Kamis, 06 Juni 2024

AQIDAH WASITHIYAH AYAT 24-32.

 



Allah ta’ala berfirman:

وَهُوَ الْغَفُورُ الْوَدُودُ.

“Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.(QS. Al-Buruj [85]: 14).     

بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ.

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

Dia memberi ampun dosa orang yang bertobat kepada-Nya dan tunduk patuh kepada-Nya betapapun besarnya dosa orang tersebut. Makna al-wadud menurut Ibnu Abbas dan lain-lainnya ialah Maha Pengasih.” (Tafsir Ibnu Katsir, [85]:14).

Betapapun besarnya kezhaliman seorang hamba, tapi Allah tak pernah sekalipun menutup pintu taubat-Nya.

Dari ayat ini kita mengetahui bahwasanya:

1.   Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

“Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar [39]: 53-54).

2.   Allah maha pengampun dan maha pengasih melebihi manusia itu sendiri.

Allah sangat sayang kepada hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu kepada anaknya.

Dari Umar Ibnul Khatab dia berkata:

قَدِمَ عَلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسَبْيٍ فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ السَّبْيِ، تَبْتَغِي، إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَّبْيِ، أَخَذَتْهُ فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ، فَقَالَ لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَتَرَوْنَ هَذِهِ الْمَرْأَةَ طَارِحَةً وَلَدَهَا فِي النَّارِ؟» قُلْنَا: لَا، وَاللهِ وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لَا تَطْرَحَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا

Telah tiba para tawanan perang ke hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Ternyata di antara tawanan itu terdapat seorang wanita yang mencari-cari bayinya, tatkala dia menemukan bayinya di antara tawanan itu, maka dia pun memeluknya erat-erat ke tubuhnya dan menyusuinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada kami, “Apakah menurut kalian ibu ini akan tega melemparkan anaknya ke dalam kobaran api?”

Kami menjawab, “Tidak mungkin, demi Allah. Sementara dia sanggup untuk mencegah bayinya terlempar ke dalamnya.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya melebihi kasih sayang ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari 5599, Muslim 2754).

 

3.   Contoh keluasan rahmat Allah luas.

Dari Abu Hurairah raḍiyallahu 'anhu, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah ṣallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

جَعَلَ اللهُ الرحمةَ مائة جُزْءٍ، فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ، وأَنْزَلَ في الأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا، فَمِنْ ذَلِكَ الجُزْءِ يَتَرَاحَمُ الخَلَائِقُ، حتى تَرْفَعَ الدَّابَّةُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تُصِيبَهُ

 

"Allah menjadikan rahmat itu seratus bagian. Sembilan puluh sembilan Dia tahan di sisi-Nya, sedangkan satu bagian ia turunkan ke bumi. Dari satu bagian itulah semua makhluk saling menyayangi hingga seekor binatang mengangkat kakinya karena khawatir menginjak anaknya."

 

4.   Allah merahmati diantara perbuatan hamba.

Dari Jabir bin ‘Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

رَحِمَ اللَّهُ رَجُلاً سَمْحًا إِذَا بَاعَ ، وَإِذَا اشْتَرَى ، وَإِذَا اقْتَضَى

“Semoga Allah merahmati seseorang yang bersikap mudah ketika menjual, ketika membeli dan ketika menagih haknya (hutangnya).” (HR. Bukhari 2076).

 

5.   Rahmat Allah luas, akan tetapi adzab Allah juga keras.

 

Allah berfirman:

نَبِّئْ عِبَادِي أَنِّي أَنَا الْغَفُورُ الرَّحِيمُ . وَ أَنَّ عَذَابِي هُوَ الْعَذَابُ الأَلِيمَ

Kabarkanlah pada para hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwa sesungguhnya azab-Ku adalah azab yang sangat pedih”. (Q.s. Al-Hijr[15]: 49-50).


Oleh karena itu kewajiban seorang hamba yaitu:

1.   Segera bertaubat kepada Allah ta’ala.

Allah Perintahkan agar segera bertaubat kepada-Nya. Allah selalu memanggil hamba-hamba-Nya. Setiap saat. Oleh karena itu kewajiban seorang hamba bertaubat kepada Allah atas dosa-dosanya.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata dalam kitab tafsirnya:

وَلِهَذَا قَالَ الْعُلَمَاءُ: التَّوْبَةُ النَّصُوحُ هُوَ أَنْ يُقلعَ عَنِ الذَّنْبِ فِي الْحَاضِرِ، ويندمَ عَلَى مَا سَلَفَ مِنْهُ فِي الْمَاضِي، ويعزِم عَلَى أَلَّا يَفْعَلَ فِي الْمُسْتَقْبَلِ.

Oleh karena itu para ulama berkata: “Taubat nasuha yaitu tidak akan mengulangi lagi dosa-dosanya, menyesali dosa-dosanya yang telah lalu, bertekat untuk tidak akan melakukan dimasa yang akan datang.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS. At Tahrim[66]:8).

فَأَمَّا مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَعَسَى أَنْ يَكُونَ مِنَ الْمُفْلِحِين.

“Maka adapun orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mudah-mudahan dia termasuk orang yang beruntung.” (QS Al-Qashas[28]: 67).

Setiap hari di sepertiga malam terakhir. Siapa yang mendatangi-Nya dengan segala tadharrumeski ia bergelimang dosa, memohon ampun kepada Allah, Allah akan mengampuninya.

2.   Allah turun disepertiga malam, memberikan ampunan kepada hambanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari 1145, 7494, Muslim 758).

 

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ.

“Wahai hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di waktu siang dan malam, dan Aku mengampuni dosa-dosa itu semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku, pasti Aku mengampuni kalian.” (HR. Muslim 6737).

3.   Para nabi dan Rasul mereka selalu memohon ampun kepada Allah.

Allah ta’ala berfirman berkaitan taubat nabi Adam alaihi sallam.

 

"Kemudian Adam menerima beberapa kalimat des Rabbalade Dia pun menerima tanbatnya. Sangga, Allah Mahara Maha Penyayang," (QS. Al-Baqarah (23)

Permohonan ampun nabi Ibrahim:

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

"Ya Rabb kami, jadikanlah kami orang yang berserah diri kepada Mu, dan anak cucu kami (juga) umat yang berserah diri kepada Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan ibadah (hay) kami, dan terimalah tanbat kami. Sungguh, Engkanlah Yang Maha Penerima taubat, Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah [2]: 128)

Termasuk juga Nabi Musa Allah berfirman:

فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ.

"Setelah Musa sadar, dia berkata: 'Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman," (QS. Al-A'raf [7]: 143).

Begitu pun Nabi Muhammad, penutup para Nabi, bukankah beliau seorang hamba yang senantiasa bersyukur kepada-Nya?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً.

“Demi Allah. Sungguh aku selalu beristighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari 6037).

يَآايُّهَا النَّاسُ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ فَإِنِّي أَتُوْبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ.

Hai sekalian manusia,taubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampun kepadaNya, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim 2702).

Maka itu perlu saya jelaskan di sini bahwa permohonan ampun dan kesungguhan taubat Rasulullah merupakan ketetapan syariat bagi seluruh umatnya. (Syaikh Salim Bin ‘Id al-Hilali, Bahdzatun Nadzirin).

4.   Tidak terus menerus di dalam keburukan.

Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Al-Imran[3]:135).

5.   Meingiringi keburukan dengan kebaikan.

Allah ta’ala berfirman:

إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan menjelaskan(nya). Mereka itulah yang Aku terima taubatnya, dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS Al-Baqarah[2]: 160).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam besabda:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

 “Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi 1987, Ahmad 21043 Syaikh al-Albani berkata hasan di dalam AS-Shahihah 1373).

Imam Nawawi berkata berkata, taubat kepada Allah memiliki 3 syarat  yaitu:

1)   Meninggalkan maksiat tersebut.

2)   Menyesal atas perbuatan yang dilakukan.

3)   Bertekat untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat itu selamanya.

Adapun apa bila kemaksiatan itu berhubunga dengan manusia syarat taubat ditambah ke 4 yaitu:

4)   Membebaskan diri dari pemiliknya.

Hendaknya dilakukan sebelum matahari terbit dari barat dan nyawa belum sampai di kerongkongan.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ.

"Barang siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari tempat terbenamnya, maka Allah menerima taubatnya." (HR. Muslim 2703, Ahmad 7711).

Allah menerima taubat para hamba-Nya dan memaafkan semua dosa (yang pernah diperbuat olehnya), jika taubat itu dilaksanakan sebelum batas waktu yang ditentukan, di antaranya yaitu sebelum matahari terbit dari barat. Firman-Nya:

يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا قُلِ انْتَظِرُوا إِنَّا مُنْتَظِرُونَ.

"... Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabbmu tidak berguna lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum) berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu..." (QS. Al-An'am: 158).

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin al-Khathab, dari Nabi, (bahwa) beliau bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَرَجَلٌ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ.

"Sesungguhnya Allah menerima taubat setiap hamba sebelum nyawanya sampai di kerongkongan (dalam kondisi sekarat)." (HR. Tirmidzi 3537, Ahmad 6160, Ibnu Majah 4253, dihasankan (ligairi) Syaikh al-Albani di dalam Al-Misykah 2343).

Syaikh Salim Bin ‘Id al-Hilali berkata Bahjatun Nadzirin:

أستغفر الله : Aku memohon ampun kepada Allah. Yaitu memohon agar dihapuskan dan digantikannya dosa. Perlu diketahui bahwa ada dua tingkatan pengampunan dosa:

1. Penghapusan. Sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah yang shahih dengan syawahid (riwayat-riwayat penguat)-nya:

وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا.

"iringilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapuskannya."

Inilah tingkatan 'afwa (maaf).

2. Penggantian. Sebagaimana termaktub dalam firman Allah:

فَأَوْلَيْكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا .

"...maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Furqan [25]: 70) Inilah tingkatan maghfirah (ampunan).

Demikianlah hendaknya seseorang memohon ampunan kepada Allah tala, mengharapkan rahmat-Nya danmencari keridhaan-Nya.

Semoga bermanfa’at Aamiin.

 

-----000-----

Sragen 07-06-2024.

Junaedi Abdullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANG-ORANG DZALIM ADALAH ORANG YANG BANGKRUT PADA HARI KIAMAT

  Manusia adalah makhluk sosial, mereka akan merespon setiap segala sesuatu sesuai dengan akal dan nalurinya. Ketika manusia tidak mempe...