Rumah tangga romantis merupakan dambaan setiap pasangan suami istri, namun sedikt yang bisa mewujudkan hal ini tidak lain karena minimnya pengetahuan tentang hal itu, oleh karena itu untuk bisa mewujudkan hal itu beberapa tangga yang harus dilalui, diantaranya;
1.
Memperbaiki aqidahnya.
Seseorang akan mendorong dirinya untuk melakukan
perkara-peraka besar dan bermanfaat karena hal itu bukan hanya bermanfaat di
dunia saja melainkan memiliki pahala besar, sebaliknya seseorang akan malas dan
tidak akan bisa medapatkan kebahagiaan apa bila mengesampingkan perkara
aqidahnya.
Allah ta’ala
berfirman:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.
“Dan barang siapa berpaling dari
peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami
akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS.Thaha[20]:124).
Ibnu
Katsir mengatakan:
{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي}
“Dan
barang siapa berpaling dari peringatan-Ku.” (QS.Thaha[20]: 124).
Yaitu
menentang perintah-Ku dan menentang apa yang Kuturunkan kepada rasul-rasul-Ku,
lalu ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil petunjuk dari
selainnya.
{فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا}
“Maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit”. (QS. Thaha[20]: 124).
“Yakni kehidupan yang sempit di dunia. Maka
tiada ketenangan baginya dan dadanya tidak lapang, bahkan selalu sempit dan
sesak karena kesesatannya; walaupun pada lahiriahnya ia hidup mewah dan memakai
pakaian apa saja yang disukainya, memakan makanan apa saja yang disukainya, dan
bertempat tinggal di rumah yang disukainya.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. Thaha[20]:
124).
Oleh karena itu penting pasutri
(pasangan suami istri) untuk mempelajari tauhid yang terkandung di dalam rukun
iman dengan benar dan juga cabang-cabangnya.
2.
Memperbaiki
ibadahnya.
Pasutri hendaknya masing-masing
memperhatikan ibadah pasanganya.
Mendidik dari perkara yang
ringan dan bertahap naik.
Menjadwal waktu-waktu membaca Al-Qur’an, adakalanya untuk saling menyimak, memperhatikan waktu shalat-shalat fardhu.
Allah ta’ala berfirman:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ
عَلَيْهَا.
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (QS. Thaaha[20] :132).
أَوَّلُ مَا
يُـحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ ، فَإِنْ صَلَحَتْ
صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ.
“Perkara yang pertama kali dihisab
dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka
seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun
buruk.”(HR. Al-Tirmidzi 413, Al-Bazar 9462, An-Nasai 465, dishahihkan Syaikh
al-Albani di dalam at-Targhib wa Tarhib 377).
Beliau senantiasa menganjurkan istri-istri beliau untuk giat
beribadah serta membantu mereka dalam melaksanakan ibadah, sesuai dengan
perintah Allah Subhanaahu wa Taala.
Aisyah Radhiallahu ‘anha menceritakan:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يُصَلِّي وَأَنَا رَاقِدَةٌ مُعْتَرِضَةٌ عَلَى فِرَاشِهِ، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ
يُوتِرَ أَيْقَظَنِي فَأَوْتَرْتُ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam shalat sedangkan aku tidur
di atas ranjangnya dengan membentang dihapannya. Ketika akan witir, beliau
membangunkan aku hingga aku pun shalat witir.”(HR. Bukhari 512, 997, Muslim
512).
3. Komunikasi
yang baik.
Seseorang tidak akan merasakan
nikmatnya hidup bersama pasangannya, tidak juga bisa merasakan romantis apabila
pasutri tidak membiasakan interaksi dan komunikasi dengan cara yang baik,
bagaimana hati akan merasakan damai, tenang, tentram seandainya pasangannya berkata
bak sembilu yang menyayat hati, sebagaimana pepatah
mengatakan: ‘Lidah tak bertulang tapi bisa lebih tajam dari pada pedang’.
Ingatlah, menjaga lisan adalah jalan pintas untuk meraih akhlak mulia dan
meraih kedudukan tinggi di surga, kata-kata yang baik dan enak didengar jauh lebih
baik dari sedekah yang diiringi celaan.
Oleh karena itu Allah ta’ala
berfirman:
قَوْلٌ
مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى.
“Perkataan yang baik dan pemberian
maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al
Baqarah[2]:223).
وَعَاشِرُوهُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ.
“Dan bergaullah mereka (istrimu) dengan secara patut.”(QS.
An-Nisa[4]:19).
كُلٌّ كَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
صَدَقَةٌ.
“Setiap kata-kata
yang baik Itu adalah sedekah.” (HR. Bukhari dalam Adabul
Mufrad 422. Dishahihkan Syaikh al-Albani dalam ash-Shahihah 576).
Salah satu contoh bagaimana Rasulullah berkomunikasi yang baik dengan
istrinya, sebagaimana diceritakan istri beliau umul mukminin ‘Aisyah
radhiyallahu’anha, suatu
hari Rasulullah berkata kepadanya:
يَا عَائِشَ، هَذَا جِبْرِيلُ يُقْرِئُكِ
السَّلاَمَ.
Wahai ‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah Radhiyallahu
‘anha), Malaikat Jibril tadi menyampaikan salam buatmu. (HR. Bukhari 3768,
Muslim 2447, Ahmad 24574).
Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ إِذَا ارَادَ
بِاهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا أَدْخَلَ عَلَيْهِم الرِّفْقَ.
“Sesungguhnya jika Allah menghendaki
kebaikan bagi sebuah keluarga maka Allah akan memasukan kelembutan kepada
mereka.” (HR Ahmad 2669, Baihaqi di dalam Su’abul iman 6140, dishahikan
oleh al-Albani dalam As-Shahihah 523).
Ketika berbicara dengan istrimu, hadapkan wajahmu kepadanya,
pandang dengan pandangan tulus, berbicara dengan nada yang enak didengar,
serta hiasi bibirmu dengan senyuman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang merendahkan
sesama muslim.
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ
يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ.
“Cukuplah
seseorang dikatakan buruk tatkala dia merendahkan (menghina) sesama muslim.”
(HR Muslim 2564, Ahmad 8103, Abu Dawud 4882).
Jangan
sampai seorang suami merendahkan istrinya, atau sebaliknya.
4. Menjaga badan
dengan olah raga dan berhias untuk pasangannya.
Sebuah kewajaran bila pasutri
masing-masing mengharapkan tampil yang baik, indah dipandang di hadapan
pasangannya, namun sangat disayangkan banyak pasutri yang tidak lagi peduli
dengan hal ini.
Padahal hal semacam ini takubahnya
seperti ranting yang kering yang setiap saat bisa menyulut permasalahan dan
membakar semua bangunantanpa sisa.
Hendaknya masing-masing pasutri menjaga
penampilannya, kebugarannya, agar tubuh tetap ideal, yaitu dengan cara berolah raga, berpakaian rapi dan
berdandan.
Dari Al Miqdam bin Syuraih dari ayahnya, dia berkata:
سَأَلْتُ
عَائِشَةَ قُلْتُ بِأَىِّ شَىْءٍ كَانَ يَبْدَأُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم-
إِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ قَالَتْ بِالسِّوَاكِ.
Aku bertanya pada Aisyah, “Apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lakukan ketika mulai memasuki rumah beliau?” Aisyah menjawab,
“Bersiwak.” (HR. Muslim 253)
Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu biasa merapikan dirinya, ketika
hal itu di tanyakan, beliau menjawab, “ Sungguh aku suka berhias untuk istriku
sebagaimana aku suka melihat istriku berhias untuk diriku.” (Tafsir Al Qurtubi,
di nukil dari As-Suluk Al-Ijtima’ fil islam, syaikh Hasan Ayub hal, 183-184)
Ketika
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam di tanya, Siapakah wanita yang baik
itu..?,” beliau menjawab:
الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلَا
تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.
“Yang paling menyenangkan jika dilihat suami, mentaati suami jika
suami memerintahkan sesuatu, dan tidak menyelisihi suami dalam diri dan
hartanya dengan apa yang dibenci oleh suaminya.” (HR. Ahmad 9658, An-Nasa’i
3231, di hasankan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Al-Irwa’ 1786).
إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ
الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
"Sesungguhnya Allah itu indah dan
menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang
lain." (HR. Muslim 91, Tirmidzi 1999, Ibnu Majah 59).
5. Dekatnya
fisik akan membawa dekatnya hati.
Tidak bisa dipungkiri
kedekatan badan dapat membawa kedekatan hati.
Allah ta’ala berfirman mensifati
sahabat dahulu bagaimana mereka bila berjumpa, berpelukan, berjabatan dan
berkata yang baik.
Allah ta’ala berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى
الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ.
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang
yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka,. . ." (QS. Al-Fath[48]: 29).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan contoh
akhlak yang baik, rendah hati terhadap istri-istri beliau, Beliau menempatkan
mereka pada kedudukan yang mulia, yaitu menjadi seorang istri yang memiliki
kedudukan terhormat di samping suaminya. Diriwayatkan oleh ‘Aisyah Radhiallahu
‘Anha bahwa ia berkata:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَبَّلَ امْرَأَةً مِنْ نِسَائِهِ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ وَلَمْ
يَتَوَضَّأْ
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium
salah seorang istri beliau, kemudian beliau keluar untuk shalat, sedangkan
beliau tidak berwudhu lagi.” (HR. Abu Dawud 179, Ad-Daraqutni 495, Al-Baihaqi
611, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahih Abu Dawud 171).
كَانَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَّكِئُ فِي حِجْرِي وَأَنَا
حَائِضٌ، فَيَقْرَأُ الْقُرْآنَ .
“Rasulullah saw bersandar di pangkuanku (Aisyah) ketika aku haid,
kemudian ia membaca Al-Qur’an.” (HR. Muslim 301, Ahmad 26221).
Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf an-Nawawi (wafat 676 H) dalam
kitabnya mengatakan bahwa hadits ini menjadi sebuah dalil diperbolehkannya
membaca Al-Qur’an di dekat wanita yang sedang menstruasi, baik dengan cara
duduk di sampingnya, atau bersandar kepadanya. (Imam Nawawi, Syarhun Nawawi
‘ala Shahih Muslim, 3/211).
Aisyah Radhiallahu ‘anha bercerita:
كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ
Aku dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi bersama
dalam satu bejana. (HR Bukhari 250, Muslim 321, Abu Dawud 98, At-Tirmidzi 1755).
Rasulullah tidak pernah melewatkan sediktpun kesempatan
kecuali beliau manfaatkan untuk membahagiakan dan menyenangkan istri melalui
hal-hal yang dibolehkan.
Aisyah Radhiallahu ‘Anha mengisahkan:
خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ وَأَنَا جَارِيَةٌ لَمْ أَحْمِلْ اللَّحْمَ
وَلَمْ أَبْدُنْ فَقَالَ لِلنَّاسِ تَقَدَّمُوا فَتَقَدَّمُوا ثُمَّ قَالَ لِي
تَعَالَيْ حَتَّى أُسَابِقَكِ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقْتُهُ فَسَكَتَ عَنِّي حَتَّى
إِذَا حَمَلْتُ اللَّحْمَ وَبَدُنْتُ وَنَسِيتُ خَرَجْتُ مَعَهُ فِي بَعْضِ
أَسْفَارِهِ فَقَالَ لِلنَّاسِ تَقَدَّمُوا فَتَقَدَّمُوا ثُمَّ قَالَ تَعَالَيْ
حَتَّى أُسَابِقَكِ فَسَابَقْتُهُ فَسَبَقَنِي فَجَعَلَ يَضْحَكُ وَهُوَ يَقُولُ
هَذِهِ بِتِلْكَ.
“Pada suatu ketika aku ikut bersama Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu aku masih seorang gadis
yang ramping. Beliau memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu.
Mereka pun berangkat mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku:
“Kemarilah! sekarang kita berlomba lari.” Aku pun meladeninya dan akhirnya aku
dapat mengungguli beliau. Beliau hanya diam saja atas keunggulanku tadi. Hingga
pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama beliau
dalam sebuah lawatan. Beliau memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih
dahulu. Kemudian beliau mengajakku berlomba kembali. Dan akhirnya beliau dapat
mengungguliku. Beliau tertawa seraya berkata: “Inilah penebus kekalahan yang
lalu !” (HR. Ahmad26277, lihat AS-Shahihah 131, Syaikh al-Albani).
Dari sini seorang pasutri bisa
membangun kedekatan dengan pasangan diantaranya:
1) Membiasakan wajah
berseri-seri.
2) Suka mencandai
istri kita.
3) Sering memuji istri
kita.
4)Bersyukur kepada
istri kita, dengan mengucapkan jazakillaha khairan.
5) Mandi berdua.
6) Sering mencium istri
kita.
7) Menyisir suami.
8) Mencabut bulu
ketiaknya.
9) Memotong kuku
suami.
10) Memasakkan kesukaan suami.
11) Sesekali membelikan makanan kesukaan istri.
12) Jalan pagi berdua.
13) Senang bergandengan tangan dengan istri kita.
14) Sering untuk makan sepiring berdua, minum berdua.
15) Tidur bersama.
16) Ngobrol bersama sebelum tidur.
17) Jangan jual mahal terhadap pasangannya.
18) Sesekali pergi ke suatu tempat untuk menghilangkan
kejenuhan.
19) Membantu pasangannya ketika membutuhkan.
20) Memberi tahu hal-hal yang penting, sekiranya
diperlukan.
21) Menanyakan keadaanya ketika jauh.
22) Memberikan hadiah meskipun sederhana.
23) Mengungkapkan perasaan kangen kepadanya.
24) Berlemah lembut dalam menyelesaikan masalah.
25) Jauhkan kata-kata yang merusak suasana.
Semua ini merupakan cara-cara bagaimana kita dekat dengan pasangan kita sehingga dekatnya fisik akan mendekatkan hati.
6. Mendatangi sawah
untuk meraih berkah dan menyelesaikan masalah.
Allah ta’ala berfirman:
نِسَاؤُكُمْ حَرْثٌ
لَكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ.
“Isteri-isterimu adalah (seperti)
tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu
itu bagaimana saja kamu kehendaki.” ( QS. Al-Baqarah[2]:223).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ
صَدَقَةٌ.
“Hubungan salah satu diantara kalian juga shadaqqah.” (HR.
Muslim 1006, Ahmad).
Banyak faedah yang bisa diambil,
berapa banyak masalah hilang dengan hal itu, berapa banyak kesehatan dapat
dirasakan dengan hal itu, bukan hanya sebatas itu tapi akan menjadikan pahala
yang besar dan perekat dalam rumah tangga.
Sebagian orang hanya memperhatikan
kebutuhannya sendiri, sementara pasanganya tak pernah dihiraukan.
Hal terlarang apabila seorang istri
menolak suaminya. Sebaliknya hendaknya suami juga memikirkan istrinya.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ
تَجِىءَ لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ.
“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang,
lantas istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu
Shubuh” (HR. Bukhari 5193, Muslim 1436).
7. Syukur.
Seorang hamba dapat dikatakan bersyukur apabila memenuhi
tiga hal:
1) Hatinya
mengakui dan meyakini bahwa segala nikmat yang diperoleh itu berasal dari
Allah Ta’ala semata.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ
اللَّهِ..
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka
dari Allah-lah (datangnya)”. (Qs. An Nahl [16]: 53).
2)
Lisannya
mengucapkan kalimat yang baik dan memuji Allah ta’ala.
Hamba yang bersyukur kepada Allah ta’ala ialah hamba yang bersyukur dengan lisannya.
Allah sangat senang apabila lisan hambanya memuji nikmat-Nya.
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ
فَحَدِّثْ.
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka
hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”. (Qs. Adh
Dhuha[93]: 11).
3)
Menggunakan
nikmat-nikmat Allah Ta’ala untuk beramal shalih.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Qudamah rahimahullah, “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan hati,
lisan dan anggota badan. (Minhajul Qasidin, pasal “ Batasan Dan
Syukur Serta Hakekatnya hal terjemahan 515).
8. Bersabar ketika mendapatkan ujian.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ.
“Dan
Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang
yang sabar.” (QS. Al-Baqarah[2]:155).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا
ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ
إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ،
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh
menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini
tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan
kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.
Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu
merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim 2999).
9. Bertaubat jika tergelincir di dalam maksiat.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً
نَصُوحًا.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah
kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.” (QS.At-Tahrim[66]:8).
إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ
أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ.
“Kecuali mereka yang telah bertaubat, mengadakan perbaikan dan
menjelaskan(nya). Mereka itulah yang Aku terima taubatnya, dan Akulah Yang Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”(QS Al-Baqarah[2]: 160).
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ
ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ.
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu
memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi) yang dapat mengampuni
dosa-dosa selain Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang
mereka mengetahui.” (QS.
Al-Imran[3]:135).
10. Senantiasa beramal shalih dan optimis terhadap
masa depan.
Allah ta’ala berfirman:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ
مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
"Barang
siapa mengerjakan kebajikan, baik pria maupun wanita dalam keadaan beriman,
maka niscaya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
akhir dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl[16]:97).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ.
“Bersungguh-sungguhlah untuk meraih apa yang bermanfaat bagimu dan
mintalah pertolongan kepada Allah (dalam segala urusanmu).” (HR. Muslim 2664,
Ahmad 1147).
Demikianlah semoga Allah menjaga keluarga kita dan menjadikannya
keluarga yang romantis. Aamiin.
-----000-----
Sragen 28-09-2024.
Junaedi Abdullah.A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar