Selasa, 03 September 2024

TAWAKAL KEPADA ALLAH TA’ALA

 

TAWAKAL KEPADA ALLAH TA'ALA.

 

Tawakal merupakan kebutuhan seorang hamba kepada Rabbnya, dimana seseorang apabila telah bertawakal kepada Allah ta’ala akan menjadi tentramlah hatinya, namun perlu diketahui bagaimana tawakal yang benar itu, sedikit pembahasan ini semoga bermanfaat.

1.   Pengertian tawakal.

Ibnu Rajab rahimahullah berkata, Hakikat tawakkal adalah benar-benar menyandarkan hati pada Allah untuk meraih berbagai kemaslahatan dan menghilangkan bahaya. baik dalam urusan dunia maupun akhirat, Menyerahkan semua urusan kepada-Nya, serta meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa tidak ada yang memberi, menghalangi, mendatangkan bahaya, dan mendatangkan manfaat kecuali Allah semata. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, hadists ke 49).

2.   Tawakal yang benar.

Tawakal yang benar yaitu disertai dengan usaha.

Usaha sama sekali tidak bertentangan dengan tawakal, justru apa bila kita melihat syari’at ini kita akan dapatkan perintah usaha terlebih dahulu baru tawakal.

Sebagaimana firman Allah Ta'ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ فَانْفِرُوا ثُبَاتٍ أَوِ انْفِرُوا جَمِيعً

Hai orang-orang yang beriman, ambillah sikap waspada.” (QS. An Nisa [4]: 71).

Usaha dengan anggota badan sebagai sarana dan sebab untuk mendapatkan kemaslahatan baik urusan dunia seperti datangnya rezki, maupun akhirat seperti istiqamah, merupakan ketaatan kepada Allah, sedangkan tawakal dengan hati merupakan keimanan kepada-Nya.

Allah ta’ala berfirman:

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang.” (QS. Al Anfaal [8]: 60).

فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ.

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah” (QS. Al Jumu’ah [62]: 10).

 

Hal ini sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam kepada Asyaj Abdul Qais, di mana beliau bersama-sama sahabatnya sampai kepada Nabi, Asyaj mengikat ontanya terlebih dahulu, merapikan bajunya melangkah dengan tenang menuju kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari sini Beliau bersabda:

إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ: الْحِلْمُ، وَالْأَنَاةُ.

“Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua perkara yang dicintai Allah, yaitu kesabaran dan tidak tergesa-gesa.” (HR. Muslim 17, Tirmidzi 2011, Abu Dawud 5225).

Demikian pula bagaimana mengatur strategi perang, Beliau tidak hanya serta merta maju begitu saja, tetapi Beliau menggunakan strategi yang sangat luar biasa.

Oleh karena itu, Sahl At Tusturi mengatakan, “Barang siapa mencela usaha (meninggalkan sebab) maka dia telah mencela sunnatullah . Barang siapa mencela tawakal maka dia telah meninggalkan keimanan. (Jami’ul Ulum wal Hikam hadits 49, Ibnu Rajab al-Hambali).

 

3.   Tawakal yang salah.

Banyak orang yang salah di dalam memahami tawakal, mereka bertawakal sementara mereka meninggalkan usaha.

Orang yang ingin istiqamah namun dirinya pasrah tidak mau belajar dan menempuh sebab-sebab istiqamah maka tawakal demikian adalah tawakal yang keliru begitu pula orang yang menghendaki harta namun tidak mau usaha tentu ini adalah tawakal yang keliru.

Orang yang keliru dalam tawakalnya seperti ini apa bila dikatakan “ janganlah makan, nanti kalau ALlah takdirkan kenyang tentu akan kenyang, atau tidak perlu tengak-tengok saat nyebrang jalan, kalau Allah takdirkan selamat tentu akan selamat tentu tidak bisa menerima.

Satu misal Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ .

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.” (QS. Al-Isra’[17]: 30).

Allah melapangkan dan menyempitkan rezki kepada siapa yang dikehendaki, namun Allah membuka sebab-sebab seseorang dilapangkan rezkinya.

Seperti:

1)   Mencari harta dengan cara yang benar dan halal.

2)   Bekerja sungguh-sungguh.

3)   Memantau keuangannya.

4)   Tidak berlaku boros.

5)   Banyak bersyukur.

6)   Banyak bersedekah.

7)   Menyambung silaturrahmi.

8)   Memperbanyak istigfar.

9)   Bertaqwa kepada Allah dan menjahui maksiat.

10)                     Berdoa agar diberi kecukupan.

Setelah itu baru seseorang bertawakal kepada Allah ta’ala.

4.   Allah akan mencukupi orang-orang yang bertawakal.

Allah ta’ala brfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan memberi baginya jalan keluar.   Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…”(QS.At Thalaq[65]:2-3).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا .

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, niscaya kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi 2344, Ibnu Majah 4164, lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 310).

Pernahkah kita dapatkan burung yang hanya berdiam diri di sarang, tentu tidak, mereka terbang dari ranting satu ke ranting berikutnya untuk mencari rezki ALlah ta’ala.

5.   Tawakal yang syirik.

Yaitu seseorang tidak mau bertawakal kepada Allah ta’ala, melainkan bertawakal kepada dukun, tempat yang dikeramatkan, atau melakukan ritual kesyirikan untuk membuka usahanya agar laris. Semua itu adalah kesyirikan yang harus di jahui.

Demikianlah semoga bermanfaat.

 

-----000-----

 

Sragen 02-09-2024

Junaedi Abdullah.

 

 

 

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 10 HAK TETANGGA

  BAB 10 HAK TETANGGA Tetangga adalah orang yang dekat dengan kita, baik di depan, belakang, kanan ataupun kiri dari rumah kita menurut ...