BAB
4
MACAM-MACAM
SYIRIK BESAR.
SOAL:
14-15
HUKUM PERDUKUNAN.
س ١٤ - هَلْ نُصَدِّقُ الْعَرَّافَ
وَالْكَاهِنَ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ ؟
Soal
Jawab 14: Apakah kita boleh mempercayai tukang ramal dan dukun dalam masalah
yang ghaib?
ج ١٤ - لا نُصَدِّقُهُمَا .
Jawab:
Kita tidak boleh mempercayai.
لِقَوْلِهِ تَعَالَى:
Karena
Allah ta’ala berfirman:
}قُلْ
لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللهُ } سورة
النمل : ٦٥
"Katakanlah,
"Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang
ghaib, kecuali Allah'." (Surat An-Naml ayat 65)
وقال ﷺ:
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(
مَنْ أَتَى عَرَّافًا، أَوْ كَاهِنًا ، فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ , فَقَدْ كَفَرَ
بِمَ أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ) صحيح رواه أحمد
"Barangsiapa
yang mendatangi tukang ramal atau dukun, kemudian dia mempercayai mereka dalam
ucapan mereka (dalam perkara ghaib), berarti ia telah mengingkari apa yang
telah diturunkan kepada Nabi Muhamad." (Hadits shahih riwayat Ahmad 425, diShahihkan Syaikh
al-Albani di dalam al-Misykah 4559).
س ۱۵ - هَلْ
يَعْلَمُ الغَيْبَ أَحَدٌ ؟
Soal jawab 15: Apakah
seseorang dapat mengetahui perkara yang ghaib?
ج ١٥ - لَا يَعْلَمُ الغَيْبَ أَحَدٌ ، إِلَّا مَنْ أَطْلَعَهُ اللَّهُ
مِنْ الرُّسُلِ.
Jawab:
Tidak ada seseorang pun yang dapat mengetahui perkara ghaib melainkan sebagian
dari para rasul yang Allah tampakkan hal itu kepadanya.
قَالَ تَعَالَى :
Allah ta’ala berfirman:
عَلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا .
"(Dia
adalah Rabb) Yang Maha Mengetahui yang ghaib, Dia tidak memperlihatkan kepada
seorang pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada Rasul yang diridhai-Nya."
(Surat Al-Jin ayat 26).
وقال ﷺ:
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَعْلَمُ الْغَيْبَ إِلَّا الله
"Tidak ada yang dapat mengetahui
perkara yang ghaib melainkan Allah." (Hadits hasan riwayat Thabrani,
(Bukhari 7380).
-----000-----
1.
Pengertian dukun (al-kuhan, al ’Arraf).
Dukun
orang-orang yang mengabarkan urusan ghaib yang akan terjadi di waktu yang akan
datang dengan meminta bantuan setan(Jin). (Syarah Kitab Tauhid, Syaikh Shalih
bin Fauzan al-Fauzan).
Al-Baghawi berkata, "Al-'Arraf (orang pintar) ialah
orang yang mengklaim mengetahui dengan menggunakan isyarat-isyarat untuk
menunjukkan barang curian atau tempat barang hilang atau semacamnya. Adapula
yang mengatakan, 'Dia adalah kahin (dukun), padahal kahin adalah orang yang
memberitahukan tentang perkara-perkara yang akan terjadi di masa mendatang.’
Ada pula yang mengatakan, Yaitu orang yang memberitahukan apa yang tersimpan
dalam hati seseorang."
Menurut Abu al-Abbas Ibnu Taimiyah, "Al-'Arraf adalah
sebut-an untuk tukang ramal, tukang nujum, peramal nasib dan yang sebangsanya,
yang menyatakan tahu tentang perkara-perkara (yang wlak diketahui oleh orang
lain) dengan cara-cara tersebut." (Kitab Tauhid Bab Dukun, Tukang Ramal
Dan Sejenisnya).
Ada
beberapa istilah yang memiliki konotasi dengan perdukunan. Terkadang istilah
tersebut dipakai untuk makna yang sama, namun sering kali dipakai dalam makna
berbeda. Istilah tersebut ialah: kahin (dukun), ‘arraf (peramal), munajjim
(ahli nujum menganggap bintang dan sejenisnya memeliki pengaruh), sahir (ahli
sihir).
2.
Kenapa perdukunan menjamur.
Kebiasaan pergi kedukun telah lama terjadi, semenjak zaman
jahiliyyah.
Disebutkan dalam sebuah atsar dari
Mu’awiyah bin Hakam Radhiyallahu anhu, ia berkata kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam :
يَا رَسُولَ اللَّهِ أُمُورًا كُنَّا نَصْنَعُهَا
فِى الْجَاهِلِيَّةِ كُنَّا نَأْتِى الْكُهَّانَ. قَالَ فَلاَ تَأْتُوا الْكُهَّانَ.
“Ada beberapa hal yang biasa kami lakukan pada
masa jahiliyah, kami terbiasa datang ke dukun?” Jawab Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam “Jangan kalian datang
ke dukun.” (HR. Muslim 537, al-Muwata’ 737).
Para dukun, para normal mereka mengelabuhi masyarakat dengan
nama-nama yang disamarkan, seperti orang pintar, pengobatan alternatif, para
normal, orang tua, tabib, dan lain sebagainya.
Masyarakat banyak yang tertipu
dengan nama samaran tersebut,
meskipun ada juga yang terang-terangan menyebut dirinya dukun.
Mereka berduyun-duyun rela antri untuk
datang, baik yang sehat maupun yang sakit, miskin maupun kaya, sukses maupun gagal
atau baru buka usaha, berpangkat maupun orang biasa, dari para pejabat sampai
rakyat jelata, bahkan orang yang dianggap berilmu sampai orang awamnya.
Mau pangakat naik pergi kedukun, menjaga wibawa pergi
kedukun, mau hajatan pergi kedukun, mau buka usaha pergi kedukun, kehilangan
barang pergi kedukun, bersaing dagangan pergi kedukun, ingin memiliki aura pergi kedukun, sampai berselisih dengan
keluarga mereka juga pergi kedukun, seakan akan dukun adalah solusi yang tepat.
Hal ini terjadi karena dangkalnya pengetahuan masyarakat
terhadap agama.
3. Para dukun adalah orang-orang yang
suka berdusta.
1) Dusta dalam penampilan.
Banyak diantara
mereka yang berdusta dalam penampilan.
Seseorang
yang menampakkan pakaian kyai, ustadz ataupun orang shalih, namun apabila tatacara
dan praktek yang dipakai adalah dukun maka mereka adalah dukun, karena
hakekatnya itulah yang dihitung.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
هَلْ أُنَبِّئُكُمْ
عَلَى مَنْ تَنَزَّلُ الشَّيَاطِينُ . تَنَزَّلُ عَلَى كُلِّ
أَفَّاكٍ أَثِيمٍ . يُلْقُونَ السَّمْعَ
وَأَكْثَرُهُمْ كَاذِبُونَ.
“Maukah
Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada
tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran
(kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.” (QS. Asy-Syu’araa[26]:
221-223).
2) Dusta dalam perkataan dan perbuatan.
Mereka mengaku
mengetahui perkara ghaib, padahal hanya Allah saja yang mengetahui perkara
tersebut.
Allah
ta’ala berfirman:
قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللهُ .
"Katakanlah,
"Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang
ghaib, kecuali Allah'." (QS. An-Naml [27]: 65).
وَعِنْدَهٗ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَآ
اِلَّا هُوَۗ .
“Kunci-kunci
semua yang ghaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahuinya selain Dia..” (QS.
Al-An’am[6]:59).
عٰلِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلٰى غَيْبِهٖٓ اَحَدًاۙ اِلَّا مَنِ
ارْتَضٰى مِنْ رَّسُوْلٍ.
“Dia mengetahui
yang ghaib. Lalu, Dia tidak memperlihatkan yang ghaib itu kepada siapa pun, Kecuali
kepada rasul yang diridai-Nya...” (QS. Al-Jin[72]: 26-27).
Perkara
ghaib adalah semua perkara yang Allah tidak memberitahukan kepada kita, meliputi
peristiwa lampau, peristiwa yang akan datang, surga, Neraka, di langit, di
bumi, di laut dan di mana pun tempat.
Dari
‘Aisyah radhiyallahu’anha berkata, orang-orang bertanya kepada Rasullullah sallallahu
‘alaihi wa sallam tentang perdukunan beliau berkata:
لَيْسَ بِشَيْء, فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُمْ
يُحَدِّثُونَا أَحْيَانًا بِشَيْءٍ فَيَكُونُ حَقًّا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تِلْكَ الكَلِمَةُ مِنَ الحَقِّ يَخْطَفُهَا
مِنَ الجِنِّيِّ فَيَقُرُّهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ فَيَخْلِطُونَ مَعَهَا مِائَةَ
كَذْبَةٍ.
“(Para
dukun itu) tidak ada apa-apanya, mereka berkata, “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya dukun-dukun itu biasa menuturkan kepada kami lantas kami jumpai
bahwa apa yang mereka katakan itu benar.” Maka Nabi menjawab, “Itu adalah
ucapan benar yang dicuri dengar oleh jin (syaitan) kemudian dia bisikkan ke
telinga walinya (dukun) dan dia pun menambahkan dengan seratus kedustaan di
dalamnya.” (HR. Bukhari 5762, Muslim 2228).
Dalam
riwayat lain:
Dari
Aisyah, bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَنْزِلُ فِي الْعَنَانِ
وَهُوَ السَّحَابُ فَتَذْكُرُ الْأَمْرَ قُضِيَ فِي السَّمَاءِ فَتَسْتَرِقُ
الشَّيَاطِينُ السَّمْعَ فَتَسْمَعُهُ فَتُوحِيهِ إِلَى الْكُهَّانِ فَيَكْذِبُونَ
مَعَهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ.
“Sesungguhnya
malaikat turun ke awan, mereka menceritakan tentang urusan yang telah
diputuskan Allah di langit. Kemudian setan-setan mencuri dengar lalu mereka
mendengar urusan tersebut, setelah itu mereka sampaikan kepada para dukun.
Mereka mencampurinya dengan seratus kebohongan dari diri mereka sendiri.” (HR. Bukhari
3210).
Para
dukun mereka banyak menipu manusia, sekalipun sedang kesusahan dan yang sedang
mendapat musibah, mereka memeras pasiennya dengan mengatasnamakan jasa, jasa
pengobatan, pelaris, wibawa, kecantikan, pagar diri, kekuatan, pengasihan,
tolak bala dan lain-lain.
4.
Larangan pergi kedukun, para normal dan
sejenisnya.
Para
dukun mendasari ucapan dan perbuatannya dari jin-jin yang suka berbohong,
sehingga dukun juga suka berbohong, oleh karena itu orang-orang beriman
dilarang keras pergi kedukun.
Allah
ta’ala memberitahukan hal itu dengan firman-Nya:
وَأَنَّهُ كَانَ
رِجَالٌ مِنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا.
“Dan
bahwasanya ada beberapa orang laki-laki dari kalangan manusia yang meminta
perlindungan kepada laki-laki dari kalangan jin, maka jin-jin itu menambah bagi
mereka dosa dan kesesatan.” (QS. Al-Jin[72]:6).
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ
لَيْلَةً.
“Barang siapa mendatangi dukun atau peramal, maka tidak
diterima shalatnya 40 hari.” (HR.Muslim
2230, Ahmad 16638, Thabrani, Mu’jam al-Ausath 1453).
Imam
Nawawi rahimahullah berkata:
فَمَعْنَاهُ أَنَّهُ لَا ثَوَابَ لَهُ فِيهَا
وَإِنْ كَانَتْ مُجْزِئَةً فِي سُقُوطِ الْفَرْضِ عَنْهُ وَلَا يَحْتَاجُ مَعَهَا
إِلَى إِعَادَةٍ.
“Maka maknanya adalah bahwa tidak ada pahala baginya dalam
amalan itu, meskipun amalan tersebut sah dan mencukupi dalam menggugurkan
kewajiban darinya, sehingga tidak perlu diulang..” (Syarah Imam Nawawi pada Shahih
Muslim, hadits 2230)
5.
Membenarkan omongan dukun atau paranormal bisa
menjadikan kekafiran.
Hal
ini karena dukun, para normal mereka meminta bantuan kepada setan-setan atau
jin kemudian memerintahkan kepada pasiennya agar melakukan perbuatan-perbuatan
syirik.
Seperti
menyembelih ayam hitam mulus untuk diberikan sebagai sasesji mengucapakan
kalimat kufur, yaitu meminta kepada satu tempat atau kepada jin agar dikabulkan
doanya, dan lain-lainnya.
Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
مَنْ أَتَى كَاهِنًا أَوْ عَرَّافًا
فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ.
“Barangsiapa mendatangi dukun atau
peramal lalu memercayai apa yang dia katakana, maka dia telah kafir dengan apa
yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad 9536,
Tirmidzi 135, Ibnu Majah 639, Abu Daud 3904, Disahihkan syaikh al-Albani di
dalam Ash-Shahihah 3387).
Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab memberikan faedah pada hadits di atas diantaranya: “ (Barangsiapa)
mempercayainya (dukun atau para normal) adalah kufur. (Kitab Tauhid Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab).
Meskipun
dalam hal ini ulama berbeda pendapat, apakah kufur asgar atau kufur akbar, maka
selayaknya kita menjauhi perbuatan-perbuatan yang bisa membawa dosa besar
maupun kekufuran.
Demikianlah
semoga bermanfaat. Aamiin.
-----000-----
Sragen 23-12-2025
Abu Ibrahim Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar