Rabu, 14 Maret 2018

KHUTBAH PERNIKAHAN.


1.                   Menikah diniatkan untuk ibadah.
Besarnya manfaat menikah:
1)                  Mendapatkan keturunan jika anak shalih merupakan aset yang besar bagi kedua orang tuanya.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, atau do’a anak yang shalih.” HR. Muslim 1631.
2)                  Menundukkan pandangan.
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menekan syahwatnya(menjadikan tameng).” HR. Bukhari 5066 Muslim 1402.
3)                  Memelihara kemaluan.
إِذَا نَظَرَ أَحَدُكُمْ إِلَى مَحَاسِنِ امْرَأَةٍ فَلْيَأْتِ أَهْلَهُ، فَإِنَّمَا مَعَهَا مَا مَعَهَا.
Jika salah seorang dari kalian melihat kecantikan wanita, maka hendaklah ia mendatangi (menggauli) isterinya. Sebab, apa yang dimilikinya sama dengan yang dimiliki isterinya.” HR. Muslim 1403 -Tirmidzi 1158.
4)                 Menentramkan jiwa.
وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. QS Ar-Rum [30]:21.
5)                  Menjaga nasab dan martabat manusia.
Allah ta’ala melarang seseorang berzina:
وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” Al-Israa’[17]: 32.
لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا.
“Janganlah salah seorang diantara kalian berduaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya, maka barangsiap yang bangga dengan kebaikannya dan sedih dengan keburukannya maka dia adalah seorang yang mukmin.” HR. Ahmad, sanad hadits ini shahih.
6)                  Meneladani Sunnah Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam.
اَلنِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.

“Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.” HR Ibnu Majah 1846 Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah 2383.
2.         Memilih suami dan istri yang shalih.

Allah ta’ala berfirman:
وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik. QS An Nur[24]:26.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَـالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.
“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” HR. Al-Bukhari 5090 Muslim 1466.
3.         Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing
أَلاَ إِنَّ لَكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ حَقًّا وَلِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقَّا.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kalian memiliki hak atas isteri-isteri kalian dan isteri-isteri kalian juga memiliki hak atas kalian.” HR Tirmidzi 1173 Sunan Ibni Majah 1851.
·                     Haq seorang istri.
1)                  Mempergauli dengan cara yang baik.
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ.
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. QS An Nisaa’[4]:19.

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ.

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS Al Baqarah[2]:228.
2)                  Mendidiknya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”QS. At-Tahrim[66]:6.
3)                  Berlaku lemah lembut.

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا.
“Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya”. HR Thirmidzi 1162 Ibnu Majah 1987  dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani (lihat As-Shahihah no 284)
4)                  Memberinya makan, pakaian tempat.

أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ، وَتَكْسُوهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ، وَلاَ تَضْرِبِ الوَجْهَ، وَلاَ تُقَبِّحْ، وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِي الْبَيْتِ.
“Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, janganlah memukul wajah dan janganlah menjelek-jelekkannya serta janganlah memisahkannya kecuali tetap dalam rumah.” HR Sunan Ibni Majah 1500, Abu Dawud 2128 Ibnu Majah 1850.
·                     Hak suami
1)                  Suami adalah pemimpinnya.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِم .
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” QS. An-Nisaa’[4]: 34
2)                  Suami memiliki kedudukan yang besar.
لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” Hadits hasan shahih: HRTirmidzi 1159 Ibnu Hibban 1291. Di shahihkan syaikh Al Bani di Irwaa ul ghaliil 1998
3)                  Suami wajib di taati dalam kebaikan.
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِىءَ لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ.
“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuh” HR. Bukhari 5193 Muslim 1436.
4)                  Suami lantaran menuju ke Syurga.
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ.
“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” Hadits hasan shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban 1296.
5)                  Bermaksiat kepada suami diancam Neraka.


أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ  قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.
“Diperlihatkan kepadaku neraka dan aku dapati kebanyakan penghuninya adalah para wanita yang ingkar. Rasul ‘alaihish shalatu wassalam ditanya: “Apakah mereka ingkar kepada Allah ? Nabi bersabda: “Mereka ingkar kepada suaminya dan ingkar kepada kebaikan suaminya. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka (istri-istrimu) selama satu tahun, kemuadia wanita tersebut melihat satu kejelekan darimu, maka ia akan berkata: “Aku tak pernah melihat engkau berbuat baik sedikitpun” HR. Bukhari 1052 Muslim 907.
4.         Memiliki sifat qanaah.
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, QS. Al Maarij [70]: 19-21.
اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.
"Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang berikan kepadamu" HR Bukhari 6490 Muslim 2963.
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Tidaklah kaya itu diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Akan tetapi yang dikatakan kaya adalah hati yang selalu merasa cukup. HR. Bukhari 6446 Muslim 1051.
Ibnu Zubair pernah berkhutbah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَقُولُ , لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ .
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya manusia diberi lembah penuh dengan emas, maka ia masih menginginkan lembah yang kedua semisal itu. Jika diberi lembah kedua, ia pun masih menginginkan lembah ketiga. Perut manusia tidaklah akan penuh melainkan dengan tanah. Allah tentu menerima taubat bagi siapa saja yang bertaubat.” HR. Bukhari. 6438
مَا الدُّنْيَا فِيْ اْلاَخِرَةِ إلاَّ كَمِثْلِ مَا يَجْعَلُ أحَدُكُمْ إصْبَعَهُ فِيْ الْيَمِّ، فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ.
“Tidaklah dunia ini jika dibanding akhirat seperti jika seseorang diantara kalian mencelupkan jarinya ke lautan, maka hendaklah dia melihat air yang menempel di jarinya setelah dia menariknya kembali.” HR.Muslim 2858.
5.         Membentuk keluarga yang Bertaqwa.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا.
Barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. QSAth Thalaq] [65:3.
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلا تَعْجِزَنَّ , وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ : لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا لَكَانَ كَذَا وَ كَذَا , وَلَكِنْ قُلْ : قَدَرُ اللهِ وَ مَا شَاءَ فَعَلَ , فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Bersungguh-sungguhlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusan), serta janganlah sekali-kali kamu bersikap lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu (kegagalan), maka janganlah kamu mengatakan, ‘seandainya aku berbuat demikian, pastilah tidak akan begini atau begitu’. Tetapi katakanlah, ‘ini telah ditakdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki’. Karena sesungguhnya perkataan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan setan”. HR. Muslim 2664
6.         Menjadikan akhirat sebagai tujuan bahtera rumah tangganya.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. QS. Al An’am[6]:162.           
مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam Bersabda, “Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah memecah-mecah urusannya dan menjadikan kemiskinan di depan matanya. Dia juga takkan mendapatkan dunia kecuali yang telah ditetapkan atasnya. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, maka Allah menghimpun urusannya, menjadikan kecukupan ada di dalam hatinya, dan dunia pun menghampirinya sementara ia memandangnya sebagai sesuatu yang hina.” HR. Ibnu Majah 4105 dan di shahihkan syaikh Al Bani.
7.         Keberhasilan yang sesungguhnya adalah membawa keluarga masuk Syurga.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. QS Al Imran[3]:185.



Di Susun oleh : Abu Ibrahim Junaedi Abdullah.











Sabtu, 03 Maret 2018

PERDEBATAN IMAM AHMAD DENGAN IBNU ABI DUWWAT




November 8, 2012
0

Berkata Al Muhtadi Billah Muhammad bin Al Watsiq (anak dari sang khalifah Al Watsiq):
“Dahulu ayahku (khalifah Al Watsiq) bila hendak membunuh seseorang, ia mengajak kami menyaksikannya. Suatu saat dihadapkan kepadanya seorang tua yang disemir rambutnya dalam keadaan terikat”. (Orang tua ini adalah Abu Abdillah Ahmad bin Hambal atau Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah).

Ayahku itu berkata: “Ijinkan Abu Abdillah (yaitu Ibnu Abi Duwwad, seorang ulama dan tokoh Mu’tazilah yang menyakini bahwa Al Qur’an adalah makhluk, kuniyahnya/julukannya sama dengan imam Ahmad) beserta para sahabatnya untuk masuk”.

Maka masuklah orang tua itu (Imam Ahmad).

Orang tua itu berucap: “Assalamu’alaika Yaa Amiral Mukminin”. (semoga keselamatan atas dirimu).

Beliau (Al Watsiq) menjawab: “Laa Sallamallahu ‘Alaika.” (semoga Allah tidak memberikan keselamatan atas kamu).

Lelaki itu kontan menanggapi: “Sungguh jelek cara kamu memberikn salam. Padahal Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa).” (An Nisaa’ : 86).
Dan Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam juga memerintahkan kita membalas salam!”

Ayahku pun membalas salamnya:”Wa Alaikas salam!” balasnya, kemudian berkata kepada Ibnu Abi Duwwad: ”Tanyalah kepadanya!”

Syaikh itu berkata: ”Wahai Amirul Mukminin, saya dalam keadaan terikat seperti ini, saya mengerjakan shalat dalam sel penjara dengan bertayamum, saya tidak diberi air. Lepaskanlah dahulu ikatan saya ini dan berilah saya air agar saya dapat bersuci dan mengerjakan shalat setelah itu tanyalah apa yang ingin ditanyakan padaku.”

Lalu ayahku memerintahkan para pengawal agar melepas ikatannya dan memberinya air. Syaikh itupun berwudhu lalu mengerjakan shalat. Kemudian ayahku berkata kepada Ibnu Abi Duwad: “Tanyalah kepadanya!”

Ibnu Abi Duwwad berkomentar: “ Lelaki itu (Imam Ahmad) pandai bersilat lidah.”

Maka ayahku berkata: “Ajaklah ia bicara.”

Ibnu Abi Duwwad bertanya: “ Apa pendapatmu tentang Al Qur’an?”

Lelaki tua itu menjawab: “Dia tidak bersikap adil terhadapku. Aku yang seharusnya bertanya.”
Ayahku (Al Watsiq) berkata: “Tanyalah ke Ibnu Abi Duwwad.”

Lelaki itu bertanya: “Apa pendapatmu tentang Al Qur’an?”

Ibnu Abi Duwwad menjawab: “ Al Qur’an itu makhluk (bukan kalam Illahi)!”

Syaikh (lelaki tua) itu bertanya lagi: “Apakah ucapan itu adalah sesuatu yang sudah diketahui oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar dan Al Khulafa’ Ar Rasyidun yang lain atau belum?”

Ibnu Abi Duwwad menjawab: ”Belum.”

Lelaki itu berkata: “Maha Suci Allah, sesuatu (masalah agama) yang tidak diketahui Nabi, namun kamu mengetahuinya?!”

Ibnu Abi Duwwad menjadi malu. Lalu ia berkata: “Beri aku kesempatan lagi!”

Lelaki tua itu berkata lagi: “Pertanyaannya tetap sama.”

Ibnu Abi Duwwad menjawab: “Ya, mereka telah mengetahuinya.”

Lelaki tua itu bertanya lagi: “Mereka mengetahuinya, namun tidak mendakwahkannya kepada manusia?”

Ibnu Abi Duwwad menjawab: “Iya”.

Lelaki tua itu bertanya lagi: “Apakah yang cukup mereka lakukan tidak cukup bagimu?”

Syaikh itu berkata lagi : “Suatu perkara yang tidak didakwahkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam ,tidak pula Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali radhiallahu anhum, lalu Anda mendakwahkannya kepada umat manusia?? Tidak bisa tidak Anda harus berkata: ”Mereka (Para shahabat) mengetahuinya atau mereka tidak mengetahuinya”. Jika Anda katakan :”Mereka mengetahuinya! Namun mereka tidak menyuarakannya, maka cukuplah bagi kita semua apa yang telah cukup bagi mereka, yaitu tidak menyuarakannya!!  Jika Anda katakan: ”Mereka tidak mengetahuinya! Tetapi sayalah yang mengetahuinya! Maka sungguh celaka Anda ini!! Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan para khulafaur Rasyidin radhiallahu anhum tidak mengetahuinya sementara Anda dan rekan-rekan Anda mengetahuinya!!”

Al Muhtadi berkata: ”Saya lihat ayahku langsung berdiri dan masuk ke dalam taman, ia tertawa sambil menutup wajahnya dengan bajunya dan berkata: ”Benar juga, tidak bisa tidak, kita harus mengatakan: ”Mereka mengetahuinya atau mereka tidak mengetahuinya”. Jika kita katakan: ”Mereka mengetahuinya! Namun mereka tidak menyuarakannya, maka cukuplah bagi kita semua apa yang telah cukup bagi mereka, yaitu tidak menyuarakannya! Jika kita katakan: “Mereka TIDAK mengetahuinya! Andalah yang mengetahuinya, maka sungguh celaka kita ini!! Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam dan para Khulafaur Rasyidin radhiallahu anhum tidak mengetahuinya sementara Anda dan rekan Anda mengetahuinya?!”

Kemudian ayahku berkata: ”Hai Ahmad!”

“Laabaika! Jawabnya.

“Bukan kamu yang saya maksud,tapi Ahmad bin Abi Duwad! sahut ayahku.

Maka Ibnu Abi Duwad pun segera mendatanginya, ayahku berkata: ”Berilah Syaikh ini nafkah dan keluarkanlah dari negeri kita!”

[Dalam riwayat as Siyaar: ”Beliau lalu menyuruh orang membuka ikatan lelaki tua itu dan memberikan kepadanya 400 dinar,lalu mengijinkannya pulang. Semenjak itu Ibnu Abi Duwad dipandang sebelah mata (jatuh pamor) oleh Khalifah Al Watsiq, dan setelah itu ayahku tidak pernah menguji orang dengan keyakinan sesat tersebut.]

Dalam riwayat lain: Al Muhtadi berkata: sayapun insyaf dari keyakinan sesat tersebut dan saya kira semenjak saat itu ayah sayapun insyaf darinya”

(Imam Adz Dzahabi meriwayatkan kisah ini dari Al Muhtadi Billah Muhammad bin Al Watsiq, anak sang khalifah Al Watsiq di kitabnya Siyaru A’laamin Nubalaa’ juz XI :312)

4 SIFAT WANITA PENGHUNI NERAKA DAN 4 SIFAT PENGHUNI SURGA.

  Allah menyebutkan dahsyatnya neraka. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِ...