الْمُفْلِسُ فِي الآخِرَةِ.
Tidak diragukan lagi bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang agung, di dalamnya terdapat tarbiyah (pendidikan) yang besar dan banyak sekali manfaatnya. Dan di dalam bulan Ramadhan ini Allah subhanahu wa ta’ala berkehendak memperbaiki keadaan hamba-hamba-Nya, baik jasmani mereka maupun rohani mereka. Dan Allah juga berkehendak agar hamba-hambanya menjaga hubungan yang baik sesama mereka, demikian pula antara diri-Nya dengan hamba tersebut dengan ketakwaan. Dan ini termasuk bagian dari rahasia dan hikmah Allah subhanahu wa ta’ala di dalam syariat yang di tetapkan di bulan Ramadhan, di mana tidak diketahui oleh kebanyakan manusia.
1. Pendidikan takwa
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."(QS.Al-Baqarah[2]:83.
Beratnya perjuangan puasa, dimana ketika saat berpuasa kita harus menjaga dari hal-hal yang dapat merusaknya.
1) Jujur dalam perkataan.
Puasa melatih kejujuran, dimana Rasulullah sallallahu ‘alaihhi wa sallam bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ.
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari 1903).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ.
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu (tidak bermanfaat) dan rofats. (perkataan yang tidak senonoh).” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh al Albani berkata shahih di dalam Shahih at-Targib wa at-Tarhib 1082).
2) Menahan emosi dan bersabar.
Allah ta’ala berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali-Imran[3]:134).
Rasulullah sallallhu a’lai wa sallam bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ.
“Puasa adalah tameng janganlah berkata kotor dan jangan berbuat bodoh, jika seseorang mengajak berkelahi atau mencelamu maka katakanlah aku sedang puasa dua kali.” (HR. Bukhari 1894).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.
“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR Bukhari 5763, Muslim 2609).
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ.
“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Azza wa Jalla akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari Kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allâh membiarkannya memilih bidadari.” (HR Abu Daud 4777 Tirmidzi 2493 di hasankan syaikh al-Albani di dalam Al-Misykah 5088).
3) Menjauhi maksiat dan perbuatan haram.
Rasulullah sallallhu a’lai wa sallam bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ.
“Puasa adalah tameng janganlah berkata kotor dan jangan berbuat bodoh, jika seseorang mengajak berkelahi atau mencelamu maka katakanlah aku sedang puasa dua kali.” (HR. Bukhari 1894).
4) Dermawan dan tidak pelit
Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhuma berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ .
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan.” (HR. Ahmad 2616, Al Bukhari 3220).
5) Penyayang kepada sesama manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ.
“Sayangilah penduduk bumi niscaya Yang di atas langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Tirmidzi 1924, Abu Dawud 4941, dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani di dalam shahihu al-Jami’ 3522).
2. Jangan rusak pahala yang kita dapat dengan susah payah dengan kezaliman.
Setelah kita berusaha mengumpulkan pahala shalat, puasa, zakat, dan amal shalih lainnya, jangan dirusak dengan kezaliman yang bisa membuat kita bangkrut di kiamat nanti.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ..
“Janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.” (QS. Ibrahim[14]: 42).
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا . الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا.
"Katakanlah (Muhammad), apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi amalnya? Yaitu orang-orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka telah berbuat sebaik-baiknya." (QS. Al-Kahfi[18]: 103-104).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. قَالَ: إِنَّ الْمَفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاة وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي وَقَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَي مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طَرِحَ فِي النَّارِ.
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah-tengah kita adalah orang yang tidak punya uang dan tidak punya harta.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, (namun) ia telah menghina orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, dan memukul orang lain. Maka kebaikan-kebaikannya tersebut diberi pahala akan tetapi pahala-pahala tersebut diberikan kepada orang yang di dzalimi. Apabila amal kebaikannya habis sebelum terbayar (semua) kedzalimannya, dosa-dosa mereka yang dizalimi itu diambil lalu diberikan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim 2581, Ahmad 263, Tirmidzi 2418).
3. Penyebab orang bangkrut di hari kiamat.
1) Perkataan yang buruk.
Seperti suka mencaci maki, menuduh, ghibah, sombong, dan merendahkan orang lain.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ.
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah salah satu kaum dari kalian menghina kaum yang lain, bisa jadi kaum yang dihina lebih baik dari pada yang menghina…” (QS. Al-Hujurat [49]: 11).
وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ.
“Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang
buruk.” (Al-Hujurat [49]: 11).
Yakni janganlah kamu memanggil orang lain dengan gelar yang buruk yang tidak enak didengar oleh yang bersangkutan. (Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Hujrat [49]:11).
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, serta janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kalian merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."(QS. Al-Hujurat[49]: 12).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ.
“Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar), dan memerangi mereka adalah kekafiran.” (HR. Bukhari 48, Muslim 64, Abu Dawud 256, Tirmidzi 2636).
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ.
“Cukuplah seseorang dikatakan buruk tatkala dia merendahkan (menghina) sesama muslim.” (HR Muslim 2564, Ahmad 8103, Abu Dawud 4882).
Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya bersikap sombong.
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ , إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
"Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya, 'Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?' Beliau menjawab, 'Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." (HR. Muslim 91, Tirmidzi 1999, Ibnu Majah 59).
Betapa banyaknya orang yang menyombongkan diri terhadap kebenaran, dan meremehkan orang lain.
2) Mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak benar.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ.
“Dan janganlah kalian memakan harta sesama kalian dengan cara yang batil (tidak benar).”(QS. Al-Baqarah[2]: 188)
Mencuri, korupsi, menipu, berhutang dengan tidak mau mengembalikan, jual beli yang batil.
3) Menyakiti fisik orang lain.
Seperti memukul, menyiksa, bahkan membunuh.
4. Ucapan ulama.
Ibnu al-Qayyim رحمه الله berkata:
وَالْمُفْلِسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ تَذْهَبُ حَسَنَاتُهُ فِي الْقِصَاصِ.
"Orang yang bangkrut di hari kiamat adalah orang yang habis kebaikannya untuk menanggung kezhalimannya terhadap sesama dalam qishash." (Al-Fawaid, hlm. 76).
Ibnu Rajab رحمه الله berkata:
الْمُفْلِسُ فِي الْآخِرَةِ مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَقَدْ عِنْدَهُ أَعْمَالٌ صَالِحَةٌ، لَكِنَّهُ قَدْ ظَلَمَ النَّاسَ، فَيُؤْخَذُ مِنْ حَسَنَاتِهِ وَيُعْطَى لَهُمْ.
"Orang yang bangkrut di akhirat adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan amal shalih, tetapi ia menzhalimi manusia. Maka diambil kebaikannya untuk diberikan kepada mereka." (Jami‘ al-‘Ulum wal-Ḥikam, 2/323).
Imam an-Nawawi رحمه الله berkata:
أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّ الْمَظَالِمَ تُؤْخَذُ مِنْ حَسَنَاتِ الْمُقْتَصِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
"Para ulama telah sepakat bahwa kezhaliman akan dibalas di hari kiamat dengan diambilnya kebaikan pelakunya untuk diberikan kepada orang yang dizhalimi." (Syarḥ Ṣaḥiḥ Muslim, 16/335).
5. Faedah dari pembahasan:
1. Seberat apapun amal ibadah kita, bisa hancur jika kita menzhalimi orang lain.
2. Kezaliman terhadap sesama manusia akan ditagih di akhirat dengan kebaikan kita.
3. Menjaga lisan, menjaga harta orang lain, dan tidak menyakiti sesama adalah jalan selamat.
4. Orang yang bangkrut bukan hanya di dunia, tetapi yang paling tragis adalah bangkrut di akhirat.
5. Keindahan ajaran islam untuk kebaikan manusia di dunia dan di akhirat.
-----000-----
Sragen 22-03-2025
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar