Jumat, 30 Juli 2021

TETAP SEMANGAT MENCARI REZKI DISAAT PANDEMI.

 


Dewasa ini berbagai macam kondisi bisa saja terjadi, hendaknya kita harus siap menghadapi, baik kebijakan yang menguntungkan ataupun merugikan sebagian orang.

Marilah kita fokus pada urusan kita dan tanggung jawab kita.

Jangan sampai kondisi seperti ini menjadikan kita menyerah, melemah, malas berusaha dan berputus asa.

Siapa saja yang menjadi sebab terputusnya manfaat seseorang yang diakibatkan pandemi, atau kebijakan PPKM, PHK dan lain-lainnya, hedaknya tetap semangat didalam membenahi diri dan memperbaiki ekonomi keluarga.

Mari kita kembali kepada agama kita, hal ini sangat penting, karena bila keyakinan dan cara berfikir seseorang benar akan membawa efek yang baik bagi dirinya, memunculkan semangat hidup, etos kerja, optimis dan menjadikan ketenangan bagi jiwa.

Sebaliknya jika sudut pandang seseorang keliru, sibuk tuding sana tuding sini, tidak fokus terhadap urusannya, bisa saja hal itu mempengaruhi jiwanya, menjadi frustasi, malas bekerja, galau, cemas, dan akhirnya putus asa.

Syaitan tidak akan berhenti disitu saja, sampai mengoyak-oyak dan mencabik-cabik urusan keluarga seseorang dan berakhir pada kehancuran.

Saudaraku, hendaknya kita selalu ingat, setiap kejadian didunia ini semua telah ditakdirkan Allah ta’ala:

Allah ta’ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ . لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri malainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al-Hadid [57]:22-23).

Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرُ الخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim 2653).

Ada beberapa prisip yang harus di pegang bagi setiap muslim agar tetap semangat didalam menghadapi kondisi demikian ini, diantaranya:

1.   Jangan kuatir, Allah telah menjamin rezki setiap makhluk yang berada di muka bumi ini.

Hendaknya kita yakin, jalan dan pintu rezki Allah itu banyak, bukan hanya satu tempat, bila seseorang di PHK di satu tempat, dia bisa bekerja ditempat lain atau mulai untuk usaha mandiri, karena Allah telah menjamin rezki seseorang, Allah ta’ala berfirman:

 

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الأرض إِلا عَلَى الله رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ.

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Al Lauh Al Mahfuz).” (QS. Huud[11]: 6).

Tentang janji Allah diatas ada sebuah kisah, dimana seseorang memperhatikan, ada seekor burung pipit yang terbang dari dahan kedahan lain dengan membawa makanan di paruhnya, kemudian makanan itu sampai di satu ranting dimana disitu ada seekor ular yang sudah buta, dan tidak mampu lagi mencari makan, ternyata burung tersebut menyuapkan makanan kepada ular tersebut, atas perintah siapakah burung ini…? Tentu Allah ta’ala. Lihat buku “Kisah-kisah nyata penjagaan Allah subhanahu wa ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang shalih” oleh Khalid Abu Shalih.

Oleh karena itu banyak orang yang di PHK dengan kesabarannya dia meniti usaha yang lain dan akhir sukses.

 

2.   Jangan kuatir malaikat telah mencatat rezki kita.

ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِىٌّ أَوْ سَعِيدٌ.

“..Kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan empat kata, rezkinya, ajalnya, celaka atau bahagia…” (HR. Bukhari 3208 Muslim 2643).

Sebelu kita lahir rezki kita telah tertulis, dan tidak akan tertukar, masing-masing orang sendiri-sendiri, oleh karena itu jauhkan dari rasa hasad, iri dan dengki.

3.   Jangan kuatir kita nggak akan mati sebelum rezki kita sempurna.

Seseoraqng tidak akan mati sebelum rezkinya di berikan semua kepadanya.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَأَنَّ الرُّوحَ الْأَمِينَ نَفَثَ فِي رُوعِيَ أَنَّهُ لَنْ تَمُوتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا, فَاتَّقُوا اللهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ, وَلَا يَحْمِلَنَّكُمُ اسْتِبْطَاءُ الرِّزْقِ أَنْ تَطْلُبُوهُ بِمَعَاصِي اللهِ, فَإِنَّهُ لَا يُدْرَكُ مَا عِنْدَ اللهِ إِلَّا بِطَاعَتِهِ.

“Dan sungguh Ar-Ruhul Amin (Malaikat Jibril yang terpercaya) telah menyampaikan kepadaku bahwa tidak akan mati satu jiwa sampai ia menyempurnakan rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah dalam mencari rezeki, dan sekali-kali janganlah lambatnya rezeki menjadikan kalian mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah, karena sesungguhnya tidak akan diraih apa yang ada di sisi Allah kecuali dengan menaati-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8/166, Lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 2866).

 

4.   Hendaknya kita semangat untuk mencari rezkii yang halal.

Orang yang beriman hendaknya bersemangat untuk bekerja, tidak bermalas-malasan, tidak melemah, dilarang dirinya meminta-minta atau bagaikan benalu yang bergantung kepada orang lain, hendaknya melakukan sesuatu yang halal.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ.

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.”  (QS Al Baqarah[2]:172).

Dari Umar bin al-Khatthab Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, niscaya kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi 2344, Ibnu Majah 4164, lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 310).

Pernahkah kita lihat burung-burung itu memiliki lumbung yang di pakai untuk menyimpan makanananya untuk hari esok…?

Pernahkah kita lihat burung-burung itu memiliki rekening…?

Pernahkah kita lihat burung-burung itu berdiam diri di sarang tanpa usaha…? Tidak bahkan berterbangan dari ranting satu keranting yang lainnya. Bukankah ini sebuah usaha…?

Sedang burung-burung itu mereka tidak memiliki akal, tidak mampu pinjam kepada yang lain, namun mampu bertahan, mampu untuk hidup meskipun terkadang sulit.

Bagaimana dengan kita yang telah diberi akal…? Telah di beri anggota badan lengkap…? Pantaskah kita bersikap lemah dan pustus asa…? Hal ini tidak terjadi kecuali orang yang lemah akal dan keyakinannya.

 

5.   Jangan bersedih kalau kita di takdirkan miskin.

Sesungguhnya ujian manusia itu berbeda-beda, dan belum tentu orang miskin ketika di uji menjadi kaya dia sanggup, bisa jadi dia akan lupa dan berbuat dzalim kepada sesama, terkadang ketika seseorang di uji dengan kemiskinan dia menjadi orang yang taat, shalih dan mendekat kepada Allah, dari sini Allah saja yang mengetahui kebaikan bagi diri seseorang.

Kemiskian bukanlah hal yang ditakutkan oleh Rasullullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda:

مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي أَخْشَى أنْ تُبْسَطَ الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُم.

“Bukan kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian, melainkan aku khawatir dunia dibentangkan kepada kalian, sebagaimana dibentangkan terhadap orang-orang yang sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba meraihnya. Kemudian dunia itu membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan mereka.” (HR. Bukhari 4015 Muslim 2961).

 

6.   Jangan sedih, bukan suatu ukuran benci dan cinta Allah dengan sedikit dan banyaknya harta.

Allah ta’ala berfirman:

فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ . وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ .

“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberinya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku.” (QS. Al Fajr [89]: 15-16).

 

7.   Hedaknya orang muslim optimis didalam menyongsong hari esok.

Rasullullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ.

“Bersungguh-sungguhlah pada perkara-perkara yang bermanfaat bagimu, mintalah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu bersikap lemah. Jika kamu tertimpa sesuatu, janganlah kamu katakan: ‘Seandainya aku berbuat demikian, pastilah akan demikian dan demikian’ Akan tetapi katakanlah: ‘Qoddarallah wa maa syaa fa’ala (Allah telah mentakdirkan hal ini dan apa yang dikehendakiNya pasti terjadi)’. Sesungguhnya perkataan ‘Seandainya’ membuka pintu perbuatan setan.” (HR. Ahmad 9026, Muslim 6945, dan yang lainnya).

Demikianlah hendaknya prinsip setiap muslim didalam mengarungi kehidupannya, semoga bermanfaat bagi orang yang membaca dan menyebarkannya. Aamiin.



Sragen 20 Dzulhijah 1442

Bertepatan tgl 30-07-2021

Disusun oleh al fakir ilallah:

Abu Ibrahim Junaedi Abdullah.

Kamis, 29 Juli 2021

AMAL-AMAL YANG BISA MEMBUKA PINTU REZKI.

 



 

Janganlah seorang Muslim dan muslimah tertipu dengan berbagai macam penipu yang tersebar di internet, surat kabar dan media sosial lainnya, dengan memberikan tawaran yang menggiurkan, seperti penggandaan uang, uang gaib, zimat penglaris, dengan berbagai macam bentuk dan motifnya seperti, Raja brono, Gombal Gendruwo, Gombal Wewe, kegunung Kawi, Gunung Kemukus, alas Purwo dan amalan-amalan yang tak pernah di ajarkan oleh Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam.

Secara logika saja, kalau seadainya orang-orang itu mampu mendatangkan rezki, mengetahui perkara gaib, tentulah mereka tidak repot-repot mencari pasien atau mangsa, mereka akan menyuruh qodamnya untuk menggali di mana emas-emas itu bersembunyi di bumi, tentulah mereka menjadi orang-orang yang kaya, karena hal itu tidak di ketahui akhirnya mereka menipu manusia dengan cara-cara yang licik.

Hanya saja sangat di sayangkan banyak sekali dari kalangan orang terpelajar, berpangkat sampai orang biasa, mereka termakan dan terseret oleh tipu-tipuan semacam itu.

Islam telah sempurna, telah mengajarkan berbagai hal, termasuk bagaimana agar rezki seseorang megalir lancar, hanya saja banyak saudara kita yang ingin serba instans, melakukan ritual yang jauh dari tuntunan agama, lebih percaya kepada dukun, peramal, sehingga menjerumuskan mereka kedalam dosa maksiat, bid’ah dan kesyirikan.

Adapun diantara amalan yang membuka pintu rezki adalah sebagai berikut:

 

1.            Memperbanyak istigfar.

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً

 “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu” (QS. Nuh[71]: 10-12)

Ada beberapa orang yang datang kepada al Hasan al Basri, ada yang megeluhkan tentang paceklik, tentang kemiskinannya, agar di karuniai anak, semua di perintahkan agar beristigfar, ketika di tanya beliau membacakan ayat diatas. (Lihat tafsir al-Qurtubi, QS. 70:10-12).

 

2.            Menyambung silaturrahmi.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ. رواه البخاري ومسلم.

Dari Anas bin Malik radiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barangsiapa ingin dilapangkan baginya rezkinya dan dipanjangkan untuknya umurnya hendaknya ia melakukan silaturahim.” (HR. Bukhari 5986 Muslim2557).

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا.

"Silaturahmi bukanlah yang saling membalas kebaikan, akan tetapi seseorang yang berusaha menyambung hubungan persaudaraannya meskipun diputus hubungan persaudaraan dengan dirinya." (HR. Bukhari 5991 Abu Daud 1697 Tirmidzi 1908).

Silaturahim adalah jembatan kasih sayang, satu sama lain bisa saling menanyakan keadaannya, meminjami modal  atau sekedar membantu memberi pekerjaan, semua itu akan menjembatani dua sisi yang berbeda, saling menyantuni dan akan mempererat kekeluargaan, sehingga muncul  kasih dan sayang sesama saudara.

 

3.            Memperbanyak sedekah.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الْمُصَّدِّقِينَ وَالْمُصَّدِّقَاتِ وَأَقْرَضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا يُضَاعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ أَجْرٌ كَرِيمٌ.

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki mahupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” (Qs. Al Hadiid[57]: 18).

 Allah subhanau wa ta’ala juga menyebutkan di ayat yang lain:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah[2]:261).


Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا ، وَيَقُولُ الآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.

