Selasa, 24 September 2024

MACAM-MACAM TAUHID DAN FAEDAHNYA HUD SOAL 7

 

BAB 2

MACAM-MACAM TAUHID DAN FAEDAHNYA

SOAL 7

MEMAHAMI TAUHID RUBUBIYAH

 

س ٧ - مَا هُوَ تَوْحِيدُ الرَّبِّ ؟

Soal: Apa itu tauhid rububiyah?

ج ٧ - تَوْحِيدُهُ بِأَفْعَالِهِ كَالْخَلْقِ وَالتَّدْبِيْرِ وَغَيْرِهِمَا

Jawab: Maksudnya adalah mengesakan Allah dalam semua perbuatan-Nya, seperti Allah menciptakan, mengatur dan lain sebagainya.

قَالَ الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

}الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين{

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Fatihah[1]:2).

وَقَالَ : (أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ) متفق عليه

"Engkau adalah Rabb langit-langit dan bumi." (Hadits Muttafaqun 'Alaihi).

 

-----000-----

 

Penjelasan:

 

1.   Pengertian tauhid.

Tauhid-dalam bahasa Arab adalah mashdar dari وَحَدَ ، يُوَحِدُ ، تَوْحِيدًا  menjadikan sesuatu itu hanya satu artinya menjadikan sesuatu itu menjadi hanya satu.

Adapun secara syar'i (terminologi) adalah mengesakan Allah ‘aza wajalla terhadap sesuatu yang khusus bagi-Nya, baik dalam Rububiyyah, Uluhiyyah, maupun Asma' dan Sifat-Nya.

2.   Pengertian tauhid Rububiyyah

Ibnul Atsir rahimahullah menyatakan, “Kata Rabb secara bahasa diartikan pemilik, penguasa, pengatur, pembina, pengurus dan pemberi nikmat. Kata ini tidak boleh digunakan dengan tanpa digandengkan (dengan kata yang lain) kecuali untuk Allah Azza wa Jalla  (semata), dan kalau digunakan untuk selain-Nya maka (harus) diiringi (dengan kata lain). Misalnya: rabbu kadza (pemilik barang ini). (An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1/179, dinukil di dalam Fiqhu al-Asma al-Husna Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr).

Tauhid Rububiyyah yaitu mengesakan Allah dalam segala perbuatan-Nya dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan seluruh makhluk. (kitab Tauhid Syaikh Dr. Shalih Bin Fauzan Al-Fauzan).

Allah ta’ala berfirman:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين.

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Fatihah[1]:2).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ .

"Engkau adalah Rabb langit-langit dan bumi." (Hadits Muttafaqun 'Alaihi).

Allah ta’ala yang mencipta, mengatur, memberi rezki kepada hamba-nambanya:

 

3.   Allah yang mencipta alam semesta.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ.

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy..” (QS. Al A’raaf [7]: 54).

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا.

“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian.” (QS. Al-Baqarah[2]:29).

أَأَنْتُمْ أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا.

“Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit?” (QS. An-Nazi’at[79]:27).

لَخَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَكْبَرُ مِنْ خَلْقِ النَّاسِ.

“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia.” (QS. Al-Mu’min [40]: 57).

Allah meminta orang-orang yang menyembah kepada selain Allah menunjukkan apa yang telah diciptakan.

هَٰذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ.

Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah.” (QS. Lukman [31]: 11).

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ.

“Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walau pun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS. Al-Hajj[22]:73).

4.   Allah pengatur alam semesta.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ.

“Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy untuk mengatur segala urusan.” (QS. Yunus[10]:3).

لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ.

“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yasin[36]:40).

يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ.

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya.” (QS. A|s-Sajdah[32]:5).

5.   Allah pemberi rezki kepada makhluknya.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا.

Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (QS. Huud [11]: 6).

وَآيَةٌ لَهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ.

“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan.” (QS. Yasin[36]:33).

إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ.

Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.” (QS. Al Isra’ [17]: 30)

وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ.

Dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.”  (QS. Al-Jumu’ah [62]: 11).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ.

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Faatir [35]: 3).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا .

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, niscaya kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi 2344, Ibnu Majah 4164, lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 310).

6.   Orang-orang musyrik mengakui tauhid rububiyyah.

Orang-orang musryik merasakan bahwa dan mengakui bahwa yang mencipta langit dan bumi adalah Allah ta’ala.

Allah ta’ala memberitahukan keadaan mereka dengan berfirman:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ.

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka.”Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab, "Allah." (QS. Luqman[31]: 25).

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلا تَتَّقُونَ.

Katakanlah, "Siapakah pemilik langit yang tujuh dan pemilik 'Arasy yang besar?” Mereka akan menjawab, "Kepunyaan Allah.” Katakanlah, "Maka apakah kalian tidak bertakwa?" (QS. Al-Mu’minun[23]: 86-87).

7.   Pengakuan tauhid rububiyyah semata tidak menjadikan seseorang islam.

Iman bukan hanya membenarkan atau meyakini Allah yang mencipta mengatur dan memberi rezki semata, akan tetapi juga diiringi perkataan dalam lisan (syahadat) dan amalan anggota badan.

Allah ta’ala berfirman :

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا.

“Dan mereka mengingkarinya karena kedzaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya..” (QS. An-Naml[27]:14).

الَّذِينَ اتَيْنَهُمُ الْكِتَب يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءهُم.

“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah[2]:146).

فَلَمَّا جَاءَهُم مَّا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ.

“Setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya.” (QS. Al-Baqarah[2]:89).

Abu Thalib membenarkan, memuji dan membela islam namun tidak mau mengucapkan syahadat sehingga mati dalam keadaan musyrik. Ketika hendak meninggal di sisi Abu Thalib terdapat ‘Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahl,  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada pamannya ketika itu:

أَىْ عَمِّ ، قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ.

 “Wahai pamanku, katakanlah ‘laa ilaha illalah’ yaitu kalimat yang aku nanti bisa beralasan di hadapan Allah (kelak).”

Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Umayyah berkata:

يَا أَبَا طَالِبٍ ، تَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ.

“Wahai Abu Thalib, apakah engkau tidak suka pada agamanya Abdul Muthallib?” Mereka berdua terus mengucapkan seperti itu, namun kalimat terakhir yang diucapkan Abu Thalib adalah ia berada di atas ajaran Abdul Mutthalib.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengatakan :

لأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْهُ.

“Sungguh aku akan memohonkan ampun bagimu wahai pamanku, selama aku tidak dilarang oleh Allah” Kemudian turunlah ayat:

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ.

“Tidak pantas bagi seorang Nabi dan bagi orang-orang yang beriman, mereka memintakan ampun bagi orang-orang yang musyrik, meskipun mereka memiliki hubungan kekerabatan, setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam” (QS. At Taubah[9]: 113).

Allah ta’ala juga menurunkan ayat:

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ.

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak bisa memberikan hidayah (taufiq) kepada orang-orang yang engkau cintai” (QS. Al Qasshash[28]: 56) (HR. Bukhari 3884).

Secara jelas prinsip Ahlus Sunnah mengenai iman termaktub dalam perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau rahimahullah berkata:

وَمِنْ أُصُولِ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ أَنَّ الدِّينَ وَالْإِيمَانَ قَوْلٌ وَعَمَلٌ ، قَوْلُ الْقَلْبِ وَاللِّسَانِ ، وَعَمَلُ الْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ ، وَأَنَّ الْإِيمَانَ يَزِيدُ بِالطَّاعَةِ ، وَيَنْقُصُ بِالْمَعْصِيَةِ ."

"Di antara pokok akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, bahwa agama dan iman terdiri dari: perkataan dan amalan, perkataan hati dan lisan, amalan hati, lisan dan anggota badan. Iman itu bisa bertambah dengan melakukan ketaatan dan bisa berkurang karena maksiat.” (Al ‘Aqidah Al Wasithiyyah).

8.   Kesalahan anggapan selain Allah ada yang mengatur alam semesta.

Sebagian orang meyakini ada tempat-tempat tertentu ada penguasanya selain Allah, keyakinan ini adalah keliru dan merupakan keyakinan syirik.

Allah ta’ala berfirman:

أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا أَإِلَهٌ مَعَ اللَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ.

“Bukankah Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan yang menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)?” (QS. AN-Naml[27]:61).

Di dalam hadits qudsi di jelaskan tentang larangan mencela waktu :

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يُؤْذِينِى ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

”Allah ’Azza wa Jalla berfirman,’Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu, padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang.” (HR. Muslim 6000).

Anggapan ada penguasa pantai laut selatan, gunung merapi, penguasa tempat tertentu dan lain-lain semua ini tidak benar.

9.   Kekliruan anggapan, ada yang dapat mendatangkan manfaat dan madharat dari selain Allah.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ.

“Jika Allah menimpakan suatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah meng­hendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya.” (QS. Yunus[10]:107).

10.                     Banyak kaum muslimin yang tidak paham tauhid rububiyyah.

Hal itu ditandai dengan takutnya mereka terhadap tempat tertentu, bulan tertentu, pakaian tertentu, hewan tertentu, bahkan melakukan perbuatan tertentu yang dianggap akan mejadikan madharat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، اَلطِّيَرَةُ شِرْكٌ، وَمَا مِنَّا إِلاَّ، وَلَكِنَّ اللهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ.

“Thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik, thiyarah itu syirik dan setiap orang pasti terbetik dalam hatinya, Hanya saja Allah menghilangkannya dengan tawakkal kepadaNya.” (HR. Bukhari di dalam Adabul Mufrad 909, Tirmidzi 1614).

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dia berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ، وَلاَ هَامَةَ وَلاَ صَفَرَ.

"Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah), tidak dibenarkan beranggapan sial, tidak dibenarkan pula beranggapan nasib malang karena tempat, juga tidak dibenarkan beranggapan sial di bulan Shafar” (HR. Bukhari 5757 Muslim 2220).

Demikianlah pentingnya seseorang untuk memahami tauhid rububiyyah, semoga bermanfaat, Aamiin ya Rabbal ‘aalamin.

 

-----000-----

 

Sragen 25-09-2024

Junaedi Abdullah.

 

 

 

 

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 10 HAK TETANGGA

  BAB 10 HAK TETANGGA Tetangga adalah orang yang dekat dengan kita, baik di depan, belakang, kanan ataupun kiri dari rumah kita menurut ...