Senin, 24 Juli 2023

BAHAYA PERDUKUNAN.

                                   

 

Orang-orang jahiliyah dahulu selalu melibatkan dukun (Kahin) dalam setiap keperluan mereka, seperti mau pernikahan, bepergian dan berbagai masalah lainnya.

Para dukun dan tukang sihir mereka mengelabuhi masyarakat dengan nama-nama yang lain, seperti orang pintar, pengobatan alternatif, para normal, orang tua, tabib, dan lain sebagainya.

Dari sini banyaknya masyarakat yang tertipu dengan nama samaran tadi, sehingga mereka berduyun-duyun rela antri untuk datang, baik yang sehat ataupun yang sakit, miskin ataupun kaya, yang sudah sukses ataupun yang baru buka usaha, orang berpangkat ataupun orang biasa, dari para pejabat sampai rakyat jelata, bahkan orang yang dianggap berilmu sampai yang awamnya.

Mau pangakat naik pergi kedukun, menjaga wibawa pergi kedukun, mau hajatan pergi kedukun, mau buka toko pergi kedukun, kehilangan barang pergi kedukun, bersaing dagang pergi kedukun, pingin rezki lancar kedukun, sampai berselisih dengan keluarga mereka juga kedukun.

Padahal agama ini sangat melarang keras mendatangi dukun, namun karena kejahilan mereka tak menghiraukan hal ini.

Adapun larangan dan keburukan mendatangi dukun dan sejenisnya yaitu:

1.   Tidak diterima shalatnya 40 hari.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ، لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً.     

“Barang siapa mendatangi dukun atau peramal, maka tidak diterima shalatnya 40 hari.”  (HR.Muslim 2230, Ahmad 16638, Thabrani, Mu’jam al-Ausath 1453).

 Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Al-‘Arraf adalah sebutan bagi kahinmunajjim, dan rammal, serta yang sejenis dengan mereka, yang berbicara dalam hal mengetahui perkara-perkara semacam itu dengan cara-cara semacam ini.” (Kitab Tauhid syaikh Muhammad bin Abdul wahhab ).

2.   Mendatangi dan mempercayai dukun, dapat menjadikan kufur terhadap apa  yang di bawa Rasulullah sallallahu ‘alaihii wa sallam).

Rasulullah sallallahu ‘alaihii wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى كَاهِنًا، أَوْ عَرَّافًا، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ.

 “Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal lalu memercayai apa yang dia katakan, maka dia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.” (HR. Ahamd 9536, Tirmidzi 135, Ibnu Majah 639, Abu Daud 3904, Disahihkan syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 3387).

3.   Sihir yang dilakukan para dukun adalah kekufuran yang dapat membinasakan.

Allah ta’ala berfirman:

وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ.

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (QS. Al-Baqarah[2]:102).

Setelah setan-setan itu mulai berdusta kepada mereka (para dukun) dan memasukkan hal-hal yang lain ke dalam berita yang dibawanya; mereka menambah tujuh puluh kalimat pada setiap kalimatnya. Lalu orang-orang menca­tat omongan itu ke dalam buku-buku hingga tersiarlah di kalangan Bani Israil bahwa jin mengetahui hal yang gaib.

Kemudian Nabi Sulaiman mengirimkan utusannya kepada semua orang untuk menyita buku-buku itu. Setelah terkumpul, semua buku dimasukkan ke dalam peti, lalu peti itu dikuburnya di bawah kursi singgasananya. Tiada suatu setan pun yang berani mendekat ke kursi tersebut melainkan ia pasti terbakar. Nabi Sulaiman berkata, "Tidak sekali-kali aku mendengar seseorang mengatakan bahwa setan-setan itu mengetahui hal yang gaib melainkan aku pasti menebas batang le­hemya (sebagai hukumannya)."

Setelah Nabi Sulaiman meninggal dunia dan semua ulama yang mengetahui perihal Nabi Sulaiman telah tiada, lalu mereka diganti oleh generasi sesudahnya, maka datanglah setan dalam bentuk se­orang manusia. Setan itu mendatangi segolongan kaum Bani Israil dan berkata kepada mereka, "Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu perbendaharaan yang tidak akan habis kalian makan untuk se­lama-lamanya?" Mereka menjawab, "Tentu saja kami mau." Setan berkata, "Galilah tanah di bawah kursi singgasananya."

Setan pergi bersama mereka dan memperlihatkan tempat tersebut kepada mereka, sedangkan dia sendiri berdiri di salah satu tempat yang agak jauh dari tempat tersebut. Mereka berkata, "Mendekatlah kamu ke sini." Setan menjawab, "Tidak, aku hanya di sini saja dekat dengan kalian. Tetapi jika kalian tidak menemukannya, kalian boleh membunuhku."

Mereka menggali tempat tersebut dan akhimya mereka menjum­pai kitab-kitab itu. Ketika mereka mengeluarkannya, setan berkata ke­pada mereka, "Sesungguhnya Sulaiman dapat menguasai dan me­ngatur manusia, setan-setan, dan burung-burung hanyalah melalui il­mu sihir ini." (lihat Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Baqarah[2]:102).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقَاتِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ اليَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ المُحْصَنَاتِ المُؤْمِنَاتِ الغَافِلاَتِ.

“Jahuilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan, kami bertanya, “ Ya Rasulullah apa itu..? beliau berkata, “Berbuat syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan dengan alasan yang benar, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari medan perang dan menuduh seorang wanita muslimah yang terhormat dengan tuduan yang keji.” (HR. Bukhari 2766, Muslim 89, Abu Daud 2874).

Tukang sihir dan dukun terkadang mereka satu, mereka bekerja sama dengan syaitan untuk memperdaya manusia.

4.   Para dukun adalah wali-wali syaitan yang suka berdusta.

Meskipun dukun menampakkan pakaian kyai, ustadz ataupun orang shalih lainnya, namun tatacara dan praktek yang dipakai adalah dukun maka mereka adalah dukun, karena hakekatnya itulah yang dihitung.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ . تَنَزَّلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ . يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ.

“Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaithan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.” (QS. Asy-Syu’araa[26]: 221-223).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha berkata, orang-orang bertanya kepada Rasullullah sallallahu ‘alaihii wa sallam tentang perdukunan beliau berkata:

لَيْسَ بِشَيْء, فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَا أَحْيَانًا بِشَيْءٍ فَيَكُونُ حَقًّا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تِلْكَ الكَلِمَةُ مِنَ الحَقِّ، يَخْطَفُهَا مِنَ الجِنِّيِّ، فَيَقُرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ، فَيَخْلِطُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ.

“(para dukun itu) tidak ada apa-apanya, mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dukun-dukun itu biasa menuturkan kepada kami lantas kami jumpai bahwa apa yang mereka katakan itu benar.” Maka Nabi menjawab, “Itu adalah ucapan benar yang dicuri dengar oleh jin (syaitan) kemudian dia bisikkan ke telinga walinya (dukun) dan dia pun menambahkan dengan seratus kedustaan di dalamnya.” (HR. Bukhari 5762, Muslim 2228).

Mereka banyak menipu manusia yang sedang mendapat musibah, bahkan sebagian mereka memeras pasiennya dengan mengatasnamakan jasa, jasa pengobatan, pelaris, wibawa, kecantikan, pagar diri, kekuatan, pengasihan, tolak bala dan lain-lain.

5.   Batilnya praktik perdukunan dan orang yang mengklaim mengetahui perkara gaib.

Siapapun yang mengaku mengetahui perkara gaib, baik dukun, tukang ramal, tukang sihir, ataupun kyai, ustadz, orang pintar, bila mereka mengklaim mengetahui perkara yang gaib, semua itu merupakan kebatilan, karena tidak ada yang mengetahui perkara gaib tersebut kecuali hanya Allah semata.

Allah ta’ala berfirman:

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ

“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. Al-An’am[6]:59).

Allah Ta’ala berfirman,

قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ.

Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib kecuali hanya Allah.” (QS. An-Naml[27]: 65)

Allah Ta’ala juga berfirman tentang Nabi-Nya,

وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ.

Dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-A’raf[7]: 88).

Terkadang Allah menampakkan kegaiban tersebut kepada para rasul yang sesuai yang Allah kehendaki setiap saat.

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَداًلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَداً.

(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya. Maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.”  (QS. Al-Jin[72]: 26-27)

6.   Ciri-ciri dukun atau tukang sihir.

 

1)   Menampakkan kekufuran kepada Allah ta’ala, seperti pembakaran dupa, kemenyan, bunga, gambar makhluk bernyawa atau patung yang dipuja.

2)   Meminta syarat-syarat yang tak bisa di nalar tidak pula dibenarkan syari’at, seperti minta bunga 3 macam, ayam hitam mulus, mandi bunga, tengah malam.

3)   Menanyakan sesuatu yang tak ada kaitannya dengan penyakit pasien, seperti kelahiran suami, istri, pakaian, foto, rambut dan lain-lain.

4)   Melakukan ritual penyembuhan tidak mau ditemani dan ditempat sepi, seperti ditengah malam, di kebun, disumur, dikamar sendirian.

5)   Melakukan ritual penyembuhan dengan melakukan perbuatan tidak senonoh, seperti suruh membuka baju, mencabuli, menggauli dan lain-lain.

6)   Menggunakan jimat-jimat, seperti menggoyangkan kerisnya, batu menyerupai manusia, patung ular, patung perwayangan dan lain-lain.

7)   Memanggil-manggil jin (kadamnya) untuk disuruh.

8)   Melakukan tawsul dan meminta-minta kepada orang yang telah mati,  Ya syaikh Fulan…. Aku memohon kepadamu agar kau mintakan kepada Allah…

9)   Menggunakan rapalan doa yang tidak bisa di mengerti dan bukan dari Al-Qur’an dan Sunnah.

10)                     Menggunakan kata-kata keras, kaku, kasar, dan kejam, seperti, sakiti dia,  bunuhlah dia, jangan biarkan hidup.

11)                     Memerintahkan pasien untuk menanam benda-benda yang telah dirajai ditempat usahanya, atau di tempat saingannya.

12)                     Membuat miniatur manusia yang akan disakiti kemudian menusuk-nusuk dengan paku, jarum dan selainnya.

13)                     Menunjukan keanehan pada benda, buah, telur dan lain-lain, karena terkadang diisi oleh sidukun berbagai benda yang kemudian ditunjukkan kepada pasien.

14)                     Menuliskan rajah-rajah di kain mori, kulit, maupun kertas, kemusian disuruh menyimpan.

15)                     Memerintahkan untuk mengambil tanah kuburan dan membuangnya ditempat saingan dagangnya dan lain-lain.

 

7.   Bagaimana kita membentengi diri dari dukun dan tukang sihir.

 

Sebagaimana di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah[2]:102) dukun dan sihir tidaklah mampu menyakiti seseorang kecuali atas ijin Allah ta’ala.

وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ

“Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah (QS. Al-Baqarah[2]:102).

Diantara yang harus kita lakukan untuk selamat dari dukun dan sihir yaitu:

1)   Berlindung kepada Allah dari kejahatan sihir dan perdukunan.

2)   Membaca doa dzikir pagi dan petang.

3)   Memakan kurma azwa 7 butir tiap pagi.

4)   Membacakan rumahnya dengan surat Al-Baqarah, karena syaitan lari dari rumah yang dibacakan surat Al-Baqarah.

5)   Menjauhkan gambar-gambar dan patung bernyawa dirumah.

6)   Membakar benda yang dicurigai dipakai untuk sarana sihir, seperti buhul-buhul (tali yang dililit-lilit).

7)   Tidak sering melamun, dan menghayal.

8)   Tidak mempraktekan dirumah untuk memanggil jin maupun syaitan.

9)   Tidak melakukan sesajen dirumah, apa yang bisa mengundang jin.

10)                     Tidak melakukan ritual sihir karena bisa mengundang balasan.

 

Demikianlah semoga bermanfaat aamiin.

 

Sragen 24-07-2023

Junaedi Abdullah.


Sabtu, 22 Juli 2023

KEAJAIBAN DOA

  
(Penuh kisah menarik)

Manusia diciptakan penuh dengan kelemahan oleh karena itu adanya syariat berdoa hendaknya manusia bersyukur kepada Allah.
Allah ta’ala berfirman:
وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا.
“Dan manusia diciptakan d  alam keadaan lemah..” (QS. An-Nisa[4]:28)
Ada beberapa penjelasan ulama tentang kelemahan manusia, diantaranya apa yang di sebutkan Ibnu Katsir, beliau menyebutkan riwayat dari thawus dari bapaknya dia berkata:
فِي أَمْرِ النِّسَاءِ.
 “Dalam perkara wanita.” 
وَقَالَ وَكِيعٌ: يَذْهَبُ عَقْلُهُ عِنْدَهُنَّ.
Waki’ berkata, “ Hilang akalnya jika dekat wanita.” (lihat tafsir Ibnu Katsir QS. An-Nisa[4]:28)
Ibnul Qoyyim berkata, “ Yang benar disini mencakup semuanya secara umum, kelemahannya lebih dari hal ini dan lebih banyak, manusia lemah badannya, lemah kekuatannya, lemah kehendaknya, lemah ilmu dan lemah kesabaran.” (Thariqul Hijratain 1/228)
Oleh karena itu Allah ta’ala memerintahkan agar kita berdoa kepada Allah ta’ala, baik doa ibadah (sebagaimana ibadah yang kita lakukan) maupun doa masalah (permintaan) ketika menghadapi masalah, Allah ta’ala suka seandainya seorang hamba berdoa kepada-Nya, Allah ta’ala murka dan mengancam orang-orang yang menyombongkan diri, merasa kuat, merasa cukup dan merasa tidak butuh dengan Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِين.
"Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina." (QS. Al-Mu'min [40]: 60).
Allah ta’ala juga berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, jawablah bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS Al-Baqarah[2]: 186).
Allah mengabulkan doa hambanya dengan tiga keadaan, sebagaimana Rasulullah sallallahu ‘alaihih wa sallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ، وَلَا قَطِيعَةُ رَحِمٍ، إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا " قَالُوا: إِذًا نُكْثِرُ، قَالَ: اللَّهُ أَكْثَرُ.
Tidaklah seorang muslim berdoa yang tidak mengandung dosa dan tidak bertujuan memutuskan silaturahmi, melainkan Allah ta’ala akan mengabulkannya dengan tiga cara; (1). Allah akan mengabulkan doanya segera, (2). Allah akan menyimpan (menjadikannya pahala) baginya di akhirat kelak, (3). Allah akan hindarkan darinya kejelekan yang semisal. Mereka (para sahabat) berkata: “Kalau begitu, kami akan memperbanyak berdoa.” Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata: “Allah akan banyak mengabulkan doa-doa kalian.” (HR. Ahmad 11133 di shahihkan syaikh al-Albani di dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib 1632).

Beberapa kisah keajaiban doa.

1) Terkabulnya doa nabi Zakaria.
Sebagaimana diceritakan Al Qur’an tentang nabi Zakaria, dalam usia yang sudah senja, nabi Zakaria gelisah karena belum juga dikaruniai keturunan. Kendati demikian, beliau tidak berhenti berdoa kepada Allah ta’ala dengan penuh keyakinan. Siang dan malam dia terus berdoa kepada Allah supaya memberinya seorang putra sebagai pewaris keluarganya.
Allah ta’ala berfirman (artinya), “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan telah menyala uban di kepalaku, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, Ya Tuhanku. Dan sungguh aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahkanlah aku seorang putra dari sisi Engkau, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebagian keluarga Ya’qub. Dan jadikan dia, Ya Tuhanku, seorang yang diridai.” (QS Maryam[19]: 4-6).
Allahpun mengabulkan doanya. Padahal, usia Nabi Zakaria saat itu sudah tua, istrinya juga mandul. Tidak ada yang mustahil bagi Allah.

2) Kisah sembuhnya imam Bukhari dari kebutaan.

Imam Bukhari ini Lahir di Bukhara, Uzbekistan, dia adalah ahli hadits termasyhur sepanjang masa. Tetapi, ulama yang hafal puluhan ribu hadis beserta detail sanadnya ini pernah mengalami kebutaan sewaktu kecil.
Hal ini menjadikan ibundanya begitu sedih melihat kondisi Bukhari kecil. Ibunda Imam Bukhari tiada henti berdoa untuk memohon kesembuhan putranya. Allah akhirnya mengabulkan doanya.
Pada suatu malam, ibunda imam Bukhari bermimpi melihat nabi Ibrahim yang berkata, “Hai Fulanah, sungguh Allah telah mengembalikan penglihatan putramu karena seringnya engkau berdoa.” Pagi harinya, ibunda imam Bukhari menyaksikan bahwa penglihatan putranya telah kembali normal. ( Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala )

3) Kisah Dr. Ikhsan seorang ahli bedah dan pesawat yang rusak.

Seorang dokter Ahli Bedah terkenal bernama Dr. Ishan tergesa-gesa menuju airport. Beliau berencana akan menghadiri seminar dunia dalam bidang kedokteran, yang akan membahas penemuan terbesarnya di bidang kedokteran.

Setelah perjalanan pesawat sekitar 1 jam, tiba-tiba diumumkan bahwa pesawat mengalami gangguan dan harus mendarat di airport terdekat. Beliau mendatangi ruangan penerangan dan berkata: “Saya ini dokter spesial, tiap menit nyawa manusia bergantung pada saya, dan sekarang kalian meminta saya menunggu pesawat diperbaiki dalam 16 jam?”

Pegawai menjawab: “Wahai dokter, jika Anda terburu-buru Anda bisa menyewa mobil, tujuan Anda tidak jauh lagi dari sini, kira-kira dengan mobil 3 jam tiba.”

Dr. Ishan setuju dengan usul pegawai tersebut dan menyewa mobil. Baru berjalan 5 menit, tiba-tiba cuaca mendung, disusul dengan hujan besar disertai petir yang mengakibatkan jarak pandang sangat pendek.

Setelah berlalu hampir 2 jam, mereka tersadar mereka tersesat dan terasa kelelahan. Terlihat sebuah rumah kecil tidak jauh dari hadapannya, dihampirilah rumah tersebut dan mengetuk pintunya. Terdengar suara seorang wanita tua: “Silahkan masuk, siapa ya?” Terbukalah pintunya.

Dia masuk dan meminta kepada ibu tersebut untuk istirahat duduk dan mau meminjam teleponnya. Ibu itu tersenyum dan berkata: “Telepon apa Nak? Apa Anda tidak sadar ada di mana? Di sini tidak ada listrik, apalagi telepon. Namun demikian, masuklah silahkan duduk saja dulu istirahat, sebentar saya buatkan teh dan sedikit makanan untuk menyegarkan dan mengembalikan kekuatan Anda.”

Dr. Ishan mengucapkan terima kasih kepada ibu itu, lalu memakan hidangan. Sementara ibu itu sholat dan berdoa serta perlahan-lahan mendekati seorang anak kecil yang terbaring tak bergerak di atas kasur di sisi ibu tersebut, dan dia terlihat gelisah diantara tiap sholat. Ibu tersebut melanjutkan sholatnya dengan do’a yang panjang.

Dokter mendatanginya dan berkata: “Demi Allah, Anda telah membuat saya kagum dengan keramahan Anda dan kemuliaan akhlak Anda, semoga Allah menjawab do’a-do’a Anda.”
Berkata ibu itu: “Nak, Anda ini adalah ibnu sabil yang sudah diwasiatkan Allah untuk dibantu. Sedangkan do’a-do’a saya sudah dijawab Allah semuanya, kecuali satu.”

Bertanya Dr. Ishan: “Apa itu do’anya?” Ibu itu berkata: “Anak ini adalah cucu saya, dia yatim piatu. Dia menderita sakit yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter dokter yang ada di sini. Mereka berkata kepada saya ada seorang dokter ahli bedah yang akan mampu menyembuhkannya; katanya namanya Dr. Ishan, akan tetapi dia tinggal jauh dari sini, yang tidak memungkinkan saya membawa anak ini ke sana, dan saya khawatir terjadi apa-apa di jalan. Makanya saya berdo’a kepada Allah agar memudahkannya.”
Menangislah Dr. Ishan dan berkata sambil terisak: “Allahu Akbar, laa haula wala quwwata illa billah. Demi Allah, sungguh do’a ibu telah membuat pesawat rusak dan harus diperbaiki lama serta membuat hujan petir dan menyesatkan kami, hanya untuk mengantarkan saya ke ibu secara cepat dan tepat. Saya-lah Dr. Ishan Bu, sungguh Allah subhanahu wa ta'ala telah menciptakan sebab seperti ini kepada hamba-Nya yang mu'min dengan do’a. Ini adalah perintah Allah kepada saya untuk mengobati anak ini.”

Jangan pernah berhenti berdo’a sampai Allah menjawabnya. (Dikutip dari group Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia)

4) Kisah imam Ahmad dan penjual roti. 

Imam Ahmad bin Hanbal ra (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hanbali. dimasa akhir hidup beliau bercerita, "satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju ke salah satu kota di Irak,".
Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat. Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita "saat tiba disana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat". Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba marbot masjid datang menemui imam Ahmad sambil bertanya "kenapa syaikh, mau ngapain disini?". (kata "syaikh" bisa dipakai untuk tiga panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena imam Ahmad kelihatan sebagai orang tua).
Marbot tidak tau kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadis, sejuta hadis dihafalnya, sangat shalih dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tahu wajahnya, cuma namanya sudah terkenal. Kata imam Ahmad "saya ingin istirahat, saya musafir". Kata marbot, "tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid. Imam Ahmad melanjutkan bercerita "saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, maka dikuncilah pintu masjid.
Lalu saya ingin tidur di teras masjid." Ketika sudah berbaring di teras masjid marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Mau ngapain lagi syaikh?" Kata marbot. "Mau tidur, saya musafir" kata imam Ahmad. Lalu marbot berkata, "di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh". Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita " saya didorong-dorong sampai jalanan". Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Saat imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh "mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil".
Kata imam Ahmad "baik". Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir). Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau imam Ahmad ngajak ngomong, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah. Saat meletakkan garam astaghfirullah, memecahkan telur astaghfirullah, mencampur gandum astaghfirullah. Selalu mengucap istighfar.
Imam Ahmad memperhatikan terus. Lalu imam Ahmad bertanya "sudah berapa lama kamu lakukan ini?". Orang itu menjawab "sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan". Imam Ahmad bertanya : "apa hasil dari perbuatanmu ini?", orang itu menjawab "(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta , kecuali pasti dikabulkan Allah. semua yang saya minta ya Allah...., langsung diterima". (memang Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :"siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya). Lalu orang itu melanjutkan "semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kabulkan".
Imam Ahmad penasaran kemudian bertanya "apa itu?". Kata orang itu "saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan imam Ahmad". seketika itu juga imam Ahmad bertakbir, "Allahu Akbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu"..(penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang di depannya adalah Imam Ahmad).
(Sumber : Manakib imam Ahmad, juga Shifatus Shafwah karangan Ibnu Al-Jauzi)

Dari ayat dan hadits di atas dapat disimpulkan:
1. Doa adalah ibadah yang merupakan perintah dari Allah, melakukan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah merupakan suatu ibadah.
Bahkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan hal itu:
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ.
“ Doa adalah ibadah.” (HR. Tirmidzi 2969, Abu Dawud 1479, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam shahih Ibnu Hibban 890)
2. Doa itu ibadah tidak boleh ditujukan kepada selain Allah. 
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah. Sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Yunus [10]: 106)

3. Tidak ada yang dapat mengabulkan doa selain Allah ta’ala.3
Allah ta’ala berfirman:
إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ.
“Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu ; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkankan permintaanmu.” (QS. Fatir[35]:14)

4. Doa merupakan senjata yang digunakan para nabi dan rasul terutama dalam menghadapi situasi-situasi sulit, begitu pula nabi Muhamad sallallahu a’alaihi wa sallam saat perang badar, dan lainnya.
Demikianlah semoga bisa diambil pelajaran dan memberi manfaat, Aamiin.

----------------0000000---------------

 Sragen 08-10-2022.
Junaedi Abdullah.

Kamis, 13 Juli 2023

BAITI JANNATI (RUMAHKU ADALAH SURGAKU)




Semua orang menghendaki memiliki rumah tangga bahagia, namun tidaklah semua orang bisa mewujudkan hal itu, bahkan tidak sedikit prahu rumah tangga yang mereka naiki kandas dan berakhir dengan perceraian.

Hal itu dikarenakan latar belakang dan cara pandang setiap orang yang berbeda-beda, ketika mereka tidak mau berjalan sesuai apa yang dituntunkan Allah dan Rasul-Nya merekapun tak akan mendapatkan apa yang mereka cari yaitu kebahagiaan.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS Thaha [20] : 124).

Oleh karena itu berikut ini tahapan-tahapan di dalam menggapai baiti jannati (rumah tanggaku surgaku) diantaranya:

1.    Menikah.

Menikah adalah salah satu sarana mewujudkan rumah tangga bahagia, demikian pula menikah merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya.

Allah ta’ala befirman:

فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَة.

“Maka nikahilah perempuan-perempuan (lain) yang kalian senangi, dua tiga atau empat. Bila kalian takut tidak bisa berbuat adil, maka nikahilah satu perempuan saja.” (QS An Nisa [4]:3)

 وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوا إلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.” (QS Ar-Rum [30]:21)

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.

“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah. Karena menikah lebih dapat menahan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa dapat menekan syahwatnya (menjadikan tameng).” (HR. Bukhari 5066 Muslim 1402).

اَلنِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.

“Menikah adalah sunnahku. Barangsiapa yang enggan melaksanakan sunnahku, maka ia bukan dari golonganku.” (HR Ibnu Majah 1846 Lihat Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah 2383).

تَزَوَّجُوْا فَإِنِّي مُكَاثِرٌ بِكُمُ اْلأُمَمَ يَوْمَ الْقِيَـامَةِ

“Menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada umat-umat lain pada hari Kiamat.” (HR. Al-Baihaqi (VII/78) dan dikuatkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab ash-Shahiihah).

إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗوَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nuur[24]: 32)

2.    Memilih suami istri yang baik.

وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ.

“Dan sungguh wanita budak yang mu’min lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS Al-Baqarah[2]:221)

وَلَعَبْدٌ مُؤْمِنٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ.

“Dan sungguh laki-laki budak yang mu’min lebih baik dari laki-laki musyrik, walaupun dia menarik hatimu.” (QS Al-Baqarah[2]:221)

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَـالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.

“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung.” (HR. Bukhari 5090, Muslim 1466)

إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوهُ، إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ وَفَسَادٌ.

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah dan kerusakan di muka bumi” ( HR. Tirmdzi 1085, Dihasankan syaikh al-Abani di dalam al-Irwa’1868).

3.    Bila salah satu tertinggal agamanya hendaknya belajar.

Kewajiban menuntut ilmu tidak dibatasi dengan umur, hendaknya berusaha segera mengejar ketinggalannya. Allah ta’ala memuji orang-orang yang beriman dan berilmu:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang orang yang di beri ilmu dengan beberapa derajat.” ( QS Al-Mujadilah[58]:11)

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah. Dishahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah  224)

Pengetahuan agama inilah nantinya yang akan megendalikan bahtera rumah tangganya dan menjadikan dasar pijakan di dalam mengarung kehidupan.

Dengan demikian suami istri akan menjadi pasangan ideal berbicara berdasarkan ilmu, diam berdasarkan ilmu, memerintah berdasarkan ilmu, melarang berdasarkan ilmu setiap tindakan didasari ilmu.

4.    Menutup masa silam.

Banyak pasutri ketika mereka sudah menikah tidak menyadari hal ini, padahal dirinya tidak lagi lajang, hendaknya menutup masa lalu.

Bukalah lembaran baru dan lupakan kenangan lama, jangan sampai kebahagiaannya rusak dengan masa silam yang kelam.

Tutuplah kekurangan di masa silam dengan kebaikan niscaya akan menghapuskan hal itu. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ..

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Hud [11]:114).

Dari Abu Dzar ia berkata Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi 1987 di hasankan Syaikh al-Albani di dalam Al-Misykah 5083).

5.    Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing

أَلاَ إِنَّ لَكُمْ عَلَى نِسَائِكُمْ حَقًّا وَلِنِسَائِكُمْ عَلَيْكُمْ حَقَّا.

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kalian memiliki hak atas isteri-isteri kalian dan isteri-isteri kalian juga memiliki hak atas kalian.” (HR Tirmidzi 1163, dihasankan syaikh al-Albani di dalam Sunan Ibni Majah 1851)

Haq seorang istri.

1)  Mempergauli dengan cara yang baik.

Berbuat baik kepada istri, baik dengan ucapan, maupun perbuatan, Lembut bukan berarti lemah, tegas bukan berarti keras, hendaknya bersikap bijaksana.

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ.

“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS An Nisaa’[4]:19).

Jangan sampai seorang suami bersikap keras, kasar, kaku kepada istrinya, dimana seorang istri merupakan teman setia, membantu keperluannya, melahirkan anak-anaknya, mendidik mereka, bekerja siang malam untuk kita, berapakah seandainya kita menggaji seorang pembantu.

Oleh karena itu Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ خُلُقًا.

“Orang mukminin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya.” (HR Thirmidzi 1162 Ibnu Majah 1987  dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 284).

2)  Mendidiknya.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim[66]:6).

Ali ibnu Abi Thalib berkata, “Ajarilah keluargamu adab-adab.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS. At-Tahrim[65]:6).

3)  Memberinya makan, pakaian dan tempat.

Allah ta’ala berfirman:

أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِنْ وُجْدِكُمْ.

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu..” (QS. At-Thalaq[65]:6).

Rasulullah ketika di tanya tentang hak seorang istri Beliau menjawab:

أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ، وَتَكْسُوهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ، وَلاَ تَضْرِبِ الوَجْهَ، وَلاَ تُقَبِّحْ، وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِي الْبَيْتِ.

“Engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, janganlah memukul wajah dan janganlah menjelek-jelekkannya serta janganlah memisahkannya kecuali tetap dalam rumah.” (HR. Abu Dawud 2142, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 687).

 

4)  Memberikan belanja untuk berhias dan berdandan.

Hendaknya suami juga memberikan belanja untuk keperluan berhias dan berdandan dirumah bagi istrinya, agar dirinya (suami) merasa senang ketika memandang istrinya.

Hal ini termasuk keumuman firman Allah ta’ala di atas.

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ.

“Dan bergaulah dengan mereka secara patut.” (QS An Nisaa’[4]:19).

Sudah semenjak dahulu sebelum islam wanita itu berhias dan berdandan, hanya saja Islam memerintahkan hal itu dilakukan dirumah.

Banyak suami yang menghendaki istrinya tampil cantik, glowing namun mereka enggan mengeluarkan uang.

5)  Menjaga kebersihan dan kebugarannya.

Suami hendaknya menjaga kebersihan dirinya, hal itu semata-mata agar istrinya bergairah kepadanya.

Nabi orang yang sangat memperhatikan kebersihannya, dari Al Miqdam bin Syuraih dari ayahnya, dia berkata, Aku bertanya pada Aisyah

بِأَىِّ شَىْءٍ كَانَ يَبْدَأُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ قَالَتْ بِالسِّوَاكِ.

“Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan ketika mulai memasuki rumah beliau?” Aisyah menjawab, “Bersiwak” (HR. Muslim 253).

Ibnu Abbas berkata: “Sesungghnya aku senang berhias untuk istri sebagaimana aku suka ia berhias untukku.” Kemudian beliau membacakan firman Allah ta’ala berikut ini.

 وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ.

“Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang sepatutnya.” (Tafsir ibnu Katsir, QS. Al-Baqarah [2]:228)

 

6)  Mengajak bermain, bercanda dan menggaulinya.

Banyak suami yang merasa cuek, masa bodoh terhadap masalah ini, padahal hal ini merupakan perekat hubungan suami istri, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dekat dengan istri-istri beliau.

Rasulullah biasa bercengkrama sesaat sebelum tidur, mandi bersama, membangunkan istrinya untuk shalat, tidur di pangkuan istrinya, mencium istrinya ketika hendak shalat, kadang berlomba lari bersama istrinya.

Semua ini akan mejadikan hubungan pasutri harmonis, bayangkan jika suami istri jauh tanpa komunikasi, keluar masuk selalu diam, makan minum tidur semua masing-masing tentu akan menjenuhkan di dalam hidupnya.

jika salah satu pasangan mengabaikan, hal ini dapat menimbulkan masalah besar dalam rumah tangga, Rasulullah biasa mencandai istrinya, mengajaknya bermain dan mengumpulinya.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ.

“Hubungan salah satu diantara kalian juga shadaqqah.” (HR. Muslim 1006, Ahmad).

 

7)  Menasehati apabila keliru.

Istri kita mereka adalah manusia, bukan malaikat yang tak pernah salah, meskipun sudah dididik, namun pasti masih punya kekurangan, hendaknya kita menasehati dengan baik.

Allah ta’ala berfirman:

وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا.

Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz(tidak lagi taat), hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya.” (QS. An-Nisa[4]:34).

 

Nuzuz yakni wanita-wanita yang membangkang terhadap suaminya.

Ibnu Abbas, berkata: “Hendaknya suami menasihatinya sampai istri kembali taat. Tetapi jika si istri tetap membangkang, hendaklah si suami berpisah dengannya dalam tempat tidur, jangan pula berbicara. (Tafsir Ibnu Katsir[4]:34).

 

Dari ‘Atha, dia berkata, “Aku bertanya kepada Ibnu Abbas, ‘Apa maksud pemukulan yang tidak menyakitkan?”

مَا الضَّرْبُ غَيْرُ الْمُبَرِّحِ؟ قَالَ: السِّوَاكُ وَشِبْهُهُ، يَضْرِبُهَا بِهِ.

Dia menjawab, ‘Memukul dengan siwak atau yang serupa dengannya.’” (Tafsir At-Thabari QS. An-Nisa[4]:34).

 

Teladan nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memukul istri-istrinya, pembantu, dan budaknya, baik laki-laki maupun perempuan. Umul mu’minin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ، وَلَا امْرَأَةً، وَلَا خَادِمًا، إِلَّا أَنْ يُجَاهِدَ فِي سَبِيلِ اللهِ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sama sekali tidak pernah memukul dengan tangannya, tidak pernah memukul istri, dan tidak pernah memukul pembantu, kecuali ketika berjihad fii sabilillah.” (HR. Muslim 2328).


Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ …

“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para istri), karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk…” (HR. Al-Bukhari 3331, Muslim1468).

 

8)  Menyambung persaudaraan keluarga istri.

Hendaknya suami menyambung persaudaraan keluarga iistrinya.

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

”Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rezkinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia melakukan silaturahim.” (HR. Bukhari 5986, Muslim 2557).

9)  Berbuat adil terhadap istrinya.

Hendaknya suami bersikap adil terhadap pasangannya, baik terhadap dirisendiri maupun keluarganya.

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl [16]:90).

10)                    Mengajak bermusyawarah.

Hendaknya suami mengajak bermusyawarah istrinya, terlebih dalam perkara-perkara besar, hal ini untuk menghindari kegagalan dalam sebuah rencana yang dapat menimbulkan kerugian sehingga rumah tangga bisa retak dan goyah.

Allah ta’ala berfirman:

وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ.

“Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (QS. Al-Imran[3]: 159).

Rasulullah biasa bermusyawarah dengan istrinya, sebagaimana di dalam kisah perjanjian damai Hudaibiyyah.

Hendaknya suami tidak otoriter(merasa kuasa dan menang sendiri) karena hal ini akan menjadikan istri tidak dianggap sehingga rumah tangga bisa rapuh.

 

Hak suami

 

1)  Menjadikan suami sebagai pemimpinnya.

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِم.

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisaa’[4]: 34)

Suami memiliki kedudukan yang besar, hendaknya seorang istri menyadari hal itu, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا.

“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi 1159, Ibnu Hibban 1291, di shahihkan syaikh al-Albani di dalam Irwaa’ ul ghaliil 1998)

2)  Hendaknya istri menjaga kebersihan dan bersolek untuk suami.

Di antara perkara yang memprihatinkan adalah banyak dari istri yang tidaklah mau berdandan dan berhias, kecuali karena hendak keluar rumah, tentu ini terbalik, seorang istri hendaknya berdandan untuk suaminya bukan yang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya wanita seperti apa yang baik, Beliau menjawab:

الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.

“Yang paling menyenangkan jika dilihat suami, mentaati suami jika suami memerintahkan sesuatu, dan tidak menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci oleh suaminya.” (HR. An-Nasa’i 3231, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani).

إِنَّ اللهَ إِذَا ارَادَ بِاهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِم الرِّفْقَ.

“Sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan bagi sebuah keluarga maka Allah akan memasukan kelembutan kepada mereka.” (HR Ahmad 2669, Baihaqi di dalam Su’abul iman 6140, dishahikan oleh al-Albani dalam As-Shahihah 523).

Seorang istri hendaknya menyenangkan dengan tutur katanya, penampilannya, dan perbuatannya yang sopan santun.

 

3)  Mentaati suami di dalam kebaikan.

Dalam hal ini termasuk apabila suami mengajak ketempat pembaringannya, apa bila tidak ada udzur maka istri dilarang keras menolak.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ تَجِىءَ لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ.

“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu Shubuh” (HR. Bukhari 5193, Muslim 1436)

 

ثَلَاثَةٌ لَا تَرْتَفِعُ صَلَاتُهُمْ فَوْقَ رُءُوسِهِمْ شِبْرًا رَجُلٌ أَمَّ قَوْمًا وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ وَامْرَأَةٌ بَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَلَيْهَا سَاخِطٌ وَأَخَوَانِ مُتَصَارِمَانِ.

“Ada tiga kelompok yang shalatnya tidak terangkat walau hanya sejengkal di atas kepalanya (tidak diterima oleh Allah). Orang yang mengimami sebuah kaum tetapi kaum itu membencinya, istri yang tidur sementara suaminya sedang marah kepadanya, dan dua saudara yang saling mendiamkan (memutuskan hubungan).” (HR. Ibnu Majah 971 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Misyakatul Mashabih 1128, dengan lafad yang shahih, “saudara yang saling mendiamkan dengan seorang budak yang lari dari tuannya).

 

4)  Hendaknya istri menjaga dari berbagai fitnah.

Hendaknya istri menjaga dari berbagai macam fitnah seperti yang terjadi dewasa ini, baik yang muncul dari Internit, televise, maupun tetangga.

Allah ta’ala berfirman:

فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ.

“Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). (QS. An-Nisa[4]:34).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ.

“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.” (HR. Ahmad 1661, Hibban 1296 Tabrani mu’jam al-Ausath 4596, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 660).

 

5)  Hendaknya istri menyambung silaturahmi dengan keluarga suami.

Janganlah seorang istri hanya bersemangat mengunjungi saudara dari pihak keluarganya saja, akan tetapi juga bersemangat mengunjungi keluarga suaminya, melarang suaminya memutuskan silaturhmi dengan kerabatnya.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

 

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا.

"Silaturahmi bukanlah yang saling membalas kebaikan, akan tetapi seseorang yang berusaha menyambung hubungan persaudaraannya meskipun diputus hubungan persaudaraan dengan dirinya.” (HR. Bukhari 5991, Abu Daud 1697, Tirmidzi 1908)

 

6)  Hendaknya istri qana’ah (puas dengan karunia Allah).

Salah satu kunci kebahagiaan rumah tangga yaitu seorang istri merasa cukup dengan pemberian suaminya, tidak membanding-bandingkan dengan yang lain, apalagi berkata yang menyakitkan kepada suami.

Allah ta’ala berfirman:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ.

“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah[2]:152).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ.

