Jumat, 24 Agustus 2012

Sisi Lain Arab Saudi: Serial TV Ramadan Picu Perdebatan di Wilayah Arab


 

Sebuah drama televisi mengenai kehidupan pemimpin Muslim pada abad ke-7, Khalifah Omar Ibn al-Khattab (juga dikenal sebagai Umar Bin Khatab di Indonesia), menimbulkan perbedaan pendapat di wilayah Arab dengan menantang keyakinan luas bahwa tokoh-tokoh Islam yang sentral tidak dapat digambarkan oleh aktor.

Para ulama konservatif mengecam serial yang diputar selama bulan Ramadan, atau bulan tersibuk dalam hal drama televisi. Para akademisi melihat tren yang tidak diinginkan dalam pemograman televisi, sementara menteri luar negeri Uni Emirat Arab secara terang-terangan menolak menontonnya.

Namun di meja-meja makan dan media sosial di seluruh wilayah Arab, “Omar” mendapatkan pujian dari banyak penonton Muslim, yang mengagumi serial itu karena menceritakan periode yang penting dalam sejarah Islam. Beberapa pihak menyebutnya membawa pesan bagi dunia Arab, yang dilanda perubahan politik akibat pemberontakan yang terjadi tahun lalu.

Salam Sarhan, kolumnis di koran Diyar di Lebanon, mengatakan bahwa acara tersebut merupakan bagian dari tren yang terjadi secara gradual di dunia Islam untuk melihat kembali warisannya secara lebih kritis. Ia menambahkan bahwa serial tersebut akan membuka pintu bagi produksi televisi dan sinema yang menggambarkan tokoh-tokoh sentral dunia Islam.

“Siapapun yang berani menggambarkan tokoh-tokoh ini 20 tahun yang lalu, ia akan dituduh menghujat agama,” tulisnya. “Secara sederhana, penggambaran tokoh-tokoh yang dipuja-puja dengan segala kesalahan, keterbatasan, kompetisi, kemarahan, rasa lapar dan dahaga akan mendorong masyarakat Islam ke suatu fase baru.”

Empat Khalifah

Dengan sebagian besar syuting dilakukan di Maroko, serial tersebut didanai oleh MBC Group, konglomerat media swasta yang berbasis di Dubai namun dimiliki pengusaha Saudi, dan stasiun Qatar TV yang dimiliki pemerintah. Serial berisikan 30 episode, dengan biaya puluhan juta dolar menurut juru bicara MBC, itu disiarkan oleh televisi satelit di seantero wilayah Arab.

Acara ini menarik pujian karena set dan kostum yang sangat detil, serta efek visual dan adegan peperangan yang melibatkan gajah-gajah dan ratusan pemain figuran.
Namun untuk banyak penonton, nilai produksi tersebut dikesampingkan oleh fakta bahwa aktor-aktor di serial tersebut memainkan Omar dan tiga sahabat Nabi Muhammad yang lain, yang merupakan empat khalifah pertama dari kekaisaran yang berekspansi ke wilayah di luar Semenanjung Arab.

Dalam sejarahnya, cendekiawan Muslim tidak menyarankan penggambaran tokoh-tokoh yang dihormati dalam karya seni, dan beberapa diantaranya mengatakan bahwa itu dilarang karena dapat menyesatkan atau mendorong pada pemujaan. Itulah sebabnya mengapa mesjid dihiasi pola geometrik atau tumbuh-tumbuhan, bukannya gambar manusia atau binatang.



Sutradara Hatem Ali dari Syria (kanan) dalam syuting film televisi "Omar", salah seorang sahabat Nabi Muhammad. (Foto: Reuters/MBC)
​​Meski beberapa sahabat Nabi telah digambarkan dalam film, produksinya sebagian besar dilakukan oleh kelompok Syiah. Serial Omar ini diyakini sebagai drama pertama yang menggambarkan keempat khalifah yang diproduksi oleh kelompok Sunni, yang merupakan mayoritas di daerah Teluk dan Afrika Selatan dan secara historis menolak penggambaran tokoh-tokoh tersebut.

“Penggambaran sahabat-sahabat Nabi merupakan kejutan bagi masyarakat [Arab],” ujar Suaad al-Oraimi, profesor sosiologi di UAE University.

Mufti Saudi Arabia, atau otoritas agama tertinggi di negara tersebut, dengan keras mengkritik acara tersebut dalam sebuah ceramah. Perlawanan juga datang dari Universitas al-Azhar, lembaga prestisius di Kairo tempat pembelajaran aliran Sunni.

“Khalifah-khalifah pertama telah dijanjikan surga. Hidup mereka tidak dapat digambarkan oleh sembarang aktor,” ujar Ahmed al-Haddad, mufti di Dubai, dalam pernyataan tertulis pada kantor berita Reuters.

Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah bin Zayed adalah salah satu dari pengkritik paling menonjol dan ia menulis di Twitter: “Saya tidak akan menonton serial Omar Ibn al-Khattab." Komentarnya diteruskan oleh ribuan orang dalam beberapa hari saja.

Sheikh HamadWael al Hanbari, cendekiawan Muslim ternama yang tinggal di Istanbul, mengatakan ia khawatir reputasi para khalifah tersebut dapat tercemar.

“Hal ini sama sekali tidak dapat diterima,” ujarnya. “Para aktor ini dapat memainkan peran-peran lain, di film laga misalnya, namun selamanya akan diasosiasikan dengan peran khalifah. Ini sangat berbahaya. Citra para khalifah ini harus dilindungi.”

Pendukung

Namun serial televisi tersebut tidak kekurangan pendukung. Saif al-Sahabani, kolumnis koran Okaz di Saudi Arabia, menepis ide bahwa penggambaran sahabat Nabi merupakan hal yang dilarang hukum agama.

“Serial tersebut memperlihatkan kesenjangan dalam nurani kolektif Arab dan Islam, terutama di antara mereka yang bergantung pada tradisi daripada pikiran sehat,” tulisnya.

Sahabani mengutip sejumlah dukungan terhadap acara tersebut dari cendekiawan-cendekiawan Muslim senior, termasuk ulama Mesir yang tinggal di Qatar, Yousef al-Qaradawi, yang dikenal di dunia Arab lewat program mingguannya di stasiun televisi Al Jazeera. Qaradawi ada dalam komite cendekiawan Muslim yang mengulas skenario serial tersebut.

Sejumlah penonton menolak kritikan terhadap acara tersebut karena mereka melihatnya sebagai serangan terhadap kebebasan pribadi.

“Muak dengan pandangan kaum ekstremis.. Siapa kalian yang menghakimi kami karena kami menonton serial Omar?” tulis seseorang dengan nama akun Twitter YasmineMedhat, yang profilnya menyatakan ia adalah seorang Muslim di Mesir.
Hatem Ali, sutradara serial tersebut, mengatakan ia dan timnya sudah menduga akan ada kontroversi sebelum episode pertama ditayangkan.

“Kami telah bersiap-siap untuk itu,” ujarnya dalam wawancara lewat telepon dari rumahnya di Syria. “Omar adalah serial televisi pertama yang memperlihatkan tokoh-tokoh penting tersebut. Jadi orang akan memiliki pendapat-pendapat yang berbeda dan hal itu dapat dipahami.”

Sebagai sutradara sejumlah drama televisi sejarah, termasuk trilogi mengenai pemerintahan Islam di Semenanjung Iberia, Ali mengatakan bahwa serial Omar tidak dihubungkan dengan kebangkitan kekuasaan kelompok Islamis di Tunisia dan Mesir, dan tidak usah dilihat sebagai kampanye bagaimana negara Islam seharusnya diperintah.

Namun ia menambahkan bahwa serial tersebut menyentuh isu-isu yang tetap relevan saat ini, seperti peran perempuan dalam Islam, tata kelola pemerintahan yang baik dan aplikasi hukum syariah.

“Saya tidak mengkampanyekan pembentukan pemerintahan Islam,” ujarnya. “Namun Omar adalah contoh seseorang yang mempertimbangkan perubahan dan ujian-ujian baru yang dihadapi masyarakat.”

Saat ditanya mengenai kontroversi tersebut, juru bicara MBC mengatakan perusahaannya bertujuan menampilkan sejarah dengan benar. “Itu adalah tujuan besar kami yang hanya dapat dicapai dengan kejujuran dan komitmen terhadap peristiwa-peristiwa sejarah.”

Michael Stephens, analis isu politik dan sosial di Royal United Services Institute di Doha, membandingkan serial tersebut dengan keputusan pemerintah Saudi Arabia untuk mengijinkan atlet-atlet perempuan bertanding di Olimpiade untuk pertama kalinya tahun ini.

“Hal ini tidak mengubah dunia namun merupakan satu langkah. Dan sekali Anda mengambil langkah tersebut, Anda tidak dapat mundur,” ujarnya.

“Meski mengundang kekesalan, namun orang-orang masih menontonnya. Itulah keanehan yang terjadi.” (Reuters/Mahmoud Habboush) 

Fatwa : Fenomena Sinetron Umar bin Khattab (Syaikh Utsman bin Muhammad al-Khomis)

Pertanyaan:
Adakah fatwa ulama terkait sinetron Umar bin Khattab yang ditayangkan di televisi?
Dari: Aji

Jawaban:
Alhamdulillahi Rabbil ‘alami ash-shalatu was salamu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa ash habihi ajma’in

Permasalahan sinetron Umar bin Khattab tentu saja yang dimaksud itu bukan Umar, akan tetapi tentang pemikirannya. Sebelum membahas tentang hukum permasalahan ini, saya ingin mengingatkan bahwasnya setiap permasalahan itu ada manfaat dan ada madharatnya. Ketika dipilihnya seorang figur dengan tema-tema tertentu, pastinya ada manfaat yang bisa dipetik darinya.


Akan tetapi ketika kita memandang permasalahan ini, harus dipandang secara umum. Ditimbang kadar kerusakannya dan dilihat juga sebesar apa manfaatnya. Apabila manfaatnya lebih besar, maka kita dahulukan manfaat atau kemaslahatan ini. Sebaliknya, apabila kerusakan atau mafsadatnya yang ditimbulkan lebih besar, maka kita dahulukan menghindari kerusakan. Demikian juga apabila manfaat dan mafsadatnya seimbang, maka menurut para ulama, kita harus mengedepankan menghindari kerusakan (dengan tidak melakukan perbuatan tersebut).

Kerusakan pertama:
Permasalahan memvisualisasikan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti Umar dan yang lainnya, apabila seseorang merenungkan, maka mafsadatnya atau kerusakannya jauh lebih besar dibandingkan manfaatnya. Dan kerusakan terparahnya adalah terkait dengan informasi yang disebarkan oleh sinetron ini. Secara umum, informasi yang disebarkan oleh sinetron ini adalah informasi yang tidah shahih. Ini kerusakan yang pertama.

Kerusakan yang kedua:
Sinetron ini bisa jadi sebuah pengantar untuk mengadakan sinetron-sinetron serupa. Padahal metode pembelajaran melalui sinetron ini adalah metode Barat. Bisa jadi kedepannya orang-orang akan memfilmkan para nabi, seperti yang dilakukan orang-orang Barat. Mereka memvisualisasikan Nabi Isa, Nabi Musa, dan Nabi Muhammad. Oleh karena itu, ketika kita membuka pintu untuk yang demikian, maka pintu sinetron kenabian pun akan terbuka pula. Bisa jadi seseorang memvisualisasikan nabi-nabi yang lain, kemudian baru divisualisasikanlah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kerusakan ketiga:
Adegan-adegan dalam sinetron tersebut. Apabila seseorang menceritakan tentang Umar, tentunya akan bercerita kehidupannya di masa jahiliyah dan masa Islam. Bisa kita dapati adanya adegan Umar atau orang-orang yang bersujud kepada patung, wal ‘iyadzubillah, dan adanya script yang menuntut seseorang mengucapkan kalimat kufur, bahkan ada yang mencaci dan mencela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti yang dilakukan orang-orang kafir Quraisy.
Apabila pemeran dalam film ini adalah seorang muslim, maka dia kafir dengan mengucapkan kalimat tersebut walaupun itu hanya sebuah sandiwara. Apabila pemerannya bukan seorang muslim, maka bagaimana kita ridha seseorang mengatakan yang jelek terhadap Nabi atau terhadap agama Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Kerusakan keempat:
Tentu saja terdapat maksiat-maksiat, seperti tampilnya wanita-wanita yang membuka aurat, adanya suara musik, muncul pemikiran-pemikiran yang keliru, mencukur janggut, berdusta, hianat, atau sifat-sifat yang tampak yang diperankan oleh pemeran sahabat-sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Yang demikian ini pernah terjadi. Saya pernah mendengar seseorang yang berargumentasi tentang masalah janggut dengan melihat tipisnya janggut pemeran Amr bin Ash dalam film, maka ia menganggap demikianlah sunahnya janggut. Ini baru dengan melihat laki-laki yang memerankan Amr bin Ash. Ia tidak mengatakan, “Aku telah melihat Amr bin Ash (yang sesungguhnya)”  ini baru pemeran. Bagaimana apabila dengan melihat aktor dan artis tersebut orang terpikir, kira-kira demikianlah ini Umar, ini Amr bin Ash, ini Aisyah, atau Fathimah, atau selain mereka dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian bagaimana kalau dalam film lain aktor dan artis ini memerankan orang-orang yang meminum khamr, bermain perempuan dan lain-lain?!

Oleh karena itu, tidak dibenarkan dan tidak boleh sinetron yang demikian. Para ulama berpendapat visualisasi sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan perendahan terhadap kedudukan mereka.(Disadur dari ceramah Syaikh Utsman bin Muhammad al-Khomis)

sumber berita : voaindonesia.com
sumber fatwa : salafiyunpad.wordpress.com

Sabtu, 18 Agustus 2012

KHOTBAH ‘IDUL FITRI (bahasa jawa)



A.Ibrahim                                                                18/8/2012

Hari Raya Puasa, Baiturrahman Grand Mosque, Indonesiaإِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأََرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

أَمَّا بَعْدُ

فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا, وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ, وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Suara takbir,tahmid, lan tahlil ngumandang wonten pundi-pundi panggenan tansyah ngagungaken Allahl panci mboten wonten engkang nggadahi haq di pun sembah kejawi namung Allah, mboten wonten engkang langkung ageng sak liane  Allah, lan namung Allah engkang nggadahi hak dipun puji. Allahu akbar… Allahu Akbar..
Raos bungah wonten manah kito naliko mireng gema takbir, tahlil, lan tahmid kados dene tumancep wonten manah langkung malih sak sampunipun kito saget nglampahi dawuhipun Allah kanti muput. Allahu Akbar.
Ananging mboten sekedik sederek-sederek kito wonten negri kito lan ugi luar negri kados dene teng Miyanmard, Palestina, Suriah, lan sanes-sanesipun teng pundi kaum muslimin dipun bedili, di cel-cel, tindas lan dipun rampas haq-haqipun sehinggo katah engkang mboten saget ngraosaken bungah wonten dinten riadi meniko kito namung saget ndongakne mugi-mugi Allah tansyah paring pinayungan dumateng kito lan piyambaipun.  Amin.
Sederek-sederek kulo kaum muslimin rahimakumulloh.
Kulo kinten sedanten menungso kolowau sami sepakat bileh tiang gesang meniko bade ngupoyo pripun saget nggayuh kebahagiaan kanti maneko warno coronipun,  wonten tiang engkang nggadahi angen-engen nek dunyane okeh mesti bungah (bahagia), wonten engkang nggadahi pemanggih menowo panggkate duwur uwong podo ngajeni bakal bahagia, ugi wonten engkang nggadahi pemanggih menowo nduweni bojo ayu utowo bagus bakal bahagia.
Pemanggih sedanten kolo wau pun sami dipun cobi mboten setunggal kalih tiang ananging ewonan tiang sampun sami nyobi, pranyoto mboten saget ndugekaken kebahagian engkang sak estu, kados dene Fir’aun, kurang opo duwure pangkate, koyo dene Qorun, kurange opo sugehe, koyo dene anake nabi Adam kang mburu bojo kang ayu, kanti tegel mateni adine, kurang ayune opo bintang film ananging ora podo nemokne ke bahagiaan, wonten ndonyo meniko, sing sugeh, sing nduweni pangkat kondang, sing bojone ayu utowo bagus, katah podo mati ngenes utowo bunuh diri. Sedanten tiang-tiang kolo wau sami podo kepingen lan ngupoyo pripun saget gesang bahagia, ananging sedanten kolo wau sami gagal.
Lajeng pripun kito saget nggayuh ke bahagiaan haqiqi kolo wau. Allahl ngendiko:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Sopo wonge kang ngamalke amalan sholeh becik lanang utowo wadon, lan deweke iman engsun bakal menehi marang dewee panguripan kang becik, lan engsun bakal malesi marang deweke ganjaran kang luweh becik marang opo kang wes di lakoni. Qs.16 An Nahl: 97.
Allah ugi ngendiko:
mangertosi namine menungso purun mboten purun bakal tetep obah (ngamal) ananging kanggone wong kang iman naliko saget nglampahi kesaenan ruamaos remen bungah neng mboten mbungahi,(membanggakan).
Sing sugeh wedi mlarat, bangkrut,…..
 sing pangkate duwur wedi di pecat di demo, ……
sing bojone ayu kuatir menowo ….? Siji-siji untune podo copot rambute maleh, mangan daging sitek tensine duwor, kolestrole duwor, asam urate kambuh,. Allah ugi ngabarne:
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
sopo wonge kang mlengos soko pepeleng pangerane engson dadekne syaiton kang tansyah ngancani dewee.QS.43 Az Zuhruf:36
Jama’ah ‘idul fitri rahimakumullah sejatosipun wonten pangkat inggel engkang kedah kito gayuh pangkat menopo meniko….? Nggih niku taqwa , sak niki sinten sing ajeng serek kalih wong taqwa..?pun monggo nek ajeng serik utowo meri malah kulo jak sesarengan tumuju taqwa, mboten namung sementen anannging resep-resepipun kulo caosne. Kito tasih kemutan bileh Allah l ngendiko:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hei menungso sembahen pangeranmu kang wes nyipto siro lan ugo wong sak dunge iro supoyo siro dadi wong kang taqwa. QS.2.Al Baqoroh:21.
Bileh kito gatosaken ibadah-ibadah engkang Allah dawuhaken meniko sak estu bade mbeto menungso dumateng derajat taqwa, kados ngucap sahadatain ( kanti pemahaman kang leres) sholat, zakat, siam, lan sanes-sanesipun. Mulo Allah lngendiko :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hei  wong kang iman di wajibne marang siro kabeh poso koyo dene di wajibne marang wong-wong sak durunge siro supoyo siro dadi wong kang taqwa. QS.2.Al Baqoroh:183.
Sehinggo rino wengi kito di gembleng di didik, wetenge ngintir-inter di rewangi nekat matun, mripate ngantuk di rewangi sholat wengi, beteke kepengen nduweni pangkat taqwa sehinggo taqwa meniko panci cekak kalimate ananging nduweni muatan kang lebet, jembar, indah, mulo katah ayat lan hadis ingkang nyebateken wasiat taqwa, menowo wonten kalimat sanese engkang langkung sae mesti sampun di pun sebat, anangeng pranyoto Allah lan Rasule tansyah nggunakne kalimat taqwa. Ittaqullah…
Tiang taqwa teng pudi papan lan panggenan bade nuwuh aken  maslahat (kesaenan) ndonyo langkung maleh mbenjeng wonten akhirat.  Niki rahasia kito di didik supados dados tiang taqwa
Ciri-ciri tiang taqwa:
Tansyah ikhlas sedanten amalan-amalane, lajeng iman dumateng perkoro kang gaib, njogo shalat, ngetokne zakat, iman dumateng nopo engkang sampun di pun andapaken Allahlkitab-kitab, tansyah ngabekti dumateng tiang sepoh, nyambung seduluran ora srei dengki, medit, ngganggu tonggo-teparo tansyah njogo omongane, tansyah nggatekne urusane dewe lan tansyah maringi pangapunten dumateng tiang sanes, mboten purun damel cidro tiang sanes engkang sedanten kolo wau dipun sebataken kalih Ibnu rajab Al Hambali taqwa :“ ndadekne tameng antarane deweke karo opo kang di pun ajrihi nggih niku Allah soko murko lan siksone kanti coro nglakoni nopo engkang dipun dawuhaken Allah lan nebihi ingkang dipun awisi.
Lajeng entok-entokane nopo kanggone wong taqwa meniko:
1.                  Wong kang takwa bakal marisi Syurgo
تِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي نُورِثُ مِنْ عِبَادِنَا مَنْ كَانَ تَقِيًّا
Syurgo koyo mengkono mau ingsun waresne kanggo wong kang tansah taqwa . QS.19. Maryam:63
إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا (31) حَدَائِقَ وَأَعْنَابًا (32) وَكَوَاعِبَ أَتْرَابًا (33) وَكَأْسًا دِهَاقًا (34) لَا يَسْمَعُونَ فِيهَا لَغْوًا وَلَا كِذَّابًا
 Sak temene wong kang taqwa bakal oleh kemenagan. Nggoni kebon-kebon kang kebak woh anggur. Gadis-gadis seng seumuran. Lan gelas-gelas  kebak ombenan. Ora tahu krungu omongan kang sio-siolan omongan goroh. QS.78.An Naba’:31-35
2.                   Allahlremen dumateng tiang ingkang taqwa.
بَلَى مَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ وَاتَّقَى فَإِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
Ananging kanggone wong taqwa lan netepi janji sak temene Allah demen marang wong kang taqwa.QS.3 Al Imraan:76
3.                   Taqwa bakal ndadosaken berkah saking langit lan bumi.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
Menowo penduduk negri kono mau iman lan taqwa temen bakal engsun wenehi berkah soko langit lan soko bumi. QS.7.Al ‘Araaf:96
4.                   Allah tansyah sesarengan kaleh tiang-tiang taqwa.
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ
Sak temene Allah tansah bareng wong kang taqwa lan tumindak kebeciaan. QS.16 An Nahl:128
5.                   Allah bade nggampelaken perkawes-perkawis tiang taqwa.
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
Sopo wonge kang taqwa marang Allah Allah bakal ndadekne urusane gampang.QS.65 At Talaaq:4
6.                   Taqwa bekal engkang paling sae
3 وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
                Podo cepacepako sangu siro kabeh ananging sak becik-becike bekal yo iku taqwa. QS.2:197
7.                   Akibat engkang sae bade dipun tampi tiang-tiang engkang taqwa.
وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
Akibat kang beci kanggone wong kang taqwa." QS.7 Al ‘Raaf:128

Sak derange kulo nutup kulo ngemutaken dumateng tiang estri  kados dene Rosululluh` ugi sampun ngemutaken bileh piambakipun ngendiko:

يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الِاسْتِغْفَارَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ مِنْهُنَّ جَزْلَةٌ وَمَا لَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ

“Hai poro wong wadon siro podo sodaqoho lan ngokeh-okehono anggone siro istigfar, amargo aku ndeleng akeh-akehe penduduk Neroko wong wadon”, lajeng wonten salah setunggale tiang setri jazlah matur” kengeng menopo kito ya Rasululloh?” Bukhori Muslim.
Rosululloh` ndawuhi supados syukur saking nikmat meniko kanti coro ningali tiang woten ngandap kito

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ

“Ingetono wong sak ngisormu ojo ngingeti wong sak nduwormu, amargo koyo mengkono mau luweh cocok tumrap siro lan ora nganggep cilek ni’mate Allah marang siro. Bukhori, Muslim, Ahmad.
Rasulullah ` ugi ngendiko:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا (وَذَكَرَ) وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مَائِلَاتٌ مُمِيلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ  وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا

“Ono loro penduduk neroko kang engsun urung tau ngerti (lajeng piambakipun nyebutaken) wong wadon kang ngenggo klambi ananging iseh wudoh, menowo mlaku sirahe lenggak-lenggok koyodene punuk onto, wong koyo mengkono mau ora bakal mlebu Syurgo ugo ora oleh ambune.” Bukhori: (913)Muslim(80).
Niki engkang saget kulo aturaken mug-mugi saget maringi manfaat kulo lan panjenengan sami amin.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِأَنَّا نَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ
يَامَنَّانُ يَابَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ. الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ , يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَاالْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ .أَنْ تَمُنَّ عَلَيْنَا بِمَحَبَّتِكَ وَالإِخْلاَصِ لَكَ.وَمَحَبَّةِ رَسُوْلِكَ وَالاِتِّبَاعِ لَهُ وَمَحَبَّةِ شَرْعِكَ وَالتَّمَسُّكِ بِهِ
يَامُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ  .اللَّهُمَّ يَامُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ ,اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ  أَمْرِنَا.وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا.وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنُا
وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلّ خَيْر.وَالْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَأَعِدْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ هَذَا الْيَوْمِ .وَأَعِدْ أَمْثَالَهُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ نَتَمَتَّعُ بِاْلإِيْمَانِ وَالأَمْنِ وَالْعَافِيَةّ .الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ


Sabtu, 11 Agustus 2012

TUJUH MACAM TIPU DAYA IBLIS (Ibnul Qoyim)


beautiful nature 15 jpg




بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Di susun oleh: Abu Ibrahim.


 
Tatkala Allah memulyakan Adam dan menyuruh malaikat untuk bersujud semua malaikat yang ada sujud kepada Adam kecuali  iblis dia enggan untuk sujud sehingga Allahl laknat dan Allah usir dari Syurga sebagaimana firman Allahl:
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ . وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
Allahl berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; Sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk,   Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan". QS.38.Saad:77-78.
Semenjak itu Iblis di fonis terkutuk sampai kiamat dan mulai terang-terangan menyatakan permusuhannya terhadap manusia yang merupakan sebab bencana yang mengenainya oleh karena itu dia bersumpah untuk meyesatkan manusia.
Allahl berfirman :
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ . ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab: "Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.  Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).QS7.Al A’raaf:16-17.

Qatadahv berkata: “ Dari depan iblis mengaburkan perkara akhiratnya, dengan membisikkan tidak ada kebangkitan, tidak ada syurga, tidak ada neraka. Dari belakang mereka iblis menghias-hiasi perkara dunia dan mengajak kepadanya, dari kanan mereka yaitu dari kebaikan-kebaikan iblis melambat-lambatkan. Dari kiri mereka iblis membisikkan keburukkan dan menyeru kepadanya.   Setan mendatangimu, wahai bani Adam, dari segala penjuru kecuali dari atasmu, karena dia tak bisa menghalangi kamu dari rahmat Allahl.”[1]
يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا
Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. QS.4.An nisa:120
Oleh karena Ibnul Qoyim mengumpulkan dari sekian banyak tipu daya iblis beliau menggolongkan ada tujuh perangkap tipu daya yang akan dia pasang untuk menjerat manusia. Tujuh perangkap tersebut yaitu:

1.   Kesyirikan dan kekufuran.
 iblis menjerat manusia agar terjerumus kedalam kesyirikan karena iblis mengetahui syirik merupakan dosa yang paling besar dan seandainya manusia mati dalam keadaan menyekutukan Allahl niscaya Allah tidak akan mengampuninya. Allahl berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًاÇÍÑÈ  
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.QS.4.An Nisaa:48.
Allahl mengulang-ngulang ayat-ayat-Nya akan bahaya dan besarnya dosa syirik ini. Sehingga iblis akan merasa puas seandainya manusia sudah menyekutukan Allahl karena iblis mengetahui barang siapa yang menyekutukan Allah niscaya akan hapuslah amal-amalnya dan kelak akan menjadi temannya di neraka.. Allah lberfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.QS.39.Az Zumar:65
Rasulullah ` bersabda:
مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ وَقُلْتُ أَنَا وَمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّة
 Barang siapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam neraka, barang siapa mati tidak menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam syurga.”[2]
Inilah perangkap yang paling dahsyat dan sangat mengerikan yang akan di pasang pertama kali oleh iblis, dan yang akan menentukan Syurga atau Neraka bagi seseorang, dan ternyata mayoritas manusia terperangkap kedalamnya, oleh karena itu tidak ada kenikmatan yang lebih besar setelah islamnya seseorang selain mengetahui tauhid dan mengamalkanya.

2.  Kebid’ahan.
Setelah seseorang dapat lolos dari jeratan ke syirikan dia akan di giring dan di masukkan ke dalam perangkap bid’ah yang mana pelaku bid’ah ini akan memandang baik perbuatan-perbuatan yang menyelisihi Sunnah Rasulullah`. Padahal Allahl berfirman:

وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang diberikan Rosul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. Al-Hasyr:7.
Rasulullah` juga sudah bersabda:
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ. قال الشيخ الألباني : صحيح
“Aku tinggalkan pada kalian(islam ini) dalam keadaan putih bersih malamnya seperti siangnya, tidaklah seeorang melampoi batas setelahku kecuali akan binasa[3]
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Telah bersabda Rasulullah ``: “ Barang siapa membuat-buat perkara baru di dalam perkara kami ini apa yang bukan darinya maka tertolak.[4]
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
Siapa yang mentaati Rasul itu, Sesungguhnya ia telah mentaati Allah. QS.4.An-Nisaa: 80.

Kita menyaksikan bagaimana manusia yang sangat banyak benar-benar tertipu dengan amalannya, membesar-besarkan apa yang tidak di Sunnahkan dan tidak memperhatikan apa-apa yang di perintahkan oleh Rasulullah`, seperti membesar-besarkan peringatan, membuat selamatan kematian, dan lain sebagainya. Orang-orang seperti ini akan terkena firman Allahl:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا . الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Katakanlah: "Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"  Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”QS.18. Al Kahfi:103-104.
Sufyan At Tsauri v berkata: Bid’ah itu lebih disenangi oleh Iblis daripada maksiat, karena pelaku maksiat lebih besar harapan untuk bertaubat. Berbeda dengan pelaku bid’ah, ia sukar untuk bertaubat.[5]
Dari sini kita bisa merasakan betapa besarnya nikmat seseorang  yang  mengenal Sunnah dan mengamalkanya.

3.  Dosa-dosa besar.
Jika seseorang bisa selamat dari perangkap syirik dan bid’ah iblis akan menjeratnya agar seseorang terjerumus kedalam dosa-dosa besar, karena pelaku dosa-dosa besar niscaya lambat laun kepercayaanya terhadap Allah dan hari kemudian akan pudar sehingga akan membawa kepada kekufuran dan inilah yang menjadi harapan iblis. Demikian pula dosa-dosa yang kecil akan Allah ampuni dengan syarat jika seseorang meninggalkan dosa besar sebagaimana firman Allahl:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang di larang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia. QS.4.An-Nisaa:31.
Rasulullah ` juga mengingatkan hal ini  dengan sabda-Nya:
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“ Shalat-shalat  yang lima jum’at satu ke jum’at berikutnya ramadhan satu ke ramadhan berikutnya penghapus dosa-dosa jika di jahui dosa-dosa besar. “ [6]     
Adapun yang termasuk dosa-dosa besar yang di sebutkan Adzahabi v di dalam “ Al Kabair ” yaitu:
·          Apa saja yang ada hadnya ( hukumannya) seperti berzina, membunuh, mencuri merampok dll.
·          Setiap dosa yang mendapat ancamannya neraka, seperti Riba, mengganggu tetangga, merobah batas tanah, dll.
·          Setiap ada laknat dari Allah dan Rasul-Nya. Seperti tasabbuh, dayus menyuap.
Dampak dari semua kemaksiatan ini akan menghitamkan hati seseorang dan akan menjauhkan dari ketaatan kecuali jika pelakunya segera sadar dan bertobat kepada Allahl.

4.  Dosa-dosa kecil.
Jika seseorang dapat selamat dari dosa besar maka dia akan di jerumuskan kedalam dosa-dosa kecil, sehingga tanpa dia sadari dosa-dosa tersebut akan menggunug sebagaimana kita ketahui gunung bukan hanya tersusun dari batu besar saja, begitu pula dosa bisa membesar jika pelakunya tidak menyadari, Oleh karena itu Allahl berfirman:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.QS.24 Anur:31
Seorang ulama mengatakan “janganlah melihat kecilnya maksiat tersebut tapi lihatlah siapa yang engkau maksiati.”
Dengan  dalil di atas mazdhab hambali memandang wajibnya seseorang bertaubat meskipun dosa-dosa kecil.

5.  Di sibukkan dengan amalan mubah (yang di bolehkan).
Jika seseorang dapat selamat dari dosa-dosa kecil maka iblis tidak akan diam sehingga dia akan membuat seseorang sibuk dengan perkara-perkara yang mubah. Padahal Rasulullah` mengingatkan kita:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Rasulullah` bersabda:  “ Dua nikmat yang kebanyakan manusia terlalaikan dengannya yaitu nikmat sehat dan longgar”[7]
Ini dapat kita saksikan dewasa ini berapa banyak manusia yang mereka menghabiskan waktu mereka untuk ngobrol sesuatu yang tidak bermanfaat, nonton pertandingan-pertandingan dengan hadiah yang memukau, Semua itu  hakekatnya tipu daya syaitan dari jin dan manusia agar dapat memperdaya manusia dan ternyata usaha ini mengenai sasaran pada kaum muslimin sehingga mereka benar-benar terlalaikan dari perkara-perkara yang bermanfaat. dan menghabiskan waktunya dari melakukan amalan baik yang Sunnah ataupun wajib.

6.  Menyibukkan diri dengan amalan kurang utama dengan meninggalkan amalan yang utama.
Jika seseorang masih dapat lolos dari kesibukan perkara yang mubah maka di buatlah dia agar memilih amalan yang kurang utama di bandingkan yang utama, padahal secara kaedah di sebutkan:
فَإِنْ تَزَاحَمْ عَدَدُ الْمَصَالِحِ يُقَدَّمُ الأَعْلَى مِنَ الْمَصَالِح
Jika berbenturan beberapa maslahat hendaknya di dahulukan yang paling tinggi dari maslahat tersebut[8]

Seperti halnya seseorang dapat berbuat baik kepada orang lain namun terhadap saudara-saudaranya justru tidak menjaga dengan baik, atau seseorang sibuk dengan  perkara Sunnah justru mengabaikan perkara yang wajib, seperti munculnya jama’ah-jama’ah mereka berdakwah kesana kemari yang mana mereka meninggalkan anak istrinya dan menjadikan beban pada orang lain. Demikian pula meninggalkan menuntut ilmu sibuk dengan mencari nafkah, dll.

7.  Iblis akan memusuhi secara terang-terangan.
Jika seluruh gangguan di atas tidak menjadikan seseorang surut niscaya iblis akan mengerahkan tentaranya baik dari kalangan manusia ataupun jin, mereka akan memusuhi, mengancam mengintimidasi dan lain sebagainya inilah cobaan yang sering di terima oleh para Nabi dan Rasul. Akan tetapi semua itu tidaklah akan membahayakan seseorang kecuali apa yang telah di tetapkan oleh Allahl di dalam kitab-Nya. Allahl berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ الشَّيْطَانِ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, Karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.QS.4.An Nisaa:76

Dengan apa kita melemahkan tipu daya syaitan?

1)  Yaitu dengan ilmu Syar’i yang mana ilmu ini adalah dari yang menciptakan Syaitan itu sendiri,  karena ilmu akan menyingkap satu hakekat yang haq atau batil, yang di bawa syitan dan bala tentaranya.
2)  Kita berlindung  kepada Allah.
3)  Kita senantiasa berusaha untuk berdzikir kepada Allah.
4)  Kita memohon pertolongan kepada Allah.
5)  Menjahui sarana yang dapat mengantarkan kepada syaitan.


Semoga yang sedikit ini bermanfaat bagi saya dan juga saudara-saudaraku kaum muslimin amin.






[1] Di jelaskan di dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir:QS.7/16-17

[2] HR. Bukhari (4227) Muslim (92)
[3] Maktabah Samilah Sunan Ibnu Majah (1/50) Musnad Ahmad (35/7)  Syaik Al Bani berkata : Shahih.
[4] Riwayat Bukhari Muslim, dengan lafad Muslim.
[5] Al-Muntaqa an-Nafs min Talbis Iblis.


[6] HR. Muslim (2333)
[7] HR. Bukhari di dalam Maktabah Syamilah(5/2357) Tirmidzi(8/273) Ibnu Majah(12/206)
[8] Risalah Fil Qawa’idi il Fiqiyah oleh Syaikh ‘Abdurrahman Ibni Nashir Assa’di

MUHASABATUN NAFS.

KOREKSI DIRI DAN ISTIQAMAH SETELAH RAMADHAN. Apakah kita yakin bahwa amal kita pasti diterima..?, kita hanya bisa berharap semoga Allah mene...