Kamis, 24 Oktober 2019

4 CIRI ORANG YANG DI JANJIKAN DENGAN SYURGA


Hasil gambar untuk gambaran surga


Allah ta’ala berfirman:
وَفِيهَا مَا تَشْتَهِيهِ الْأَنفُسُ وَتَلَذُّ الْأَعْيُنُ وَأَنتُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnyaQS. Az-Zukhruf [43]: 71
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّا لحِينَ مَ لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرِ
“Aku sediakan untuk hamba-hamba-Ku yang shalih kenikmatan (tinggi di surga) yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia.” HR. Bukhari 3072 Muslim 2824.
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah (berlomba-lombalah) kamu untuk (meraih) pengampunan dari Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” Ali ‘Imran[3]:133.
وَفِي ذَٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ.
“Dan untuk yang demikian itu hendaklah orang-orang (yang beriman) berlomba-lomba (untuk meraihnya).” QS Al-Muthaffifin[83]:26.
1.    Mentauhidkan Allah.
Siapapun orangnya apabila menyekutukan Allah ta’ala niscaya akan hapus amalan-amalannnya, di haramkan baginya syurga dia akan masuk kedalam neraka, kekal didalam neraka.
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. QS. Az Zumar[39]:65
إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ.
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. QS Al Maidah[7]:72
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” QS. Al-Bayyinah[98]: 6.
Sekalipun seseorang tidak beramal kecuali di saat menjelang kematiannya dengan mengucapkan la illa ha illallah maka dia akan selamat dari kekekalan di dalam neraka, sebagaimana hadis nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ.
Barangsiapa yang ucapan terakhirnya Laa Ilaaha Illallaah pasti masuk surga. HR. Abu Dawud, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Miyhkah al-Mashabiih: 1/509.
2.      Amal shalih.
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu mengatakan, “Amal salih adalah yang di dalamnya terdapat empat unsur: ilmu, niat yang benar, sabar, dan ikhlas.” (Ma’alim at-Tanzil [1/73] as-Syamilah)

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. QS. Al Nahl[16]:97.
Amal shalih akan menjadikan dunia damai, tentram, dimanapun disitu di tabur amal shalih, dia akan menuai harum semerbak sepanjang masa, kalaupun orang lain tidak bisa mengambil manfaat bahkan kebencian, setidak-tidaknya dia akan membawa keselamatan bagi pelakunya, menjadikan tentram dan damai. Lihatlah para nabi dan rasul umatnya ada yang mengambil manfaat ada juga yang memusuhi tetapi mereka tetap di kenang di dalam Al Qur’an.

Amal shalih merupakan buah dari ilmu seseorang, adapun apa bila yang tersimpan di dalam dada keburukan niscaya akan keluar dari mulut dan perbuatanya berupa keburukan.
Oleh karena itu Allah akan balasi orang yang melakukan amal shalih:

وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ.
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan beramal shalih, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. QS Al Baqarah[2]: 25.
3.   Bertakwa kepada Allah.
Semua perintah dan larangan Allah akan bermuara kepada ketakwaan.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” QS AlBaqarah[2]:21.
Takwa akan menjadikan suatu penduduk negri di berkahi.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. QS.Al ‘Araaf[7]:96

orang yang bertakwa akan di cintai Allah, akan di berikan jalan keluar, akan di masukkan kedalam syurga:
 تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا.
Itulah syurga yang akan kami wariskan kepada hamba-hamba kami yang selalu bertakwa. QS. Maryam[19]:63
Kalau hamba bertakwa itu semua semata-mata untuk kebaikan hamba itu sendiri, demikian pula seseorang bersyukur tidak lain untuk diri mereka sendiri, sebagaimana nasehat Lukman kepada anaknya:
وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ.
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. QS. Lukman[31]: 12.
4.    Taat kepada Allah dan RasulNya.
Kebinasaan orang-orang lantaran mereka di seru kepada Allah dan rasulNya tidak mau taat. Sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ.
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". QS Al Baqararah[2]: 170.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ.
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.QS. Al Maidah [5]: 104.
Oleh karena itu Allah ta’ala perintahkan:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا.
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. QS An Nisa[4]:59.
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا.
Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), Maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. QS. An-Nisaa[4]: 80.
 كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى ؟ قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan, para Sahabat bertanya, “Wahai Rasûlullâh! Siapakah yang enggan?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Barangsiapa yang mentaatiku niscaya ia akan masuk surga, dan siapa yang bermaksiat kepadaku maka dia enggan (untuk masuk surga).”  HR Bukhari 7280.

