Rabu, 07 Oktober 2020

MAKNA SAHADAT MUHAMMADARRASULULLAH.

90+ Lukisan Dan Gambar Pemandangan Alam Yang Indah, Menakjubkan!

Seorang muslim seantiasa mengikuti dan mentaati RasulNya.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ أَن يَقُولُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ.

 “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, ‘Kami mendengar dan taat.’ Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” QS An Nur[24]:51.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ .

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” QS. Al Hujurat[49]:1.

Ulama bahwasanya, makna muhammadar rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam ada empat perkara, yaitu:

 

تَصْدِيقُهُ فِيمَا أَخْبَرَ

1)    Membenarkan apa yang beliau beritakan.

Hendaknya kita membenarkan apa apa yang dikabarkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hal ini telah ada suri taulada dari Abu Bakar Sidiq didalam kisah isa’ mi’raj pada tahun ke lima kenabian, banyak orang kembali murtad karena kisah tersebut tidak masuk akal, seorang mendatangi Abu Bakar mengabarkan hal itu, setelah selesai menceritakan Abu Bakar bertanya, “siapa yang menceritakan..?” orang kafir tersebut menjawab, “Muhammad,” Abu Bakar berkata, “ kalau yang menyebutkan Rasulullallah sallallahu ‘alaihi wa salallam, lebih dari itu pun aku percaya, karena wahyu turun kepadaNya siang dan malam.” Dari itulah Beliau di gelari Ash Shidiq.

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ.

Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib, yang menegakkan shalat, dan menginfaqkan sebagian rizqi yang kami berikan kepada mereka.QS Al Baqarah[2]:2.

وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ  

Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” QS. Al An‘am[6]: 59.

 

Hendaknya mengimani semua yang dikabarkan Rasullullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dari perkara gaib, seperti adanya hari pembalasan yaitu Surga dan Neraka, malaikat, jin dan lain-lain.



طَاعَتُهُ فِيمَا أَمَرَ

2)    Menaati apa yang diperintahkan beliau.

Tidak kurang dari tigapuluhan ayat yang di sebutkan para ulama agar kita taat kepada Beliau sallallahu ‘alaihi wa sallam, diantara:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا .

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar mengimani Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-nisa [4]: 59)

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ

“Barang siapa tat kepada rasul dia telah taat Kepada Allah..” QS An Nisa[4]:80.

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى. قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَنْ يَأْبَى؟ قَالَ: مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى.

“Setiap umatku akan masuk ke dalam surga kecuali yang enggan. Mereka para sahabat bertanya, “Siapa yang enggan?” Beliau berkata, “Barangsiapa menaatiku dia masuk ke dalam surga, dan barangsiapa bermaksiat padaku maka dia telah enggan.” (HR. Bukhari 7280, Ahmad 2/361)

قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْكَافِرِينَ.

“ Katakanlah, “Taatlah kepada Allah taatlah kepada Rasul, apa bila mereka berpaling sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang kafir.” QS Al Imran[3]:32.         

اجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ

3)    Menjahui apa yang dicegah dan dilarang oleh beliau.

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS. Al Hasyr [59]: 7)

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ.

“Hal yang telah kularang kalian darinya, maka jauhilah. Hal yang kuperintah kepada kalian, maka laksanakanlah semampu kalian.” HR. Bukhari 7288. Muslim 1337.

 

وَأَنْ لاَ يُعْبَدَ اللهُ إِلاَّ بِمَا شَرَعَ

4)    Dan Allah tidak di ibadahi kecuali dengan syariat Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ  رَدٌّ . مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.

“Barang siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan (berasal) darinya, maka dia tertolak.”  “Barangsiapa mengerjakan sesuatu amal yg tidak ada contohnya dari urusan kami maka ia tertolak.” HR. Bukhari 2697 Muslim 1718.

 

Allah mengancam orang-orang yang menyelisihi RasulNya.

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.

“Hendaknya takutlah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya bahwa mereka akan ditimpa fitnah atau azab yang pedih.” (QS. An-Nur [24]: 63)

إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ.

Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus. QS. Al Kautsar[108]:3.

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا.

“Barang siapa menyelisihi Rasul setelah jelas baginya petunjuk, mengikuti jalan selain jalan orang beriman, kami akan palingkan kemana mereka  berpaling, dan kami akan masukkan kedalam neraka jahanam, dan jahanam seburuk-buruk tempat kembali.” QS An Nisa[4]:115.

فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي.

“Barang siapa membenci Sunnahku, dia tidak termasuk golonganku. HR. Bukhari 5063 Muslim 1401.

1. Orang yang tidak mampu mengangkat tangannya.

Dari Salamah bin al-Akwa’ radhiyallahu ‘anhu berkata:

عن سلمة بن الأكوع رضي الله عنه أنَّ رجلاً أكل عند رسول الله صلى الله عليه وسلم بشماله، فقال: «كل بيمينك»، قال: لا أستطيع. قال: «لا استطعت؟ ما منعه إلاَّ الكبر» قال: ما رفعها إلى فيه.

“Ada seorang laki-laki yang makan di samping Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan tangan kirinya. Maka Rasulullah bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Dia menjawab: ’ Aku tak bisa.’ Beliau bersabda: ” Semoga kamu tak bisa”  Tidak ada yang menghalanginya makan dengan tangan kanan kecuali karena sombong. Perawi berkata: Dia (orang itu) tidak bisa mengangkat tangannya ke mulutnya.” (HR. Muslim 2021)

2. Munculnya ular dari teko (kendi/ceret).

 

Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu beliau berkata:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُشْرَبَ مِنْ فِي السِّقَاءِ» قَالَ أَيُّوبُ: «فَأُنْبِئْتُ أَنَّ رَجُلًا شَرِبَ مِنْ فِي السِّقَاءِ فَخَرَجَتْ حَيَّةٌ». صَحِيحٌ عَلَى شَرْطِ الْبُخَارِيِّ وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ .

Bahwasanya Rasulullahshalallahu ‘alaihi wa sallam melarang minum dari mulut teko (kendi).” Ayyub rahimahullah berkata: Aku diberi kabar bahwa ada seorang laki-laki yang minum dari mulut teko, lalu keluarlah ular (dari mulut teko tersebut).” (HR. Ahmad 7153 dalam Musnadnya, dan beliau mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim hanya saja keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak mencantumkannya dalam kitab mereka).

3. Orang yang tidak mampu mengangkat tangannya.

Salamah bin al-Akwa’ radhiallahu anhu berkata:

أَنَّ رَجُلًا أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِمَالِهِ، فَقَالَ: كُلْ بِيَمِينِكَ. قَالَ: لَا أَسْتَطِيعُ. قَالَ: لَا اسْتَطَعْتَ. مَا مَنَعَهُ إِلَّا الْكِبْرُ، قَالَ: فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ

Seseorang makan dengan tangan kiri di hadapan Rasulullah. Rasulullah menegurnya, “Makanlah dengan tangan kananmu.”  Ia menjawab, “Saya tidak bisa.” Nabi lalu mengatakan, “Semoga kamu tidak bisa.”  “Tidaklah menghalangi dia kecuali sombong.” Akhirnya, ia tidak dapat mengangkat tangannya ke mulutnya.” HR. Muslim 5236.

4. Orang yang tangannya masuk kedalam dubur.

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail At-Taimi mengatakan, Dirinya membaca sebagian kisah bahwa ketika sebagian ahlul bid’ah mendengar sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam :

إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ، فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثًا، فَإِنَّهُ لَا يَدْرِي أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ.

“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya, janganlah ia celupkan tangannya ke bejana sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali. Sebab, sesungguhnya ia tidak tahu di mana tangannya bermalam.” HR. Bukhari 162 Muslim 641.

Ahlul bid’ah tersebut mengatakan dengan nada mengejek, “Saya tahu di mana tanganku bermalam. Tanganku bermalam di kasur.”

Pagi harinya dia bangun tidur dalam keadaan tangannya sudah masuk ke dalam duburnya sampai ke lengannya. (Bustanul ‘Arifin), karya Imam an-Nawawi.

 

Rukun syahadat Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rukun ini ada dua:

1)     Abduhu. Meyakini bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba Allah. Rukun ini menafikan sifat ifrath (berlebih-lebihan) terhadap beliau.

Wa Rasuluhu. Meyakini bahwa Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam adalah orang yang benar-benar diutus Allah ta’ala. Rukun ini menafikan sifat tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Lihat “Kitab tauhid” Syaikh Dr. Shalih Bin Fauzan Al Fauzan)

 

Junaedi Abdullah.

 

Sabtu, 03 Oktober 2020

BAHAYA RIYA DUNIA AKHIRAT.

Kitabul Jami, Bahaya Riya (Sesi 1) | Markaz Imam Malik

Diawali dengan Allah perintahkan malaikat bersujud kepada Adam ‘alaihi sallam, sedangkan Iblis di saat itu bersama dengan para malaikat, sehingga Iblis terkena khitab perintah tersebut, dan di suruh sujud kepada nabi Adam, Iblispun enggan sehingga laknat dan di keluarkan dari Surga, Allah ta’ala berfirman:

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ . قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ . قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ.

Allah ta’ala berfirman, “ Hai Iblis, apa yang menghalangimu untuk sujud apa yang telah aku buat dengan kedua tanganku.” Dia menjawab, “ Saya lebih baik dari Adam, engkau ciptakan aku dari api, dan engkau ciptakan Adam dari tanah.” "Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,   Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." QS.Saad[38]:75-78.

 

Allah ta’ala berfirman :

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ .

Iblis menjawab: "Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.  QS.Al A’raaf[7]:16.

 

Semenjak itu Iblis di usir dari Surga, dan menyatakan perang dengan manusia sampai hari kiamat.

 

Perkara yang paling besar didalam Iblis menjerumuskan manusia yaitu kedalam kesyirikan.

Dimana kesyirikan akan menghapuskan pahala amal ibadah seseorang dari awal hingga akhir.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ .

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. QS An Nisaa[4]:48,116.

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ.

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” QS. Al-Bayyinah[98]: 6.

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. QS. Az Zumar[39]:65.

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ.

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. QS Al Maidah[7]:72.

Riya menghapus amal seseorang.

Adapun bahaya riya’ akan menjadikan terhapusnya pahala amal ibadah seseorang diwaktu itu dan tidak mengeluarkan seseorang dari islam.

Oleh karena itu Allah melarang hal itu:

فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.

“ Barang siapa yang berharap berjumpa dengan Tuhannya hendaknya dia beramal shalih dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun di dalam ibadahnya.” QS Al Kahfi[18]:110.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالَ الرِّيَاءُ.

“Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari apa yang aku takutkan menimpa kalian adalah syirkul ashghar (syirik kecil).” Maka para shahabat bertanya, ”Apa yang dimaksud dengan syirkul ashghar?” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab,“Ar-riya’.”HR.Ahmad 27742.

 

Bahaya riya’ bukan hanya menghapuskan amal seseorang tapi juga akan mendapatkan ancaman siksa.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ، وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ، وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ، وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ "

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan (yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : ‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab : ‘Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya (tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang (yang diadili) adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim (yang berilmu) dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan (sebagai) seorang qari’ (pembaca al Qur`an yang baik). Memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya (yang diadili) adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan (tentang dirimu).’ Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka.” HR Muslim 1905.

 

Al Qurthubi mengatakan :

حَقِيْقَةُ الرِّيَاءِ طَلَبُ مَا فِيْ الدُّنْيَا بِالْعِبَادَةِ ، وَ أَصْلُهُ طَلَبُ الْمَنْزِلَةِ فِيْ قُلُوْبِ النَّاسِ.

(Hakikat riya’ adalah mencari apa yang ada di dunia dengan ibadah dan pada asalnya adalah mencari posisi tempat di hati manusia) Tafsir AlQurtubi. 20/144.

 

 Jadi riya’ adalah melakukan ibadah untuk mencari perhatian manusia sehingga mereka memuji pelakunya dan ia mengharap pengagungan dan pujian serta penghormatan dari orang yang melihatnya. Fatul bari 11/336.

 

Fudhail bin Iyadh menjelaskan, “meninggalkan amal karena manusia adalah riya’, sedangkan beramal karena manusia adalah syirik. Ikhlas itu adalah Allah menyelamatkan kita dari keduanya.”


Di jaman kita ini sebagaimana kita saksikan banyak orang-orang yang ingin viral, tidak lagi memperdulikan amal amal yang telah dilakukan itu bisa terhapus karena ada tujuan selain Allah ta’ala.

 

Terlebih tua muda semua semua mengenal medsos, dengan medsos tersebut seseorang ingin di ketahui amal-amal yang telah dilakukan.

 

Saat dirinya berhaji, saat dirinya umroh, saat dirinya tahajud, saat dirinya puasa sunnah, saat dirinya sedekah, saat dirinya melakukan amal-amal sosial, yang mana amal-amal tersebut memakan biaya yang tidak sedikit, tenaga yang melelahkan, pikiran dan waktu yang panjang.

 

Sesungguhnya syaitan menghendaki amal seseorang tersebut hangus dan tak berbekas, puas dengan pujian manusia, lupa dengan yang di tuju yaitu Allah ta’ala.

 

Dari sinilah pentingnya seseorang mempelajari agamanya, melepaskan dari berbagai macam tipu daya syaitan.

 

Bagaimana kita melepaskan diri dari jerat riya tersebut..?

 

1.  Hendaknya mengikhlaskan semua amal untuk Allah semata.

 

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ.


“ Dan mereka tidak di perintahkan kecuali beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan di dalam agama yang lurus.” QS Al Bayinah[98]:5.

 

Dalam hadis Qudsi Allah ta’ala berfirman:

قَالَ الله تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ.

“Allah -Tabaraka wa Ta’ala- telah berfirman: Aku adalah sekutu yang paling tidak butuh dengan sekutu (selain Ku). Barangsiapa melakukan suatu amalan dalam keadaan dia mensekutukan Ku pada amalan itu dengan selain Ku, maka Aku akan tinggalkan dia dan sekutunya.” HR. Muslim 2985.

 

2.  Menyembunyikan amalan.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْـمَسَاجِدِ ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللهِ اِجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ : إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ .

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:

1)   Imam yang adil.

2)   Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah.

3)   Seorang yang hatinya bergantung ke masjid.

4)   Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.

5)   Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.

6)   Seseorang yang bershadaqah dengan menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya.

7)   Seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.  HR Bukhari 660 Muslim 1031.

 

Sebagaimana kisah para sahabat yang mereka bersedekah dan sembunyi-sembunyi.

3.  Mengingat bahwa riya’ tidak meninggalkan bekas dari amal yang dilakukan bahkan menyisakan siksa didalam neraka.

 

 

Semoga bermanfaat.

Junaedi Abdullah.

 

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...