“Ketika hamba berada di setiap pagi, ada dua malaikat yang turun dan berdoa, “Ya Allah berikanlah ganti pada orang yang berinfak.” Malaikat yang lain berdoa, “Ya Allah, berikanlah kebangkrutan bagi yang enggan bersedekah.” (HR. Bukhari 1442 Muslim 1010)

Memberi nafkah kepada keluarga termasuk bersedekah yang paling utama, karena merupakan orang yang yang menjadi tanggungannya, kemudian orang-orang yang masih ada hubungan kerabat dan seterusnya.

Hendaknya tidak pula meninggalkan sedekah di masjid-masjid, di jalan dan kepada siapapun yang sangat membutuhkan, semakin kita berbagi akan semakin menentramkan hati kita, semakin Allah buka pintu Rezki kita.

 

4.            Berbakti kepada kedua orang tua.

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan sembahlah Allah dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun, dan berbaktilah kepada kedua orang tua..” (QS. An-Nisaa[4]:36.

Diantaranya kisah tiga orang yang terjebak didalam gua, satu diantara mereka berdoa kepada Allah ta’ala dengan bertawasul amal shalih, yaitu berbakti kepada kedua orang tuanya yang pernah di lakukan, Allah mengabulkan dan menyelamatkan dari gua tersebut.

 

5.            Bertaqwa kepada Allah.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan memberi baginya jalan keluar.   Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…”(QS.,At Thalaaq[65]:2-3).

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ.

Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf [7]: 96).


ﻋَﻦْ ﺛَﻮْﺑَﺎﻥَ، ﻗَﺎﻝَ: ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: … ﻭَﺇِﻥَّ اﻟﺮَّﺟُﻞَ ﻟَﻴُﺤْﺮَﻡُ اﻟﺮِّﺯْﻕَ ﺑِﺎﻟﺬَّﻧْﺐِ ﻳﺼﻴﺒﻪ

Dari Tsauban bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: (Sesungguhnya seseorang akan terhalang dari rezekinya karena dosa yang ia lakukan” (HR. Ibnu Majah 422 di Hasankan oleh syikh al-alBani didalam Aa-Shahihah 154, …tanpa wa inna rojula)

Ibnul Qoyyim berkata: “Dampak-dampak dari dosa, dosa maksiat menghalangi datangnya rezki.” (Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’).

 

6.            Berdoa kepada Allah ta’ala.

Berdoa adalah ibarat senjata bagi seorang muslim, apapun, kapanpun, dimanapun dirinya berada, dalam keadaan genting maupun longgar, dirinya selalu memohon kepada Allah ta’ala bukan selain-Nya, termasuk didalam meminta rezki, karena hanya Allah saja yang bisa menghilangkan kesusahan dan mendatangkan rezki.

“Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam beliau biasa berdoa:

 اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan.” (HR. Muslim 2721, Tirmidzi 3489, Ibnu Majah 3832, Ibnu Hibban 900).

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلً.

Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).(HR. Ibnu Majah 925 Ibnu Hiban 82 di hasankan Syaikh al-alBani didalam Al-Miskah 2498)


اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ.

 Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, dan cukupkanlah aku dengan karunia-Mu dari bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi 3563 di hasakan syaikh al-alBani didalam As- Shahihah 266)


اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْفَقْرِ وَالْقِلَّةِ وَالذِّلَّةِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ.

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kemiskinan, kehinaan. Dan aku berlindung kepada-Mu dari berbuat dzalim atau didzalimi.” (HR. Ahmad 8053, Abu Daud 1544 dan dishahihkan oleh syaikh al-alBani).

اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ وَعَذَابِالْقَبْرِ.

“Ya Allah, aku berlindung dari kekufuran, kemiskinan dan siksa kubur.” (HR. Ahmad dalam musnadnya (5/39) Tirmidzi (3/73dan dishahihkan oleh al-Hakim (1/252).

Semoga Allah memberi kemudahan rezki kepada kita semua, dan memberi manfaat kepada siapa yang membaca dan menyebarkannya.

 

Sragen 19 Dzulhijah 1442.

Bertepatan 29-07-2021

Disusun oleh Al fakir ilaullah:

 Abu Ibrahim Junaedi Abdullah.

Minggu, 25 Juli 2021

HIKMAH ADANYA COVID-19.

 



 

Sesungguhnya adanya wabah covid yang menimpa manusia ini semua ada hikmahnya, mustahil Allah menciptakan sesuatu tanpa adanya hikmah, hanya saja ada manusia yang memahami hal itu ada juga yang tidak, terlepas kesengajaan manusia ataupun tidak semua telah di takdirkan Allah ta’ala.

Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرُ الخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ.

“Allah telah mencatat takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.” (HR. Muslim 2653).

Kesempurnaan untuk mengetahui hikmah ini hanya Allah semata, kita hanya mengetahui setitik dari hikmah adanya musibah wabah covid ini, di antaranya:

1. Membenarkan bahwa Allah ta’ala saja yang berhak di sembah.

Karena Allah adalah  satu-satunya Dzat yang maha perkasa, berkuasa, bertindak, mengatur dan menentukan.

Sekalipun kemajuan jaman sedemikian rupa namun tidak akan mampu untuk membendung kehendak Allah ta’ala, apalagi untuk menyamai kekuasaan Allah, meskipun manusia siaga, menyiapkan berbagai macam alat, alarm, semua  itu tidak ada gunanya jika Allah telah berkehendak.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ.

“Sesungguhnya urusan-Nya apa bila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata, “jadilah” pasti terjadi.” (QS Yasiin[36]:82).

 

2. Menunjukkan kelemahan manusia.

Meskipun mereka mampu untuk membuat bom atum, roket, rudal, ternyata pasukan Allah yang sangat lembut kecil dan tidak nampak itu mampu memporak perandakan ekonomi manusia di bumi ini, mereka tidak mampu mendeteksi dengan kasat mata, ini menunjukkan bahwa Allah maha kuat diatas segala-galanya, hal ini terlihat dari makhluk-Nya saja sedemikian dahsyatnya apa lagi Allah ta’ala.

 

3. Agar manusia mengetahui bahwa apa yang di cintai itu akan berpisah.

Lihatlah bagaimana keadaan sekarang yang sangat menyedihkan, pagi mereka bersama saling bercengkrama, siang hari tiba-tiba orang didekat kita telah meninggal dunia, mungkin tetangganya, orang tuanya, kerabatnya, istrinya, bahkan anaknya.

Rasa-rasanya terngiang-ngiang ucapan mereka di telinga kita, masih hangat obrolan mereka, tiba-tiba mereka meninggalkan kita selama-lamanya.

Di sebutkan dalam sebuah hadits dari sahabat Sahl Ibni Sa’d radiallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

" أَتَانِي جِبْرِيلُ - عليه السلام - فَقَالَ لِي: يَا مُحَمَّدُ، عِشْ مَا شِئْتَ , فَإِنَّكَ مَيِّتٌ , وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ , فَإِنَّكَ مَجْزِيٌّ بِهِ، وَأَحْبِبْ مَنْ شِئْتَ , فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ , وَاعْلَمْ أَنَّ شَرَفَ الْمُؤْمِنِ قِيَامُ اللَّيْلِ، وَعِزِّهُ اسْتِغْنَاؤُهُ عَنِ النَّاسِ "

“Jibril mendatangiku lalu berkata: “Wahai Muhammad! Hiduplah sesukamu, karena sesungguhnya kamu akan mati, cintailah siapa yang kamu suka, karena sesungguhnya engkau akan berpisah dengannya dan berbuatlah sesukamu, karena sesungguhnya engkau akan diberi balasan karenanya.” Kemudian dia berkata:” Wahai Muhammad! Kemulian seorang mukmin adalah berdirinya dia pada malam hari (untuk shalat malam), dan keperkasaannya adalah ketidak butuhannya terhadap manusia.” (HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath 4278, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa, al-Hakim dalam al-Mustadrak 7921 Hadits ini dinyatakan hasan oleh Syaikh al-Albani didalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah 2/483, Shahihul Jami’ 73 as- Shahihah 831)

Hal ini tidak lain agar kita mengambil pelajaran.

 

4. Agar manusia menjauhkan dirinya dari sifat sombong dan saling berbangga.

Allah memiliki hikmah yang luas dan bijaksana dalam mengingatkan manusia, kesadaran manusia juga berbeda-beda, ada yang di ingatkan sedikit sudah sadar, ada yang di ingatkan dengan musibah yang besar dan berkepanjangan baru sadar, semua itu sesuai hikmah Allah ta’ala, agar manusia tidak saling berbangga dengan pangkatnya, harta dimilikinya, popularitas dan juga dengan anak-anaknya, sehingga Allah kirim ujian kepada manusia untuk menyadarkan dan menghilangkan sifat kesombongan tersebut.

Allah ta’ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ . لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.

Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri malainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Kami jelaskan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al-Hadid [57]:22-23).

Ketika mereka saling berbangga dengan hartanya, jabatannya, anak-anaknya, tiba-tiba mereka kehilangan orang dekat mereka, seperti anaknya, istrinya, suaminya, orang tuannya, atau bisa juga yang lain, seperti kehilangan jabatan, popularitas, harta, dan lain sebagainya, semua itu agar mereka kembali kepada Allah ta’ala.

 

5. Agar manusia selalu mengingat kematian.

Ketika melihat orang-orang yang sebayanya atau orang-orang didekatnya satu persatu meninggal dunia, rasanya kematian itu sangat dekat, harusnya demikian itu akan memberikan manfaat bagi dirinya.

Rasulullullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْثِرُوا ذِكْرِ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ –يَعْنِي الْمَوْتَ.

“Perbanyaklah mengingat hal yang akan memutuskan kenikmatan.” Yaitu maut. (HR. Tirmidzi 2307, dishahihkan Al-Albani dalam Al-Irwa’)

مَنْ أَكْثَرَ مِنْ ذِكْرِ الْمَوْتِ أُكْرِمَ بِثَلاثَةِ أَشْيَاءَ؛ تَعْجِيلِ التَّوْبَةِ وَقَنَاعَةِ الْقُوتِ وَنَشَاطِ الْعِبَادَةِ، وَمَنْ نَسِيَ الْمَوْتَ عُوقِبَ بِثَلَاثَةِ أَشْيَاءَ؛ تَسْوِيفِ التَّوْبَةِ وَتَرْكِ الرِّضَا بِالْكَفَافِ وَالتَّكَاسُلِ فِي الْعِبَادَةِ.

Ad-Daqqaq rahimahullah berkata: “Barangsiapa banyak mengingat mati maka dia akan dimuliakan dengan tiga perkara: segera bertaubat, hatinya qana’ah terhadap dunia, dan semangat beribadah. Sedangkan barangsiapa yang melupakan mati, dia akan dibalas dengan tiga perkara: menunda-nunda taubat, hatinya tidak qana’ah terhadap dunia, dan malas beribadah.” (At-Tadzkirah, hal. 10).

 

6. Agar manusia saling menyayangi.

Tidak kita pungkiri adanya covid ini menjadikan banyak diantara mereka satu sama lain saling perduli, saling berbagi, dan saling berkasih saying, mereka merelakan hartanya untuk di bagikan berbagai macam bentuk, ada yang berupa makanan, sembako, buah-buahan dan juga uang.

Mereka membagikan di masjid-masjid, di trotoar, di jalan-jalan di mana mereka menjumpai orang-orang yang kekurangan.

Kodisi yang sangat memilukan ini berlangsung entah sampai kapan, kita turut bersedih, banyak diantara mereka tidak lagi bisa bekerja, berjualan ataupun sekedar keluar secara bebas, jangankan untuk di tabung, hasil kerja sehari untuk makan sehari saja mereka kurang, inilah yang menjadikan kepanikan, dan kebingungan mereka, kita sangat bersyukur dengan adanya uluran tangan-tangan yang baik kepada saudara-saudara kita.

 

7. Pengajaran kepada manusia agar memiliki sifat sabar.

Sesungguhnya tidaklah emas permata itu akan tampak seketika saat bercampur dengan tanah dan karat, akan tetapi dia akan tampak berkilau setelah di tempa dan di bakar, begitulah ujian yang di berikan Allah kepada manusia, akan meninggikan derajat dan menjadikan berkilau kemuliaan dirinya disisi Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirrman:

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ.

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: [39]:10)

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ.

“Sungguh kami akan uji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta dan jiwa serta biji-bijian, berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah [2]:156).

وَعَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: " يَقُولُ اللهُ سُبْحَانَهُ: يَا ابْنَ آدَمَ , إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ الْأُولَى , لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَابًا دُونَ الْجَنَّةِ "

Dari Abu Amamah Al Bahili radiallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: Hai anak Adam, jika kamu bersabar dan ikhlas saat tertimpa musibah, maka Aku tidak akan meridhoi bagimu sebuah pahala kecuali Syurga." (HR Ibnu Majah 1597 di shahihkan oleh syaikh al-AlBani didalam Shahihul Jami’ 8143)

 

8. Agar manusia mengetahui kasih sayang Allah ta’ala kepada orang-orang yang beriman.

Bahwasanya Allah menyayangi orang yang beriman, mewafadkan mereka dalam keadaan terkena covid, hal ini bukanlah kehinaan bahkan kemuliaan di sisi Allah, oleh karena itu hendaknya orang-orang yang di tinggal keluarga ataupun orang yang di kasihi supaya dirinya bersabar dan tidak mencela terhadap takdir agar mendapatkan keutamaan pahala yang besar.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «المَبْطُونُ شَهِيدٌ، وَالمَطْعُونُ شَهِيدٌ»

 

“Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu, dari Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang mati karena sakit perut dan orang yang tertimpa tha’un (wabah) adalah syahid.” (HR Bukhari 5733).

Ini berlaku bagi orang-orang yang beriman dan berusaha untuk menjaga dirinya namun Allah taqdirkan terkena, apabila mereka ikhlas, beriman, in syaa Allah mereka itu syahid, sebagaimana hal ini telah banyak di jelaskan oleh para ulama.

Beda halya dengan orang-orang yang tidak beriman, kafir meskipun mereka terkena wabah covid ini mereka tidak termasuk orang yang syahid.

 

9. Menjadikan manusia banyak bertaubat.

Ketika kanan kiri mereka banyak yang terkena musibah, bahkan ada juga yang mengalami terkena wabah covid ini, sebagian orang hal itu hampir saja merenggut nyawanya, menjadikan banyak manusia yang sadar dan bertaubat kepada Allah ta’ala.

Dan Allah menyeru mereka agar segera bertaubat kepada-Nya.

Allah ta’ala berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ.

“Dan bersegeralah menuju ampunan Tuhanmu dan Syurga seluas langit dan bumi, yang di sediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Al Imran[3]:133).

 

10.                 Agar manusia menyadari bahwa tak ada yang lebih berharga di dunia ini kecuali umur yang di berikan Allah ta’ala dan di pakai untuk kebaikan.

Allah ta’ala berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ.

"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Al-Mulk [67]:2)

Allah ta’ala berfirman:

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ.

“ Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al A’raaf [7]: 34)

Ayat ini di ulang-ulang oleh Allah ta’ala di beberapa tempat didalam Al Qur’an, diantaranya Surat Yunus [10]:49. Surat An Nahl[16]:61. Tidaklah hal ini di ulang-ulang oleh Allah ta’ala kecuali agar manusia ingat, bahwa umur mereka sangat terbatas, dan tak ada yang dapat di pakai untuk membeli umur mereka sekalipun emas dan permata, demikian pula Allah ulang ulang hal itu karena manusia mudah sekali lupa.

Demikianlah ulasan ini semoga bisa menghibur mereka yang sedang kehilangan dan memberi manfaat kepada siapapun yang membaca dan menyebarkannya.

Aamiin  ya Rabbal ‘alamiin.

 

**********00000**********

Sragen 15 Dzul Hijah 1442, Hijriah.

Bertepatan dengan 25-07-2021 Masehi.

Junaedi Abdullah.

 

 

 

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...