TAWAKAL KEPADA ALLAH TA'ALA.
Tawakal
merupakan kebutuhan seorang hamba kepada Rabbnya, dimana seseorang apabila
telah bertawakal kepada Allah ta’ala akan menjadi tentramlah hatinya, namun
perlu diketahui bagaimana tawakal yang benar itu, sedikit pembahasan ini semoga
bermanfaat.
1. Pengertian
tawakal.
Ibnu
Rajab rahimahullah berkata, Hakikat
tawakkal adalah benar-benar menyandarkan hati pada Allah untuk meraih berbagai
kemaslahatan dan menghilangkan bahaya. baik dalam urusan dunia maupun akhirat,
Menyerahkan semua urusan kepada-Nya, serta meyakini dengan sebenar-benarnya
bahwa tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan
mendatangkan manfaat kecuali Allah semata. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hadists ke
49).
2.
Tawakal
yang benar.
Tawakal yang
benar yaitu disertai dengan usaha.
Usaha sama
sekali tidak bertentangan dengan tawakal, justru apa bila kita melihat syari’at
ini kita akan dapatkan perintah usaha terlebih dahulu baru tawakal.
Sebagaimana
firman Allah Ta'ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا
حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوا ثُبَاتٍ أَوِ انْفِرُوا جَمِيعً
“Hai orang-orang yang beriman, ambillah sikap waspada.” (QS.
An Nisa [4]: 71).
Usaha dengan
anggota badan sebagai sarana dan sebab untuk mendapatkan kemaslahatan baik
urusan dunia seperti datangnya rezki, maupun akhirat seperti istiqamah, merupakan
ketaatan kepada Allah, sedangkan tawakal dengan hati merupakan keimanan
kepada-Nya.
Allah ta’ala berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ
مِنْ قُوَّةٍ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS. Al
Anfaal [8]: 60).
فَإِذَا قُضِيَتِ
الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ
وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah” (QS. Al Jumu’ah [62]: 10).
Hal ini sebagaimana
sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada Asyaj Abdul Qais, di mana beliau
bersama-sama sahabatnya sampai kepada Nabi, Asyaj mengikat ontanya terlebih
dahulu, merapikan bajunya melangkah dengan tenang menuju kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari sini Beliau bersabda:
إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ
يُحِبُّهُمَا اللهُ: الْحِلْمُ، وَالْأَنَاةُ.
“Sesungguhnya pada
dirimu terdapat dua perkara yang dicintai Allah, yaitu kesabaran dan tidak
tergesa-gesa.” (HR. Muslim 17, Tirmidzi 2011, Abu Dawud 5225).
Demikian pula bagaimana mengatur
strategi perang, Beliau tidak hanya serta merta maju begitu saja, tetapi Beliau
menggunakan strategi yang sangat luar biasa.
Oleh karena itu, Sahl At Tusturi mengatakan, “Barang siapa mencela
usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah .
Barang siapa mencela tawakal maka dia telah meninggalkan keimanan. (Jami’ul Ulum wal Hikam hadits 49, Ibnu Rajab al-Hambali).
3.
Tawakal yang salah.
Banyak orang
yang salah di dalam memahami tawakal, mereka bertawakal sementara mereka
meninggalkan usaha.
Orang yang
ingin istiqamah namun dirinya pasrah tidak mau belajar dan menempuh sebab-sebab
istiqamah maka tawakal demikian adalah tawakal yang keliru begitu pula orang
yang menghendaki harta namun tidak mau usaha tentu ini adalah tawakal yang
keliru.
Orang yang
keliru dalam tawakalnya seperti ini apa bila dikatakan “ janganlah makan, nanti
kalau ALlah takdirkan kenyang tentu akan kenyang, atau tidak perlu
tengak-tengok saat nyebrang jalan, kalau Allah takdirkan selamat tentu akan
selamat tentu tidak bisa menerima.
Satu misal Allah
ta’ala berfirman:
إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ
لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ .
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia
kehendaki dan menyempitkannya.” (QS. Al-Isra’[17]: 30).
Allah melapangkan
dan menyempitkan rezki kepada siapa yang dikehendaki, namun Allah membuka
sebab-sebab seseorang dilapangkan rezkinya.
Seperti:
1)
Mencari
harta dengan cara yang benar dan halal.
2)
Bekerja
sungguh-sungguh.
3)
Memantau
keuangannya.
4)
Tidak berlaku
boros.
5)
Banyak
bersyukur.
6)
Banyak
bersedekah.
7)
Menyambung
silaturrahmi.
8)
Memperbanyak
istigfar.
9)
Bertaqwa
kepada Allah dan menjahui maksiat.
10)
Berdoa
agar diberi kecukupan.
Setelah itu
baru seseorang bertawakal kepada Allah ta’ala.
4. Allah akan
mencukupi orang-orang yang bertawakal.
Allah ta’ala
brfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا.
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ
حَسْبُهُ…
“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan
memberi baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…”(QS.At
Thalaq[65]:2-3).
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ
تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ،
وتَرُوْحُ بِطَانًا .
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan
sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, niscaya kalian akan diberikan rizki oleh
Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut
keluar dalam keadaan lapar dan di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR
Tirmidzi 2344, Ibnu Majah 4164, lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 310).
Pernahkah kita
dapatkan burung yang hanya berdiam diri di sarang, tentu tidak, mereka terbang
dari ranting satu ke ranting berikutnya untuk mencari rezki ALlah ta’ala.
5.
Tawakal
yang syirik.
Yaitu seseorang
tidak mau bertawakal kepada Allah ta’ala, melainkan bertawakal kepada dukun,
tempat yang dikeramatkan, atau melakukan ritual kesyirikan untuk membuka
usahanya agar laris. Semua itu adalah kesyirikan yang harus di jahui.
Demikianlah semoga
bermanfaat.
-----000-----
Sragen 02-09-2024
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar