Minggu, 21 Mei 2023

SEBAB-SEBAB FUTUR. ( MALAS DAN BERHENTI DARI KETAATAN)


Iman seseorang terkadang naik dan terkadang turun, hal ini sudah menjadi konsensus (kesepakatan para ulama ahlu Sunnah wa jama'ah).
Rasa malas yang menghinggapi hati seseorang merupakan kewajaran, hanya saja hal ini sangat membahayakan jika sikap malas dan jemu itu terus berkepanjangan, apalagi sampai taraf meninggalkan ibadah wajib dan sunnah dan banyak meninggalkan ketaatan kepada Allah ta'ala.

Adapun sebab-sebab kemalasan (futur) diantaranya:

  1) Beramal tidak ikhlas karena Allah ta'ala.
Apa bila seseorang beramal tapi karena ingin pujian dari manusia, tatkala hal itu tidak didapatkan timbullah rasa malas.
Oleh karena itu penting beramal ikhlas karena Allah.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah[98]:5).

Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وإنما لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنكحها فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap amal itu (tergantung) pada niatnya, dan sesungguhnya sesesorang itu hanya mendapatkan sesuai dengan apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (dinilai) karena Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena harta dunia yang hendak diraihnya atau karena wanita yanga hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu hanyalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

  2) Berlebih-lebihan dalam beragama.
Agama ini sebenarnya mudah dan ringan.
Allah ta'ala berfirman:
وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ.
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." ( QS. Al-Hasyr [59]:7).

فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا بَقِيَ شَيْءٌ يُقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلا وَقَدْ بُيِّنَ لَكُمْ.
Tidak tersisa suatu (amalan) pun yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka, kecuali sudah dijelaskan semuanya kepada kalian. (HR. Thabrani dalam Al Mu’jamul Kabir 1647, disahihkan Syaikh al-Bani di dalam Silsilah As Sahihah 1803).

تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ.
“Aku tinggalkan kalian dalam keadaan terang-benderang, siangnya seperti malamnya. Tidak ada yang berpaling dari keadaan tersebut kecuali ia pasti celaka.” (HR. Ahmad 4/126 Ibnu Majah 43 dan disahihkan Syaikh al-Bani di Silsilah hadis Shahihah 2/648).
Jika seseorang berlebihan dalam melakukan ketaatan akan memberatkan badanya sehingga lambat laun jadi malas.

  3) Berlebih-lebihan dalam perkara mubah.
Allah ta’ala berfirman:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ.
“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (QS. Al-A’raf [7]: 31).

Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib raḍiyallahu 'anhu secara marfū' dia berkata, aku mendengan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.
"Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika memang harus melebihi itu, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya." (HR Tirmidzi 2380 Ibnu Majah 3349, di shahihkan Syaikh al Abani di dalam Ash Shahihah 2265).

Berlebih-lebihan dalam hal mubah di sini adalah seperti makan, minum, berpakaian, dan kendaraan, mencintai anak istri dan lainya, karena setiap kali manusia melampaui batas dalam melakukan hal-hal yang mubah, maka sesungguhnya ia telah kehilangan nikmat ketaatan, hatinya selalu bertaut kepadanya inilah sebabnya.
Allah melarang hal itu:
قُلْ اِنْ كَانَ اٰبَاۤؤُكُمْ وَاَبْنَاۤؤُكُمْ وَاِخْوَانُكُمْ وَاَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَاَمْوَالُ ِۨاقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ اَحَبَّ اِلَيْكُمْ مِّنَ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَجِهَادٍ فِيْ سَبِيْلِهٖ فَتَرَبَّصُوْا حَتّٰى يَأْتِيَ اللّٰهُ بِاَمْرِهٖۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِيْنَ.
"Katakanlah, Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS. At-Taubah [9]: 24).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ رواه البخاري

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga kalian menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari dalam Kitab Al-Iman, Bab Hubbur Rasul minal Imaan,14)

  4) Tidak segera bertaubat ketika terjerumus dalam perbuatan dosa.
Manusia memang tidak bisa lepas dari kesalahan, namun ketika seseorang terjerumus kedalam dosa hendaknya segera bertaubat.
Allah ta'ala berfirman:
وَالَّذِيْنَ اِذَا فَعَلُوْا فَاحِشَةً اَوْ ظَلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللّٰهَ فَاسْتَغْفَرُوْا لِذُنُوْبِهِمْۗ وَمَنْ يَّغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلَّا اللّٰهُ ۗ وَلَمْ يُصِرُّوْا عَلٰى مَا فَعَلُوْا وَهُمْ يَعْلَمُوْنَ
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui." (QS. Al-Imran[3]:135).

Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.” (HR. Tirmidzi 2499, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Shahiih al-Jaami’ As- Shaghiir 4391).
إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) .
“Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah “ar raan” yang disebutkan Allah di dalam firman-Nya, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (HR Tirmidzi 3334, Ibnu Majah 4244,  di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihul Jami’ 1670).

Ibnul Qoyyim mengatakan di dalam kitabnya, (secara makna) sebab seseorang malas dan terputus dari ketaatan disebabkan kemaksiatan yang dilakukan.(Ad-Dha Wa Adhawa') (penyakit dan obatnya).
Apabila seseorang tidak segera bertaubat ketika terjerumus kedalam maksiat maka hatinya sedikit demi sedikit akan menghitam dan akhirnya dosanya menutupi hatinya yang menyeret kepada kebinasaan.

    5) Makan dari harta haram.
Memakan dari harta haram bukan hanya diancam dengan neraka tapi juga dapat menjadikan malas dalam ibadah.
Allah ta'ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ كُلُوْا مِمَّا فِى الْاَرْضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
"Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah [2];168)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ.
“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah yang baik-baik dari apa yang telah kami rezkikan kepadamu dan bersukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah kepada-Nya saja.”(QS. Al-Baqarah[2]:172.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ .
"Akan datang pada manusia suatu  zaman, di mana seseorang tidak lagi memperdulikan dengan cara untuk mendapatkan harta, apakah melalui cara yang halal ataukah dengan cara yang haram." (HR. Bukhari 2083).
Seseorang akan malas menuaikan ketaatan karena tubuhnya dipenuhi perkara yang haram.

  6) Teman-teman yang tidak baik. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita agar bersama orang-orang yang shalih.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah [9]:119).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
“Seseorang bisa dilihat dari perilaku beragama sahabatnya. Hendaklah kalian memperhatikan bagaimana sahabatmu dalam beragama. (HR Ahmad 8417, Tirmidzi 2378, Abu Dawud 4833, di shahhiihkan Syaikh al-Albani di dalam Ash Shahihah 927).

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ.
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. (HR. Bukhari 5534,  Muslim 2628).

Seseorang bisa mencuri takbiat orang lain tanpa dirasa, mengikuti dan mengagumi, oleh karena itu islam menganjurkan memilih teman duduk dari orang-orang shalih.

Orang-orang yang buruk akhlaknya akan mempengaruhi keburukan sebagaimana saat terakhir Abu Thalib terpengaruh disaat-saat menjelang kematiaanya.

  7) Tidak mau bersama jamaah.
Hendaknya menyadari iman kita tidaklah seperti para Nabi ataupun sahabat nabi, sangat rentan dan lemah, hal ini bisa dirasakan betapa mudahnya seseorang terjerumus kedalam kemaksiatan.
Oleh karena itu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam memerintahkan agar selalu bersama jamaah.
 فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ الذِّئْبَ يَأْكُلُ الْقَاصِيَةَ
"Hendaklah kamu berjamaah. Ketahuilah sesungguhnya serigala itu akan menerkam mangsa yang sendirian." ( Abu Dawud, An Nasa’i dan dihasankan oleh al-Albani.)

  8) Didera fitnah ataupun ujian terus menerus.
Seorang mukmin akan senantiasa mendapatkan ujian, hal ini untuk melihat sejauh mana ilmu amal dan keyakinannya, sedikitnya ilmu dan bekal untuk menghadapi fitnah baik berupa masalah ekonomi, rumah tangga, anak, maupun yang lainnya banyak menjadikan seseorang futur.
Allah ta'ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS, Al-Baqarah [2]:155)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim  2999)

Banyak saudara-saudara kita ketika diuji dengan perkara di atas mereka mereka menjadi futur dan hilang semangatnya.

  9) Hidup dimasyarakat yang rusak.
Masyarakat yang rusak dapat menjadikan lemah agama seseorang, dimana seseorang menyaksikan kemaksiatan, ketaatan ditertawakan hal ini sebagaimana orang yang berada di perantauan negri kafir, atau mayoritas kaum muslimin yang fasiq di tengah-tengah masyarakat yang rusak tersebut ibarat pedang yang tajam dipakai terus-menerus lama-kelamaan menjadi tumpul, jadilah lambat-laun menjadi futur.

  10) Melupakan ilmu yang telah diterima.
Begitu banyak seseorang yang dulu aktif, prestasi, bersemangat namun lambat lain memudar tak lagi nampak ilmunya bahkan hilang dan berganti futur, hal itu dikarenakan tidak mau menjaga apa yang telah Allah karuniakan kepadanya berupa ilmu yang dia dapat, hafalan yang dia miliki, sehingga Allah hukum dirinya dengan disibukkan pada perkara-perkara yang tidak bermanfaat, hingga akhirnya malas melakukan ketaatan.
Hendaknya kita berdoa kepada Allah untuk melindungi kita dari futur atau kemalasan.
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.” (HR. Bukhari 6367 dan Muslim 2706).

Demikianlah semogabermanfaat. Aamiin.


Sragen 22 Mei 2023.

Junaedi Abdullah.

 




MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...