Sabtu, 28 Juni 2025

BERIMAN, BERILMU DAN BERSOSIAL.

 


BERIMAN BERILMU DAN BERSOSIAL.

 

Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, banyak manusia justru mengalami degradasi dalam akidah, moral, dan aspek ruhiyah. Islam hadir sebagai agama yang menyempurnakan seluruh aspek kehidupan manusia. Ia memadukan kekuatan iman, keagungan ilmu, dan hubungan sosial yang dilandasi adab dan kasih sayang. Ketiga hal ini iman, ilmu, dan sosial merupakan pilar utama yang saling menguatkan dalam membentuk pribadi muslim yang sejati, siap untuk menghadapi berbagai macam keadaan zaman.

Tanpa iman, amal menjadi rusak. Tanpa ilmu, amal menjadi sesat. Tanpa akhlak sosial, dakwah menjadi kering. Maka sempurnalah seorang muslim ketika ia menghimpun ketiganya.

1.   Beriman.

1)   Kewajiban beriman.

Allah ta’ala berfirman:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعۡبُدُوا رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُمۡ وَٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ.

“Wahai manusia! Sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 21).

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَكُمُ ٱلرَّسُولُ بِٱلۡحَقِّ مِن رَّبِّكُمۡ فَـَٔامِنُوا خَيۡرٗا لَّكُمۡۚ وَإِن تَكۡفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمٗا.

"Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada kalian Rasul (Muhammad) dengan membawa kebenaran dari Tuhan kalian, maka, itu lebih baik bagi kalian. Tetapi jika kalian ingkar, maka sesungguhnya berimanlah milik Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." (QS. An-Nisa’ [4]: 170).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا. أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَىْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ.

“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman kecuali sampai kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian kepada suatu perkara yang jika kalian melakukannya kalian akan saling mencintai? Maka tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim 54, Ahmad 10177).

2)   Keutamaan beriman.

Iman merupakan syarat seseorang untuk bisa hidup bahagia di dunia dan kunci untuk masuk surga.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ.

"Dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya." (QS. At-Taghabun[64]: 11).

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl[16]:97).

3)   Bahaya kekafiran

Kekafiran akan menjadikan kesengsaraan di dunia dan akhirat.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS.Thaha [20]:124).

Ibnu Abbas mengatakan, bahwa dia tidak akan sesat di dunia ini dan tidak akan celaka di akhiratnya nanti.

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي

“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku. (QS. Thaha[20]: 124).

Yaitu menentang perintah-Ku dan menentang apa yang Kuturunkan kepada rasul-rasul-Ku, lalu ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil petunjuk dari selainnya.

فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا.

“..maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS. Thaha[20]: 124).

Yakni kehidupan yang sempit di dunia. Maka tiada ketenangan baginya dan dadanya tidak lapang, bahkan selalu sempit dan sesak karena kesesatannya; walaupun pada lahiriahnya ia hidup mewah dan memakai pakaian apa saja yang disukainya, memakan makanan apa saja yang disukainya, dan bertempat tinggal di rumah yang disukainya. (Tafsir ibnu Katsir, QS. Thaha[20]:124).

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا.

“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila di datanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun.” (QS. An-Nur [24]: 39).

وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا.

“Dan Kami akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al Furqan [25]: 23)

Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu ’anha pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

يَا رَسُولَ اللهِ ابْنُ جُدْعَانَ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَصِلُ الرَّحِمَ وَيُطْعِمُ الْمِسْكِينَ فَهَلْ ذَاكَ نَافِعُهُ  قَالَ: لَا يَنْفَعُهُ إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا: رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ.

Wahai Rasulullah, Ibnu Jud’an itu di masa Jahiliyyah biasa menyambung silaturrahim, memberi makan orang miskin, apakah itu akan bermanfaat untuknya?” Rasulullah menjawab, “Tidak wahai Aisyah, karena dia belum pernah sehari pun mengucapkan, “Tuhanku, ampuni kesalahanku di hari pembalasan.” (HR. Muslim 214, Ahmad 24621).

 

2. Ilmu.

Allah ta’ala berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.

“Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang orang yang di beri ilmu dengan beberapa derajat.” ( QS Al-Mujadilah[58]:11)

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ.

“Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar[39:9).

اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤا.

“Hanya saja yang takut kepada Allah dari sekian hamba-Nya adalah ulama.” (QS. Fatir[35]:28).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dishahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah  224)

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ.

“ Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman) agama baginya.“ (HR. Bukhari 71, 3116, Muslim 1037)

Hendaknya mempelajari ilmu yang berkaitan dengan usul iman (pokok-pokok keimanan), yaitu rukun iman yang enam, kita bisa mengambil pelajaran bagaimana fitnah-fitnah yang terjadi pada permulaan umat ini, fitnah khuarij, fitnah nabi-nabi palsu, fitnah Qadariah dan Jabariah, fitnah kesalahan di dalam memahami asma’ wa sifat Allah , fitnah huluqul Qur’an.

Mempelajari tentang rukun islam yang benar: dimulai dari  wudhu, shalat, zakat (karena ini di lakukan setiap waktu), begitu pula puasa dan haji jika telah mampu, karena berbagai macam fitnah kebid’ahan banyak yang disusupkan di dalam ibadah.

Berkaitan dengan muamalah  seperti: pinjam-meminjam, jual beli dan lain-lain, berapa banyak fitnah  yang muncul dalam masalah ini, di mana orang tidak lagi memperhatikan tentang halal dan haram.

Orang yang berilmu dengan ijin Allah ta’ala akan mampu menyingkap hakekat sesuatu tersebut, dan ini sangat di butuhkan sekali terutama pada zaman sekarang ini, sehingga kita bisa membedakan mana benar dan mana yang salah.

 

3.   Bersosial.

1)  Orang-orang beriman itu bersaudara.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَة فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ.

"Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu." (QS. Al-Ḥujurat [49]: 10).

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.” (QS.At-Taubah[9]:71).

2)  Perintah tolong-menolong dalam kebaikan

Allah ta’ala berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ.

"Tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan." (QS. Al-Ma’idah[5]: 2)

3)  Berkata yang baik kepada sesama.

Allah ta’ala berfirman:

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا.


"Dan ucapkanlah perkataan yang baik kepada manusia." (QS. Al-Baqarah[2]: 83).

4)  Membantu saudaranya.

Allah ta’ala berfirman:

وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ.

"Dan mereka mengutamakan orang lain atas diri mereka sendiri meskipun mereka dalam kesusahan." (QS. Al-Ḥasyr: 9)

Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا.

“Permisalan seorang mukmin dengan mukmin yang lain itu seperti bangunan yang menguatkan satu sama lain.” (HR. Bukhari 481, Muslim 2585).

5)  Mencintai saudaranya.

Allah ta’ala berfirman:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ.

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath[48]:29).

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ.

“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf[43]: 67).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه.

“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari 13, Muslim 45).

فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيُدْخَلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِي يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ.

“Barangsiapa ingin dijauhkan dari neraka dan masuk ke dalam surga, hendaknya ketika ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah, dan hendaknya ia berperilaku kepada orang lain sebagaimana ia senang diperlakukan oleh orang lain.” (HR. Muslim 1844).

Tidak menyakiti saudara-saudara kita.

Banyak sekali bentuk-bentuk menyakiti kepada sesama muslim.

Diantaranya:

1)  Berlaku sombong.

Baik menolak kebenaran yang disampaikan maupun meremehkannya.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman[31]: 18).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.

"Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya, 'Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?' Beliau menjawab, 'Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." (HR. Muslim 91, Tirmidzi 1999, Ibnu Majah 59).

2)  Berburuk sangka.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain (QS. Al-Hujurat[49]: 12).

Nabi shallallahu’alaihi wasallam juga bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ.

Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta(HR. Bukhari 5143, Muslim 2563).

3)  Tidak memperolok-olok dan mencari-cari kesalahannya.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ .

“Janganlah sebuah kaum menghina kaum yang lain, bisa jadi yang dihina lebih baik dari mereka (yang menghina).” (QS. Al-Hujurat[49]: 11).

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ.

“Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan diantara kalian dan janganlah saling mengghibah diantara kalian, adakah salah seorang di antara kalian mau memakan daging saudaranya yang telah mati, tentulah jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat[49]: 12).

4)  Meminta maaf dan memberi maaf kepada saudaranya.

Allah ta’ala berfirman:

وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memberi maaf kepada orang lain, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Ali Imran [3]:134).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ الْحُورِ مَا شَاءَ.

“Barangsiapa menahan amarahnya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Azza wa Jalla akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari Kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari.”  (HR Abu Daud 4777, Tirmidzi 2493, Ahmad 15637, di hasankan syaikh al-Albani di dalam al Misykah 5088).

5)  Menunaikan hak-haknya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ .

“Hak muslim satu dengan lainnya ada enam, yaitu apabila engkau bertemu dengannya berilah salam kepadanya, apabila dia mengundangmu, penuhilah udangannya, apabila dia meminta nasehat kepadamu, maka nasehatilah, apabila dia bersin dan mengucapkan alhamdulillah, maka doakanlah, apabila dia sakit, maka jenguklah, dan apabila dia meninggal, maka iringilah jenazahnya.” (HR. Bukhari, Adabul Mufrad 925, Muslim 2162, Ahmad 8845).

Demikianlah semoga kita bisa mengamalkan apa yang kita imani, keta ketahui pada kehidupan kita aamiin.

 

-----000-----

 

Sragen 28-06-2025

Junaedi Abdullah, Abu Ibrahim.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERIMAN, BERILMU DAN BERSOSIAL.

  BERIMAN BERILMU DAN BERSOSIAL.   Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, banyak manusia justru mengalami degradasi dalam akidah, moral,...