinya.

 

Ada yang dengan ritual merendam diri (kungkum) di sungai tertentu (gangga di India) ada yang dengan bertapa, ada yang dengan semedi atau nepi, ngrowot, mutih, ngebleng, dan lain sebagainya yang intinya mereka ingin mensucikan diri.

 

Adapun islam adalah syariat yang sempurna, semua syariat Allah ta’ala akan bermuara kepada kebaikan, baik terkait masalah keyakinan, jiwa, raga, harta, nasab, dan kehormatan.

 

Begitu pula memiliki hikmah yang sangat besar, baik yang nampak (di ketahui) ataupun tersembunyi(tidak di ketahui). sebagaimana syariat shalat, zakat dan haji, semua memiliki hikmah yang besar, begitu pula syariat puasa, akan menjadikan kebaikan bukan hanya kepada pelakunya namun juga bagi orang-orang di sekelilingnya.

 

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. QS. Al Baqarah[2]:183.

Diantara hikmah dan keutamaan puasa yaitu:

 

1.  Akan menyisihkan orang yang tulus keimanannya kepada Allah dengan orang fasiq atau munafiq.

Imam Al hafizdh Adz-Dzahabi rahimahullah berkata: sudah menjadi ketetapan bagi kaum muslimin, bahwa barangsiapa yang meninggalkan puasa tanpa udzur (syar’i) ia lebih buruk dari pada pezina dan pecandu khamer, bahkan mereka meragukan keislamannya dan menganggapnya zindiq dan menyimpang dari agama.(terjemahan dari “Risalah puasa” syaikh Muhammad Shalih Al Munajid)

 

Nampak sekali orang yang bersungguh-sungguh berpegang agama atau hanya main-main ketika bulan Ramadhan tiba, hendaknya kita menyebarkan peringatan keras bagi orang yang tidak mau puasa di bulan Ramadhan.

 

2.  Menyehatkan badan.

 

Sebagaimana telah di jelaskan oleh para pakar kesehatan, jika puasa di lakukan dengan cara yang benar hal itu akan menyehatkan badan.

 

Di saat puasa hendaknya memperhatikan:

 

1)  Sahur, karena di dalam sahur itu banyak keberkahan.

Nabi Sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

تَسَحَّرُوافَإِنَّ فِي السَّحُوْرِ بَرَكَةٌ.

 

“Makan sahurlah kalian karena dalam sahur ada barakah” (HR Bukhari 139 Muslim 1095).

تَسَحَّرُوا وَلَوْ بِجُرْعَةِ مَاءٍ.

“Makan sahurlah kalian meski hanya dengan seteguk air.” Shahih: (HR Ibnu Hibban 223, 884 Syaikh Al Bani berkata Hasan shahih).

2) Tidak berlebih-lebihan di dalam sahur maupun berbuka.

Hanya orang yang berakal saja yang menjadikan makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan.

Allah ta’ala berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (QS. Al-A’raf [7]: 31)

Ibnu Katsir menjelaskan tafsir ayat ini,

قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: جَمَعَ اللَّهُ الطِّبَّ كُلَّهُ فِي نِصْفِ آيَةٍ: {وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا}

“Sebagian salaf berkata bahwa Allah telah mengumpulkan semua ilmu kedokteran pada setengah ayat ini.”

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan bahaya kekenyangan karena penuhnya perut dengan makanan, beliau berkata:

الشِّبَعَ يُثَقِّلُ الْبَدَن، وَيُقَسِّي الْقَلْب، وَيُزِيلُ الْفِطْنَة، وَيجلِبُ النَّوْم، وَيُضْعِفُ عَنِ الْعِبَادَة.

“Kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah.” (Hayatut Tabi’in).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ مِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.

 

Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib -raḍiyallahu 'anhu- secara marfū' dia berkata, aku mendengan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda "Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika memang harus melebihi itu, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya." (HR Tirmidzi 2380 syaikh Al Bani berkata Shahih).

 

Banyak sekarang ini kaum muslimin tidak lagi mengindahkan hadis di atas sampai-sampai perut yang sudah kembung masih terus di isi, bayangkan seandainya perut kita ini balon sudah terisi udara dan sudah besar, seandainya masih di isi angin terus apa jadinya.

 

3)  Bersegera di dalam berbuka puasa.

 

لاَيَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ

“Manusia Senantiasa di dalam kebaikan selama menyegerakan bebuka.” (HR. Bukhari 173 Muslim 1093).

Manusia ada yang fisiknya kuat dan ada yang lemah, hanya Allah yang mengetahui kesempurnaan hikmahnya.

 

3.  Menumbuhkan rasa kemanusiaan.

 

Orang yang mendengar kabar tidaklah sama seperti orang yang merasakan, banyak saudara kita yang kelaparan akibat perang, terusir dari negrinya, terkena bencana, dan ditindas, menjadikan mereka kelaparan, ketika kita puasa dengan puas kita berbuka dengan beraneka macam makanan, tapi bagaimana dengan mereka yang terus menerus dalam keadaan tidak ada yang di makan, bahkan sampai ada seorang penanya bertanya kepada syaikh, dalam kondisi sudah tidak ada lagi yang di makan apakah mereka sudah di halalkan makan binatang yang haram…? Syaikh pun menangis mendengar pertanyaan tersebut.

 

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

 

اِرْحَمُوْا مَنْ فِى الأَرْضِ يَرحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ.

“Sayangilah siapa saja yang di bumi, niscaya yang di atas langit akan menyayangimu” (HR. Tirmidzi 1925 dan dishahihkan oleh Albani).

 

4.  Pendidikan akhlaq.

Puasa melatih akhlaq menjadi baik.

Sudah menjadi pembahasan ulama takbiat manusia itu bisa di rubah, oleh karena itu kita sering menyaksikan hewan liar menjadi jinak, demikian pula akhlak yang buruk jika terus-menerus di biasakan berbuat baik, kebiasaan tersebut lama-kelamaan akan menjadi takbiat seseorang, oleh karena itu para sahabat setelah masuk islam akhlaq mereka menjadi orang-orang yang baik. Seandainya Akhlak tidak bisa di rubah tentunya sia-sia Allah menurunkan Al Qur’an.

Allah ta’ala berfirman:

كَمَآأَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِّنكُمْ يَتْلُوا عَلَيْكُمْ ءَايَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُم مَّالَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ.

"Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat atas kalian) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu, yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu, dan menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui." (QS Al-Baqarah[2]: 151).

Melatih kesabaran.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ.

Rasulullah sallallhu a’lai wa sallam bersabda “ Puasa adalah tameng janganlah berkata kotor dan jangan berbuat bodoh, jika seseorang mengajak berkelahi atau mencelamu maka katakanlah aku sedang puasa dua kali”. (HR. Bukhari 1805).

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ.

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat jahil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa.” (HR. Ibnu Khuzaimah 1996 Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targib wa At Tarhib 1082).

Melatih jujur.

Rasullallah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلُ الزُّوْرِ وَالعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ عَزَّوَجَلَّ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.

 

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan (tetap) mengamalkannya, maka tidaklah Allah Azza wa Jalla butuh (atas perbuatannya meskipun) meninggalkan makan dan minumnya.” (HR. Bukhari 1903).

 

Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلا الْجُوعُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلا السَّهَرُ.

“Betapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapatkan dari puasanya selain lapar, dan betapa banyak orang menunaikan shalat malam, tidak mendapatkan dari shalat malamnya selain begadang (semata).” HR. Ibnu Majah 1690.

Rasullallah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ

 “Barang siapa memaksa jiwanya untuk bersabar, Allah akan menjadikannya penyabar.” HR Bukhari 1469.

5.  Puasa membersihkan hati.

 Puasa bukan hanya membersihkan lambung tapi juga hati kita, oleh karena itu jika puasa di lakukan dengan sebenar-benarnya akan menjadikan seseorang takwa.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "كُلُّ مَخْمُومِ الْقَلْبِ، صَدُوقِ اللِّسَانِ". قَالُوا: صَدُوقُ اللِّسَانِ نَعْرِفُهُ، فَمَا مَخْمُومُ الْقَلْبِ؟ قَالَ: "هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ، لَا إِثْمَ فِيهِ، وَلَا بَغْيَ، وَلَا غِلَّ، وَلَا حَسَدَ"

Dari Abdullah bin Amru, dia berkata: Ditanyakan  kepada Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wasallam, “Siapakah manusia yang paling mulia?” Beliau menjawab, “Setiap Makhmumul Qalbi dan orang yang jujur lisannya.” Para sahabat berkata, “Orang yang jujur lisannya kami telah mengerti, namun siapakah Makhmumul Qalbi?” Beliau menjawab: “Adalah seorang yang yang memiliki hati yang bertakwa dan hati yang suci. Hati yang tidak ada kedurhakaan di dalamnya, tidak ada dendam, permusuhan, dan kedengkian.” (HR Ibnu Majah 4216 Tabrani 1218 dan di sahihkan syaikh Al Bani dalam As Shahihah).

 

6.  Puasa membersihkan dari dosa-dosa.

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِر.

“Antara shalat lima waktu, antara shalat jumat satu ke shalat jumat berikutnya, dan antara puasa ramadhan ke puasa ramadhan berikutnya adalah penghapus untuk dosa di antara keduanya, apabila dia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim 857)

Semoga bermanfaat.

 

Sragen 21-04-2021

 

Abu Ibrahim.

 







 

 

 

 

 

 

 

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...