Istiqamah adalah perkara yang sangat dibutuhkan oleh seorang
muslim, bagaimana tidak, bisa saja seorang muslim beramal puluhan tahun bahkan
semenjak mengenal hidayah hingga menjelang ajalnya, namun detik-detik terakhir
yang sangat menentukan itu bisa saja seseorang terjerumus kedalam dosa yang
menyebabkan dirinya masuk kedalam neraka, oleh karena itu kita dituntut agar
istiqamah hingga akhir hayat kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَوَ اللهِ
الَّذِي لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ
عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ
أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ
أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا.
“Demi Allah yang tidak ada Ilah
selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli
surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah
ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah
dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan
ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi
telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga
maka masuklah dia ke dalam surga.” (HR. Bukhari 3208, Muslim 2643).
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya amal itu tergantung akhirnya.” (HR. Bukhari
6607).
Betapa banyaknya kisah-kisah yang dapat menjadi pelajaran
dimana orang-orang baik, shalih berubah menjadi buruk dan berakhir dengan
keburukan. Inilah yang ditakutkan para sahabat, dimana kita seharusnya lebih
takut dari mereka.
Diantara kisah-kisah tersebut sebagai berikut:
Disebutkan dalam hadits yang shahih.
“Bahwasanya ada seorang
muslimin yang gagah berani dalam peperangan ikut serta bersama Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memperhatikan
orang itu kemudian berkata: "Barangsiapa ingin melihat lelaki penghuni
neraka, silahkan lihat orang ini." Seorang laki-laki akhirnya mengikutinya,
dan rupanya lelaki tersebut merupakan orang yang paling berani terhadap
orang-orang musyrik. akhirnya lelaki tersebut terluka dan dia ingin segera mati
sebelum waktunya, maka ia ambil pucuk pedangnya dan ia letakkan di dadanya
kemudian ia hunjamkan hingga tembus diantara kedua lengannya. Orang yang mengikuti
lelaki tersebut langsung menemui Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata,
'Saya bersaksi bahwa engkau utusan
Allah.' 'apa itu? ' Tanya Nabi. Orang tadi menjawab; 'anda berkata terhadap
orang tersebut; 'siapa yang ingin melihat penghuni neraka, silahkan lihat orang
ini, ' orang itu merupakan orang yang paling pemberani diantara kami, kaum
muslimin. Lalu aku tahu, ternyata dia mati tidak diatas keislaman, sebab dikala
ia mendapat luka, ia tak sabar menanti kematian, lalu bunuh diri.' Seketika itu
pula Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sungguh ada seorang
hamba yang melakukan amalan-amalan penghuni neraka, namun berakhir menjadi
penghuni surga, dan ada seorang hamba yang mengamalkan amalan-amalan penghuni
surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka, sungguh amalan itu ditentukan
dengan penutupan." (HR. Bukhari 6607, Ahmad, 22835, Thabrani
dalam Al-Mu’jamul Al-Kabir 5799).
Kisah
muadzin yang murtad.
Diceritakan bahwa di Mesir pernah ada seorang pria yang senantiasa
ke masjid untuk mengumandangkan adzan dan iqomat sekaligus melaksanakan shalat.
Dalam dirinya terdapat sinar ketaatan dan cahaya ibadah.
Pada suatu hari ia naik ke menara masjid untuk mengumandangkan adzan
seperti biasanya. Di bawah menara tersebut terdapat rumah seorang Nasrani.
Entah mengapa ketika pria ini menengok ke dalam rumah tadi, tanpa
sengaja ia melihat seorang gadis pemilik rumah. Dia terfitnah dengan
kecantikanya. Ia pun turun menemuinya gadis tersebut dan meninggalkan adzan.
Sesampai di rumah tersebut, bertanyalah wanita nashrani itu, “Ada
perlu apa? Apa yang kamu inginkan?
“Aku menginginkanmu.”
“Mengapa?”
“Karena kamu telah menawan akal pikiranku dan mengambil seluruh isi
hatiku.”
“Aku tidak akan tertipu dengan rayuanmu.”
“Aku Ingin menikah denganmu.”
“Engkau muslim, sedangkan aku Nasrani, ayahku tidak akan
menikahkanku denganmu,” sanggah wanita tadi.
“Kalau begitu aku akan pindah ke agama Nashrani.”
“Jika engkau melakukannya, maka aku akan menikah denganmu “ tegas
wanita itu.
Maka si pria langsung memeluk aagama Nashrani demi menikahi gadis
tersebut dan tingggal di rumahnya.
Masih pada hari yang sama, siang harinya pria tadi naik ke atap
rumah untuk satu keperluan. Tiba tiba dia terjatuh dari atap rumah dan akhirnya
meninggal. Ironisnya, dia belum sempat menggauli gadis tersebut padahal sudah
mengorbankan agamanya.
Kisah ini bisa menjadi pelajaran bagi setiap muslim, agar kita
berhati-hati menjaga imannya supaya tidak mudah terjebak oleh kemilaunya dunia,
cantiknya wanita dan segala rayuan yang ada. Karena menjual agama demi
kesenangan dunia adalah sebuah kerugian yang nyata dan penyesalan yang tiada
tara.
Seorang muslim seharusnya menundukkan pandangan, karena fitnah
setiap saat datang dan kita tidak tahu berawal dari mana kebinasaan itu muncul,
sebagaimana kita juga tidak tahu kebaikan kecil atau kebaikan yang dianggap
besar yang akan memasukkan kita kedalam surga.
(Ibnu Qaiyyim Al jauziah dalam kitabnya Ad-dha’ wa Ad-dhawa’).
-----000-----
Adapun istiqamah yang dimaksud berdasarkan firman Allah ta’ala:
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ
الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ.
“Sesungguhnya
orang-orang yang berkata, “Rabb kami adalah Allah,” kemudian mereka meneguhkan
pendirian (istiqamah), maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan
berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
(QS.Fushshilat [41]:30).
Disebutkan
di dalam tafsir Ibnu Katsir, firman Allah ta’ala:
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا
اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا.
Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka. (QS. Fushshilat[41]: 30).
Yakni
mereka ikhlas dalam beramal hanya karena Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu
dengan menaati apa yang telah diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
kepada mereka. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Fusilat [41]:30).
Dari Sa'id ibnu Imran yang
mengatakan bahwa ia pernah membaca ayat berikut di hadapan sahabat Abu Bakar
As-Siddiq radhiyallahu ‘anhu, yaitu firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah, " kemudian
mereka meneguhkan pendiriannya. (Fushshilat: 30) Lalu Abu Bakar mengatakan bahwa
mereka adalah orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Fusilat [41]:30).
Dari ayat
diatas istoqamah mencakup pada:
1)
Istiqamah
di atas tauhid.
2)
Istiqamah
di atas ketaatan.
3)
Istiqamah
di atas keikhlasan.
Adapun kiat-kiat yang dapat menjadikan kita istiqamah diantaranya:
1.
Memahami tauhid dengan benar.
Memahami tauhid dengan benar merupakan semulia-mulia amalan,
karena akan menguatkan pondasi yang nantinya ditopang bangunan di atasnya.
Siapapun yang memahami tauhid dengan benar, niscaya akan
menyadari bahwa tauhid dibutuhkan dalam kehidupannya setiap saat, tauhid akan masuk
keseluruh aspek kehidupan manusia, menuntut manusia agar ikhlas di dalam
melakukan semua bentuk ibadah, muamalah maupun musibah yang menimpanya, yang
wajib dia bersabar dan ikhlas kepada Allah.
Allah ta’ala berfirman:
ومَا أُمِرُوْا إِلاَّلِيَعْبُدُاللهَ مُخْلِصِيْنَ
لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus…”(QS. Al-Bayyinah[98] : 5).
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ
فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.
“Maka barangsiapa
mengharap pertemuan dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan
dan janganlah dia mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada
Tuhannya." (QS. Alkahfi [18]:110).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا
الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى.
“Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan
sesuai niatnya.” (HR Bukhari 1, 6689, Muslim 1907).
Diantara perkataan ulama agar di dalam ibadah hanya ditujukan
kepada Allah semata:
Sufyan
ats-Tsauri rahimahullah mengatakan, “Tidaklah aku mengobati suatu penyakit
yang lebih sulit daripada masalah niatku. Karena ia sering
berbolak-balik.” (lihat Hilyah thalabul ilmi syaikh Bakar bin Abdullah Abu
Zaid).
Diriwayatkan
dari Mutharrif bin Abdullah rahimahullah bahwa dia mengatakan,
”Baiknya hati adalah dengan baiknya amalan. Sedangkan baiknya amalan adalah
dengan baiknya niat.” (Jami’ul ‘Ulum, hal. 17)
Dari
Ibnul Mubarak rahimahullah, dia mengatakan, ”Betapa banyak amal yang kecil
menjadi besar gara-gara niat. Dan betapa banyak amal yang besar menjadi kecil
gara-gara niat.” (Jami’ul ‘Ulum, hal. 17).
Sahl
bin Abdullah rahimahullah mengatakan, ”Tidak ada sesuatu yang lebih
berat bagi jiwa daripada keikhlasan, karena di dalamnya hawa nafsu tidak ambil
bagian sama sekali.” (Jami’ul ‘Ulum, hal. 25).
Oleh karena itu memahami kalimat syahadat dengan benar akan
diberi pertolongan dengan istiqamah di dunia dan di akhirat.
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ.
“Allah meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia
dan di akhirat.” (QS. Ibrahim [14]:27).
Qotadah
As Sadusi mengatakan, “Yang dimaksud Allah meneguhkan orang beriman di dunia
adalah dengan meneguhkan mereka dalam kebaikan dan amalan shalih. Sedangkan di
akhirat, mereka akan diteguhkan di kubur.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 4/502.)
2.
Terus-menerus di dalam menuntut ilmu.
Penting
sekali seseorang untuk tetap istiqamah agar dirinya terus menerus di dalam
menuntut ilmu, karena ilmu tersebut akan menyirami ruhnya, menguatkan hatinya
dan menjadikannya sabar di dalam menjalankan ketaatan.
Oleh karena itu Allah meninggikan
derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.
Allah ta’ala berfirman:
يَرْفَعِ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.
“Allah akan mengangkat derajat
orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang orang yang di beri ilmu
dengan beberapa derajat.” ( QS Al-Mujadilah[58]:11)
قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ
يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ.
“Katakanlah, “Apakah
sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
(QS. Az-Zumar[39:9).
اِنَّمَا يَخْشَى اللّٰهَ مِنْ
عِبَادِهِ الْعُلَمٰۤؤا.
“Hanya saja yang
takut kepada Allah dari sekian hamba-Nya adalah ulama.” (QS. Fatir[35]:28).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ
فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap
muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dishahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if
Sunan Ibnu Majah 224)
مَنْ
يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ.
“ Barangsiapa yang Allah
kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan memberikan kefaqihan (pemahaman)
agama baginya.“ (HR. Bukhari 71, 3116, Muslim 1037).
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًايَلْتَمِسُ فِيْهِ
عِلْمًا,سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ.
"Barang siapa menempuh satu jalan
(cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju
surga." (HR. Muslim 2699).
Imam Syafi’i rahimahullah menjelaskan
diantara adab yang harus dimiliki penuntut ilmu, beliau berkata:
لَن تَنالَ العِلمَ إِلّا بِسِتَّةٍ ذَكاءٌ, وَحِرصٌ, وَاِجتِهادٌ, َبُلغَةٌ ,وَصحبَةُ أُستاذٍ,
وَطولُ زَمانِ.
“Saudaraku,
tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara yang akan saya beritahukan
perinciannya yaitu: kecerdasan, semangat, sungguh-sungguh, berkecukupan,
bersahabat (belajar) dengan ustadz (guru), dan membutuhkan waktu yang lama.”
(Diwan As-Syafi’i).
3.
Terus-menerus di dalam beramal meskipun sedikit.
Kondisi
iman seseorang berubah-ubah, kadang bersemangat beramal terkadang tidak, dalam
keadaan demikian hendaknya tetap beramal meskipun sedikit.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ
تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala
adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” (HR. Bukhari 6464,
Muslim 783).
4.
Berteman dengan orang-orang shalih.
Orang-orang
shalih akan memberikan nasehat yang baik, mengingatkan dan meluruskan jika kita
keliru, ini merupakan nikmat yang besar, oleh karena itu Allah perintahkan agar
kita berteman dengan orang-orang shalih.
Allah
ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ.
Wahai orang-orang
yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang
yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah[9]:119).
الرَّجُلُ
عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
“Seseorang itu mengikuti agama teman dekatnya. Oleh karena
itu, hendaknya seseorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan
teman dekat.” (HR. Abu Dawud, 4833;Tirmidzi, 2378. Dihasankan oleh Syaikh
al-Albani di dalam Shahihu Al-Jami’ 3545).
مَثَلُ الْجَلِيسِ
الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ.
“Permisalan
teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan
seorang pandai besi.” (HR. Bukhari 5534, Muslim 2628).
5.
Berdoa kepada Allah ta’ala agar hatinya selalu ditetapkan di
dalam ketaatan dan petunjuk-Nya.
Hati
manusia sangatlah lemah, oleh karena itu selain berusaha sekuat tenaga juga
berdoa dan memohon kepada Allah ta’ala agar di beri keistiqamahan, hal ini
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Dari
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam
beliau biasa berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ
الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
“Ya
Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, keterjagaan, dan
kekayaan)”(HR. Muslim 2721, At Tirmidzi 3489, Ibnu Majah 3105, Ibnu Hibban
900).
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ
قَلْبِى عَلَى دِينِكَ.
“Wahai
Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas
agama-Mu.” (HR. At-Tirmidzi 3522, Ahmad 12107, . Lihat Shahih Sunan
At-Tirmidzi Syaikh al-Albani 2792).
Demikianlah
semoga sedikit tulisan ini bermanfaat aamiin.
-----000-----
Sragen 15-07-2024.
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar