Jumat, 23 Desember 2022

POKOK KEINDAHAN AJARAN ISLAM.

 

 

Sesungguhnaya mengetahui keindahan syari’at islam akan memberikan manfaat yang besar bagi seseorang, diantaranya:

1.    Memberikan semangat di dalam menggali ajarannya.

2.    Memperkuat keyakinannya.

3.    Merasa cukup dengan ajaran islam.

4.    Meninggalkan ajaran selain islam.

5.    Menolak subhat dari musuh-musuh islam.

6.    Menghiasi seseorang di dalam bermuamalah dengan orang lain.

7.    Menjadikan ketertarikan orang-orang diluar islam karena marwahnya.

8.    Memudahkan bagi seorang da’i untuk menyeru kepada islam.

9.    Meyakinkan manusia bahwa agama islam adalah agama dari Tuhan pencipta manusia.

10.                      Besarnya rahmat Allah yang diberikan kepada manusia.

Diantara keindahan islam:

1.    Islam agama yang hanya menyembah kepada Allah dzat yang maha esa .

Bila seseorang telah masuk islam, hendaklah hanya menyembah Allah semata, tidak di perkenankan menyembah kepada selain Allah, karena hal ini akan merendahkan akal manusia, dimana selain Allah adalah makhluk.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ.

“Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. (QS. Al-Baqarah[2]:163).

Tidak sebagaimana orang-orang yang menyembah para dewa, ataupun keyakinan animisme, ada beberapa tuhan yang mereka miliki dan ada berbagai macam aturan.

2.    Islam memerintahakan agar berbakti kepada kedua orang tua.

Jasa orang tua sangatlah besar, sebagai lantaran adanya seorang anak di dunia ini, oleh karena itu Allah memerintahkan agar berbakti kepada orang tua:

Allah ta’ala berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا .

“Dan hendaklah kamu beribadah hanya kepada Allah dan janganlah mempersekutukan dengan sesuatu apapun juga dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapak.” (QS. An Nisaa’ [4]: 36)

إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا.

“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” ucapkanlah perkataan yang mulia.” (QS. Al Israa’ [17]: 23)

Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ.

wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Ahmad 20028, Tirmidzi 1897, Abu Dawud 5139, di hasankan oleh syaih al-Albani di dalam Al-Irwaa’ 829,2232).

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ، وَلَا مُؤْمِنٌ بِسِحْرٍ، وَلَا مُدْمِنُ خَمْرٍ، وَلَا مُكَذِّبٌ بِقَدَرٍ.

“Tidak masuk surga anak yang durhaka, pecandu khamr (minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar” (HR. Ibnu Hibban 3384, Nasai 4895 dan di Hasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam As Shahihah 675)

3.    Islam memerintahkan agar berbuat baik dengan kerabat.

Kerabat adalah orang yang masih memiliki hubungan persaudaraan dengan dirinya, sehingga Allah perintahkan untuk berbuat baik.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاء ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran.” (QS. An-Nahl [16]: 90)

Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا.

Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya putus” (HR. Bukhari 5991, Abu Dawud 1697)

Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari 5985 Muslim 2557 Abu Dawud 1693)

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ.

“Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan, yaitu memutuskan silaturahmi.” (HR. Bukhari 5984, Muslim 2556)

4.    Islam memerintahkan agar berbuat baik kepada tetangga.

Tetangga adalah dimana mereka orang yang dekat dengan kita, keharmonisan bertetangga adalah kenikmatan tersendiri, keburukannya menjadikan seseorang terganggu. Dari sinilah islam memerintahkan agar berbuat baik kepada tetangga.

Allah ta’ala berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ.

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.” (QS. An-Nisa’ [4]: 36).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ، حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ.

“Jibril tidak henti-hentinya mengingatkan padaku untuk berbuat baik pada tetangga, sampai-sampai aku menyangka bahwa Jibril hendak menjadikannya sebagai ahli waris.” (HR. Bukhari 6015 Muslim 2624 Tirmidzi 1942 Abu Dawud 5152).

Tidak boleh berbuat jahat dengan tetangga baik menyakiti dengan perbuatan, perkataan, memfitnah atau meampakkan kegaduhan.

وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائقَهُ.

"Demi Allah, seseorang tidak akan beriman (di ucapkan tiga kali).” Para sahabat bertanya: “Siapakah dia Wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Orang yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya.” (HR. Bukhari 6016, Ahmad 8432, Abu dawud 1437).

5.    Islam memerintahkan mengasihi sesama makhluk hidup dan melarang membuat kerusakan.

Islam memerintahkan agar berbuat baik terhadap sesama dan melarang berbuat berbuat kerusakan.

Allah ta’ala berfirman:

وَلاَ تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا.

 “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya.” (QS. Al A’raf [7]: 56).

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ.

“Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” ( QS. Al-A’raf[21]:107).

Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ.

“Sesungguhnya Allah hanya akan menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang.” (HR. Bukhari 7448, Thabrani 2353).

Dari jarir bin ‘Abdillah radhiyallahu’anhu dia berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَرْحَمُ اللَّهُ مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ.

“Allah tidak akan menyayangi orang-orang yang tidak menyayangi manusia.” (HR Bukhari 7376, Baihaqi 26).

ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ .

''Sayangilah siapa pun yang ada di bumi maka akan menyayangimu zat yang ada di langit.” (Tirmidzi 1024,  Abu Dawud 4941, dishahihkan syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 925).

أَنَّ امْرَأَةً بَغِيًّا رَأَتْ كَلْبًا فِى يَوْمٍ حَارٍّ يُطِيفُ بِبِئْرٍ قَدْ أَدْلَعَ لِسَانَهُ مِنَ الْعَطَشِ فَنَزَعَتْ لَهُ بِمُوقِهَا فَغُفِرَ لَهَا.

“Ada seorang wanita pezina melihat seekor anjing di hari yang panasnya begitu terik. Anjing itu menngelilingi sumur tersebut sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan. Lalu wanita itu melepas sepatunya (lalu menimba air dengannya). Ia pun diampuni karena amalannya tersebut.” (HR. Ahmad 10583, Muslim 2245).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah sallallahu ‘alihi wa sallam bersabda:

وَتُمِيْطُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ صَدَقَةٌ.

“Dan kamu membuang gangguan dari jalan adalah sedekah.” (HR. Bukhari 2989, Muslim 1009)

6.    Islam tidak membeda-bedakan asal, warna kulit, suku, daerah, maupun bangsa.

Islam melarang mempermasalahkan asal, warna kulit, suku, daerah maupun bangsa.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ.

 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat[49]: 13)

Ath Thabari rahimahullah berkata:“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian -wahai manusia- adalah yang paling tinggi takwanya pada Allah, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia.” (Tafsir Ath Thabari, 21:386)

ﻭَﺍﺫْﻛُﺮُﻭﺍ ﻧِﻌْﻤَﺔَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺇِﺫْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺃَﻋْﺪَﺍﺀً ﻓَﺄَﻟَّﻒَ ﺑَﻴْﻦَ ﻗُﻠُﻮﺑِﻜُﻢْ ﻓَﺄَﺻْﺒَﺤْﺘُﻢْ ﺑِﻨِﻌْﻤَﺘِﻪِ ﺇِﺧْﻮَﺍﻧًﺎ.

“Ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali Imran[3]: 103)

Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhu,ia berkata:

ﻛُﻨَّﺎ ﻣَﻊَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰِّ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓِﻰ ﻏَﺰَﺍﺓٍ ﻓَﻜَﺴَﻊَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻳﻦَ ﺭَﺟُﻼً ﻣِﻦَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِﻯُّ ﻳَﺎ ﻟَﻸَﻧْﺼَﺎﺭِ ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻯُّ ﻳَﺎ ﻟَﻠْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻳﻦَ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ,   ﻣَﺎ ﺑَﺎﻝُ ﺩَﻋْﻮَﻯ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴَّﺔِ ‏, ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻛَﺴَﻊَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻳﻦَ ﺭَﺟُﻼً ﻣِﻦَ ﺍﻷَﻧْﺼَﺎﺭِ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ‏ﺩَﻋُﻮﻫَﺎ ﻓَﺈِﻧَّﻬَﺎ ﻣُﻨْﺘِﻨَﺔٌ‏.

”Dahulu kami pernah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di Gaza, Lalu ada seorang laki-laki dari kaum Muhajirin yang memukul pantat seorang lelaki dari kaum Anshar. Maka orang Anshar tadi pun berteriak: ‘Wahai orang Anshar (tolong aku).’ Orang Muhajirin tersebut pun berteriak: ‘Wahai orang muhajirin (tolong aku).’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Seruan Jahiliyyah macam apa ini?!.’ Mereka berkata: ‘Wahai Rasulullah, seorang muhajirin telah memukul pantat seorang dari kaum Anshar.’ Beliau bersabda: ‘Tinggalkan hal itu, karena hal itu adalah buruk. ” (HR. Bukhari 4905, Muslim 2584)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلَا أَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ، إِلَّا بِالتَّقْوَى.

“Wahai sekalian manusia! Tuhan kalian satu, dan ayah kalian satu (Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan bagi orang ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan.” (HR. Ahmad 23489, Baihaqi 4774, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 2700).

7.    Islam memerintahkan berbuat adil.

Adil adalah menyamakan yang sama membedakan yang beda, bukan menyamakan secara mutlak.

Allah ta’ala berfirman:

اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ.

“Berlaku adillah, karena (adil itu) lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Maidah[5]: 8)

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ .

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (QS. An-Nahl [16]: 90)

Keadilan yang diterapkan pada keluarga, masyarakat dan Negara akan membawa kepada kedamaian, ketentraman, kemakmuran dan kesejahteraan.

إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ، عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ، وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ، الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا.

“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat adil akan berada di atas mimbar-mimbar cahaya di sisi kanan Arrahman: dan kedua tangan Allah kanan, (yaitu) orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, dan keluarga serta apa yang mereka pimpin.” (HR. Muslim 1827, Ibnu Abi Syaibah 34035).

 besambung in syaa Allah....



Sragen 24-12-2022

Junaedi Abdullah

Jumat, 09 Desember 2022

OBAT HATI ADA LIMA.

 

obat hati ada lima

قال ابي زكريا يحي بن شريف النووي رحمه الله ، و قال ابراهيم الخواص:

دَوَاءُ الْقَلْبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ:

-  قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ،

 - وَخَلَاءُ الْبَطْنِ ،

 - وَقِيَامُ اللَّيْلِ ،

 - وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحَرِ،

 - وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِينَ.

Berkata Imam Abu Zakariya Yahya bin Syarif An-Nawawy rahimahullah (dalam Kitab At-Tibyan fi Adabil Hamalatil Qur'an), berkata Imam Ibrahim Al Khawas:

Obat hati itu ada lima:

1)    Membaca Al Qur'an dengan mentadabburi.

2)    Membiasakan puasa.

3)    Shalat malam.

4)    Berdoa dengan kesungguhan di waktu sahur.

5)    Berkumpul dengan orang shalih.

 

1.    Membaca Al Qur'an dengan mentadabburi (قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ بِالتَّدَبُّرِ).

  Taddabbur yaitu membaca, memikirkan, menghayati, dan mendalami pesan-pesan yang terdapat di dalam Al-Quran.

1)    Hendaknya kita mengimani Al Qur'an.

Sebagaimana yang di sebutkan Allah ta’ala :

آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ.

“Rasul Telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah [2]: 285).

2)    Hendaknya membaca dan berusaha mempelajarinya.

Allah ta’ala berfirman:

الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ.

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”. (QS. Fathir[35]: 29).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

قَالَ قَتَادَةُ: كَانَ مُطَرف، رَحِمَهُ اللَّهُ، إِذَا قَرَأَ هَذِهِ الْآيَةَ يَقُولُ: هَذِهِ آيَةُ الْقُرَّاءِ .

“Qatadah rahimahullah berkata, “Mutharrif bin Abdullah (Tabi’in, wafat 95H) jika membaca ayat ini beliau berkata: “Ini adalah ayat orang-orang yang suka membaca Al Quran” (Tafsir Ibnu Katsir QS. Fatir[35]:29).

3)    Besarnya pahala membaca Al Qur’an.

“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ .

 Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan semisalnya, aku tidak mengatakan alif lam mim satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi 2910, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’ 6469).

4)    Manfaat membaca Al Qur’an.

Al-Qur’an sebagai obat. 

ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً.

Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’ [17]: 82).

Syaikh Muhammad Amin Asy-Syinqithi rahimahullah berkata:

 “Obat yang mencakup obat bagi penyakit jiwa dan raga, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah seseorang yang terkena sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan Al-Fatihah. Ini adalah kisah yang shahih dan masyhur” (HR. Bukhari dan Muslim) (Tafsir Adhwaul Bayan, QS Al-Isra’ [17]:82).

Adapun Ath-Thabari rahimahullah mengatakan: Al-Qur’an Obat dari kejahilan dan kesesatan. (Tafsir Ath Thabari, QS. Al –Isra’[17]:82).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ.

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus[10]:57)

5)    Al-Qur’an menjadi penentram hati.

Orang-orang beriman selalu berdzkir, baik dengan lisan maupun dengan membaca Al Qur’an.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ.

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d[13]:28)

Demikianlah Al-Qur’an merupakan obat, petunjuk dan penentram hati, adakah obat itu bisa memberikan efek jika tidak di minum…? Adakah petunjuk memberi manfaat jika tidak di buka…? Meminum dan membukanya yaitu dengan mengamalkan.

Hendaknya mengamalkan hukumnya, terkait masalah  Aqidah, Ibadah, Muamalah dan juga akhlak. Misalnya, supaya kita menyembah hanya kepada Allah ta’ala, menaati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, meneladani beliau di dalam ibadah dan juga akhlaq, berbakti kepada kedua orang tua, karena Allah memerintahkan hal itu.

Hendaknya kita tunduk dan taat kepada Allah serta menerima semua ketentuannya, mengamalkan hukum-Nya, seperti yang berkaitan dengan hukum warisan, apa yang di perintahkan kepada para wanita agar memakai pakaian syar’i, memakai jilbab yang benar, menetapi di rumah-rumah mereka kecuali apa yang di bolehkan, semua tidak lain karena belas kasih Allah ta’ala terhadap hamba-hambanya.

Demikan juga agar kita hendaknya meninggalkan riba, tidak menyuap, tidak minum khamer, tidak berjudi, tidak berzina, dan lain sebagainya, yang semua itu dilarang di dalam Al Qur’an.

Dengan kita taat kepada Allah, menjalankan perintahnya dan menjahui larangannya merupakan bukti kita mengimani dan mengamalkakan apa yang tertuang di dalam Al Qur’an ini.

----------00000----------

 

2.    Membiasakan puasa (وَخَلَاءُ الْبَطْنِ)

Mengosongkan perut sangat penting dilakukan bagi orang yang hendak menetramkan hati, dari tidak makan berlebihan, puasa wajib maupun puasa sunnah.

Allah ta’ala berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ.

“Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.” (QS. Al-A’raf [7]: 31)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan tafsir ayat ini,

قَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: جَمَعَ اللَّهُ الطِّبَّ كُلَّهُ فِي نِصْفِ آيَةٍ: وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا.

“Sebagian salaf berkata bahwa Allah telah mengumpulkan semua ilmu kedokteran pada setengah ayat ini.”

Dari Al-Miqdam bin Ma'dikarib raḍiyallahu 'anhu secara marfū' dia berkata, aku mendengan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ.

"Tidaklah manusia memenuhi wadah yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika memang harus melebihi itu, maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk nafasnya." (HR Tirmidzi 2380 Ibnu Majah 3349, di shahihkan Syaikh al Abani di dalam Ash Shahihah 2265).

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah menjelaskan bahaya kekenyangan karena penuhnya perut dengan makanan, beliau berkata:

مَا شَبِعْتُ مُنْذُ سِتَّ عَشْرَةَ سَنَةً إِلَّا شَبْعَةٌ أَطْرَحُهَا. قَالَ أَبُو مُحَمَّدٍ: يَعْنِي فَطَرَحْتُهَا لِأَنَّ الشِّبَعَ يُثْقِلُ الْبَدَنَ وَيُقَسِّي الْقَلْبَ وَيُزِيلُ الْفِطْنَةَ وَيَجْلِبُ النَّوْمَ، وَيُضْعِفُ صَاحِبَهُ عَنِ الْعِبَادَةَ

“ Aku tidak pernah kekenyangan semenjak 16 tahun kecuali sekali, aku segera mengosongkannya, Beliau juga berkata: Kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, mengurangi kecerdasan, mudah mengantuk dan lemah untuk beribadah.” (Hilyah Auliya’ wa Thabaqatul Ashfiya’, Oleh Abu Nu’aim bin ‘Abdillah).

Kondisi kaum muslimin kebanyakan sekarang banyak yang berkecukupan mereka tidak mampu menahan lapar, akibatnya mereka sulit mengendalikan untuk tidak makan sehingga berat melakukan kebaikan.

Salah seorang ulama mengatakan, “Perut kenyang akan menjadikan indra seseorang lapar, sebaliknya perut seseorang lapar akan menjadikan indra seseorang kenyang.”

Demikianlah seharusnya yang dilakukan seseorang untuk menentramkan hatinya hendaknya sering mengosongkan perutnya.

 

----------00000----------

 

3.    Shalat malam (وَقِيَامُ اللَّيْلِ)

Shalat malam adalah kebiasaan orang-orang shalih dahulu.

Allah ta’ala berfirman:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا.

 “Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” ( QS Al-Isra’ [17]:79).

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا.

“Lambung-lambung mereka jauh dari pembaringan, karena mereka berdoa kepada Rabb mereka dalam keadaan takut dan berharap kepada-Nya.” (QS. As-Sajadah[32] : 16)

كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ. وَبِالأَسْحَارِهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ.

“Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam..” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 17)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ.

“Seutama-utama puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama sholat sesudah sholat wajib adalah sholat malam.” (HR. Ahmad 8534, Muslim 1163)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari 1145, 7494, Muslim 758)

Shalat malam menghibur hati seseorang, untuk mengadukan seluruh masalah yang dihadapi, bermunajat kepada Allah ta’ala, melupakan sejenak hiruk pikuk dunia dan gemerlapnya, muhasabah diri dari selama ini jauh dari Allah ta’ala.

Umar bin khatab radhiyallahu ‘anhu berkata:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا.

Bermuhasabahlah kalian pada diri kalian sebelum amal kalian dihisab, timbanglah amal diri kalian sebelum kalian ditimbang.” (HR. Ahmad di Zuhud, hal. 120. Abu Nu’aim di Hilyah 1/52. Dilemahkan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah Adh-Dhaifah 1201)

Orang-orang dahulu bersedih hati seandainya luput dan tidak bisa shalat Qiyamul lail, oleh karena itu hendaknya orang-orang yang menghendaki hatinya tentram membiasakan qiyamul-lail.

----------00000----------

4.    Berdoa di waktu sahur(وَالتَّضَرُّعُ عِنْدَ السَّحَرِ) .

Hendaknya mengobati hatinya dengan memperbanyak, do’a, dzikir, dan memohon

ampun kepada Allah ta’ala terutama di waktu sahur.

« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »

Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR. Ahmad 3/18, dari Abu Sa’id; derajat hasan)

Allah ta’ala berfirman:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ.

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-A’raf [7]: 55)

وَبِالأَسْحَارِهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ.

“Dan selalu memohon ampunan di waktu sahur (menjelang fajar).” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 18).

فَأَمَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسَى أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِين.

“Maka adapun orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mudah-mudahan dia termasuk orang yang beruntung.” (QS Al-Qashas[28]: 67)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً.

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari 6037)

Demikianlah waktu-waktu yang sangat utama ini banyak manusia yang melupakannya.

----------00000----------

 

5.    Berkumpul dengan orang shalih  ( وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِينَ).

Orang-orang shalih akan membawa kepada kebaikan kepada siapapun dimanapun dan kapanpun, sehingga dia mampu mempengarui orang-orang di sekelilingnya untuk bersama-sama melakukan kebaikan, dan membawa kebaikan, oleh karena itu Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kita bersama orang-orang yang shalih.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.” (QS. At-Taubah [9]:119).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.

“Seseorang bisa dilihat dari perilaku beragama sahabatnya. Hendaklah kalian memperhatikan bagaimana sahabatmu dalam beragama. (HR Ahmad 8417, Tirmidzi 2378, Abu Dawud 4833, di shahhiihkan Syaikh al-Albani di dalam Ash Shahihah 927).

 

Seseorang bisa mencuri takbiat orang lain tanpa dirasa, mengikuti dan mengagumi, oleh karena itu islam menganjurkan memilih duduk dari orang-orang shalih.

Orang-orang yang buruk akhlaknya akan mempengaruhi keburukan sebagaimana saat saat terakhir Abu Thalib menjelang kematiaanya.

Begit pula orang fasiq akan berkata tanpa menghiraukan orang didepannya sehingga demikian ini bisa menjadikan hati seseorang sakit atau memacu dalam perkara yang tidak bermanfaat.

Demikianlah semoga bermanfaat.

 

Sragen 10-Des 2022

Junaedi Abdullah.

----------00000----------

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...