Rabu, 28 Desember 2016

WAHAI KAUM MUSLIMIN KOREKSILAH KEADAAN KITA

 Hasil gambar untuk gambar hancurnya aleppo



Peperangan antara iman dan kafir telah di canangkan semenjak orang tua kita (nabi Adam dan Hawa) berada di syurga, hingga akhirnya keluar dariNya, begitulah menjadi sunatullah peperangan antara al haq dan al batil ini akan terus berjalan sampai akhir nanti.

Hanya saja di jaman kita apa yang tadinya tersembunyi mulailah menggeliat menampakkan taringnya, dengan mata yang melotot, suara mengaum, siap menerkam mangsanya.

Sementara di pihak lain kaum muslimin kondisi mereka bemacam-macam, sebagaimana seseorang yang menghadapi harimau:

1.       Ada yang mereka terlelap sementara musuh mereka siap menerkam dan menghabisi mereka, kondisi demikian ini kalau tidak segera di bangunkan nasib mereka akan tamat.


2.       Ada yang memancing emosi harimau tersebut tanpa mengukur kapasitas yang ada pada dirinya, orang seperti ini hanya akan berteriak-teriak mana kala harimau tersebut meloncat dan menerkam.

3.       Mereka menyiapkan mental, energi,  memperhitungkan menang kalahnya, begitu pula mereka menyadari lolongan harimau ini bisa mendatangkan harimau yang lain.

Demikianlah gambaran kecil ini, orang yang berakal akan berpendirian pada kondisi ketiga, bukan berarti kita takut kepada musuh, akan tetapi selagi kita masih ada kesempatan, segala sesuatu WAJIB di perhitungan dan  di persiapkan oleh karena itu saudara-saudaraku ingatlah :

1.       Janganlah kita hanya bisa berbangga dengan jumlah kita, sementara kita tidak pernah mengoreksi kemampuan mereka, mental mereka, yang semua itu bisa terwujud pada aqidahnya benar ataupun tidak, tengoklah apa yang menyebabkan perang badar 313 melawan 1000 lebih bisa di menangan kaum muslimin…?
Jawabnya :

1)      Aqidah mereka benar.

2)      Kecintaan mereka kepada Allah dan rasulNya tulus.


3)      Mereka berperang li I’lali kalimatullah (untuk meninggikan kalimat Allah).

Saudaraku lihat dan kita bandingkan keadaan kaum Muslimin saat ini, mereka hanya membanggakan kuantitas tanpa memperdulikan kualitas, terlihat bagaimana aqidah mereka, sampai-sampai ajaran-ajaran sihir, tenaga dalam, dan lain-lain di sebarkan kepada mereka ini NYATA, Allah bantah hal ini pada QS.2:102.

Kaum muslimin masih banyak sekali jika di ajak kepada Allah (mengikuti Al Qur’an) dan rasulNya (sunnah) mereka enggan, sebagiannya lebih suka mengikuti nenek moyang mereka, atau bid’ah bid’ah yang dibuat oleh murabi’-murabi’ mereka, lihatlah Bantahan Allah QS 2: 170. 5:104

Kebanyakan mereka memperjuangkan golongan mereka, kelompok mereka saling berbangga dengan apa yang ada pada mereka, bukan untuk meninggikan kalimat Allah, ini terlihat pembesar-pembesar mereka, belum lagi mereka menguasai, mereka sudah berujar tidak akan menerapkan hukum dan syariat Allah ta’ala, sebagian lagi mereka menjual anggota-anggotanya untuk mendapatkan suara di setiap ajang perebuatan suara atau pun kursi, Allahu musta’an. Lihatlah QS 30:31-32, QS 3: 103.

Saudara-saudaraku, kita bangga dengan banyaknya umat islam, yang perlu kita SADARI, mereka masih membutuhkan uluran tangan kita untuk mengetahui islam dengan sebenarnya, mencintai Allah sebenar-benarnya demikian pula mencintai rasulNya dengan di  buktikan meneladani sunnah-sunnahNya.

Kita sama-sama mengetahui berdasarkan hadist rasulullullah sallallahu ‘alaihi wa sallam di akhir-akhir jaman peperangan itu  tidak akan terelakkan, persiapkanlah diri kita dan saudara-saudara kita dengan membekali mereka aqidah yang benar, SADARILAH kekalahan di perang UHUD terletak pada penyelisihan mereka kepada rasulNya, PERANG AHZAB karena merasa bangga dengan banyaknya jumlah,  oleh karena itu jangan heran jika kaum muslimin di berbagai tempat mereka menemui kehinaan, penganiyayaan, dan pengusiran(semoga Allah mengampuni mereka), jangan sampai hal ini menimpa kita dikarenakan kedangkalan kita berfikir.

Oleh karena itu semakin seseorang mengenal sunnah dan mengamalkan akan semakin sedikit perselisihan yang di dapatkan, semakin jauh dari sunnah umat akan semakin terpecah dan rapuh, sehingga tak ubahnya seperti buih di lautan.

Perebaiki dan terus perbaiki keadaan umat ini jangan terburu-buru menyeret mereka pada kebinasaan.  

Dari orang yang sangat mencintaimu.
Abu Ibrahim, Junaedi Abdullah.
29-12-2016



Kamis, 01 Desember 2016

SEBAB KEMUNDURAN UMAT DAN SOLUSINYA.


https://alfathengineer.files.wordpress.com/2012/05/1530275-1-silhouette-man1.jpg
Sebagaimana kita telah saksikan bersama apa yang menimpa kaum muslimin berupa kemunduran dari berbagai lini kehidupan, baik dari sisi ekonomi, teknologi dan kewibawaan, mulailah berbagai macam penelitian dilakukan untuk mengetahui sebab dari kemunduran umat islam ini, berbagai teori dipaparkan kemudian diambil kesimpulan, namun sungguh di sayangkan   hampir semua teori didasari dari pemikiran dan realita semata, mereka lupa yang mereka perjuangkan adalah islam, yang seharusnya dengan cara islam pula untuk menyelesaikan masalah. Allah ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ.
“Kemuliaan itu hanyalah milik Allah, rasul-Nya dan orang-orang beriman.Hanya saja orang-orang munafik tidaklah mengetahui hal tersebut”. Al Munafiqun[63]:8
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا
“Maka barangisiapa yang menghendaki kemuliaan, maka kemuliaan yang dicarinya itu hanyalah milik Allah. Karena itu, hendaknya ia mencarinya dengan banyak-banyak mengucapkan perkataan-perkataan baik dan melakukan amalan-amalan shaleh. Karena sesungguhnya perkataan-perkataan baik dan amalan-amalan shaleh tersebut akan naik kepada Allah”. QS. Fatir[35]:10
Dari ayat-ayat di atas kita ketahui bahwa pemberi kemuliaan hanyalah Allah, dan hanya bisa di dapat dengan mentaatinya bukan memaksiatinya.
Saudaraku sadarilah, ketika kita berpaling dari islam, kita tidak semakin mulia tetapi semakin hina, itulah kenyataan yang telah terjadi, contoh yang baik kita bisa saksikan pada awal umat ini, mereka mulia tatkala merealisasikan kecintaan mereka kepada Allah dan Rasulnya, kebalikan  dari pada itu kita lihat umat islam sekarang ini, ketika mereka mengagumi orang-orang kafir, berfikir dan berbuat seperti mereka, Allah hinakan keadaan umat ini,  ketahuilah sunatullah ini akan berlaku sepanjang masa, sampai mereka mau kembali keajaran islam, Bukankah hal ini telah di kabarkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam:
 إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ
Apabila kalian telah berjual beli dengan cara Al-‘Inah dan kalian telah ridho dengan perkebunan dan kalian telah mengambil ekor-ekor sapi dan kalian meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang (Allah) tidak akan mencabutnya sampai kalian kembali kepada agama kalian. HR. Abu Daud Ahmad dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani.
Kita saksikan dewasa ini, bagaimana kaum muslimin menggerakkan perekonomian mereka dengan rantai riba, yang mana hal  ini merupakan dari musuh-musuh Allah yaitu yahudi  dan nasrani, bagaimana mereka mencintai dunia ini dan melupakan tujuan akhirat mereka, bagaimana mereka meninggalkan jihad, dan jihad yang paling utama kata Ibnul Qayim memerangi kebodohan yang ada pada diri sendiri, karena kebodohan merupakan sumber bencana dunia dan akhirat, jika sudah demikian keadaan kaum muslimin, Allah akan timpakan kehinaan, dan mereka senantiasa terus hina sampai mereka kembali kepada ajaran agama yang mulia ini, inilah sebenarnya sumber kemunduran kaum muslimin, mereka jauh dari agama mereka.
Adapun beberapa teori yang keliru diantaranya:
1.       bersatunya kaum muslimin merupakan kunci utama kemenangan, maka hal ini perlu dirinci:
·         Seandainya mereka bersatu di atas kebenaran baik secara aqidah dan manhaj, maka hal ini merupakan kemuliaan dan sesuai dengan perintah Allah.
·         Akan tetapi seandainya mereka berkumpul dalam satu wadah sementara aqidah mereka bercampur aduk, antara tauhid dan syirik, sunnah dan bidah serta pengekor hawa nafsu selamanya hal ini tidak akan bisa mewujudkan persatuan secara haqiqi, karena kesyirikan tidak akan pernah bersatu dengan tauhid, sunnah tidak akan bersatu dengan bidah.
Oleh karena itu janganlah kita silau dengan jumlah yang banyak, mana kala penyelisihan terhadap agama Allah tidaklah kemenangan yang akan didapat akan tetapi kekalahan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai orang-orang Mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari ke belakang dan bercerai-berai. QS. At-Taubah[9]:25.
2.       Anggapan, bahwa setiap pemimpin yang dzolim harus di ganti, perlu diketahui, bahwa seorang pemimpin tidak lain berasal dari rakyatnya, seorang pemimpin merupakan cermin rakyat tersebut, oleh karena itu sebagian tafsir menyebutkan seandainya rakyat itu dzolim maka Allah akan beri seorang pemimpin yang dzolim pula, oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:
وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Dan demikianlah kami jadikan sebagian orang yang zalim sebagai pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan amal yang mereka lakukan. Qs Al An’am: 129).
Tak ada obat yang lebih mujarab dalam hal ini kecuali memulai perbaikan dari diri kita, keluarga kita, sanak kerabat dan tetangga kita, jadilah suatu masyarakat yang mulia,Allah menjanjikan akan beri pemimpin yang mulia. Allah ta’ala berfirman:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ.
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. Qs. As Sajdah[32]:24.
Dari ayat diatas di ambil satu kaedah, “Al Jaza min jinsil ‘amal” yaitu “balasan sesuai dengan perbuatan”, demikian pula demikian pula Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam memulai dakwahnya berawal dari keluarga, kerabat, tetangga dan seterusnya, hingga akhirnya Allah karuniai keberhasilan dan kedaulatan.

3.       Anggapan, kaum muslimin akan akan jaya manakala memiliki teknologi seperti orang-orang kafir, ketahuilah bahwa permulaan umat ini senantiasa dihadapkan pada musuh yang jumlahnya berlipat, dengan perlengkapan perang yang lebih modern dan perbekalan yang melimpah, sebagaimana kita ketahui bagaimana perang badar, perang khandak, perang mu’tah yang mana 3000 pasukan muslim melawan 200.000 namun mereka senantiasa meraih kemengan dengan ijin Allahta’ala, oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:
  كَم مِّن فِئَةٍ قَلِيلَةٍ غَلَبَتْ فِئَةً كَثِيرَةً بِإِذْنِ اللهِ وَاللهُ مَعَ الصَّابِرِينَ
Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.  Qs. Al-Baqarah [2]: 249.

4.       Beranggapan, bahwa seandainya mengikuti parlemen niscaya akan bisa menyuarakan islam, dan memungkinkan mendapatkan kekuasaan untuk membela kaum muslimin. Saudaraku, berapa banyak saudara kita yang menempuh hal ini, akhirnya mereka jadi korban kejahilan mereka sendiri, belum lagi mereka berkuasa, mereka menyuarakan slogan-slogan dengan tidak akan menegakkan syariat islam, oleh karena itu pada permulaan pembahasan telah saya singgung bahwa yang kita perjuangkan adalah islam, bagaimana mungkin kita perjuangkan islam dengan cara orang kafir…?  Sedangkan kita telah mengetahui kemuliaan datangnya dari Allah, Allah tidak akan memberikan kecuali kepada orang-orang yang mentaati Allah dan RasulNya, lihatlah sejarah bagaimana penyebab kekalahan perang Uhud..? karena mereka menyelisihi RasulNya.

5.       Beranggapan bahwa kemenangan akan di dapat seandainya kaum muslimin memboikot semua produk-produk kafir, ketahuilah meskipun terjadi peperangan Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam tetap melakukan transaksi kepada orang-orang kafir, oleh karena itu berkali-kali model seperti ini di coba namun kaum muslimin tidak mampu mengendalikan satu dengan yang lain, baik di Negara sendiri terlebih di Negara lain, sebenarnya penyakitnya adalah keharusan untuk menghentikan tasabbuh(menyerupai) dengan mereka, mengagumi pola pikir mereka, cara berekonomi dengan sistem riba, dan yang lebih berbahaya adalah mengambil keyakinan-keyakinan mereka, baik secara langsung ataupun tidak langsung, inilah yang wajib kita boikot. Jika hal ini tidak di lakukan niscaya Allah akan mencabut rasa takut dari kaum muslimin, meskipun jumlah mereka banyak, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ ثَوْبَانَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
 Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” HR Abu Dawud 3745 Amad 2/28
Kesimpulan penyebab kemunduruan umat islam:
1. mereka meninggalkan ajaran agama mereka.
2. Mereka sibuk dengan dunia serta meninggalkan jihad.
3. Mereka meninggalkan sejarah kejayaan kaum muslimin.
4. Mereka mengagumi dan mengikuti cara-cara orang kafir.
5. Mereka terkena penyakit al wahn yaitu cinta dunia dan takut mati.
Adapun solusinya:
1. Hendaknya kaum muslimin kembali dan mempelajari agamanya.
2. Hendaknya kaum muslimin tidak melupakan sejarah kejayaan islam.
3. Hendaknya kaum muslimin tidak menjadikan dunia sebagai tujuannya.
4. Hendaknya kaum muslimin tidak silau dengan orang-orang kafir.
5. Hendaknya kaum muslimin mengaplikasikan agama mereka pada kehidupannya.

Inilah yang sedikit semoga bisa memberi bermanfaat bagi penulis dan kaum muslimin.
Sragen 22-11-2016.
Al faqir ilallah Abu Ibrahim junaedi Abdullah
Maraji’
Al Quran dan terjemahan.
Telah datang jamannya oleh ustad Abdul hakim bin Amir Abdat.
Sunan Abi Daud.
Sunan Ahmad.
dll.





Senin, 31 Oktober 2016

WASIAT SYAIKH UTSAIMIN RAHIMAHULLAH PADA PENUNTUT ILMU.


Hasil gambar untuk pemandangan indah free

Pembicara: Ustad Aris Sugiantoro (hafidzahullah).

Mukadimah:

Setelah nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada lagi nabi, yang ada adalah ulama, oleh karena itu ulama merupakan pewaris para nabi, sebagaimana sabda Rasulullallah sallallahu ‘alaihi wa sallam:
إن الْعُلُمَاءُ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ، إِنَّ اْلأَنْبِياَءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْناَرًا وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ فَقَدْ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.”  Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud. Dishahihkan oleh Al-Albani.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam membawa hartanya saat haji wada’ dengan jumlah 100 ekor onta, untuk di hadiahkan, oleh karena itu Beliau tidak mewariskan apapun kepada anak-anaknya

Siapakah sebenarnya yang di maksud ulama pewaris nabi salallahu ‘alaihi wasallam, yang mereka mewarisi berupa:
Ilmu, ibadah, dakwah, akhlaq, manhaj dan seluruh yang berkaitan dengan hidupnya Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam.

Oleh karena itu seandainya ada seorang yang di lakobi  ulama kok hidupnya jauh dari kehidupan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak bisa dikatakan sebagai ulama rabbani, ulama yang sesungguhnya.

Penting bagi para penuntut ilmu mempelajari kehidupan rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam, supaya bisa mencontoh beliau.  
Ilmu memiliki adab (etika) yang harus ada pada penuntut ilmu, baik wajib ataupun sunnah, adab yang harus di miliki penuntut ilmu adalah:


  1. Ikhlas karena Allah, karena ilmu di ambil dari Allah dan RasulNya, ketika kita ikhlas ilmu baru bisa di pelajari, supaya orang yang menuntut ilmu bukan karena harta, jabatan, kedudukan atau semisalnya.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنْ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي رِيحَهَا
Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yg seharusnya karena Allah Azza Wa Jalla, namun ia tak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan sebagian dari dunia, maka ia tak akan mendapatkan baunya Surga pada Hari Kiamat. HR. Abu Daud 3179.
Kalau seseorang belajar perkara dunia dan ingin mendapatkan dunia itu tidak salah, akan tetapi jika seseorang belajar agama untuk mendekatkan diri kepada Allah, tapi dia tujuannya mencari dunia itu yang salah.
Karena menuntut ilmu adalah tujuannya syurga sebagaimana sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَعَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ:وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقًايَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا,سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” HR Muslim
Karena tujuannya untuk yang tinggi bukan untuk tujuan rendah, sehingga ancaman ini sanggat keras bagi seseorang menuntut ilmu untuk tujuan dunia dia sungguh celaka dan rugi, demikian juga ilmunya tidak di berkahi.

2.       Hendaknya dia niatkan menuntut ilmu hanya menjalankan perintah Allah ta’ala, karena Allah subhanahu wa ta’ala yang memerintahkan.
Allah ta’ala berfirman:
فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَا إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ
Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu QS. Muhammad[47]:19
Allah memulai supaya berilmu sebelum beramal.
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
Apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang bisa mengambil pelajaran. QS. Az-Zumar[39]: 9.
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat. QS. Al Mujadilah[58]: 11.
Tidak tersembunyi lagi bahwa realita seperti ini, berapa banyak orang yang tidak punya asal usul keturunan, bukan keturun Qurais, bukan juga bangsa arab, status sosialnya rendah kemudian Allah angkat, seperti Sahabat Bilal, dia seorang budak yang berkulit hitam dari Afrika kemudian di merdekakan Abu Bakar, kemudian menjadi orang yang mulia, bahkan Rasululah mendengar sandalnya di Syurga, ada juga orang yang cacat menjadi seorang ulama ahlul hadis.
Ada bait syair yang mengatakan ” ilmu itu akan mengangkat satu rumah yang ndak ada tiangnya,” maksudnya menjadikan terkenal pemiliknya, orang orang akan berdatangan padanya, sedangkan  “ kebodohan akan menghancurkan rumah yang mulia lagi megah ” karena yang punya tidak punya ilmu dan bodoh, maka rumah itu akan hancur dan akan binasa,” ini logika perkataan diatas.

Kewajiban seseorang hendaknya memperhatikan untuk mencari ilmu, dan mengerahkan tenaganya untuk mencari illmu tanpa putus asa, tanpa bosan dan capek,sebagaimana dahulu salafussolih radiallahu ta’ala anhum ajma’in, mereka bergadang malam di dalam mencari ilmu, padahal lampu-lampu ketika itu tidak terang, hanya dari minyak, sebagaimana imam Bukhari, menyusun kitabnya “sahih Bukhari” belasan tahun, beliau tidak meletakkan satu hadis kecuali beliau wudhu’ dan shalat istikharah dua rekaat.

Begitu juga imam Ahmad menghafal satu juta hadis namun yang di taruh di dalam kitab musnadnya hanya ribuan, kita lihat para ulama kita mereka tidak bosan dan memiliki semangat luar biasa, seperti itu juga seorang penuntut ilmu hendaknya tidak bosan, pelan-pelan semangat, jangan sampai semangatnya luntur.
Dahulu para salafussolih kondisinya kekurangan blm ada kertas putih seperti sekarang, terkadang yang di pakai menulis adalah kardus, syaikh Al Bani yang belum lama masanya dengan kita seperti itu, menulis dengan kerdus, dengan bekas bungkusan, beda dengan keadaan kita sekarang, semua mudah, mencari hadis ada di computer, hp, internet, namun semangatnya berbeda.
  1. Tekun dan sabar di dalam menuntut ilmu.
 Wajib seorang penuntut ilmu untuk tekun ulet dan sabar, jangan berkata “ saya tidak cocok untuk menuntut ilmu, tidak pantes, jangan sekali-kali berkata seperti itu, beliau mengatakan karena manusia pada awal menuntut ilmu itu lemah, di dalam memahami, menghapal lemah, coba lihat pohon kurma, nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan seorang mukmin seperti pohon kurma, dari lemah, lama-kelamaan menjadi kuat kokoh, hingga seratus tahun, seorang mukmin juga seperti itu semua bisa memberi bermanfaat.
Pada jaman sekarang orang yang menuntut ilmu layaknya seprti seorang alim, mengarang buku, mengarang kitab, meringkas kitabnya para ulama, segala sesuatu kalau belum mampu jangan seperti itu, karena makanan kalau belum masak akan membahayakan kita dan orang lain.

  1. Dengan ilmu itu meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya.
Karena kita diminta untuk mempelajari ilmu. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
 من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan memahamkannya dalam urusan agama.” HR. Bukhari 71 Muslim 1037.
Perkara-perkara agama masih banyak yang belum kita ketahui, supaya kita ketahui bagaimana hukum shalat, bagaimana sifat shalat Rusulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, bagaimana sifat wudhu’ Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, kita belum tahu, kita belajar supaya tahu, oleh karena itu ilmu akan mengangkat kebodohan yang ada pada diri kita sendiri.

  1. Hendaknya kamu menuntut ilmu meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari orang lain.
 Kalau kita sudah berilmu, kita mendakwahkan, dari orang tua kita, memberi nasehat kepada istri kita, anak kita, keluarga kita, Allah perintahkan RsulNya memberi peringatan kepada orang yang dekat:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang dekat' QS Asy Syu'ara`[26]: 214.
Berkata imam Ahmad ” ilmu tidak bisa ditandingi oleh amalan yang lain dengan syarat benar niatnya.” Kemudian murid-muridnya bertanya, “ ya imam niat yang benar itu seperti apa” beliau menjawab, “ hendaknya meniatkan dengan menuntut ilmu untuk mengangkat kebodohan yang ada pada dirinya dan juga orang lain.”
  1. Hendaknya didalam menuntut ilmu untuk menjaga syariat islam.
Sedangkan menjaga syariat islam ini hukumnya wajib bagi kaum muslimin, yang menjaganya adalah laki-laki,  satu negri itu akan hidup apa bila ada orang alim, seperti di Bagdad ada imam Ahmad, ada Yahya ibnu Main,  seperti juga di qasim ada syikh Utsaimin, sebelumnya ada Syaikh Abdurrahman Assa’di, yang mana sebelumnya tidak di ketahui, ketika ada orang alimnya tempat tersebut menjadi hidup.
7.      Hendaknya seseorang menuntut ilmu berniat untuk melindungi syariat.
Seandainya kita di serang ahli bid’ah, seorang penuntut ilmu wajib melindungi syariat islam, apa bila di masjid ini kita memiliki perpustakaan, ada Al Qur’an, ada kitab-kitabnya tapi tidak ada yang bisa membaca, kemudian datang ahli bid’ah ingin membawa kebid’ahannya, karena orang-orang tidak bisa membaca kitab, sehingga kita tidak tahu, bagaimana membantah pelaku bid’ah tersebut, padahal di perpustakaan sudah ada jawabannya lengkap, oleh karena itu wajib melindungi syariat dari ahli bid’ah.

  1. Hendaknya seorang penuntut ilmu berakhlaq dengan akhlaqnya para ulama.
Akhlaq kepada Allah dengan menjalankan ketaatan kepada Allah, senantiasa bertaubat kepada Allah,  berdzikir kepada Allah, kembali kepada Allah, itu adalah akhlaqnya para ulama, begitu juga berakhlaq kepada hamba-hamba Allah, kepada manusia, senantiasa memberikan kebaikan kepada orang lain, membantu orang lain, jadi orang yang pemurah sebagaimana Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى
Tangan yg di atas lebih baik dari pada tangan yg dibawah HR. Muslim 1715.
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظيم
Dan sesungguhnya, engkau (Muhammad) benar-benar memiliki akhlak yang agung” QS Al Qalam [68]: 4.
9.      Hendaknya dia menyebarkan ilmunya sesuai dengan kemampuan.
Jangan bahil dengan ilmunya, meskipun kita baru bisa menyampaikan kepada jamaah kita di masjid, seperti kultum tidak mengapa yang penting benar.
Sampaikan dariku walaupun satu ayat HR.Bukhari 3461.
Tapi ayat yang betul di pahami, kalau ndak kita mempelajari ya kita salah, satu ilmu lebih baik kita amalkan dari pada banyak ilmu tapi tidak di amalkan, jangan menjadi orang yang bahil, orang yang bahil di dalam harta tidak di senangi oleh manusia, demikian juga orang yang bahil terhadap ilmu juga tidak di cintai oleh manusia.
Ilmu itu akan bertambah jika kita infaqkan, yaitu dengan diajarkan kepada orang lain, kalau dia tidak mengajarkan ilmunya bisa berkurang bahkan hilang, inilah keistimewaan ilmu.

10.  Hendaknya seorang penuntut ilmu menempuh jalan terbaik untuk mendapatkan ilmu.
Penuntut ilmu bisa menggunakan metode yang ringkas, ilmu sekarang mudah, bahasa arab ada, terjemahan juga ada, di internet ada, di computer juga ada jika di instal maktabah syamilah, tinggal kita mau belajar apa tidak,mulailah mempelajari buku matan-matan (ringkasan-ringkasan) jangan baca yang tebal-tebal dulu, seperti utsul tsalasah, kitab tauhid, aqidah wasitiyah, itu matan-matan yang ringkas pendek dan bagus, kalau itu sudah baru yang lain.

11.  Tidak layak bagi seorang penuntut ilmu, untuk bersaing dengan ahli dunia.
Seorang penuntut ilmu menyaingi dunia mereka akan jatuh martabatnya, ahli dunia pakaiannya setiap hari berganti, kendaraannya setiap tahun berganti, ahli ilmu tidak seperti itu, ada kemajuan dunia kita menyaingi mereka, jika demikian kita tidak akan mendapatkan, kata syaikh rahimahullah, “ kalau seorang berilmu menyaingi ahli dunia atau lebih menang mereka, kalau di hormati bukan karena ilmunya, tapi karena dunianya.  Syaikhul islam Ibnu Taimiyah rahimahullah beliau berkata “ jadikanlah harta itu seperti keledai atau kamar mandi, keledai kamu naiki kalau ada perlu, kamar mandi kamu masuki kalau buang hajad, tidak mungkin mau tidur di kamar mandi, tidak mungkin mau tidur terus di atas keledai, itu harta dunia.
Oleh karena itu ulama sekarang terbagi menjadi tiga:
1)      Alimu millah ( seorang betul-betul berilmu tentang agamannya, dia tidak menginginkan kecuali agamannya supaya syariat ini menjadi lurus, benar)
2)      Alimu umat ( seorang alim yang mengikuti umat, jika umat menghendaki seperti ini maka dia akan berfatwa seperti ini, dia tidak mementinggkan agama, tapi mengikuti umat)
3)      Alimu daulah (orang berilmu tapi hanya menjadikan tolak ukur Negara, mentaati Negara itu yang paling utama, dia melihat apa yang butuhkan pemerintah kemudian berfatwa seperti itu).

12.  Hendaknya jangan sampai hasad sesama penuntut ilmu.
Hasad adalah akhlaqnya Yahudi.
Hasad adalah membenci kalau orang lain mendapat kenikmatan, atau berangan-angan hilangnya nikmat orang lain.
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ تَحَاسَدُوْا ، وَلاَ تَنَاجَشُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا ، اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan kalian saling mendengki, jangan saling mencari keburukan, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain, dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allâh yang bersaudara. Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain. HR.Muslim 2564.
Hasad akan memakan kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.


13. Jangan  bermusuhan dengan orang lain, sesama para penuntut ilmu.
Bermusuhan yang tidak ada alasan yang syar’I, kalau kita berselisih kita musyawarah, kita saling memberi nasehat, saling diskusi satu sama yang lain, di dalam masalah ini, dalilnya seperti ini, itu adalah ciri-ciri penuntut ilmu.
وَلاَتَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu”. QS Al Anfal[8]:46.
Inilah wasiat Syaikh Utsaimin rahimahullah kepada para penuntut ilmu.
Semoga bermanfaat. Mohon maaf segala kekurangannya.

Diringkas oleh Abu Ibrahim

Sragen 31-10-2016

NB. ada penambahan riwayat hadist, penomeran surat, dan juga ayat.



MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...