Jumat, 09 Mei 2025

RINGKASAN SEJARAH RASULULLAH

RINGKASAN SEJARAH PERJALANAN HIDUP RASULULLAH SALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM.

 

Sebagaimana diketahui, Ibrahim telah berhijrah dari san’a menuju Haran atau Hirran, setelah itu menuju ke Palestina yang ke-mudian beliau jadikan sebagai markas da'wah beliau. Beliau banyak melakukan perjalanan ke pelosok negeri ini dan selainnya. Beliau permah sekali mengunjungi Mesir. Fir'aun (sebutan bagi penguasa Mesir atau sering disebut Ramses-penj.) kala itu berupaya untuk

memperdaya dan berniat buruk terhadap istri beliau, Sarah. Namun Allah membalas tipu dayanya dan menjadikannya senjata makan tuan. Maka, tersadarlah Fir'aun betapa kedekatan hubungan Sarah dengan Allah hingga akhirnya ia jadikan anaknya, Hajar, sebagai abdi Sarah. Hal itu dia lakukan sebagai ungkapan pengakuannya terhadap keutamaan Sarah, kemudian dia (Hajar Menurut kisah yang sudah banyak dikenal, Hajar adalah seorang budak wanita. Tetapi seonang penulis kenamaan, al-'Allamah al-Qadhy Muhammad Sulaiman al-Manshurfury telah melakukan penelitian secara seksama bahwa Hajar adalah seorang wanita merdeka, dan dia adalah putri Fir'aun sendiri. Lihat Rahmatun lil'alamin, 11/36-37 dan juga Tarikh).

( Hajar dikawinkan oleh Sarah dengan Ibrahim. Ibrahim kembali ke Palestina sementara dari hasil pernikahan barunya dengan Hajar tersebut Allah menganugerahinya anak bernama Isma'il. Sarah terbakar api cemburu karenanya sehingga memaksa Ibrahim untuk mengasingkan Hajar dan putranya yang masih kecil, Isma'il. Maka beliau membawa keduanya ke Hijaz dan menempatkan mereka berdua di suatu lembah yang gersang dan tandus di sisi Baitul Haram, di mana saat itu hanyalah tanah tinggi berupa gundukan-gundukan yang bilamana datang air bah, akan mengalir di sisi kanan dan sisi kirinya. Beliau lalu menempatkan mereka berdua di dalam tenda, di atas mata air zamzam, bagian atas masjid. Pada saat itu tak ada seorang pun yang tinggal di Mekkah dan tidak ada pula mata air. Beliau meletakkan di dekat mereka berdua kantong kulit yang berisi kurma, dan wadah air. Setelah itu beliau kembali lagi ke Palestina. Berselang beberapa hari kemudian, bekal dan air pun habis. Sementara tidak ada mata air yang mengalir. Ketika itulah, tiba-tiba mata air zamzam memancar berkat karunia Allah, sehingga bisa menjadi sumber penghidupan bagi mereka berdua hingga batas waktu tertentu. Kisah mengenai hal ini sudah banyak diketahui secara lengkap. 3

Suatu kabilah dari Yaman, yaitu Jurhum Kedua, datang setelah itu dan bermukim di Mekkah atas izin dari ibu Isma'il. Ada yang mengatakan, mereka sebelumnya berada di lembah-lembah di pinggir kota Mekkah. Sedangkan riwayat al-Bukhari telah menegaskan bahwa mereka singgah di Mekkah setelah kedatangan Isma'il, yakni sebelum Isma'il menginjak remaja. Juga dikatakan, bahwa mereka sudah biasa melewati lembah ini (Mekkah) sebelum itu.

Dari waktu ke waktu Ibrahim selalu mengadakan perjalanan ke Mekkah untuk mengetahui keadaan keluarga yang ditinggalkannya.

Dalam hal ini tidak diketahui berapa kali perjalanan tersebut terjadi, namun beberapa referensi sejarah yang dapat dipercaya, hanya mencatat empat saja dari perjalanan tersebut. Allah telah menyebutkan di dalam al-Qur'an, bahwa Dia telah memperlihatkan kepada Ibrahim dalam mimpinya seolah-olah dia menyembelih anaknya, Isma'il. Maka beliau langsung melaksanakan perintah ini sebagaimana dalam firman-Nya,

 

فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ وَنَادَيْنَهُ أَن يَتَابَرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا

 

كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ (١) إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَوُا الْمُبِينُ ( وَقَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

 

"Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan, kami panggillah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan, Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." (Ash-Shaffat: 103-107).

 

Disebutkan di dalam Kitab Kejadian, bahwa umur Isma'il lebih tua tiga belas tahun dari Ishaq. Alur cerita ini mendukung statement bahwa peristiwa itu terjadi sebelum kelahiran Ishaq, sebab kabar gembira tentang kelahiran Ishaq disampaikan setelah mengupas keseluruhan kisah ini.

 

Minimal, kisah ini mengandung satu kali perjalanan sebelum Isma'il menginjak remaja. Sedangkan tiga kisah lainnya telah diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari secara panjang lebar dari Ibnu 'Abbas secara marfu. Ringakasnya, ketika Isma'il menginjak remaja dan telah belajar bahasa Arab dari kabilah Jurhum serta membuat mereka tertarik kepadanya, mereka kemudian mengawinkannya dengan salah seorang wanita dari suku mereka. Setelah itu ibu Isma'il pun meninggal dunia. Suatu saat, muncul keinginan Ibrahim untuk menengok keluarga yang ditinggalkannya dan datanglah ia setelah pernikahan tersebut, namun beliau tidak menjumpai Isma'il, lalu bertanya kepada istrinya perihal suaminya, Isma'il, dan kondisi mereka berdua. Istri Isma'il mengeluhkan kehidupan mereka yang serba sulit. Ibrahim menitip pesan kepadanya untuk mengatakan kepada Isma'il supaya mengganti palang pintu rumahnya. Setelah diberitahu, Isma'il mengerti maksud pesan ayahnya. Dia pun menceraikan istrinya dan menikah lagi dengan wanita lain, yaituputri Madhdhadh bin 'Amr, sesepuh dan pemuka kabilah Jurhum menurut pendapat kebanyakan sejarawan. Ibrahim datang lagi setelah perkawinan Isma'il yang kedua ini,

Namun tidak bertemu dengannya. Akhirnya beliau kembali ke Pales-tina setelah menanyakan kepada istri Isma'il perihal suaminya dan kondisi mereka berdua, istrinya memuji kepada Allah (atas apa yang dianugerahkan kepada mereka berdua). Karenanya, Ibrahim menitip pesan agar Isma'il membiarkan palang pintu rumahnya. Ibrahim datang lagi untuk ketiga kalinya dan berhasil bertemu dengan Isma'il, yang saat itu sedang meraut anak panahnya di bawah sebuah tenda besar di dekat zamzam. Tatkala melihat kehadiran ayahnya, Isma'il segera menyongsongnya dan keduanya pun saling melepas rindu. Pertemuan ini terjadi setelah masa yang sekian lama di mana amat jarang ada seorang ayah yang penuh rasa kasih sayang dan lemah lembut dapat bersabar untuk tidak bersua dengan anaknya, begitu pulalah sikap yang ditampakkan oleh Isma'il, seorang anak yang berbakti dan shalih. Pada pertemuan kali ini, mereka berdua membangun Ka'bah dan meninggikan pondasinya. Kemudian Ibrahim pun mengumumkan kepada khalayak manusia agar mela-kukan hajji sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah kepadanya.

 

Dari perkawinannya dengan putri Madhdhadh, Isma'il dika-runiai oleh Allah sebanyak dua belas orang anak yang semuanya laki-laki, yaitu: Nabit atau Nabayuth, Qaidar, Adba`il, Mibsyam, Misyma', Duma, Misya, Hidad, Yutma, Yathur, Nafis dan Qaidaman. Dari mereka inilah kemudian berkembang menjadi dua belas kabilah, yang semuanya menetap di Mekkah untuk beberapa lama. Mata pencaharian pokok mereka adalah berdagang dari negeri Yaman ke negeri Syam dan Mesir. Selanjutnya, kabilah-kabilah ini menyebar ke berbagai penjuru Jazirah, dan bahkan hingga keluar Jazirah. Kemudian secara bertahap, kondisi mereka seakan tenggelam dibawa zaman, kecuali anak cucu dari Nabit dan Qaidar.

 

Peradaban kaum 'al-Anbath' yaitu anak cucu Nabit mengalami kemajuan pesat di bagian utara Hijaz. Mereka mampu membentuk pemerintahan yang kuat dan dipatuhi oleh para penduduk daerah-daerah di pinggirannya, lalu menjadikan 'Al-Bathra" sebagai ibu-kotanya. Tak seorang pun yang mampu melawan mereka hingga datanglah pasukan Romawi yang kemudian berhasil menghancurkan mereka. Sekelompok peneliti lebih condong berpendapat bahwa raja-raja dari keluarga besar Ghassan, termasuk juga kaum Anshar yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj bukan berasal dari rumpunkeluarga besar Qahthan, tetapi berasal dari rumpun keluarga besar Nabit bin Isma'il dan sisa-sisa keturunan mereka yang berada di kawasan tersebut. Imam al-Bukhari lebih condong kepada pendapat tersebut, sedangkan Imam Ibnu Hajar lebih menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa suku Qahthan berasal dari rumpun keluarga besar Nabit.

 

Adapun anak keturunan Qaidar bin Isma'il masih menetap di Mekkah, beranak pinak di sana hingga lahirlah darinya 'Adnan dan anaknya, Ma'd. Dari dialah orang-orang Arab Adnaniyah menisbatkan nasab mereka. 'Adnan adalah kakek kedua puluh satu dalam silsilah keturunan Nabi. Terdapat riwayat bahwa Nabi, jika menyebutkan nasabnya dan sampai kepada Adnan, maka beliau berhenti sampai di situ sambil bersabda, "Para ahli silsilah nasab telah berdusta", lalu beliau tidak melanjutkannya. Segolongan ulama berpendapat bolehnya melanjutkan nasab di atas Adnan dan menganggap lemah (mendha'ifkan) hadits yang disinggung di atas. Menurut mereka, berdasarkan penelitian yang detail; sesungguhnya antara 'Adnan dan Ibrahim 2 terdapat empat puluh generasi.

 

Anak suku Ma'd, yaitu keturunan Nizar telah berpencar ke mana-mana (menurut suatu pendapat, Ma'd tidak memiliki anak selain Nizar). Nizar memiliki empat orang anak, yang kemudian bercabang menjadi empat kabilah besar, yaitu: lyad, Anmar, Rabi'ah dan Mudhar. Dua kabilah terakhir inilah yang paling banyak marga dan sukunya. Sedangkan dari Rabi'ah lahir Asad bin Rabi'ah, Anzah, Abdul-Qais, dua putra Wa'il yaitu Bakr dan Taghlib, Hanifah dan lain-lainnya.

 

Sedangkan kabilah Mudhar bercabang menjadi dua kelompok besar, yaitu Qais 'Ailan bin Mudhar dan marga-marga Ilyas bin Mudhar. Dari Qais 'Ailan muncul Bani Sulaim, Bani Hawazin dan Bani Ghathafan. Kemudian dari Ghathafan muncul 'Abs, Dzubyan, Asyja' dan Ghany bin A'shar

 

Dari Ilyas bin Mudhar muncul pula Tamim bin Murrah, Hudzail bin Mudrikah, Bani Asad bin Khuzaimah dan marga-marga Kinanah bin Khuzaimah. Dan dari Kinanah muncul Quraisy, yaitu anak cucu Fihr bin Malik bin an-Nadar bin Kinanah.

Quraisy terbagi menjadi beberapa kaibillah, di antara yang terkenal adalah Jumh, Sahm, 'Ady, Makkzum, Tam, Zahrah dar marga-marga Qushay bin Kilah, yaitu Abdud Diar bin Qusihany, Asac bin Abdul 'Uzza bin Qushay dan Abdu Manaf bin Qushay

 

Sedangkan dari Abdu Manaf terdapat empat anaik: "Abdu Syams, Naufal, al-Muththalib dan Hasyim. Dari keluarga Hasyim Inilah Allah pilih Muhammad bin Abdullah bin Abdul-Muththallb bin Hasyim, Rasulullah pernah bersabda,

 

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى مِنْ وَلَدِ إِبْرَاهِيمَ إِسْمَاعِيلَ، وَاصْطَفَى مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ كِنَاهُ، وَاصْطَفَى مِنْ بَنِي كِتَانَة قُرَيْتَ، وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ، وَاصْطَفَانِي مِنَ

 

"Sesungguhnya Allah telah memilih Isma'il dari anak cucu Ibrahim, mem lih Kinanah dari anak cucu Ismail, memilih Quraisy dari anak cucu Bani Kinanah, memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy dan memilihiku avi keturuan Bani Hasyim." (HR. Muslim).

 

Dari al-'Abbas bin Abdul Muththalib, dia berkata, "Rasulillah bersabda,

 

إن الله خَلَقَ الْخَلْقَ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِ فِرَقِهِمْ وَخَيْرِ الْفَرِيقَيْنِ، ثُمَّ تَخَيْرَ الْقَبَائِلَ تحملني من خيْرِ الْقَبِيلَةِ، ثُمَّ تَخَيْرَ الْبُيُوتَ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِ بُيُوتِهِمْ، فَأَنَا خَيْرُهُمْ فتار

 

"Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk, Inlu Dia menjadikavšku sebaik-baik golongan mereka dan sebaik-baik dua golongan, kemudian memilih beberapa kabilah, lalu menjadikanku bagian dari sebaik-baik kathilah, kemudian memilih beberapa keluarga lalu menjadikaniku bagian dari sebaik-baik keluarga mereka, maka aku adalah sebaik-baik jiwa di antara mereka ilan sebaik-baik keluarga di antara mereka.

 

Setelah anak-anak 'Adnan beranak-pinak, mereka berpencardi berbagai tempat di penjuru jazirah Arab, menjelajahi tempat-tempat yang banyak curah hujannya dan ditumbuhi oleh rerumputan.

 

Abdul Qais dan marga-marga Bakr bin Wa'il serta marga-marga Tamim pindah ke Bahrain' dan menetap di sana. Sedangkan Bani

 

 

 

 

 

 

 

 

KEYAKINAN DAN KEPERCAYAAN BANGSA ARAB

 

Mayoritas Bangsa Arab masih mengikuti da'wah Nabi Isma'il ketika beliau mengajak mereka untuk menganut agama yang dibawa ayahnya, Ibrahim 2%, Mereka menyembah Allah dan menauhidkan-Nya serta menganut dien-Nya hingga lama kelamaan akhirnya mereka mulai lupa beberapa hal yang pernah diingatkan kepada mereka. Hanya saja, masih tersisa pada mereka ajaran tauhid dan beberapa syi'ar dari dien Nabi Ibrahim, hingga muncullah 'Amr bin Luhay, pemimpin Bani Khuza'ah. Sebelumnya, dia tumbuh di atas prilaku-prilaku agung seperti perbuatan ma'ruf, bersedeqah dan antusiasme tingi di dalam melakukan urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan tunduk terhadapnya karena meng-anggap dirinya sebagai salah seorang ulama besar dan wali yang dimuliakan. Kemudian dia bepergian ke kawasan Syam, lalu melihat penduduknya menyembah berhala-berhala. Akhirnya, dia merespons positif hal tersebut dan mengiranya suatu kebenaran, sebab Syam adalah tanah air para rasul dan diturunkannya kitab-kitab. Maka ketika pulang, dia membawa bersamanya berhala Hubal dan mele-takkannya di dalam Ka'bah. Lantas mengajak penduduk Mekkah untuk berbuat syirik terhadap Allah dan mereka pun menyambut ajakannya tersebut. Selang berapa lama, penduduk Hijaz mengikuti cara penduduk Mekkah karena mereka adalah para pengelola Baitullah dan pemilik al-Masjid al-Haram.'

 

Di antara berhala yang paling tua bernama Manat, yang terletak di Musyallal, sebuah kawasan di tepi laut Merah, dekat Qudaid. Kemudian mereka menjadikan Lata di Thaif dan 'Uzza di Wady Nakhiah. Ketiganya merupakan berhala yang paling besar. Setelah itu kesyirikan semakin merajalela dan berhala-berhala pun banyak bertebaran di setiap tempat di Hijaz. Disebutkan, bahwa 'Amr bin Lahay mempunyai pembantu (khadam) dari bangsa jin. Jin ini mem-beritahukan kepadanya bahwa berhala-berhala kaum Nuh (Wüd, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUD AQIDATAKA BAB 5 SOAL: 3 FENOMENA KESYIRIKAN PADA MASYARAKAT.

  BAB 5 SYIRIK BESAR. SOAL: 3 FENOMENA KESYIRIKAN PADA MASYARAKAT.   م - هَلِ الشِّرْكُ مَوْجُودٌ فِي هٰذِهِ الأُمَّةِ . Soal: A...