Nabi Ibrahim telah memberikan keteladan yang besar kepada kita, dan mempersembahkan seluruhnya dalam hidupnya untuk ta’abud kepada Allah ta’ala.
Diantara yang bisa kita ambil faedahnya
yaitu:
Pertama: Figur seorang nabi dan
rasul, beliau berdakwah tauhid.
Beliau menyaksikan masyarakat yang
ingkar kepada Allah, kemudian beliau menyeru kepada tauhid.
Allah ta’ala berfirman:
وَإِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ
اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ.
“Dan (ingatlah) Ibrahim, ketika dia berkata kepada
kaumnya, “Sembahlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian itu lebih
baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Ankabut[29]:16)
قَالَ هَلْ يَسْمَعُونَكُمْ إِذْ
تَدْعُونَ . أَوْ يَنْفَعُونَكُمْ أَوْ يَضُرُّونَ . قَالُوا
بَلْ وَجَدْنَا آبَاءَنَا كَذَلِكَ يَفْعَلُونَ .
Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah mereka mendengarmu ketika
kamu berdoa (kepadanya)?. Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat atau
mencelakakan kamu?” Mereka menjawab, “Tidak, tetapi kami dapati nenek moyang
kami berbuat begitu.” ( QS. As-Syuaraa’[26]:72-74).
Faedah ayat diatas:
1) Para nabi dan para rasul dakwah mereka
sama yaitu tauhid.
Dimana hal ini merupakan inti dari dakwah tersebut, hal ini
sebagaimana Allah ta’ala sebuitkan:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي
إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ.
“Dan Kami tidak
mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan
kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka
sembahlah Aku.”(QS.Al-Anbiya [21]:25).
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ.
Dan
sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu." (QS. AN-Nahl
{16}:36). (QS. An-Nahl [16]:36).
2) Dosa yang paling besar adalah kesyirikan.
Allah ta’ala
berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ.
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS.An Nisa
[4]:48, 116).
Kedua: Teladan anak yang berbakti kepada orang tuanya.
Allah ta’ala
berfirman:
إِذْ
قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا
يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا.
“(Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, "Wahai
ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat,
dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?” (QS. Maryam[19]:42)
قَالَ
أَرَاغِبٌ أَنْتَ عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ
لَأَرْجُمَنَّكَ وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا.
Dia (ayahnya) berkata, "Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku,
wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka
tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama."(QS. Maryam[19]:46)
Fedah ayat di
atas:
1) Berbuat baik kepada kedua orang tua.
Allah
ta’ala berfirman:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلًا كَرِيمًا .
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia." (QS. Al Israa’ [17]: 23).
2) Rendah hati dan mendoakan kedua orang tuanya.
Allah ta’ala berfirman:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ
ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka
keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS. Al Israa’ [17]: 24).
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا
عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ
الْمَصِيرُ .
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Lukman [31]:14).
3) Mendakwahi kedua orang tua.
Hendaknya setiap
para dai tidak melupakan orang yang paling berjasa kepada dirinya, yaitu kedua
orang tuanya.
Allah ta’ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا
مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ
مَا يُؤْمَرُونَ.
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS.
At-Tahrim [66]:6).
إِذْ قَالَ لِأَبِيهِ يَا أَبَتِ لِمَ تَعْبُدُ
مَا لَا يَسْمَعُ وَلَا يُبْصِرُ وَلَا يُغْنِي عَنْكَ شَيْئًا.
“(Ingatlah) ketika dia
(Ibrahim) berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah
sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit
pun?” (QS.
Maryam[19]:42)
قَالَ أَرَاغِبٌ أَنْتَ
عَنْ آلِهَتِي يَا إِبْرَاهِيمُ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ
وَاهْجُرْنِي مَلِيًّا.
Dia (ayahnya)
berkata, "Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau
tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu
yang lama."(QS. Maryam[19]:46)
Abu Hurairah juga
mendakwahi ibunya dan meminta agar Rasulullah mau mendoakan kepada ibunya.
4) Tidak mentaatinya di dalam kemaksiatan.
Allah
ta’ala berfirman:
وَإِنْ جَاهَدَاكَ
عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا.
"Dan
jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan-Ku yang tidak ada
pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik.” (QS. Lukman [31]: 15).
Asbaabun
nuzul ayat ini berkaitan dengan Sa’ad bin Abi Waqas dan ibunya Hamnah. Yang
meminta Sa’ad untuk kembali kepada agama jahiliyah namun beliau enggan. (Lihat
tafsir Ibnu katsir QS. Luqman[31]15).
لاَ طَاعَةَ فَيٍ
مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ
“Tiada kewajiban untuk taat (kepada seseorang)
yang memerintahkan untuk durhaka kepada Allah Kewajiban taat hanya pada
hal yang ma’ruf.” (HR. Bukhari 7257, 1840).
5) Memperhatikan kebutuhan orang
tua.
Dari
tenaganya, mungkin membutuhkan dirinya.
Dari
tempat tinggalnya, layak atau tidak.
Dari merawat
kesehatannya, mebutuhkan pengobatan atau tidak.
Dari
keperluannya sehari-hari.
Dari
kedekatannya, mungkin membutuhkan kehadirannya.
Ini semua
masuk dalam firman Allah ta’ala:
وَصَاحِبْهُمَا فِي
الدُّنْيَا مَعْرُوفًا.
“Dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik.” (QS. Lukman [31]: 15).
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ اَنْفُ
قِيْلَ: مَنْ يَارَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ اَدْرَكَ اَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِاَحَدُهُمَااَوْكِلَيْهِمَافَلَمْ
يَدْخُلِ الْجَنَّةَ.
“Dari Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: celaka, celaka, Dia celaka, Lalu beliau ditanya orang,
Siapakah yang celaka, ya Rasulullah? Jawab Nabi sallallahu
‘alaihi wa sallam, Siapa yang
mendapati kedua orang tuanya (dalam usia lanjut), atau salah satu dari
keduanya, tetapi dia tidak memasukkannya ke dalam surga.” (HR. Muslim 2551).
رِضَى
الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ.
“Ridha Rabb tergantung ridha orang tua, dan murka Allah tergantung
murka orang tua”. (HR. Tirmidzi 1899 dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shahihah 516).
Yaitu dengan merawat orang tua dengan sebaik-baiknya.
6) Larangan durhaka kepada kepada orang tua.
Allah ta’ala
berfirman:
الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ
وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ
أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ.
“yaitu)
orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu
diteguhkan, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan dan
berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS.
Al-Baqarah[2]:27)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَاقٌّ، وَلَا مُدْمِنُ
خَمْرٍ، وَلَا مُكَذِّبٌ بِقَدَرٍ.
“Tidak masuk surga anak yang durhaka, peminum khamr
(minuman keras) dan orang yang mendustakan qadar (takdir)” (HR. Ahmad 27484,
Baihaqi dalam Syu’abul Iman 7490, diHasankan oleh Syaikh al-Albani dalam
Silsilah Hadits Shahihnya 675).
Ketiga: Teladan
suami terhadap istrinya.
Hal ini terlihat
ketika Hajar ditinggal di padang pasir, beliau kuat, kokoh, sabar dan tawakal,
setelah mengetahui bahwa dirinya dan anaknya ditinggal di padang pasir tersebut
atas dasar perintah Allah ta’ala. (HR. Bukari Muslim).
Keempat: Teladan
seorang ayah terhadap keluarganya.
Allah ta’ala
menceritakan perihal penyembelihan ismail.
Allah ta’ala
berfirman:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ . فَبَشَّرْنَاهُ
بِغُلَامٍ حَلِيمٍ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ
السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ
فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ
شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ. فَلَمَّا أَسْلَمَا
وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ . وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ . قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُحْسِنِينَ .إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ . وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ .فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ . وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ . قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي
الْمُحْسِنِينَ . إِنَّ هَذَا لَهُوَ
الْبَلَاءُ الْمُبِينُ . وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ.
“Ya Tuhanku, anugrahkanlah
kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang- orang yang saleh.” “Maka Kami beri
kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar
(Isma’il). “Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha
bersamanya, (Ibrahim) berkata: "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.?" Dia
(Isma’il) menjawab: "Wahai ayahku, Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah
kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." “Maka,
ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas
pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah) Lalu Kami panggil dia:
"Wahai Ibrahim, sungguh engkau telah membenarkan mimpi itu.” “Sungguh
demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya
ini benar-benar suatu ujian yang nyata.” “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor
sembelihan yang besar.” “Dan Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan
orang-orang yang datang kemudian.” (QS.As Shafat[37]: 100-108)
Kelima: Dalam
kisah ini terdapat pelajaran bagaimana seharusnya seorang istri ta’at kepada
suaminya.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ
قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَزَوْجَةً مُؤْمِنَةً تُعِينُ أَحَدَكُمْ
عَلَى أَمْرِ الْآخِرَةِ.
“Hendaknya salah
seorang dari kalian mengambil harta simpanan berupa hati yang bersyukur, lisan
yang berdzikir dan isteri mukminah yang menolong salah seorang dari kalian
dalam urusan akhiratnya.” (HR. Ahmad 22437, Ibnu Majah 1856 dan dishahihkan
Syaikh al-Albani).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا
أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ
لِزَوْجِهَا.
“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang,
maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (HR.
Tirmidzi 1159, Ibnu Hibban 1291, di shahihkan syaikh al-Albani di dalam Irwaa’
ul ghaliil 1998)
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam ditanya wanita seperti apa yang baik, Beliau menjawab:
الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا
تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.
“Yang paling menyenangkan jika
dilihat suami, mentaati suami jika suami memerintahkan sesuatu, dan tidak
menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci oleh
suaminya.” (HR. An-Nasa’i 3231, dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani).
إِنَّ اللهَ إِذَا ارَادَ
بِاهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِم الرِّفْقَ.
“Sesungguhnya jika Allah menghendaki kebaikan bagi sebuah keluarga
maka Allah akan memasukan kelembutan kepada mereka.” (HR Ahmad 2669,
Baihaqi di dalam Su’abul iman 6140, dishahikan oleh al-Albani dalam As-Shahihah
523).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا صَلَّتِ
الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ
بَعْلَهَا، دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ.
“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu,
berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan
taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang
dikehendakinya.” (HR. Ahmad 1661, Hibban 1296 Tabrani mu’jam al-Ausath 4596,
dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 660).
أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا
أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ
قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ
إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ
مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.
“Diperlihatkan kepadaku neraka dan aku dapati kebanyakan
penghuninya adalah para wanita yang ingkar. Rasul ‘alaihish shalatu wassalam
ditanya: “Apakah mereka ingkar kepada Allah ? Nabi bersabda: “Mereka ingkar
kepada suaminya dan ingkar kepada kebaikan suaminya. Seandainya engkau berbuat
baik kepada salah seorang mereka (istri-istrimu) selama satu tahun, kemuadia
wanita tersebut melihat satu kejelekan darimu, maka ia akan berkata: “Aku tak
pernah melihat engkau berbuat baik sedikitpun” (HR. Bukhari 1052, Muslim
907).
Demikianlah kisah
ini semoga bermanfaat. Aamiin,
-----000-----
Sragen
16-06-2024.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar