Senin, 22 Desember 2025

BAB 4 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 14-15 HUKUM PERDUKUNAN

 


BAB 4

MACAM-MACAM SYIRIK BESAR.

SOAL: 14-15

HUKUM PERDUKUNAN.

 

س ١٤ - هَلْ نُصَدِّقُ الْعَرَّافَ وَالْكَاهِنَ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ ؟

Soal Jawab 14: Apakah kita boleh mempercayai tukang ramal dan dukun dalam masalah yang ghaib?

ج ١٤ - لا نُصَدِّقُهُمَا .

Jawab: Kita tidak boleh mempercayai.

لِقَوْلِهِ تَعَالَى:   

Karena Allah ta’ala berfirman:

 }قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللهُ } سورة النمل : ٦٥

"Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah'." (Surat An-Naml ayat 65)

وقال ﷺ:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

( مَنْ أَتَى عَرَّافًا، أَوْ كَاهِنًا ، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ , فَقَدْ كَفَرَ بِمَ أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ) صحيح رواه أحمد

"Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian dia mempercayai mereka dalam ucapan mereka (dalam perkara ghaib), berarti ia telah mengingkari apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhamad." (Hadits shahih riwayat Ahmad  425, diShahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Misykah 4559).

س ۱۵ - هَلْ يَعْلَمُ الغَيْبَ أَحَدٌ ؟

Soal jawab 15: Apakah seseorang dapat mengetahui perkara yang ghaib?

ج ١٥ - لَا يَعْلَمُ الغَيْبَ أَحَدٌ ، إِلَّا مَنْ أَطْلَعَهُ اللَّهُ مِنْ الرُّسُلِ.

Jawab: Tidak ada seseorang pun yang dapat mengetahui perkara ghaib melainkan sebagian dari para rasul yang Allah tampakkan hal itu kepadanya.

قَالَ تَعَالَى :

Allah ta’ala berfirman:

عَلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا .

"(Dia adalah Rabb) Yang Maha Mengetahui yang ghaib, Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya." (Surat Al-Jin ayat 26).

وقال ﷺ:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَعْلَمُ الْغَيْبَ إِلَّا الله

"Tidak ada yang dapat mengetahui perkara yang ghaib melainkan Allah." (Hadits hasan riwayat Thabrani, (Bukhari 7380).

 

-----000-----

1.   Pengertian dukun (al-kuhan, al ’Arraf).

Dukun orang-orang yang mengabarkan urusan ghaib yang akan terjadi di waktu yang akan datang dengan meminta bantuan setan(Jin). (Syarah Kitab Tauhid, Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan).

Al-Baghawi berkata, "Al-'Arraf (orang pintar) ialah orang yang mengklaim mengetahui dengan menggunakan isyarat-isyarat untuk menunjukkan barang curian atau tempat barang hilang atau semacamnya. Adapula yang mengatakan, 'Dia adalah kahin (dukun), padahal kahin adalah orang yang memberitahukan tentang perkara-perkara yang akan terjadi di masa mendatang.’ Ada pula yang mengatakan, Yaitu orang yang memberitahukan apa yang tersimpan dalam hati seseorang."

Menurut Abu al-Abbas Ibnu Taimiyah, "Al-'Arraf adalah sebut-an untuk tukang ramal, tukang nujum, peramal nasib dan yang sebangsanya, yang menyatakan tahu tentang perkara-perkara (yang wlak diketahui oleh orang lain) dengan cara-cara tersebut." (Kitab Tauhid Bab Dukun, Tukang Ramal Dan Sejenisnya).

Ada beberapa istilah yang memiliki konotasi dengan perdukunan. Terkadang istilah tersebut dipakai untuk makna yang sama, namun sering kali dipakai dalam makna berbeda. Istilah tersebut ialah: kahin (dukun), ‘arraf (peramal), munajjim (ahli nujum menganggap bintang dan sejenisnya memeliki pengaruh), sahir (ahli sihir).

2.   Kenapa perdukunan menjamur.

 

Kebiasaan pergi kedukun telah lama terjadi, semenjak zaman jahiliyyah.

Disebutkan dalam sebuah atsar dari Mu’awiyah bin Hakam Radhiyallahu anhu, ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

يَا رَسُولَ اللَّهِ أُمُورًا كُنَّا نَصْنَعُهَا فِى الْجَاهِلِيَّةِ كُنَّا نَأْتِى الْكُهَّانَ. قَالَ فَلاَ تَأْتُوا الْكُهَّانَ.

 “Ada beberapa hal yang biasa kami lakukan pada masa jahiliyah, kami terbiasa datang ke dukun?” Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  “Jangan kalian datang ke dukun.” (HR. Muslim 537, al-Muwata’ 737).

Para dukun, para normal mereka mengelabuhi masyarakat dengan nama-nama yang disamarkan, seperti orang pintar, pengobatan alternatif, para normal, orang tua, tabib, dan lain sebagainya.

Masyarakat banyak yang tertipu dengan nama samaran  tersebut, meskipun ada juga yang terang-terangan menyebut dirinya dukun.

Mereka berduyun-duyun rela antri untuk datang, baik yang sehat maupun yang sakit, miskin maupun kaya, sukses maupun gagal atau baru buka usaha, berpangkat maupun orang biasa, dari para pejabat sampai rakyat jelata, bahkan orang yang dianggap berilmu sampai orang awamnya.

Mau pangakat naik pergi kedukun, menjaga wibawa pergi kedukun, mau hajatan pergi kedukun, mau buka usaha pergi kedukun, kehilangan barang pergi kedukun, bersaing dagangan pergi kedukun, ingin memiliki aura  pergi kedukun, sampai berselisih dengan keluarga mereka juga pergi kedukun, seakan akan dukun adalah solusi yang tepat.

Hal ini terjadi karena dangkalnya pengetahuan masyarakat terhadap agama.

3.   Para dukun adalah orang-orang yang suka berdusta.

1)  Dusta dalam penampilan.

Banyak diantara mereka yang berdusta dalam penampilan.

Seseorang yang menampakkan pakaian kyai, ustadz ataupun orang shalih, namun apabila tatacara dan praktek yang dipakai adalah dukun maka mereka adalah dukun, karena hakekatnya itulah yang dihitung.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:

هَلْ أُنَبِّئُكُمْ عَلَى مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ . تَنَزَّلُ عَلَى كُلِّ أَفَّاكٍ أَثِيمٍ . يُلْقُونَ السَّمْعَ وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ.

“Maukah Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.” (QS. Asy-Syu’araa[26]: 221-223).

2)  Dusta dalam perkataan dan perbuatan.

Mereka mengaku mengetahui perkara ghaib, padahal hanya Allah saja yang mengetahui perkara tersebut.

Allah ta’ala berfirman:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللهُ .

"Katakanlah, "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah'." (QS. An-Naml [27]: 65).

وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ اِلَّا هُوَۗ .

“Kunci-kunci semua yang ghaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia..” (QS. Al-An’am[6]:59).

عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖٓ اَحَدًاۙ اِلَّا مَنِ ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ.

“Dia mengetahui yang ghaib. Lalu, Dia tidak memperlihatkan yang ghaib itu kepada siapa pun, Kecuali kepada rasul yang diridai-Nya...” (QS. Al-Jin[72]: 26-27).

Perkara ghaib adalah semua perkara yang Allah tidak memberitahukan kepada kita, meliputi peristiwa lampau, peristiwa yang akan datang, surga, Neraka, di langit, di bumi, di laut dan di mana pun tempat.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha berkata, orang-orang bertanya kepada Rasullullah sallallahu ‘alaihi wa sallam tentang perdukunan beliau berkata:

لَيْسَ بِشَيْء, فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَا أَحْيَانًا بِشَيْءٍ فَيَكُونُ حَقًّا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تِلْكَ الكَلِمَةُ مِنَ الحَقِّ يَخْطَفُهَا مِنَ الجِنِّيِّ فَيَقُرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ فَيَخْلِطُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ.

“(Para dukun itu) tidak ada apa-apanya, mereka berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya dukun-dukun itu biasa menuturkan kepada kami lantas kami jumpai bahwa apa yang mereka katakan itu benar.” Maka Nabi menjawab, “Itu adalah ucapan benar yang dicuri dengar oleh jin (syaitan) kemudian dia bisikkan ke telinga walinya (dukun) dan dia pun menambahkan dengan seratus kedustaan di dalamnya.” (HR. Bukhari 5762, Muslim 2228).

Dalam riwayat lain:

Dari Aisyah, bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَنْزِلُ فِي الْعَنَانِ وَهُوَ السَّحَابُ فَتَذْكُرُ الْأَمْرَ قُضِيَ فِي السَّمَاءِ فَتَسْتَرِقُ الشَّيَاطِينُ السَّمْعَ فَتَسْمَعُهُ فَتُوحِيهِ إِلَى الْكُهَّانِ فَيَكْذِبُونَ مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ.

“Sesungguhnya malaikat turun ke awan, mereka menceritakan tentang urusan yang telah diputuskan Allah di langit. Kemudian setan-setan mencuri dengar lalu mereka mendengar urusan tersebut, setelah itu mereka sampaikan kepada para dukun. Mereka mencampurinya dengan seratus kebohongan dari diri mereka sendiri.” (HR. Bukhari 3210).

Para dukun mereka banyak menipu manusia, sekalipun sedang kesusahan dan yang sedang mendapat musibah, mereka memeras pasiennya dengan mengatasnamakan jasa, jasa pengobatan, pelaris, wibawa, kecantikan, pagar diri, kekuatan, pengasihan, tolak bala dan lain-lain.

4.   Larangan pergi kedukun, para normal dan sejenisnya.

Para dukun mendasari ucapan dan perbuatannya dari jin-jin yang suka berbohong, sehingga dukun juga suka berbohong, oleh karena itu orang-orang beriman dilarang keras pergi kedukun.

Allah ta’ala memberitahukan hal itu dengan firman-Nya:

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا.

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta perlindungan kepada laki-laki dari kalangan jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesesatan.” (QS. Al-Jin[72]:6).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً.

“Barang siapa mendatangi dukun atau peramal, maka tidak diterima shalatnya 40 hari.”  (HR.Muslim 2230, Ahmad 16638, Thabrani, Mu’jam al-Ausath 1453).

Imam Nawawi rahimahullah berkata:

فَمَعْنَاهُ أَنَّهُ لَا ثَوَابَ لَهُ فِيهَا وَإِنْ كَانَتْ مُجْزِئَةً فِي سُقُوطِ الْفَرْضِ عَنْهُ وَلَا يَحْتَاجُ مَعَهَا إِلَى إِعَادَةٍ.

“Maka maknanya adalah bahwa tidak ada pahala baginya dalam amalan itu, meskipun amalan tersebut sah dan mencukupi dalam menggugurkan kewajiban darinya, sehingga tidak perlu diulang..” (Syarah Imam Nawawi pada Shahih Muslim, hadits 2230)

5.   Membenarkan omongan dukun atau paranormal bisa menjadikan kekafiran.

Hal ini karena dukun, para normal mereka meminta bantuan kepada setan-setan atau jin kemudian memerintahkan kepada pasiennya agar melakukan perbuatan-perbuatan syirik.

Seperti menyembelih ayam hitam mulus untuk diberikan sebagai sasesji mengucapakan kalimat kufur, yaitu meminta kepada satu tempat atau kepada jin agar dikabulkan doanya, dan lain-lainnya.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ.

 “Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal lalu memercayai apa yang dia katakana, maka dia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad 9536, Tirmidzi 135, Ibnu Majah 639, Abu Daud 3904, Disahihkan syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 3387).

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab memberikan faedah pada hadits di atas diantaranya: “ (Barangsiapa) mempercayainya (dukun atau para normal) adalah kufur. (Kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab).

Meskipun dalam hal ini ulama berbeda pendapat, apakah kufur asgar atau kufur akbar, maka selayaknya kita menjauhi perbuatan-perbuatan yang bisa membawa dosa besar maupun kekufuran.

Demikianlah semoga bermanfaat. Aamiin.

 

-----000-----

 

Sragen 23-12-2025

Abu Ibrahim Junaedi Abdullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 4 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 14-15 HUKUM PERDUKUNAN

  BAB 4 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 14-15 HUKUM PERDUKUNAN.   س ١٤ - هَلْ نُصَدِّقُ الْعَرَّافَ وَالْكَاهِنَ فِي عِلْمِ الْغَي...