Kamis, 25 Juni 2015

HIKMAH PENSYARIATAN PUASA


Sesungguhnya setiap agama memiliki tatacara didalam membersihkan jiwa, namun ketika mereka menyandarkan kepada akal semata tanpa bimbingan dari Allah dzat yang menciptakan manusia itu sendiri yang ada justru bukan mensucikan tetapi malah mengotori jiwa tersebut, hal ini bisa kita lihat berbagai prilaku yang di lakukan keyakinan selain islam ketika mereka ingin mensucikan dirinya.
Ada yang dengan ritual kungkum di sungai tertentu (gangga di India) ada yang dengan bertapa, ada yang dengan semedi atau nepi, ngrowot, mutih, ngebleng, dan lain sebagainya yang intinya mereka ingin mensucikan diri.
Adapun islam adalah syariat yang sempurna, ketika Allah memerintahkan untuk melakukan syariatNya, baik yang nampak ataupun tersembunyi maka akan menjadikan kebaikan atau kesucian bagi pelakunya sebagaimana syariat shalat, zakat, puasa dan juga haji, adapun syariat puasa misalnya, akan menjadikan kebaikan bukan hanya kepada pelakunya namun juga bagi orang-orang di sekelilingnya.
Hikmah puasa ini diantaranya sebagai berikut:

1.        Menanamkan kesungguhan di dalam sebuah keyakinan, sehingga orang yang ragu terhadap islam baik itu kalangan munafiq ataupun pelaku dosa besar akan tersisihkan dalam masalah puasa, oleh karena itu ayat puasa menyeru hanya bagi orang yang beriman, puasa akan melebur kotoran-kotoran dan menjadikan nampak mana yang benar-benar iman dan mana yang hanya sekedar pengakuan. Sehingga para ulama menghukumi pelaku orang yang tidak puasa lebih buruk dari pezina dan peminum khamer( Al Kabaair: Imam Ad Dzahabi), karena mereka menyerupai orang-orang zindiq atau munafiq.

2.        Mendidik sifat kemanusiaan, karena selamanya yang namanya kabar tidak sama dengan kenyataannya, orang mengatakan “di sana orang miskin sangat kekurangan dan menahan lapar karena tidak ada yang dimakan”, setelah orang-orang kaya merasakan, tahulah mereka “begini rasanya orang kekurangan”.

3.        Mendidik sifat sabar di dalam menahan emosi dan mengendalikan hawa nafsu.
الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ "
Rasulullah sallallhu a’lai wa sallam bersabda “ Puasa adalah tameng janganlah berkata kotor dan jangan berkata berbuat bodoh, jika seseorang mengajak berkelahi atau mencelamu maka katakanlah aku sedang puasa dua kali”. HR Bukhari 1805.
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat jahil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082.

4.        Mendidik agar meninggalkan sesuatu yang sia-sia, sebagaimana hadist di atas.
Lagwun adalah perkataan yang sia-sia adapun rafats adalah perkataan yang memiliki makna seputar hubungan laki-laki dan wanita (jorok) atau keji sebagaimana di sebutkan di dalam Fatul Bari, dalan hadis yang lain Rasulullah sallallhu a’lai wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari hkhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” HR.Bukhari  6018  Muslim 47.

5.        Melatih kejujuran, karena rasulullah sallallahu a’laihi wa sallam melarang orang yang berpuasa melakukan dusta:

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084
 مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” HR. Bukhari no. 1903. 

6.        Memanamkan sifat dermawan.
Puasa akan menumbuhkan rasa pengorbanan baik dari waktu, harta dan juga tenaga, karena seseorang akan berusaha menyempurnakan apa yang telah jerih payah di lakukan.

7.        Mendidik ketengan dalam jiwanya.
Karena seorang yang berpuasa akan mengokohkan pendirian, menguatkan kesabaran dan secara otomatis menjadikan bersikap tenang dan berwibawa.

8.        Menyehatkan badan.
Karena lambung dan usus ini akan bekerja terus menerus dengan adanya puasa akan mengistirahatkan nya dan juga membersihkan (detoksifikasi) bagi tubuh dari perbagai kolestrol jahat.
صُوْمُوْا تَصِحُّوْا
“Puasalah kalian niscaya akan sehat”. Hadis ini meskipun maknanya benar namun di dhoifkan para ulama. 

9.        Memiliki harapan yang baik, karena puasa akan memiliki dua kebahagiaan sebagaimana hadist berikut:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ    
Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.HR. Bukhari dan Muslim.
Seseorang jika akan menghadapi permasalahan sulit dan buruk akan membawa kepada kesusahan dan kegelisahan tersendiri, namun jika harapan dan kebaikan akan membawa semangat dan kecerahan dalam hidupnya. 

10.   Mendidik jiwa menjadi suci.
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِر
“Antara shalat lima waktu, antara shalat jumat satu ke shalat jumat berikutnya, dan antara puasa ramadhan ke puasa ramadhan berikutnya adalah penghapus untuk dosa di antara keduanya, apabila dia menjauhi dosa-dosa besar.” HR. Muslim no. 857

Dan inilah tujuan syariat yang mulia ini. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. QS.2 Al Baqarah:183.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. QS.91 Asy Syams: 9-10.


                                                                       A Ibrahim Junaedi Abdullah

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...