Selasa, 25 Juni 2024

AQIDAH WASYITHIYAH AYAT 32. SIFAT RIDHA ALLAH.

 


 Syaikh Rahimahullah membawakan firman Allah ta'ala yang menunjukkan sifat Ridha bagi Allah ta'ala.

Allah ta’ala berfirman:

رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ.

“Allah rida terhadap mereka, dan mereka pun rida terhadap-Nya.´(QS. AL-Maidah [5]:119).

Apa bila kita membaca Al-Qur’an, maka kita akan dapatkan banyak sekali firman Allah yang senisal ini di dalam Al-Qur’an, diantaranya, (QS Al Bayyinah [98]: 8), (QS. At-Taubah [9]: 100), (QS. Al-Mujadillah [58]:22).

Bagi seorang muslim, mencari ridha Allah adalah tujuan yang paling utama dalam kehidupan mereka. Sebab, tujuan manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah serta menjauhi segala larangan-Nya. Hal itu dilakukan semata-mata agar Allah meridhainya.

Diantara ayat-ayat yang menunjukkan hal itu adalah:

Allah ta’ala berfirman:

وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ.

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terlelak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kalian perbuat.” (QS. Al-Baqarah [2]:265).

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ.

“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah[2]:207).

لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا.

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf. atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-Nisa[4]:114). 

Lantas, apa yang dimaksud dengan ridha Allah?

Apa saja yang diridhai?

Siapa saja yang diridhai Allah?

Bagaimana kita supaya mendapatkan keridhaan Allah?

Apa balasan Allah bagi orang yang diridhai Allah?

1.   Pengertian Ridha Allah.

Kata ridha  (رِضَا) merupakan kata turunan dari bahasa Arab, yang memiliki arti, puas, suka, senang, setuju, rela, dan berkenan.

Sebagaimana Allah ta’ala berfirman:

وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى

“..Dan aku bersegera kepada-Mu, Ya Tuhanku, agar Engkau ridha (kepadaku).” (QS. Thaha[20]: 85).

Adapun lawan kata dari ridha adalah , (سخَطُ), yang artinya, kebencian kemarahan.

Sebagaimana Allah ta’ala sebutkan di dalam firman-Nya:

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا.

"Siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, balasannya adalah (neraka) Jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, melaknatnya, dan menyediakan baginya azab yang sangat besar." (QS An Nisa'[4]: 93).

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا، يَرْضَى لَكُمْ: أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا، وَأَنْ تَنَاصَحُوا مَنْ وَلَّاهُ اللَّهُ أَمْرَكُمْ، وَيَكْرَهُ لَكُمْ: قِيلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ.

"Sesungguhnya Allah telah meridhai bagimu tiga hal dan membenci tiga hal bagimu. Tiga hal yang diridhai Allah bagimu adalah menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, berpegang teguh pada agama Allah, dan saling memberi nasihat kepada pemimpin yang Allah jadikan pimpinan bagimu. Tiga hal yang Allah membenci bagimu yaitu banyak bicara, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta." (HR. Bukhari 442 di dalam Adabul Mufrad, Malik di dalam Al-Muwata’ 20, Ahmad 8799,  dishahih Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 685).

2.   Apa saja yang diridhai Allah ta’ala?

Allah meridhai seseorang atau satu kaum bisa berupa ucapan maupun perbuatan.

Contoh Allah meridhai berupa ucapan, sebagaimana hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ.

“Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting; dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam. (HR. Bukhari 6478, Ahmad 8411, Al-Hakim 136, dalam Mustadraknya).

Contoh Allah meridhai berupa perbuatan sebagaimana disebutkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّ اللهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا.

“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala meridhai hamba yang memakan makanan, lalu dia memuji Allah atas makanan yang dimakan. Begitu juga seorang hamba yang minum minuman, dia memuji Allah atas minuman yang diminumnya.” (HR. Muslim 2734, Ibnu Abi Syaibah 29566).

Kisah Abu Thalhah dan Umu Sulaim.

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kedatangan tamu dalam keadaan lapar, kemudian Beliau menanyakan kepada istri-istri beliau namun mereka tidak ada yang memiliki makanan kecuali air, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menawarkan kepada sahabat, Maka Abu Thalhah membawa tamu tersebut, sesampainya di rumah beliau bertanya kepada istrinya, “ adakah makanan di rumah?” istrinya menjawab tidak ada kecuali jatah anak-anak.” “Kalau begitu berilah mereka minum dan tidurkanlah, ketika engakau hidangkan berpura-puralah memperbaiki lamu dan padamkanlah, aku akan pura-pura makan.”  Maka istrinya pun melakukan hal itu, sehingga malam itu keluarga Abu Thalhah dalam keadaan kelaparan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَقَدْ عَجِبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ - أَوْ ضَحِكَ - مِنْ فُلاَنٍ وَفُلاَنَةَ, فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: وَيُؤْثِرُونَ عَلَى  أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ .

Sesungguhnya Allah merasa kagum atau ridha dengan apa yang telah dilakukan oleh si Fulan dan si Fulanah, kemudian Allah menurunkan firman-Nya: “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” ( QS.Al-Hasyr [59]:9).( HR. Bukhari 4889).

Allah ta’ala berfirman:

وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ.

“Mereka mengutamakan (saudaranya) atas diri mereka meskipun diri mereka membutuhkan.” ( QS.Al-Hasyr [59]:9).

 

Setelah di pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai zaid, Allah sangatlah bangga dan ridha dengan apa yang telah kamu lakukan semalam.” Maka beliau pulang mengabarkan kepada istrinya.

 

3.   Siapakah orang-orang yang diridhai Allah?

Banyak disebutkan baik di dalam Al-Qur’an maupun hadits tentang orang-orang yang dicintai dan diridhai Allah ta’ala, diantaranya:

1)  Para nabi dan para rasul, siddiqin, Suhada dan orang-orang shalih.

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا.

“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu nabi-nabi, para siddiqin, orang-orang yang mati syahid. dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa[4]:69).

2)  Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Allah ta’ala berfirman:

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا.

“Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat.” (QS. Al Fath [48]: 18).

3)  Wali-wali Allah dari kalangan orang-orang shalih dan orang-orang bertaqwa

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ.

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS. Yunus [10]:62-63).

Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan dalam hadits qudsi, Allah juga menjaga wali-walin-Nya dari musuh-musuh-Nya.

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ

”Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya.” (HR. Bukhari 6502, Shahih Ibnu Hibban 347).

4)  Orang-orang yang berbakti kepada orang tuanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ.

“Ridha Rabb tergantung ridha orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua.” (HR. Tirmidzi 1899 dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah 516).

 

5)  Orang-orang yang bersyukur atas nikmat Allah.

Siapa yang bersyukur dengan hati dan anggota badannya, maka mereka akan mendapatkan keridhaan Allah. Allah Ta’ala berfirman,

إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ.

Jika kamu kafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) mu dan Dia tidak meridai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Az-Zumar [39]: 7).

4.   Bagaimana kita mendapatkan keridhaan Allah ta’ala?

Ada beberapa cara bagaimana kita bisa mendapatkan keridhan Allah ta’ala, di antaranya.

1)  Beriman dan beramal shalih.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ. جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ.

“Sesugguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'and yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Al-Bayyinah [98]:7-8).

2)  Mengikuti Rasulullah dan para sahabat dengan sebaik-baiknya.

Mengikuti mereka baik dalam aqidah, ibadah dan suluk (akhlaq).

Allah ta’ala berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.

“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka (dalam melaksanakan) kebaikan, Allah ridha kepada mereka; dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang di dalamnya terdapat sungai-sungai yang mengalir. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah [9]: 100).

Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لَا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ مِمَّنْ بَايَعَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ.

Tidak akan masuk neraka orang-orang yang berbaiat di bawah pohon.” (HR. Abu Dawud 4653, Tirmidzi 3860, beliau berkata: hasan shahih. Syaikh al-Albani menshahihkan dalam Shahihul Jami’ 7680).

Dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ.

“Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian generasi setelah mereka, kemudian setelah mereka lagi.” (HR. Bukhari 2652, Muslim 2533. Dengan lafald dari Bukhari).

3)  Berbakti kepada orang tua sehingga orang tua ridha.

Seseorang berbakti kepada orang tuanya dan menjadikan orang tuannya ridha sehingga Allahpun ridha kepada dirinya.

Sebagaimana hadits berikut:

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ.

“Ridha Rabb tergantung ridha orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”. (HR. Tirmidzi 1899 dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah 516).

4)  Sabar dan ridha menerima ketetapan taqdir Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika kehilangan anaknya, beliau dengan penuh adab kepada Allah Ta’ala dan mengatakan:

تَدْمَعُ العَيْنُ، وَيَحْزُنُ القَلْبُ، وَلَا نَقُوْلُ إِلَّا مَا يَرْضَى رَبُّنَا، وَاللهِ يَا إِبْرَاهِيْمُ إِنَّا بِكَ لَمَحْزُوْنُوْنَ.

“Mata menyucurkan air mata. Hati ini bersedih. Namun kami tidak mengatakan sesuatu yang tidak diridhai Rabb kami. Wahai Ibrahim, demi Allah sungguh kami sangat bersedih dengan kepergianmu.” (HR. Bukhari 1303, Muslim 2315).

5)  Bersyukur atas segala limpahan nikmat-Nya.

Siapa yang bersyukur dengan hati dan anggota badannya, maka mereka akan mendapatkan keridhaan Allah.

Allah ta’ala berfirman,

وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

“Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Az-Zumar[39]: 7).

Demikianlah yang diucapkan nabi Sulaiman ‘alaihissalam:

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS. An-Naml: 19].

 

5.   Apa balasan Allah kepada orang-orang yang diridhai..?

1)   Orang yang diridhai Allah  adalah orang yang mendapatkan kesuksesan yang besar.

Allah ta’ala  berfirman:

Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:

وَرِضْوَانٌ مِنَ اللَّهِ أَكْبَرُ ذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” [QS. At-Taubah [9]: 72).

2)   Orang yang diridhai Allah akan mendapatkan surga dengan semua kenikmatannya.

Allah ta’ala berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللّهُ عَنْهُمْ وَرَضُواْ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ.

“Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka (dalam melaksanakan) kebaikan, Allah ridha kepada mereka; dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang di dalamnya terdapat sungai-sungai yang mengalir. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah [9]: 100).

 

3)   Allah akan ridha dan tidak akan murka selama-lamanya.

Allah berfirman dalam hadits qudsi:

إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ لِأَهْلِ الجَنَّةِ: يَا أَهْلَ الجَنَّةِ، فَيَقُولُونَ: لَبَّيْكَ رَبَّنَا وَسَعْدَيْكَ وَالخَيْرُ فِي يَدَيْكَ، فَيَقُولُ: هَلْ رَضِيتُمْ؟ فَيَقُولُونَ: وَمَا لَنَا لاَ نَرْضَى يَا رَبِّ وَقَدْ أَعْطَيْتَنَا مَا لَمْ تُعْطِ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، فَيَقُولُ: أَلاَ أُعْطِيكُمْ أَفْضَلَ مِنْ ذَلِكَ، فَيَقُولُونَ: يَا رَبِّ وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ، فَيَقُولُ: أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضْوَانِي فَلاَ أَسْخَطُ عَلَيْكُمْ بَعْدَهُ أَبَدًا

“Allah memanggil penduduk surga, ‘Hai penduduk surga’, Mereka menjawab, ‘Baik, kami penuhi panggilan-Mu, dan seluruh kebaikan berada di tangan-Mu’, Allah meneruskan, ‘Apakah kalian telah puas, Mereka menjawab, ‘Bagaimanakah kami tidak puas wahai Rabb, sedang telah Engkau beri kami sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada satu pun dari makhluk-Mu.’ Allah kembali berkata, ‘Maukah Aku beri kalian suatu yang lebih utama daripada itu semua’? Mereka balik bertanya, ‘Ya Rabb, apalagi yang lebih utama daripada itu semua’? Allah menjawab, ‘Sekarang Aku halalkan untuk kalian keridhaan-Ku, sehingga Aku tidak marah terhadap kalian selama-lamanya’. (HR. Bukhari 7518, Muslim 2829).

Demikianlah penjelasan ini semoga menjadikan kita termasuk orang-orang yang diridhai Allah ta’ala Aamiin.

 

 

-----000-----

 

Sragen 26-06-2024.

Junaedi Abdullah.

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 10 HAK TETANGGA

  BAB 10 HAK TETANGGA Tetangga adalah orang yang dekat dengan kita, baik di depan, belakang, kanan ataupun kiri dari rumah kita menurut ...