Manusia dikaruniai sifat marah, sebagaimana nafsu, tidak
semuanya tercela, karena dengan nafsu menjadikan seseorang dapat keturunan,
harta, dan bertahan hidup, sebaliknya ada juga yang celaka karena serakah dan
tamak.
Marah ada yang terpuji dan ada pula yang tercela, adapun marah
yang terpuji yaitu yang mengikuti keridhan Allah ta’ala, seperti membela agama-Nya,
ataupun kehormatannya, inilah marah yang terpuji, adapun marah yang tercela
yaitu marah yang mengikuti dan mentaati hawa nafsunya.
Orang yang mudah marah karena mengikuti hawa nafsunya sangat
berbahaya, baik untuk kesehatan maupun agamanya, dampak buruk bagi badan, telah
banyak disebutkan para dokter, diantaranya:
1. Melemahkan
sistem kekebalan tubuh.
2. Mengakibatkan
kecemasan berkepanjangan.
3. Mengakibatkan
depresi.
4. Menyebabkan
berbagai penyakit kronis.
1) Stress.
2) Jantung.
3) Tekanan darah
tinggi (hipertensi).
4) Sakit kepala.
5) Pernapasan
terganggu
6) Susah tidur
(imsomnia) (alodokter)
Adapun marah
karena mengikuti hawa nafsunya dapat merusak agama seseorang, diantaranya yaitu:
1. Kemarahan merupakan
jalan pintu yang datangnya dari setan.
Allah ta’ala
berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ
فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ
إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan jika
setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf [7]: 200).
Setan akan
selalu datang kepada manusisa, menghancurkan manusia, dengan menjadikannya mudah marah, maka
hendaknya setiap orang mewaspadai.
2. Marah dapat menghilangkan akal sehat.
Seseorang yang mudah
marah, akan kehilangan akal sehat, hanya berpikir sesaat, dan kurang
pertimbangan, karena hal itu muncul dari setan, sedang setan tidak menyuruh
kecuali keburukan.
Allah ta’ala
berfirman:
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ
بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُون.
“Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat buruk (semua
maksiat) dan keji, dan mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui”
(QS al-Baqarah:169).
3. Marah akan menimbulkan permusuhan,
dendam, perpisahan dan penyesalan.
Banyak kehancuran
yang terjadi pada manusia diakibatkan kemarahan yang memperturutkan nafsunya,
marah seperti api yang membakar, menghancurkan semuanya, bahkan seperti topan
badai yang melaluluh lantakkan namun tak bisa membuka simpulan.
Oleh karena itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَوْصِنِيْ
، قَالَ : لَا تَغْضَبْ. فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ : لَا تَغْضَبْ.
“Berilah aku wasiat” Beliau
menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi permintaannya
berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau
jangan marah!” (HR. Bukhari 6116, Ahmad 10011).
Oleh
karena itu, disebutkan dalam sebuah ucapan terkait jeleknya marah adalah:
الغَضَبُ أَوَّلُهُ جُنُوْنٌ
وَأٰخِرُهُ نَدَمٌ.
“Marah itu awalnya perbuatan kegilaan dan pada
akhirnya adalah sebuah penyesalan.”
4. Kemarahan dan sikap kasar akan
menjauhkan berbagai kebaikan dan rahmat Allah.
Oleh karena itu Allah mengkaruniai
nabi-Nya dengan sifat lemah lembut dan tidak mudah marah, Allah ta’ala telah
menyebutkan dalam salah satu firman -Nya:
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ.
“Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.” (QS. Al-Imran[3]: 159).
Aisyah radhiyallahu
‘anha, beliau berkata, “Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda:
إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِي
الْأَمْرِ كُلِّهِ.
“Sesungguhnya Allah
Maha Lembut dan mencintai kelembutan dalam setiap urusan“. (HR Bukhari 6024,
Muslim 2165).
5. Orang yang mudah marah dan mengikuti
hawa nafsu akan menjauhkan dari Surga.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ.
“Jangan kamu marah, maka kamu akan
masuk Surga.” (HR. Tabrani 21, di dalam musnad As-Syamiyyiin, Mu’jamul Ausyath
2353, AS-Shan’ani di dalam Subulus Salam juz 2 hal 667, di shahihkan Syaikh
al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 7374).
Hendaknya setiap kita
menyadari bahwa manusia tercipta terdiri dari dua unsur:
1) Jasmani.
2) Ruhani.
Mereka memiliki
perasaaan, mereka tidak akan menerima jika diperlakukan dengan kaku, keras dan
kasar, oleh karena itu siapapun yang bersikap kaku, keras dan kasar seperti itu
jangan heran apabila suatu saat dia akan mendapatkan perlakuan yang sama, atau
bahkan lebih.
Bisa saja dia akan
menghadapi berbagai permusuhan dan tidak sedikit sampai terjadinya pembunuhan.
Keutamaan menahan
marah:
1.
Pujian Allah kepada orang yang takut kepada Allah.
Orang yang berilmu
akan takut seandainya berbuat dzalim kepada orang lain, cinta dan benci, suka
dan murka bukan karena Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ
اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ.
“Sesungguhnya di antara hamba-hamba
Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para Ulama, sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS Surat Fathir [35]: 28).
Said bin Jubair berkata, "Yang dinamakan takut
adalah yang menghalangi anda dengan perbuatan maksiat kepada Allah Azza wa
Jalla." (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Fatir [35]:28).
Syaikhul islam berkomentar tentang ayat: “Hal ini
menunjukkan bahwa setiap yang takut kepada Allah maka dialah orang yang alim,
dan ini adalah haq. Dan bukan berarti setiap yang alim akan takut kepada Allah”
(Dari kitab “Majmu Al Fatawa”, 7/539. Lihat “Tafsir Al Baidhawi”, 4/418,
Fathul Qadir, 4/494).
2.
Mengingat besarnya keutamaan orang yang mampu menahan marah.
Menahan marah memiliki keutamaan yang besar, salah satunya
merupakan sifat diantara sifat penghuni surga.
Allah ta’ala
berfirman:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memberi maaf kepada
orang lain, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS
Ali Imran [3]:134).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا
وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى
رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنَ
الْحُورِ مَا شَاءَ.
“Barangsiapa menahan amarahnya
padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Azza wa Jalla akan
memanggilnya (membanggakannya) pada hari Kiamat di hadapan semua manusia sampai
(kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari.” (HR Abu Daud 4777, Tirmidzi 2493, Ahmad
15637, di hasankan syaikh al-Albani di dalam al Misykah 5088).
3.
Menunjukkan lemah dan kuatnya seseorang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
لَيْسَ الشَّدِيدُ
بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.
“Bukanlah orang kuat yang selalu mengalahkan lawannya dalam perkelahian, tetapi tidak lain orang
kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.”
(HR Bukhari 6114, Muslim 2609).
Syaikh Abdul Mukhsin berkata: “Yaitu
benar-benar memiliki kekuatan untuk mengalahkan musuhnya, akan tetapi bukan hal
itu yang dimaksudkan kuat tersebut, hakekat yang kuat yaitu yang mampu
mengendalikan jiwanya.” (Syarah Arba’in Nawawi, Syaikh Abdul Mukhsin Al-Badr).
4. Memudahkan seseorang
untuk mendapatkan surga.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ.
“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.” (HR.
Tabrani 21, di dalam musnad As-Syamiyyiin, Mu’jamul Ausyath 2353, AS-Shan’ani
di dalam Subulus Salam juz 2 hal 667, di shahihkan Syaikh al-Albani di dalam
Shahihul Jami’ 7374).
5. Menjaga
keselamatan diri dan agamanya.
Dari An
Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا
صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ .
أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ.
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika
ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh
jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari 52, Muslim
1599).
Bahwasanya kemarahan yang sering terjadi akan dapat
merusakkan jiwa dan raganya.
Terapi menghilangkan marah.
1.
Membaca ta’awudz, meminta perlindungan
pada Allah dari godaan setan.
Hendaknya segera
mendeteksi kemarahannya, apakah kemarahannya muncul karena Allah atau
justru datang dari musuhnya yaitu setan. hal ini tentu membutuhkan pengetahuan
agama, sehingga akan mudah untuk segera mendeteksi.
Allah pemilik segala sesuatu dan mampu mengendalikan
makhluknya termasuk setan yang durjana.
Allah ta’ala berfirman:
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ
فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ
إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Dan jika
setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf [7]: 200).
Sulaiman bin Shurad radhiyallahu ‘anhu berkata, “Pada suatu
hari aku duduk bersama-sama Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam sedang dua orang
lelaki sedang saling mengeluarkan kata-kata kotor satu dan lainnya. Salah
seorang daripadanya telah merah mukanya dan tegang pula urat lehernya. Lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ
عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ، ذَهَبَ
عَنْهُ مَا يَجِدُ“
“Sesungguhnya aku tahu satu perkataan sekiranya dibaca tentu
hilang rasa marahnya jika sekiranya ia mau membaca, ‘A’udzubillahi
minas-syaitani’ (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya hilang
kemarahan yang dialaminya.” (HR Bukhari 3282, 6048, Muslim 2610).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا غَضِبَ الرَّجُلُ فَقَالَ: أَعُوذُ بِاللَّهِ
سَكَنَ غَضَبُهُ
Jika seseorang dalam keadaan marah,
lantas ia ucapkan, ‘A’udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah), maka
redamlah marahnya.” (Disebutkan di dalam Al-Jami’us As-Shahih Lis-Sunnani wal
Masanid, Suhaib ‘Abdul Jabbar juz 8, hal 467, di shahihkan Syaikh al-Albani di
dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah 1376).
2. Hendaknya diam
Dengan diam akan menghentikan ucapan-ucapan yang tidak
pantas, baik cacian yang akan dikeluarkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ.
“Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Abu
Dawud 2730, Ahmad 2136, dishahihkan Syaikh
al-Albani di dalam As-Shahiihah 1375).
3.
Hendaknya pindah posisi.
Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
إِذَا
غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ
فَلْيَجْلِسْ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ، وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ.
“Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, hendaknya
duduk, Jika marahnya telah hilang, namun
jika belum hilang maka berbaringlah.” (HR. Ahmad 21348, Abu Daud, 4782, di
shahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Misykah 5114).
4.
Hendaknya meninggalkan tempat dan
menuju tempat yang dirahmati Allah.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan Ali bin Abi Thalib ketika
beliau berselisih dengan istrinya beliau pergi ke masjid dan berbaring di
masjid, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyusulnya dan
memberinya gelar Abu Thurab.
Hal semacam ini sangat berbahaya seandainya seseorang pergi
ketempat-tempat yang dimurkai Allah ta’ala.
5.
Mengingat dampak baik dan buruknya
akibat yang ditimbulkan oleh kemarahan.
Bila seseorang memberikan maaf dan menolak keburukan dengan
kebaikan serta berpaling dari perbuatan jahil akan lebih selamat dari perbuatan
dosa.
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ .
Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik,
Kami mengetahui apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 96)
ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ
وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ.
maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah teman yang setia. (QS. Fushshilat[41]: 34).
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ
وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
“Jadilah
engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah
dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf [7]:199).
Banyak orang-orang, semakin sering berobat justru semakin
sering sakit, karena lebih banyak memproduksi penyakit dari belakang, berapa banyak
orang mengobati lambung, justru tekanan darah menjadi tinggi, mengobati tekanan
darah menjadikan ginjalnya terkena dan akhirnya gagal ginjal.
Banyak diantara kita yang melupakan bahwa rumus sehat yang tersembunyi
yaitu pikiran damai, tentram, agar memperbanyak syukur dan qana’ah.
Demikianlah semoga bermanfaat, Aamiin.
-----000-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar