RINGKASAN SEJARAH PERJALANAN HIDUP RASULULLAH
SALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM.
Sebagaimana diketahui, Ibrahim telah
berhijrah dari san’a menuju Haran atau Hirran, setelah itu menuju ke Palestina
yang ke-mudian beliau jadikan sebagai markas da'wah beliau. Beliau banyak
melakukan perjalanan ke pelosok negeri ini dan selainnya. Beliau permah sekali
mengunjungi Mesir. Fir'aun (sebutan bagi penguasa Mesir atau sering disebut
Ramses-penj.) kala itu berupaya untuk
memperdaya dan berniat buruk terhadap
istri beliau, Sarah. Namun Allah membalas tipu dayanya dan menjadikannya
senjata makan tuan. Maka, tersadarlah Fir'aun betapa kedekatan hubungan Sarah
dengan Allah hingga akhirnya ia jadikan anaknya, Hajar, sebagai abdi Sarah. Hal
itu dia lakukan sebagai ungkapan pengakuannya terhadap keutamaan Sarah,
kemudian dia (Hajar Menurut kisah yang sudah banyak dikenal, Hajar adalah
seorang budak wanita. Tetapi seonang penulis kenamaan, al-'Allamah al-Qadhy
Muhammad Sulaiman al-Manshurfury telah melakukan penelitian secara seksama
bahwa Hajar adalah seorang wanita merdeka, dan dia adalah putri Fir'aun
sendiri. Lihat Rahmatun lil'alamin, 11/36-37 dan juga Tarikh).
( Hajar dikawinkan oleh Sarah dengan
Ibrahim. Ibrahim kembali ke Palestina sementara dari hasil pernikahan barunya
dengan Hajar tersebut Allah menganugerahinya anak bernama Isma'il. Sarah
terbakar api cemburu karenanya sehingga memaksa Ibrahim untuk mengasingkan
Hajar dan putranya yang masih kecil, Isma'il. Maka beliau membawa keduanya ke
Hijaz dan menempatkan mereka berdua di suatu lembah yang gersang dan tandus di
sisi Baitul Haram, di mana saat itu hanyalah tanah tinggi berupa
gundukan-gundukan yang bilamana datang air bah, akan mengalir di sisi kanan dan
sisi kirinya. Beliau lalu menempatkan mereka berdua di dalam tenda, di atas
mata air zamzam, bagian atas masjid. Pada saat itu tak ada seorang pun yang
tinggal di Mekkah dan tidak ada pula mata air. Beliau meletakkan di dekat
mereka berdua kantong kulit yang berisi kurma, dan wadah air. Setelah itu
beliau kembali lagi ke Palestina. Berselang beberapa hari kemudian, bekal dan
air pun habis. Sementara tidak ada mata air yang mengalir. Ketika itulah,
tiba-tiba mata air zamzam memancar berkat karunia Allah, sehingga bisa menjadi
sumber penghidupan bagi mereka berdua hingga batas waktu tertentu. Kisah
mengenai hal ini sudah banyak diketahui secara lengkap. 3
Suatu kabilah dari Yaman, yaitu
Jurhum Kedua, datang setelah itu dan bermukim di Mekkah atas izin dari ibu
Isma'il. Ada yang mengatakan, mereka sebelumnya berada di lembah-lembah di
pinggir kota Mekkah. Sedangkan riwayat al-Bukhari telah menegaskan bahwa mereka
singgah di Mekkah setelah kedatangan Isma'il, yakni sebelum Isma'il menginjak
remaja. Juga dikatakan, bahwa mereka sudah biasa melewati lembah ini (Mekkah)
sebelum itu.
Dari waktu ke waktu Ibrahim selalu
mengadakan perjalanan ke Mekkah untuk mengetahui keadaan keluarga yang
ditinggalkannya.
Dalam hal ini tidak diketahui berapa
kali perjalanan tersebut terjadi, namun beberapa referensi sejarah yang dapat
dipercaya, hanya mencatat empat saja dari perjalanan tersebut. Allah telah
menyebutkan di dalam al-Qur'an, bahwa Dia telah memperlihatkan kepada Ibrahim
dalam mimpinya seolah-olah dia menyembelih anaknya, Isma'il. Maka beliau
langsung melaksanakan perintah ini sebagaimana dalam firman-Nya,
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
وَنَادَيْنَهُ أَن يَتَابَرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (١) إِنَّ
هَذَا لَهُوَ الْبَلَوُا الْمُبِينُ ( وَقَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
"Tatkala keduanya telah berserah
diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran
keduanya). Dan, kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah
membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang
nyata. Dan, Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."
(Ash-Shaffat: 103-107).
Disebutkan di dalam Kitab Kejadian,
bahwa umur Isma'il lebih tua tiga belas tahun dari Ishaq. Alur cerita ini
mendukung statement bahwa peristiwa itu terjadi sebelum kelahiran Ishaq, sebab
kabar gembira tentang kelahiran Ishaq disampaikan setelah mengupas keseluruhan
kisah ini.
Minimal, kisah ini mengandung satu
kali perjalanan sebelum Isma'il menginjak remaja. Sedangkan tiga kisah lainnya
telah diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari secara panjang lebar dari Ibnu 'Abbas
secara marfu. Ringakasnya, ketika Isma'il menginjak remaja dan telah belajar
bahasa Arab dari kabilah Jurhum serta membuat mereka tertarik kepadanya, mereka
kemudian mengawinkannya dengan salah seorang wanita dari suku mereka. Setelah
itu ibu Isma'il pun meninggal dunia. Suatu saat, muncul keinginan Ibrahim untuk
menengok keluarga yang ditinggalkannya dan datanglah ia setelah pernikahan
tersebut, namun beliau tidak menjumpai Isma'il, lalu bertanya kepada istrinya
perihal suaminya, Isma'il, dan kondisi mereka berdua. Istri Isma'il mengeluhkan
kehidupan mereka yang serba sulit. Ibrahim menitip pesan kepadanya untuk
mengatakan kepada Isma'il supaya mengganti palang pintu rumahnya. Setelah
diberitahu, Isma'il mengerti maksud pesan ayahnya. Dia pun menceraikan istrinya
dan menikah lagi dengan wanita lain, yaituputri Madhdhadh bin 'Amr, sesepuh dan
pemuka kabilah Jurhum menurut pendapat kebanyakan sejarawan. Ibrahim datang
lagi setelah perkawinan Isma'il yang kedua ini,
Namun tidak bertemu dengannya.
Akhirnya beliau kembali ke Pales-tina setelah menanyakan kepada istri Isma'il
perihal suaminya dan kondisi mereka berdua, istrinya memuji kepada Allah (atas
apa yang dianugerahkan kepada mereka berdua). Karenanya, Ibrahim menitip pesan
agar Isma'il membiarkan palang pintu rumahnya. Ibrahim datang lagi untuk ketiga
kalinya dan berhasil bertemu dengan Isma'il, yang saat itu sedang meraut anak
panahnya di bawah sebuah tenda besar di dekat zamzam. Tatkala melihat kehadiran
ayahnya, Isma'il segera menyongsongnya dan keduanya pun saling melepas rindu.
Pertemuan ini terjadi setelah masa yang sekian lama di mana amat jarang ada
seorang ayah yang penuh rasa kasih sayang dan lemah lembut dapat bersabar untuk
tidak bersua dengan anaknya, begitu pulalah sikap yang ditampakkan oleh
Isma'il, seorang anak yang berbakti dan shalih. Pada pertemuan kali ini, mereka
berdua membangun Ka'bah dan meninggikan pondasinya. Kemudian Ibrahim pun
mengumumkan kepada khalayak manusia agar mela-kukan hajji sebagaimana yang
diperintahkan oleh Allah kepadanya.
Dari perkawinannya dengan putri
Madhdhadh, Isma'il dika-runiai oleh Allah sebanyak dua belas orang anak yang
semuanya laki-laki, yaitu: Nabit atau Nabayuth, Qaidar, Adba`il, Mibsyam,
Misyma', Duma, Misya, Hidad, Yutma, Yathur, Nafis dan Qaidaman. Dari mereka
inilah kemudian berkembang menjadi dua belas kabilah, yang semuanya menetap di
Mekkah untuk beberapa lama. Mata pencaharian pokok mereka adalah berdagang dari
negeri Yaman ke negeri Syam dan Mesir. Selanjutnya, kabilah-kabilah ini
menyebar ke berbagai penjuru Jazirah, dan bahkan hingga keluar Jazirah.
Kemudian secara bertahap, kondisi mereka seakan tenggelam dibawa zaman, kecuali
anak cucu dari Nabit dan Qaidar.
Peradaban kaum 'al-Anbath' yaitu anak
cucu Nabit mengalami kemajuan pesat di bagian utara Hijaz. Mereka mampu
membentuk pemerintahan yang kuat dan dipatuhi oleh para penduduk daerah-daerah
di pinggirannya, lalu menjadikan 'Al-Bathra" sebagai ibu-kotanya. Tak
seorang pun yang mampu melawan mereka hingga datanglah pasukan Romawi yang
kemudian berhasil menghancurkan mereka. Sekelompok peneliti lebih condong
berpendapat bahwa raja-raja dari keluarga besar Ghassan, termasuk juga kaum
Anshar yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj bukan berasal dari rumpunkeluarga
besar Qahthan, tetapi berasal dari rumpun keluarga besar Nabit bin Isma'il dan
sisa-sisa keturunan mereka yang berada di kawasan tersebut. Imam al-Bukhari
lebih condong kepada pendapat tersebut, sedangkan Imam Ibnu Hajar lebih
menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa suku Qahthan berasal dari rumpun
keluarga besar Nabit.
Adapun anak keturunan Qaidar bin
Isma'il masih menetap di Mekkah, beranak pinak di sana hingga lahirlah darinya
'Adnan dan anaknya, Ma'd. Dari dialah orang-orang Arab Adnaniyah menisbatkan
nasab mereka. 'Adnan adalah kakek kedua puluh satu dalam silsilah keturunan
Nabi. Terdapat riwayat bahwa Nabi, jika menyebutkan nasabnya dan sampai kepada
Adnan, maka beliau berhenti sampai di situ sambil bersabda, "Para ahli
silsilah nasab telah berdusta", lalu beliau tidak melanjutkannya.
Segolongan ulama berpendapat bolehnya melanjutkan nasab di atas Adnan dan
menganggap lemah (mendha'ifkan) hadits yang disinggung di atas. Menurut mereka,
berdasarkan penelitian yang detail; sesungguhnya antara 'Adnan dan Ibrahim 2
terdapat empat puluh generasi.
Anak suku Ma'd, yaitu keturunan Nizar
telah berpencar ke mana-mana (menurut suatu pendapat, Ma'd tidak memiliki anak
selain Nizar). Nizar memiliki empat orang anak, yang kemudian bercabang menjadi
empat kabilah besar, yaitu: lyad, Anmar, Rabi'ah dan Mudhar. Dua kabilah
terakhir inilah yang paling banyak marga dan sukunya. Sedangkan dari Rabi'ah
lahir Asad bin Rabi'ah, Anzah, Abdul-Qais, dua putra Wa'il yaitu Bakr dan
Taghlib, Hanifah dan lain-lainnya.
Sedangkan kabilah Mudhar bercabang
menjadi dua kelompok besar, yaitu Qais 'Ailan bin Mudhar dan marga-marga Ilyas
bin Mudhar. Dari Qais 'Ailan muncul Bani Sulaim, Bani Hawazin dan Bani
Ghathafan. Kemudian dari Ghathafan muncul 'Abs, Dzubyan, Asyja' dan Ghany bin
A'shar
Dari Ilyas bin Mudhar muncul pula
Tamim bin Murrah, Hudzail bin Mudrikah, Bani Asad bin Khuzaimah dan marga-marga
Kinanah bin Khuzaimah. Dan dari Kinanah muncul Quraisy, yaitu anak cucu Fihr
bin Malik bin an-Nadar bin Kinanah.
Quraisy terbagi menjadi beberapa
kaibillah, di antara yang terkenal adalah Jumh, Sahm, 'Ady, Makkzum, Tam,
Zahrah dar marga-marga Qushay bin Kilah, yaitu Abdud Diar bin Qusihany, Asac
bin Abdul 'Uzza bin Qushay dan Abdu Manaf bin Qushay
Sedangkan dari Abdu Manaf terdapat
empat anaik: "Abdu Syams, Naufal, al-Muththalib dan Hasyim. Dari keluarga
Hasyim Inilah Allah pilih Muhammad bin Abdullah bin Abdul-Muththallb bin
Hasyim, Rasulullah pernah bersabda,
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى مِنْ وَلَدِ إِبْرَاهِيمَ
إِسْمَاعِيلَ، وَاصْطَفَى مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ كِنَاهُ، وَاصْطَفَى مِنْ بَنِي
كِتَانَة قُرَيْتَ، وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ، وَاصْطَفَانِي مِنَ
"Sesungguhnya Allah telah
memilih Isma'il dari anak cucu Ibrahim, mem lih Kinanah dari anak cucu Ismail,
memilih Quraisy dari anak cucu Bani Kinanah, memilih Bani Hasyim dari keturunan
Quraisy dan memilihiku avi keturuan Bani Hasyim." (HR. Muslim).
Dari al-'Abbas bin Abdul Muththalib,
dia berkata, "Rasulillah bersabda,
إن الله خَلَقَ الْخَلْقَ فَجَعَلَنِي مِنْ
خَيْرِ فِرَقِهِمْ وَخَيْرِ الْفَرِيقَيْنِ، ثُمَّ تَخَيْرَ الْقَبَائِلَ تحملني من
خيْرِ الْقَبِيلَةِ، ثُمَّ تَخَيْرَ الْبُيُوتَ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِ بُيُوتِهِمْ،
فَأَنَا خَيْرُهُمْ فتار
"Sesungguhnya Allah telah
menciptakan makhluk, Inlu Dia menjadikavšku sebaik-baik golongan mereka dan
sebaik-baik dua golongan, kemudian memilih beberapa kabilah, lalu menjadikanku
bagian dari sebaik-baik kathilah, kemudian memilih beberapa keluarga lalu
menjadikaniku bagian dari sebaik-baik keluarga mereka, maka aku adalah
sebaik-baik jiwa di antara mereka ilan sebaik-baik keluarga di antara mereka.
Setelah anak-anak 'Adnan
beranak-pinak, mereka berpencardi berbagai tempat di penjuru jazirah Arab,
menjelajahi tempat-tempat yang banyak curah hujannya dan ditumbuhi oleh
rerumputan.
Abdul Qais dan marga-marga Bakr bin
Wa'il serta marga-marga Tamim pindah ke Bahrain' dan menetap di sana. Sedangkan
Bani
KEYAKINAN DAN KEPERCAYAAN BANGSA ARAB
Mayoritas Bangsa Arab masih mengikuti
da'wah Nabi Isma'il ketika beliau mengajak mereka untuk menganut agama yang
dibawa ayahnya, Ibrahim 2%, Mereka menyembah Allah dan menauhidkan-Nya serta
menganut dien-Nya hingga lama kelamaan akhirnya mereka mulai lupa beberapa hal
yang pernah diingatkan kepada mereka. Hanya saja, masih tersisa pada mereka
ajaran tauhid dan beberapa syi'ar dari dien Nabi Ibrahim, hingga muncullah 'Amr
bin Luhay, pemimpin Bani Khuza'ah. Sebelumnya, dia tumbuh di atas
prilaku-prilaku agung seperti perbuatan ma'ruf, bersedeqah dan antusiasme tingi
di dalam melakukan urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan
tunduk terhadapnya karena meng-anggap dirinya sebagai salah seorang ulama besar
dan wali yang dimuliakan. Kemudian dia bepergian ke kawasan Syam, lalu melihat
penduduknya menyembah berhala-berhala. Akhirnya, dia merespons positif hal
tersebut dan mengiranya suatu kebenaran, sebab Syam adalah tanah air para rasul
dan diturunkannya kitab-kitab. Maka ketika pulang, dia membawa bersamanya
berhala Hubal dan mele-takkannya di dalam Ka'bah. Lantas mengajak penduduk
Mekkah untuk berbuat syirik terhadap Allah dan mereka pun menyambut ajakannya
tersebut. Selang berapa lama, penduduk Hijaz mengikuti cara penduduk Mekkah
karena mereka adalah para pengelola Baitullah dan pemilik al-Masjid al-Haram.'
Di antara berhala yang paling tua bernama Manat, yang terletak di Musyallal, sebuah kawasan di tepi laut Merah, dekat Qudaid. Kemudian mereka menjadikan Lata di Thaif dan 'Uzza di Wady Nakhiah. Ketiganya merupakan berhala yang paling besar. Setelah itu kesyirikan semakin merajalela dan berhala-berhala pun banyak bertebaran di setiap tempat di Hijaz. Disebutkan, bahwa 'Amr bin Lahay mempunyai pembantu (khadam) dari bangsa jin. Jin ini mem-beritahukan kepadanya bahwa berhala-berhala kaum Nuh (Wüd,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar