Selasa, 09 April 2024

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN.



Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah menerima amal kita, sementara kita tidak tahu bagaimana sesungguhnya ibadah kita hanya Allah yang tahu.


Orang-orang shalih dahulu mereka beramal shalih namun hati mereka takut seandainya amal tersebut tidak diterima oleh Allah ta’ala.

Qleh karena itu ada beberapa hal yang hendaknya kita perhatikan di bawah ini.


1. Mengoreksi amal-amal kita.


 Di dalam menjalankan ibadah ini banyak kekurangan kita di sana-sini.

Allah ta’ala berfirman:


هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ . وُجُوهُ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ . عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ . تَصْلَى نَارًاحَامِيَةً . تُسْقَى مِنْ عَيْنٍءَانِيَةٍ . لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلاَّ مِن ضَرِيعٍ . لاَيُسْمِنُ وَلاَيُغْنِي مِن جُوعٍ.

“Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan? Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (QS. Al Ghasyiyah[88]: 1-7).


Jangan sampai kita terlena dengan amal kita sehingga berakhir dengan penyesalan, dan masuk neraka, lihat tafsir Ibu Katsir pada surat di atas.



Betapa banyak kekurangan ibadah-ibadah kita, diantara kita ada yang puasa tapi masih suka berdusta, padahal Rasulullah sallallahu ‘alaihhi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari 1903). 

Berapa banyak diantara kita yang berpuasa tapi masih melakukan perkara-perkara yang tidak bermanfaat.

Rasulullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ.

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh al-Albani berkata shahih di dalam Shahih at-Targib wa at-Tarhib  1082).

 رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلَّا السَّهَ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ibnu Majah, Nasa’i 3236, di shahihkan Syaikh al Albani dalam Shahih at-Targib wa-at Tarhib 1083).

Membersihkan kekurangan puasa dengan zakat, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ.

”Zakat Fitrah merupakan pembersih bagi yang berpuasa dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan kata-kata keji ( yang dikerjakan waktu puasa ), dan bantuan makanan untuk para fakir miskin. ” (HR. Abu Daud 1609, Ibnu Majah 1827. Syaikh al Albani mengatakan hadits ini hasan).


2. Tanda amal seseorang diterima Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:


إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Maidah [5]:27).


لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu.”(QS. Al-Hajj [22]:37).


Apa tanda amal seseorang diterima Allah ta’ala..?, Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “Sesungguhnya, jika Dia menerima amal (kebaikan) seorang hamba maka Dia akan memberi taufik kepada hamba-Nya tersebut untuk beramal shalih setelahnya, sebagaimana ucapan salah seorang dari mereka (ulama salaf) bahwa ganjaran perbuatan baik adalah (taufik dari Allah Ta’ala untuk melakukan) perbuatan baik setelahnya. Maka barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan amal kebaikan lagi setelahnya, maka itu merupakan pertanda diterimanya amal kebaikannya yang pertama (oleh Allah Ta’ala), sebagaimana barangsiapa yang mengerjakan amal kebaikan, lalu dia mengerjakan perbuatan buruk (setelahnya), maka itu merupakan pertanda tertolak dan tidak diterimanya amal kebaikan tersebut” (Lihat Kitab Latha-iful Ma’aarif, hal. 311).  


Meskipun begitu kita tetap berdoa dan memohon semoga Allah menerima amal ibadah kita.

اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً

“Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang diterima.”  (Musnad Imam Ahmad, 6/322, Sunan Ibnu Majah 925, Shahih Ibni Majah 753).   


3. Istiqamah setelah bulan Ramadhan.

Hendaknya kita istiqamah setelah Ramadhan.

Agar kita bisa istiqamah hendaknya kita senantiasa mengamalkan kebiasaan yang baik dari apa yang kita amalkan selama bulan Ramadhan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ 

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling konsisten meskipun sedikit.” (HR. Bukhari 6464, Muslim 783).


4. Menuntut ilmu agar menguatkan iman kita.

Menyirami ruh kita dengan menuntut ilmu, karena hal ini akan menguatkan kesabaran kita, menguatkan keimanan kita, menghilangkan berbagai macam subhat dan syahwat.


Allah ta’ala berfirman:


يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.


“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah[58] : 11)

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Di shahihkan Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah : 224).

Terutama ilmu tentang pokok-pokok keimanan, ilmu tentang  syari’at  seperti:  wudhu, shalat, zakat, puasa dan haji jika telah mampu.

Kemudian mempelajari apa yang berkaitan dengan muamalah seseorang,  seperti : hukum jual beli dan lain-lain. Semua ini wajib untuk diketahui agar kita bisa istiqamah di atas ilmu.


5. Menyiapkan jiwa untuk menghadapi tipu daya iblis.

Allah ta’ala berfirman:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ . ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ.


Iblis berkata: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al  A’raf [7]: 16: 17).

Rasulullah sallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda: jika datang bulan Ramadhan di bukalah pintu-pintu surga, di tutup pintu-pintu neraka dan syaitan-syatan di belenggu. HR.Bukhari 1780, Muslim 1079.

Hukum kebalikan dari hadist itu bahwa syaitan akan kembali terlepas setelah Ramadhan, sehingga kita saksikan kemaksiatan merajalela, kewajiban kita mewaspadainya.



6. Berdoa memohon supaya istiqamah serta ketetapan hati.

Allah ta’ala berfirman:


إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah,” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”( QS Fushshilat[41]:30)

“Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam beliau biasa berdoa:


اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.

 Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan)”(HR. Muslim 2721, At Tirmidzi 3489, Ibnu Majah 3105, Ibnu Hibban 900).

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ.

                                                                                    

“Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”  HR. At-Tirmidzi  3522, Al-Hakim I/525. Lihat Shahih Sunan At-Tirmidzi Syaikh Al Bani 2792.

Tulisan sedikit ini semoga bisa  menjadikan kita istiqamah diatas al haq hingga ajal memjemput kita, Aamiin.



-----000-----


Sragen 04-4-2024

Abu Ibrahim Junaedi.





ISTIQAMAH DI DALAM KEBAIKAN.

Ringkasan khutbah 1445 h.
2024.m.

Khutbah hajad.

1. Agar tetap Istiqomah setelah puasa.

Hal itu bisa dicapai dengan: 
1). Tetap menuntut ilmu.
Ilmu akan menyadarkan seseorang dari kekliruan dan menuntun di dalam beratnya cobaaan, meneguhkan hati dan menguatkan iman.

2) Bersahabat dengan orang-orang shalih.

3) Meninggalkan semua bentuk kebiasaan buruk.

4) Membiasakan dengan sesuatu yang baik, diawali dengan yang rendah sampai yang berat dengan cara bertahap.

5) Menghiasi diri dengan berakhlak yang baik.

2. Menunaikan haq kepada siapapun yang memiliki haknya kepada kita.

1) Haq Allah ta'ala.

2) Haq Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam.

3) Haq orang tua kita.

4) Haq saudara kita.

5) Haq anak dan istri.

6) Haq tetangga.

3. Melupakan masa lalu yang suram.

4. Optimis di dalam menatap masa depan.

5. Menjadikan oriantasi kehidupan kita untuk akhirat.

Terakhir wasiat bagi para wanita.kalian penghuni neraka yang paling banyak.
Hendaknya kalian bersyukur dan banyak sedekah .

Demikianlah khutbah ini semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung.
Aamiin.

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...