Selasa, 17 September 2024

ORANG-ORANG DZALIM ADALAH ORANG YANG BANGKRUT PADA HARI KIAMAT

 


Manusia adalah makhluk sosial, mereka akan merespon setiap segala sesuatu sesuai dengan akal dan nalurinya.

Ketika manusia tidak mempelajari agama ini dengan baik atau tidak mengamalkan apa yang diketahui dengan benar niscaya mereka akan saling mendzalimi satu sama lain, dimana persaingan harta, kedudukan, popularitas justru terkadang menjadi sebab untuk merendahkan orang lain, baik meremehkan, mengejek, mencemooh dan menyakiti, hal ini lebih dikenal dengan istilah bulyying. Permasalahan ini bukan hanya menimpa pada anak-anak saja tapi juga pada orang dewasa.

Oleh karena itu penting bagi seseorang muslim untuk senantiasa berpegang teguh dengan agamanya.

Ada beberapa macam Kedzaliman, dimana seseorang berbuat dzalim kepada Allah, dzalim kepada orang lain, bahkan dzalim kepada diri sendiri, adapun yang kita bahas yaitu orang yang berbuat dzalim kepada orang lain.

Agar diri Kita tidak terjerumus di dalam kedzaliman hendaknya memahami beberapa hal berikut ini, diantaranya:

1.   Macam-macam bentuk kedzaliman:

Adapun dzalim kepada orang lain bisa berbentuk fisik, psikologi dan verbal.

1)   Fisik, contohnya menyakiti badan seperti menjegal, membanting, mendorong, meninju, menendang, menampar, membekap dan bahkan membunuh.

2)   Psikologis, contohnya menyebarkan gosip, memfitnah, mengancam, bergurau dengan mengolok-olok, mengisolasi, mendiamkan, menelantarkan, mengajak orang lain agar turut membenci, mengucilkan, sampai pada perampasan dan penghancuran barang serta pembunuhan karakter seseorang. 

3)   Verbal, contohnya menghina, menyindir, membelalak, membentak, mengungkit-ungkit pemberian, menjuluki julukan yang buruk, merendahkan keluarga, mempermalukan cacat dan kekurangannya.

Kedzaliman-kedzaliman seperti ini jika tanpa ada alasan yang dibenarkan syari’at merupakan perbuatan dosa.

2.   Larangan berbuat dzalim secara umum kepada siapapun.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ.

“Janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak karena melihat siksa.” (QS. Ibrahim[14]: 42).

 

إِنَّ دِمَاءَكُمْ ، وَأَمْوَالَكُمْ ، وَأَعْرَاضَكُمْ  عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا ، فِـيْ شَهْرِكُمْ هَذَا ، فِـيْ بَلَدِكُمْ هَذَا.

“….Sesungguhnya darah, harta, dan kehormatan kalian haram terhadap kalian seperti keharaman hari kalian ini di bulan kalian ini di negeri kalian ini.” (HR. Bukhari 67, Muslim 1218, Ahmad 18966, Abu Dawud 1905).

3.   Melakukan kedzaliman dengan mengolok-olok.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ

Wahai orang-orang yang beriman janganlah salah satu kaum dari kalian menghina kaum yang lain, bisa jadi kaum yang dihina lebih baik dari pada yang menghina…” (QS. Al-Hujurat [49]: 11).

وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ.

“Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.” (Al-Hujurat [49]: 11).

Yakni janganlah kamu memanggil orang lain dengan gelar yang buruk yang tidak enak didengar oleh yang bersangkutan. (Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Hujrat [49]:11).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ.

“Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar), dan memerangi mereka adalah kekafiran.” (HR. Bukhari 48, Muslim 64, Abu Dawud 256,  Tirmidzi 2636).

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ.

“Cukuplah seseorang dikatakan buruk tatkala dia merendahkan (menghina) sesama muslim.” (HR Muslim 2564, Ahmad 8103, Abu Dawud 4882).

Mengolok-olok itu terlarang, dahulu para ulama takut sekalipun kepada anjing, kuatir seandainya sifat tersebut menulari dirinya.

4.   Orang yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa.

Sebagai seorang muslim maka tolak ukur kemuliaan seseorang yaitu dengan ketakwaan bukan yang lain.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ.

 Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.” (QS. Al Hujurat[49]: 13).

Ath Thabari rahimahullah berkata:“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian wahai manusia adalah yang paling tinggi takwanya pada Allah, yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah atau berasal dari keturunan yang mulia.” (Tafsir Ath Thabari, 21:386).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ، وَلَا أَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ، إِلَّا بِالتَّقْوَى.

“Wahai sekalian manusia! Tuhan kalian satu, dan ayah kalian satu (Nabi Adam). Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (non-Arab) dan bagi orang ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan.” (HR. Ahmad 23489, Baihaqi 4774, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam As-Shahihah 2700).

5.   Kedzaliman kepada orang lain disebabkan ‘bangga diri (ijabun nafs).

    1)    ‘Merasa dirinya lebih kaya dari orang lain.

2)   Merasa dirinya lebih pandai dari orang lain.

3)   Merasa dirinya lebih kuat dari orang lain.

4)   Merasa dirinya punya kedudukan atau keturunan terhormat.

5)   Merasa dirinya lebih tampan atau cantik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابٌ اْلمَرْءِ بِنَفْسِهِ.

“Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap dirinya.” (HR. Baihaqi di dalam Syu’abul Iman 731, Musnad al-Bazar 6491, Tabrani di dalam al-Mu’jam al-Ausath 5754, Dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 1802).

Tidaklah seseorang akan takabbur kepada orang lain sampai dia terlebih dahulu merasa ‘ujub (membanggakan diri) terhadap dirinya, dan dia memandang dirinya memiliki kelebihan dari orang lain. Maka dari ‘ujub inilah yang akan melahirkan kesombongan.

6.   Dzalim dengan kesombongan.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَر وكان من الكفرين  .

“Ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun bersujud kecuali Iblis.Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.” (QS. Al-Baqarah[2]: 24).

Inilah alasan iblis kenapa tidak mau sujud kepada Adam, karena dirinya merasa lebih mulia  dengan  Adam dengan logikanya.

Allah ta’ala berfirman kepada iblis:

قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ . قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ . قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ.

“Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” Iblis berkata, "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” Allah berfirman, "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. “ (QS. Shad[38]:75-77).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي، وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدَةً مِنْهُمَا، أَلْقَيْتُهُ فِي جَهَنَّمَ.

"Allah Azza Wa Jalla berfirman: 'Kesombongan adalah selendang-Ku, kebesaran adalah sarung-Ku, barangsiapa mengambil salah satu dari keduanya dari-Ku, maka ia akan Aku lemparkan ke dalam neraka."(HR. Ahmad 9508, Ibnu Majah 4174, Abu Daud 4090 dishahihkan syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 541).

Ketika kesombongan yang hanya pantas di miliki Allah sendiri, kemudian di miliki manusia yang serba lemah, maka akan menjadikan penyakit akut yang sangat ganas, yang bisa membinasakan orang-orang terkemuka dari kalangan para makhluk, baik orang-orang berilmu maupun orang-orang awamnya, sehingg melemparkannya kedalam neraka.

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya bersikap sombong.

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.

"Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya, 'Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?' Beliau menjawab, 'Sesungguhnya Allah Swt. itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." (HR. Muslim 91, Tirmidzi 1999, Ibnu Majah 59).

Betapa banyaknya orang yang menyombongkan diri terhadap kebenaran, dan meremehkan orang lain.

7.   Dzalim dengan riya (pamer).

Adakalanya seseorang berbuat dzalim menyakiti hati orang lain dengan cara memamerkan apa yang dimiliki, dibanggakan, didapatkan, hal itu bisa berupa amal shalih, penghasilan, rumah, mobil, motor, pakaian, emas, pangkat, kedudukan, popularitas dan lain sebagainya.

8.   Hasad, iri, dengki.

Kadang seseorang tak memiliki alasan untuk menyakiti orang lain kecuali hanya berangkat dari hasad, iri, dan dengki, sehingga dengan itu dia berlaku dzalim kepada orang lain.

Allah ta’ala berfirman:

وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ ۖ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّـهُ بِأَمْرِهِ ۗ إِنَّ اللَّـهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.

Banyak dari kalangan ahli kitab yang menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki (yang timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (QS. Al-Baqarah[2]:109).

Orang yang dzalim hendaknya mempertanyakan hatinya, apa alasan syar’i dirinya membenci orang lain..? karena bila memang tidak memiliki yang benar, ini akan menafikan kesempurnaan imannya, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه.

“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari 13, Muslim 45).

9.   Kedzaliman dapat menghapus pahala amal ibadah seseorang.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى.

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (QS. Al-Baqarah[2]:262).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. قَالَ: إِنَّ الْمَفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاة وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي وَقَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَي مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طَرِحَ فِي النَّارِ.

“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah-tengah kita adalah orang yang tidak punya uang dan tidak punya harta.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, (namun) ia telah menghina orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, dan memukul orang lain. Maka kebaikan-kebaikannya tersebut diberi pahala akan tetapi pahala-pahala tersebut diberikan kepada orang yang di dzalimi. Apabila amal kebaikannya habis sebelum terbayar (semua) kedzalimannya, dosa-dosa mereka yang dizalimi itu diambil lalu diberikan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim 2581, Ahmad 263, Tirmidzi 2418).

10.                     Orang yang dzalim diancam dengan siksaan yang pedih.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا السَّبِيلُ عَلَى الَّذِينَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ وَيَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.

“Sesungguhnya kesalahan hanya ada pada orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapat siksaan yang pedih.”
(QS. Asy-Syura [42]: Ayat 42).

Kedzaliman merupakan kegelapan pada hari kiamat nanti.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

إِنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

“Sesungguhnya kezhaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Muslim 2579).

Hendaknya seseorang takut dengan berbuat dzalim karena do’a  orang-orang yang didzalimi mustajab.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اتَّقِ دَعْوَةَ المَظْلُومِ، فَإِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ.

Takutlah kalian terhadap doanya orang yang didzalimi. Karena tidak ada tabir antar dia dengan Allah. (HR. Bukhari 2448, Tirmidzi 2014).

Karena itulah, dulu para ulama ketakutan ketika mendzalimi orang lain. Takut akan doa keburukan yang ditimpakan kepada dirinya.

Demikianlah semoga kita dijauhkan dari perbuatan dzalim baik kepada Allah, kepada orang lain maupun kepada diri kita sendiri. Aamiin.

 

-----000-----

Sragen 18-09-2024

Junaedi Abdullah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANG-ORANG DZALIM ADALAH ORANG YANG BANGKRUT PADA HARI KIAMAT

  Manusia adalah makhluk sosial, mereka akan merespon setiap segala sesuatu sesuai dengan akal dan nalurinya. Ketika manusia tidak mempe...