Senin, 06 Juni 2016

KEUTAMAAN DAN BEBERAPA SYARIAT ISLAM DI BULAN RAMADHAN



1)      Al  Qur’an di turunkan di bulan Ramadhan.
Allah ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” QS. Al Baqarah [2] : 185.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ.
Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi QS.Ad Dukhaan[44]:3
Banyak para ulama yang mengatakan bahwasanya AL Qur’an di turunkan dengan sekaligus dari lauhul mahfud ke langit dunia, kemudian di turunkan secara rinci dan berangsur-angsur  sesuai dengan kejadian-kejadian selama dua puluh tiga tahun kepada Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam. Tafsir Ibnu Katsir QS Al Baqarah[2]:185.

2)      Pada malam Ramadhan terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ.
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.  Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” QS. Al Qadr [97]:1-3
Ini di kuatkan dengan hadis Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam.:
أُنْزِلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ، وَالْإِنْجِيلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَ الْفُرْقَانُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ " [مسند أحمد: حسنه الألباني]
Suhuf Ibrahim 'alaihissalam diturunkan pada awal  malam bulan Ramadan, dan Taurat diturunkan pada enam hari lewat bulan Ramadan, dan Injil pada hari ke-tigabelas Ramadan, dan Al-Qur'an turun pada hari ke-duapuluh empat Ramadan. Musnad Imam Ahmad 16370 dan di hasankan Syaikh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shahihah, 1575


  3)      Pada bulan Ramadhan di buka pintu syurga ditutup pintu neraka dan syaitan-syaitan di belenggu.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ ».
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda: “Telah datang kepada kalian Ramadhan bulan penuh berkah, Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya, dibuka di dalamnya pintu-pintu langit dan ditutup di dalamnya pintu-pintu neraka, di belenggu di dalamnya pemimpin-pemimpin syetan dan Allah memiliki di dalamnya sebuah malam lebih baik daripada seribu bulan barangsiapa yang dilarang mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia benar-benar merugi.” HR. An Nasai dan dishahihkan Syaikh Al-Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’ 55.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ
Rasulullah sallallahu‘alaihi wa sallam  bersabda: jika datang bulan Ramadhan di bukalah pintu-pintu surga, di tutup pintu-pintu neraka dan syaitan-syatan di belenggu. HR.Bukhari 1780 Muslim 1079.


4)      Bulan Ramadhan di kabulkan doa.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم : ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ : دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiga doa yang dikabulkan: “Doanya seorang yang berpuasa, doanya seorang yang terzhalimi, doanya seorang yang musafir.” HR. Al Baihaqi dan dishahihkan Syaikh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’: 3032.

5)      Bulan dilipat gandakan pahala.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan (pahalanya), sebuah kebaikan akan dilipatgandakan dengan sepuluh kali semisalnya hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa karena sesungguhnya puasa adalah untukKu dan Akulah yang akan membalasnya, karena ia telah meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan ketika ia berbuka puasa dan kegembiraan ketika ia berjumpa dengan Rabbnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dari pada  aroma misik.”  Shahiih Muslim 1153; Sunan Ibnu Maajah 1638.

2.       SYARIAT-SYARIAT DI BULAN RAMADHAN.
Sesungguhnya di bulan mulia ini ada beberapa syariat yang harus di kerjakan, diantaranya ada yang wajib dan ada pula yang sunnah, adapun yang wajib:
1)    Puasa Ramadhan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al Baqarah[2]:183).
Dalil dari hadis:
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ.
Dari sahabat Ibnu ‘umar radiallahu‘anhu Rasulullah sallallahu‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam dibangun di atas lima pondasi: bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, me­ngeluarkan zakat, berhaji ke rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.” HR.Bukhari 8 Muslim 16.

2)    Shalat tarawih.
Umar bin Khatab radiallahu‘anhu biasa mengerjakan shalat malam jika telah pertengahan malam Beliau membangunkan keluarganya untuk shalat, Beliau berseru “shalat, shalat!”. Kemudian membaca ayat ini:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَ.
Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) adalah bagi orang yang bertakwa. (QS. Thaha[20]:132).


 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu dari Rasulullah sallallahu‘alahi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang menegakkan (malam-malam) bulan Ramadhan dengan keimanan dan mencari keridhaan Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”  HR Bukhari 37 Muslim 759.
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً
“Sesungguhnya barangsiapa yang shalat malam bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyamul lail satu malam penuh.” HR. Nasai 1605 Tirmidzi 806  Ibnu Majah 1327 Syaikh al-Albani mensahihkannya di dalam Irwa’ Al-Ghalil 447.


3)    Memperbanyak membaca Al Qur’an.
Dari Abdullah bin Mas`ud radhiyallahu‘anhu Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur`an) maka dia akan memperoleh satu kebaikan dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang semisalnya. Saya tidak mengatakan الم itu satu huruf, akan tetapi ا satu huruf dan ل satu huruf seta م satu huruf”. HR. Tirmidzi 2910 Hadits ini dishahihkan Syeikh Al Bani di  Shahihul jami’ 6469.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, ia berkata:
كَانَ يَعْرِضُ عَلَى النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً ، فَعَرَضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِى الْعَامِ الَّذِى قُبِضَ ، وَكَانَ يَعْتَكِفُ كُلَّ عَامٍ عَشْرًا فَاعْتَكَفَ عِشْرِينَ فِى الْعَامِ الَّذِى قُبِضَ { فِيهِ }
“Bahwasanya Jibril mengulang Al-Qur’an pada  Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam setiap tahun sekali (khatam). Ketika di tahun beliau akan meninggal dunia dua kali khatam. Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam biasa pula beri’tikaf setiap tahunnya selama sepuluh hari. Namun di tahun saat beliau akan meninggal dunia, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.” HR. Bukhari 4998 Abu Daud 2466 Ibnu Majah 1769
Dahulu para sahabat bersemangat di dalam mengahatamkan Al Qur’an, seperti  Usman bin Afan radhiyallahu‘anhu ia menghatamkan pada setiap hari pada bulan Ramadhan, Imam Syafi’i  menghatamkan enam puluh kali dalam satu bulan Ramadhan, Al-Aswad menghatamkan Al Qur’an setiap dua hari sekali dan masih banyak sekali yang lain.
Sebagian ulama berkata “ adapun larangan yang Rasulullah tidak boleh menghatamkan kurang tiga hari bagi mereka yang tidak bisa memahami Al Qur’an tersebut, berkata Ibnu Rajab “ larangan menghatamkan kurang dari tiga hari bagi yang membiasakan itu namun jika waktu-waktu yang utama seperti  Ramadhan khususnya malam lailatul Qadar, atau di tempat-tempat yang khusus seperti  Makkah bagi selain warga Makkah maka dianjurkan agar memperbanyak membaca Al Qur’an supaya mendapatkan waktu dan tempat tersebut inilah pendapat Imam Ahmad dan lainnya.  Lihat kitab Kaifa na’isyu Ramadhan wa sab’un mas’alah fi As Siyam, oleh:  Syaikh Abdullah Ash Shalih.

  4)    Memperbanyak sedekah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ‘ فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ , لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ.
“Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.” HR. Tirmidzi 1984. Syaikh Al Albani berkata hadis ini hasan.

Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam sebutkan:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا.
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” HR Ibnu Majah 1746 Ahmad 5/192 dan syaikh Al Bani berkata sahih.


5)    Umrah di bulan Ramadhan.
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda,
فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ
“Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadhan senilai dengan haji.” HR. Bukhari 1782 Muslim 1256.


3.       HUKUM SEPUTAR PUASA.
1)    Menentukan masuknya puasa.
إذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَصُوْمُوْا وَإِذَا رَأَيْتُمُوْهُ فَأَفْطِرُوا, فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدِرُوْا لَهُ.
“Jika kalian melihatnya (hilal ramadhan) maka berpuasalah dan jika kalian melihatnya (hilal syawal) maka berbukalah. Jika hilal terhalangi dari kalian maka hitunglah dia.” HR.Bukhari 1900 Muslim 1080.
الشَّهْرُ تَسْعَةٌ وَعِشْرُوْنَ, فَلاَ تَصُوْمُوْا حَتَّى تَرَوْهُ. فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا الْعِدَّةَ ثَلاَثِيْنَ.
“Bulan itu 29 malam, karenanya janganlah kalian berpuasa sampai kalian melihatnya. Jika dia terhalangi dari kalian maka sempurnakanlah jumlahnya menjadi 30.” HR. Bukhari 1907.
‘Apabila tidak berhasil melihatnya menyuruh agar di hitung agar sempurna sempurna bulan Sya'ban sebanyak 30 hari.
Perlu di ketahui menentukan waktu-waktu yang penting dengan melihat benda-benda langit ini bukan hanya berlaku di dalam puasa akan tetapi berlaku juga di dalam shalat dengan melihat matahari, dan inilah yang pokok, adapun hisab dan jam sebagai alat bantu, dan hendaknya tidak mengedepankan alat bantu diatas yang pokok. Oleh karena itu Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin berkata, “Adapun menggunakan alat yang bernama teropong pembesar dalam melihat hilal- maka itu tidak mengapa, hanya saja bukan merupakan kewajiban, karena lahiriah hadits menunjukkan hanya bersandar pada pandangan normal bukan dengan selainnya.” Fatwa Ramadhan 1/62. 

2)    Dalil tentang wajibnya berpuasa.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. QS. Al Baqarah[2]:183.
Dalil dari hadis:
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ.
“Islam dibangun di atas lima perkara(pondasi): bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, me­ngeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.” HR.Bukhari 8 Muslim 16.


3)    Orang yang wajib berpuasa.
Para ulama sepakat orang yang wajib berpuasa adalah: orang muslim, orang yang berakal, orang yang baligh, orang yang sehat, orang yang mukim, dan bagi wanita hendaknya suci dari haid dan nifas. Fiqih Sunnah (1/506). Ada yang menambahkan hendaknya mampu. Diantara dalilnya adalah:
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ الْمَجْنُوْنِ  الْمَغْلُوْبِ عَلىَ عَقْلِهِ حَتَّى يَبْرَأَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقَظَ وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمُ.
“Pena diangkat dari tiga golongan: orang yang gila yang akalnya tertutup sampai sembuh orang yang tidur sehingga bangun dan anak kecil sehingga baligh.” HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Ad-Daruquthni, Asy-Syaikh Al-Albani mengatakan: “Shahih” di dalam Shahihul Jami’, 3512.

   Keutamaan puasa (4        
Laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah Telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al Ahzab [33]:35.
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ إِلَّا الصِّيَامَ هُوَ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ..
Allah ‘Aza wajalla berkata “ setiap amal anak adam akan dilipatkan baginya sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat kecuali puasa, karena itu untukku, dan aku yang akan membalasnya.” HR. Bukhari 1904 Muslim1151 dengan lafad Muslim.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مَعَهُمْ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَدْخُلُونَ مِنْهُ فَإِذَا دَخَلَ آخِرُهُمْ أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَد.
Rasulullah sallallahu‘alahi wa sallam.bersabda sesungguhnya di dalam syurga ada sebuah pintu yang di sebut ar raiyaan pada hari kiamat orang-orang yang berpuasa akan memasuki melalui pintu tersebut, tidak di perkenankan seorangpun memasuki bersama mereka. Di serukan “ mana orang yang berpuasa?” mereka masuk melaluinya apa bila telah masuk orang yang terakhir  akan di tutup dan tidak seorang pun masuk darinya.” HR. Bhukhari 1777 Muslim 1152
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ.
“Shalat yang lima jum’at satu ke jum’at berikutnya ramadhan satu ke ramadhan berikutnya sebagai penghapus dosa-dosa antara waktu tersebut jika di jauhi dosa-dosa besar.” HR. Muslim 2333
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). QS. An Nisaa[4]:31.


5)    Faedah berpuasa
Banyak sekali faedah berpuasa diantaranya.
Melatih jiwa untuk sabar, disiplin, menyehatkan, dan juga kebersamaan antara sesama, karena kabar tak sebagaimana kenyataan.
إِنَّمَا الصِّيَامُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ.
“Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.” HR. Ahmad dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’


6)    Orang yang boleh tidak puasa.
Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. QS. Al Baqarah[2]:184.
a)     Orang yang sakit.
1)    Jika sakitnya tidak membahayakan hendaknya berpuasa.
2)    Jika sakitnya bertambah parah dengan melakukan puasa dia juga tidak di perkenankan  berpuasa dan hendaknya mengganti di hari yang lain.
3)    Jika sakitnya di ketahui akan membinasakan dirinya Atau tak di harapkan kesembuhan darinya maka puasa di haramkan bagi dirinya. Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu QS An Nisaa’[4]:29
Orang yang seperti ini hendaknya membayar fidyah. Seandainya ada kesembuhan maka tidak ada kewajiban lagi mengganti. Hal ini yang difatwakan oleh Al-’Utsaimin dalam Asy-Syarhul Mumti’ (6/333-334, 347-349), Al-Wadi’i, Al-Albani dalam Irwa’ Al-Ghalil (4/22), dan Al-Lajnah Ad-Da’imah dalam Fatawa Al-Lajnah (10/160-161).
7)    Orang yang bepergian,
Boleh berpuasa jika kuat namun jika tidak berbuka, jika puasanya memberatkan maka hendaknya dia berbuka, sebagaimana hadis RasulullahSAW.:
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه: كنا نغزو مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في رمضان فمنا الصائم ومنا المفطر. فلا يجد الصائم على المفطر. ولا المفطر على الصائم. يرون أن من وجد قوة فصام، فإن ذلك حسن ويرون أن من وجد ضعفا فأفطر فإن ذلك حسنا.
“Kami pernah bepergian bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka yang berpuasa tidak mencela yang berbuka dan yang berbuka tidak mencela yang berpuasa.” HR Muslim 1116 Tirmidzi 713.

8)    Hukum orang yang hamil dan menyusui
Pendapat paling kuat 2 pendapat.
1)    Wajib mengqadha tanpa membayar fidyah.Pendapat ini adalah pendapat madzhab Hanafi, dan mayoritas ulama sekarang.   Lihat Al-Mabshuuth ( 3/99) pendapat inilah yang dipilih oleh mayoritas para ulama di zaman kita, seperti Syaikh Bin Baaz .lihat majmu' al-fatawa (15/225), Syaikh Utsaimin lihat Asy-Syarhul Mumti' (6/220), dan Al-Lajnah Ad-Daimah lihat fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah (10/226).
2)    Tidak wajib mengqadha dan cukub membayar fidyah.
"Wanita hamil dan wanita menyusui berbuka di bulan Ramadhan dan keduanya mengqhada puasa mereka tanpa memberi makan (tanpa fidyah)" HR Ahmad 19047 Ibnu Majah 1667.
Kalau kita perhatikan pendapat pertama berangkat dari kias sebagaimana orang yang sakit dan bepergian mendapatkan rukshah, sehingga wajib mengqadha.pendapat Ibnu Abbas dan Ibnu Umar bahwasanya wanita yang hamil dan menyusui hanya diwajibkan membayar fidyah tanpa harus mengqadha mengingat bahwa perkataan seorang sahabat merupakan hujjah selama tidak ada sahabat lain yang menyelisihi. Allahu A’lam.
9)   Ancaman bagi orang yang meninggalkan puasa.
Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
حَتَّى إِذَا كُنْتُ فِى سَوَاءِ الْجَبَلِ إِذَا أَنَا بَأَصْوَاتٍ شَدِيدَةٍ فَقُلْتُ : مَا هَذِهِ الأَصْوَاتُ قَالُوا : هَذَا عُوَاءُ أَهْلِ النَّارِ ، ثُمَّ انْطُلِقَ بِى فَإِذَا أَنَا بِقَوْمٍ مُعَلَّقِينَ بِعَرَاقِيبِهِمْ مُشَقَّقَةٌ أَشْدَاقُهُمْ تَسِيلُ أَشْدَاقُهُمْ دَمًا قَالَ قُلْتُ : مَنْ هَؤُلاَءِ قَالَ : هَؤُلاَءِ الَّذِينَ يُفْطِرُونَ قَبْلَ تَحِلَّةِ صَوْمِهِمْ.
sehingga ketika sampai dipuncak gunung tiba-tiba terdengar suara yang keras. Aku bertanya, “suara apa ini?”, mereka berkata, “ini adalah teriakan penduduk neraka”. Kemudian keduanya membawaku, ketika itu aku mendapati orang-orang digantung dengan kaki diatas, rahang-rahang mereka robek dan mengalir darah darinya. Aku bertanya, “siapa mereka?”, keduanya menjawab, “mereka adalah orang-orang yang berbuka sebelum halal puasa mereka.” HR. An Nasai di  Sunan Al Kubra 3273, di sahihkan imam Ad Dzhabi.
Al Hafidz Ad Dzahabi rahimahullah  berkata: "Sudah menjadi ketetapan bagi kaum muslimin, barang siapa yang meninggalkan puasa tanpa udzur syar’i maka ia lebih buruk dari pada pezina dan pecandu khamer, bahkan mereka meragukan keislamannya dan menganggapnya zindiq dan menyimpang dari agama." Lihat  Al Kabair Imam Ad Dzahabi ke 6.
RUKUN PUASA
1)      Niat, hendaknya di lakukan didalam hati bukan di lisan.
مَنْ لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ.
Barangsiapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar, maka tidak ada  puasa baginya. HR. Abu Dawud 2454, Ibnu Majah 1933 dan di sahihkan Syaihk Al Bani di dalam Shahih abu dawud.
2.     Menahan dari  sesuatu yang membatalkan puasa semenjak fajar sidiq sampai matahari terbenam.
PEMBATAL PUASA.
1.         Makan, kecuali dirinya lupa.
مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ, فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ, فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ, فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اَللَّهُ وَسَقَاهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ


“Barangsiapa yang lupa sedang ia dalam keadaan puasa lalu ia makan atau minum, maka hendaklah ia sempurnakan puasanya karena kala itu Allah yang memberi ia makan dan minum.” HR. Bukhari 1933 dan Muslim 1155.
2.     Minum.
3.     Muntah dengan sengaja, seandainya hal itu tidak sengaja tidak membatalkannya.
مَنْ ذَرَعَهُ قَىْءٌ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَإِنِ اسْتَقَاءَ فَلْيَقْضِ
“Barangsiapa yang muntah menguasainya (muntah tidak sengaja) sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka tidak ada qadha’ baginya. Namun apabila dia muntah (dengan sengaja), maka wajib baginya membayar qadha’.” (HR. Abu Daud 2380 Ibnu Majah1676; Tirmidzi 720. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
4.     Haid.
أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ
“Bukankah jika wanita itu haid ia tidak shalat dan tidak puasa?” HR. Bukhari 304 dan Muslim79.
5.     Nifas.
6.     Merokok
7.     Infuse
8.     Keluar mani dengan sengaja.
9.     Jima’
10.   Masuknya sesuatu ke tenggorokan yang dapat menggantikan makanan atau minuman.
11.               Hilang ingatan, baik pingsan, disebabkan bius(seharian), atau tiba-tiba gila.
12.   Cuci darah.
13.   Murtad.


Disusun oleh: Abu Ibrahim.



MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...