Oleh: Junaedi Abdullah.





BERIMAN KEPADA PARA ROSUL.




Iman terhadap para Rosul.
Setiap mukmin wajib beriman kepada para nabi dan rasul sebagai utusan Allah. Diutusnya rasul merupakan sebuah nikmat yang sangat besar, begitu pula kebutuhan manusia  terhadap diutusnya rasul melebihi kebutuhan manusia terhadap hal-hal lain, karena dengan bimbingan nabi dan rasul akan mengeluarkan manusia dari kesesatan, dari menyembah kepada makhluk menjadi menyembah kepada khaliq (Allah).

ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ.
Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman.Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya," dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami, ya Rabb kami. Dan kepada Engkaulah tempat kembali". QS Al Baqarah[2]:285.
1.     Definisi nabi dan Rasul
Menurut bahasa “nabi” berasal dari kata naba a yang artinya mengabarkan.
Sedangkan menurut istilah “nabi” seorang laki-laki yang di beri kabar (wahyu) oleh Allah ta’ala berupa meneruskan syariat rasul sebelumnya.
Adapun “rasul” secara bahasa artinya orang yang diutus untuk menyampaikan sesuatu. Sedangkan makna “rasul” secara istilah adalah setiap manusia yang diberi wahyu berupa syariat tertentu dan diperintahkan untuk disampaikan. Syarh Ushul Iman, hlm. 32.
2.     Perbedaan antara Nabi dengan Rasul
Para Ulama’ menjelaskan bahwa seorang rasul adalah pasti seorang nabi, namun tidak sebaliknya, Seorang nabi belum tentu seorang rasul, sehingga, jumlah nabi lebih banyak dibandingkan jumlah Rasul.
Beberapa definisi perbedaan antara nabi dan rasul diantaranya:
1)     Nabi diberi wahyu berupa syariat tapi tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada yang lain, sedangkan Rasul diperintahkan untuk menyampaikan pada yang lain (definisi ini adalah dari Jumhur Ulama’, juga disebutkan dalam Fatwa alLajnah ad Daaimah).
2)     Rasul diutus dengan membawa syariat baru sedangkan nabi menguatkan / melanjutkan syariat dari rasul sebelumnya (definisi ini dijelaskan oleh asy-Syaukaany dan al-Aluusy).
3)     Rasul diutus kepada kaum yang menentang, sedangkan nabi diutus kepada kaum yang sudah tunduk dengan syariat dari Rasul sebelumnya (pendapat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah).
Para nabi dan para rasul mereka semua adalah seorang laki-laki bukan dari kalangan wanita.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِمْ ۖ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ.
“Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” QS Al-Anbiya[21]:7.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِم مِّنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ .
“Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.” QS Yusuf[12]:109.
3.     Iman kepada para rasul mencakup empat perkara:
1)     Mengimani bahwasanya mereka adalah utusan Allah, yang di utus kepada manusia.
Allah ta’ala berfirman:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ.
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. QS Al Hadid [57]:25.
رُّسُلاً مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللهِ حُجَّةُ بَعْدَ الرُّسُلِ.
“ mereka para rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. QS An Nisaa[4]:165.
Tidak boleh siapapun mengingkari mereka walaupun seorang rasul saja. Seandainya seseorang mengingkari walaupun hanya satu orang rasul, sama saja mengingkari seluruh nabi dan rasul. Allah Subhanahu wata’ala berfirman tentang kaum Nabi Nuh ‘Alaihissalam,
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ.
“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” Asy-Syu’ara [26] : 105

2)     Mengimani nama-nama rasul yang sudah kita ketahui, yang Allah sebutkan dalam Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih, adapun yang belum kita ketahui kita imani secara umum (global).