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad 18449, Baihaqi Syu’abul iman 8698, Di hasankan Syaikh al-Albani  dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, 667).

 

اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ.

Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut, agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu." (HR Bukhari 6490 Muslim 2963).

 

7)  Tidak kufur terhadap kebaikan suami.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ  قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.

“Diperlihatkan kepadaku neraka dan aku dapati kebanyakan penghuninya adalah para wanita yang ingkar. Rasul ‘alaihish shalatu wassalam ditanya: “Apakah mereka ingkar kepada Allah ? Nabi bersabda: “Mereka ingkar kepada suaminya dan ingkar kepada kebaikan suaminya. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka (istri-istrimu) selama satu tahun, kemuadia wanita tersebut melihat satu kejelekan darimu, maka ia akan berkata: “Aku tak pernah melihat engkau berbuat baik sedikitpun” (HR. Bukhari 1052, Muslim 907).

 

8)  Bersabar terhadap akhlaq buruk suami dan mendoakan kebaikan.

Rasulullah sallallahu ‘alai wa sallam besabda:

أَلَاْ أُخبِرُكُم بِنِسَائِكُم فِي الجَنَّةِ ؟ كُلُّ وَدُودٍ وَلُودٍ ، إِذَا غَضِبَت أَو أُسِيءَ إِلَيهَا أَو غَضِبَ زَوجُهَا، قَالَت : هَذِه يَدِي فِي يَدِكَ ، لَاْ أَكْتَحِلُ بِغُمضٍ َحتَّى تَرضَى.

Maukah ku beritahu wanita di antara kalian yang menjadi penghuni surga? Yaitu setiap wanita yang penuh kasih (kepada suaminya), banyak keturunannya, apa bila dia marah, atau suaminya berbuat buruk kepadanya, atau apabila suaminya marah kepadanya, dia mendatangi suaminya dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata, ‘Demi Allah, aku tidak dapat tidur sebelum engkau rida’. (HR. Tabrani 1743, dishahihkan Syaikh al-Albani 3380).

9)  Tidak meminta cerai kepada suami tanpa alasan.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam melarang keras bagi wanita meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan syariat.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


أيُّما امرأةٍ سألت زوجَها طلاقاً فِي غَير مَا بَأْسٍ؛ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الجَنَّةِ.

“Wanita mana saja yang meminta kepada suaminya untuk dicerai tanpa kondisi mendesak maka haram baginya bau surga” (HR Abu Dawud 2226, Tirmidzi 1187 dan dihahihkan al-Albani di dalam al-Misykah 3279).

 

10)                    Meminta ijin apa bila keluar rumah kecuali apa yang biasa diketahui suami.


Asalnya seorang istri tinggal di rumah suami, oleh karena hendaknya ijin apabila keuar rumah apa yang tidak biasa dilakukan.

Allah ta’ala berfirman:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى.

Tetaplah tinggal di rumah kalian, dan jangan melakukan tabarruj seperti tabarruj jahiliyah yang dulu. (QS. al-Ahzab [33]: 33).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوا لَهُنَّ.

Apabila istri kalian meminta izin kepada kalian untuk berangkat ke masjid malam hari, maka izinkanlah… (HR. Ahmad 5211, Bukhari 865, dan Muslim 1019)

Ketika Aisyah sakit beliau minta izin kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

أَتَأْذَنُ لِى أَنْ آتِىَ أَبَوَىَّ

“Apakah anda mengizinkan aku untuk datang ke rumah bapakku?” (HR. Bukhari 4141, Muslim 7169).



Nasehat suami istri

 

1)  Menjadikan akhirat sebagai tujuan bahtera rumah tangganya.

Hendaknya pasutri menjadikan akhirat sebagai tujuan hidupnya, bila hal ini bisa mewujudkan hatinya akan tentram, tak lagi menghiraukan perkataan orang, bila sudah berada pada jalur yang benar.

Allah ta’ala berfirman:

 قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al An’am[6]:162).  

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam Bersabda,

مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ.

“Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, Allah memporak-perandakan urusannya, menjadikan miskin di dalam pandangannya, tidak mendapatkan dunia kecuali yang telah ditetapkan baginya. Dan barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai niatnya, maka Allah menghimpun urusannya, menjadikan kecukupan ada di dalam hatinya, dan dunia pun menghampirinya sementara ia memandangnya sebagai sesuatu yang hina.” (HR. Ibnu Majah 4105 dan di shahihkan syaikh al-Albani).

2)  Selalu mensyukuri nikmat yang ada.

Allah ta’ala berfrman:

 لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim[14]:7).

لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ ، وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ.

“Tidaklah kaya itu diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Akan tetapi yang dikatakan kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari 6446, Muslim 1051).

 

3)  Bersabar kepada Allah.

Tak ada satu keluargapun pasti semua akan mendapatkan ujian, kadang angin yang datang menerpa prahu rumah tangga sepoi-sepoi, tapi terkadang datang ombak besar di sertai dengan badai.

Allah ta’ala berfirman:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ .

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqara[2]:153).

4)  Bertawakal kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Jika kita telah berusaha semaksimal mungkin, ternyata usaha kita tak seperti yang kita harapkan hendaknya kita serahkan kepada Allah ta’ala, mendekat kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman:

 

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Thalaq[65]:3).

 

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا.

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah, Allah akan mudahkan perkaranya.” (QS. At-Thalaq[65]:4).

 

5)  Keberhasilan yang sesungguhnya adalah membawa keluarga masuk Syurga.

Allah ta’ala berfirman:

فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ.

“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Al Imran[3]:185).

 

Demikianlah semoga kita semua dikumpulkan bersama orang tua kita, anak istri kita di surge kelak aamiin ya Rabbal ‘alamiin.

 

Demikianlah semoga bermanfaat.

 

Sragen 14-07-2023

Junaedi Abdullah.

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...