Sebagaimana Allah ta’ala sebutkan:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ.
Dan Sesungguhnya Telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak kami ceritakan kepadamu. QS Gofir[40]:78.
وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلَّا خَلَا فِيهَا نَذِيرٌ.
“Tidak ada satu umatpun, melainkan mereka telah ada yang memberi peringatan.” QS. Fathir [35]: 24.
Para nabi dan rasul sangat banyak sekali sebagaimana dalam hadist Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ كَمِ الْمُرْسَلُونَ؟ قَالَ: " ثَلَاثُمِائَةٍ وَبِضْعَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا ". قَالَ: قُلْتُ آدَمُ نَبِيٌّ كَانَ؟ قَالَ: " نَعَمْ نَبِيُّ مُكَلَّمٌ "
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, berapakah jumlah rasul?” Beliau menjawab:  “Sekitar tiga ratus belasan orang. Banyak sekali.” HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman 129 dan dishahihkan al-Albani dalam al–Misykah 5737.
Kemudian dalam riwayat Abu Umamah, bahwa Abu Dzar bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Berapa jumlah persis para nabi.” Beliau menjawab:
مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا.
“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul. Banyak sekali.” HR. Ahmad  22288, sanadnya dinilai shahih oleh al-Albani dalam al–Misykah.
3)  Membenarkan berita-berita mereka, baik dari Al Qur’an dan hadist yang shahih.
Hendaknya tidak mendustakan  mereka sebagaimana Allah ta’ala ceritakan pada satu kaum.

إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ . قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنْزَلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَكْذِبُونَ . قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ . وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ.
Ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata, "Sungguh, Kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”  Mereka (penduduk negeri) menjawab, "Kamu ini hanyalah manusia seperti kami dan (Allah) Yang Maha Pengasih tidak menurunkan sesuatu apa pun, kamu hanyalah pendusta belaka.” Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah utusan-utusan-(Nya). Dan kewajiban Kami hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.” QS Yasiin [35]:14-17.
4)   Mengamalkan syari’at pada rasul yang di utus kepada kita.
Allah ta’ala berfirman:

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا.
“Aku tidak akan memberi siksaan, sampai Aku mengutus seorang rasul.” QS. Al-Isra [17]: 15.
4.     Rasul Pertama adalah Nuh.
Rasul pertama adalah Nuh alaihissalam, sesuai dengan hadits tentang syafaat pada hari kiamat, ketika itu manusia mendatangi nabi Adam, kemudian Adam mengemukakan alasan lalu menyuruh orang-orang mendatangi Nuh lalu orang-orang menyebutkan kemulyaaNya bahwasanya Dia adalah Rasul yang pertama  namun  nabi Nuh menyebutkan kesalahannya dan menyuruh mendatangi Ibrahim, nabi Ibrahim pun tidak mau dan menyuruh mendatangi nabi Musa, Nabi muapun menyuruh mendatang Isa  akan tetapi nabi Isa juga tidak mau dan menyuruh mendatangi Muhammad ` untuk meminta syafaat sahid hadist itu sebagai berikut:
يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ.
Wahai Nuh, engkau adalah Rasul pertama (yang diutus) untuk penduduk bumi..… HR Bukhari 3340.
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَىٰ نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudian…” An-Nisaa’[4]: 163
 Para nabi dan rasul dakwah mereka menyeru kepada tauhid.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ.
 "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada  tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut." QS. An-Nahl [16]:36.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ .
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". QS. Al-Anbiya [21] : 25.
Nabi Nuh ‘alaihi sallam
Allah ta’ala berfirman:
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ.
Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang dahsyat (kiamat). QS Al A’raf [7]:59.

قَالَ الْمَلَأُ مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ.
Pemuka-pemuka kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata.”  Al A’raf [7]:60.
Nabi Nuh berdakwah selama 950 tahun

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ.
Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya, Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. Al Ankabut [29] :14.
وَنَادَىٰ نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ.
Dan Nuh memanggil anaknya “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” QS Hud [11]: 42.
قَالَ سَآوِي إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ.

Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. QS Hud [11]: 43.
فكَذَّبُوهُ فَأَنجَيْنَٰهُ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥ فِى ٱلْفُلْكِ وَأَغْرَقْنَا ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا بِـَٔايَٰتِنَا ۚ إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْمًا عَمِينَ
Maka mereka mendustakannya (Nuh). Lalu Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal. Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya). QS Al A’raf [7]:64.

Nabi Hud ‘alaihi sallam
وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا ۗ قَالَ يَٰقَوْمِ ٱعْبُدُوا ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُۥٓ ۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ.
Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata, “Wahai kaumku sembahlah Allah! tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa?” QS Al A’raf[7]:65.

قَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ إِنَّا لَنَرَاكَ فِي سَفَاهَةٍ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ الْكَاذِبِينَ . قَالَ يَا قَوْمِ لَيْسَ بِي سَفَاهَةٌ وَلَكِنِّي رَسُولٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

Pemuka-pemuka orang-orang yang kafir dari kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar kurang waras dan kami kira kamu termasuk orang-orang yang berdusta.”  Dia (Hud) menjawab, “Wahai kaumku! bukan aku kurang waras, tetapi aku ini adalah rasul dari Tuhan seluruh alam. QS Al ‘Araf [7]:66-67.

Kaum itu sampai di puncak kekafirannya dan menentang rasul untuk didatangkan azab.

قَالُوا أَجِئْتَنَا لِنَعْبُدَ اللَّهَ وَحْدَهُ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ.
Mereka berkata, “Apakah kedatanganmu kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh nenek moyang kami? Maka buktikanlah ancamanmu kepada kami, jika kamu benar!” QS Al A’raaf[7]:70.
فَأَنْجَيْنَاهُ وَالَّذِينَ مَعَهُ بِرَحْمَةٍ مِنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَمَا كَانُوا مُؤْمِنِينَ.
Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang beriman. QS Al A’raaf[7]:72.
Di sebutkan dalam ayat yang lain
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ . سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ . فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ.
Adapun kaum 'Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum 'Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka. Al Haaqah[69]:6-8.

As Sa’di berkata di dalam tafsirnya, ”Mereka di binasakan dengan angin yang sangat keras sampai berbunyi seperti halilintar.”
Kaum Nabi Saleh
Ibnu Katsir menyebutkan, “Nabi Saleh diutuskan Allah kepada kaum Tsamud. Kaum ini meminta kepada nabi Saleh untuk menampakkan mukjizat seekor onta betina yang bunting yang keluar dari batu besar yang tak bercelah kepada mereka, nabi Saleh meminta syarat agar jika Allah memberikan tanda kepada mereka supaya mereka beriman dan mengikutinya, mereka pun menyetujui hal itu, kemudian nabi Saleh memohon kepada Allah  seperti apa yang mereka minta, tiba-tiba batu itu bergerak gerak dan terbelah maka keluar keluarlah dari celah batu itu onta yang bunting dan mereka menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri.” Sebagaimana di sebutkan Allah ta’ala:
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ قَدْ جَاءَتْكُمْ بَيِّنَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ هَذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.
Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Dia berkata, “Wahai kaumku! sembahlah Allah! tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Ini (seekor) unta betina dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkanlah ia makan di bumi Allah, janganlah disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.” QS Al A’raaf[7]:73.
Namun, mereka membunuh unta betina tersebut meminta untuk didatangkan azab, Allah pun mendatangkan azab bagi mereka.
فَعَقَرُوا النَّاقَةَ وَعَتَوْا عَنْ أَمْرِ رَبِّهِمْ وَقَالُوا يَا صَالِحُ ائْتِنَا بِمَا تَعِدُنَا إِنْ كُنْتَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ . فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ.
Kemudian mereka sembelih unta betina itu, dan berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya. Mereka berkata, “Wahai Shalih! Buktikanlah ancaman kamu kepada kami, jika benar engkau salah seorang rasul.” Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka. QS Al A’raaf[7]:77-78.
Dalam ayat yang lain Allah ta’ala menyebutkan ucapan nabi Saleh terhadap kaumnya:

فَعَقَرُوهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوا فِي دَارِكُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ ۖ ذَٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوبٍ.
Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shaleh: “Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.”  QS Huud[11]:65.
Ibnu Katsir menyebutkan “ mereka membunuh onta pada hari Rabo, pada hari penantian pertama wajah kaum Tsamud berubah menjadi kuning, pada hari penantian kedua wajah mereka menjadi merah, pada hari Sabtu penantian ketiga wajah mereka menghitam, pada dini hari ahad tubuh mereka kaku menanti azab Allah, belum lagi matahari terbit terdengar suara pekikan dari langit dan berguncanglah gempa yang dahsyat dari bawah mereka tidak dalam waktu sekejab mereka semua mati kecuali satu orang yang sedang di tanah Haram, yaitu abu Rhagal,namun setelah dia keluar diapun tertimpa batu dari langit dan mati.” Lihat tafsir Ibnu Katsir QS Al A’raaf[7]:78.
Kaum Nabi Luth
Umat Nabi Luth terkenal dengan perbuatan menyimpang, yaitu hanya mau berzina dengan pasangan sesama jenis (homoseksual dan lesbian).
Allah ta’ala berfirman:
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ . إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ.
Dan (Kami juga telah mengutus) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini). Sungguh, kamu telah melampiaskan syahwatmu kepada sesama lelaki bukan kepada perempuan. Kamu benar-benar kaum yang melampaui batas. QS Al A’raaf[7]:80-81.
 وَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلَّا أَنْ قَالُوا أَخْرِجُوهُمْ مِنْ قَرْيَتِكُمْ إِنَّهُمْ أُنَاسٌ يَتَطَهَّرُونَ.
Dan jawaban kaumnya tidak lain hanya berkata, “Usirlah mereka (Luth dan pengikutnya) dari negerimu ini, mereka adalah orang yang menganggap dirinya suci.” QS Al ‘raaf[7]:82.
Kendati sudah diberi peringatan, mereka tak mau bertobat. Allah akhirnya memberikan azab kepada.
فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلَّا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ . وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ مَطَرًا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُجْرِمِينَ.
Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikutnya, kecuali istrinya. Dia (istrinya) termasuk orang-orang yang tertinggal. Dan Kami hujani mereka dengan hujan (batu). Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang berbuat dosa itu. QS Al A’raaf[7]:83-84.
Dalam ayat yang lain Allah ta’ala sebutkan:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ.
Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkannya negeri kaum Luth, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar. QS Hud[11]82.
Di sebutkan bahwasanya malaikat jibril menancapkan sayap-sayapnya di pingiran negri Sodom kemudian negri itu di angkat di waktu subuh hingga langit dunia sehingga penduduk langit mendengar lolongan anjingnya, setelah itu di balikkannya dengan dahsyat, semua mati termasuk istri nabi Luth, dan Allah selamatkan orang yang beriman dengan rahmatNya. Sebagaimana di sebutkan didalam tafsir Ibnu Katsir QS Al A’raaf[7]83-84 dan juga QS Hud[82]:82.
Demikianlah masih banyak kaum kaum yang menentang para nabi dan rasul di waktu itu kecuali mereka akan di binasakan oleh Allah ta’ala.
Hikmah di utusnya para nabi dan rasul:
1.   Mengetahui kasih sayang Allah ta’ala kepada makhluknya.
2.   Menegakkan hujah kepada mereka agar kelak tidak ada alasan atas kekafiran yang mereka lakukan.
3.   Menjelaskan pentingnya perkara Tauhid dan bahaya syirik.
4.   Menjadikan teladan bagi penduduk bumi.
5.   Memutuskan permasalahan yang terjadi di antara mereka.

Disusun oleh: Junaedi Abdulah.

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...