BAB 1
HAQ ALLAH TA’ALA.
Haq Allah ta’ala merupakan
haq yang paling besar, dimana Allah subhanahu wata’ala telah menciptakan Alam
semesta dengan sendirinya, dimana di dalamnya mencakup manusia, binatang,
tanah, air, tumbuh-tumbuhan, udara, api, serta semua sarana yang dibutuhkan
makhluk hidup (matahari, bulan, bintang dan lainnya) sehingga mereka bisa
melangsungkan kehidupan mereka untuk berkembang biak.
Allah ta’ala berfirman:
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين.
“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta
alam.” (QS. Al-Fatihah[1]:2).
Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata, “Aku pernah dibonceng oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas keledai yang diberi nama ‘Ufair. Beliau
bertanya:
يَا مُعَاذُ
تَدْرِى مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ.
قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ
أَنْ يَعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ
عَزَّ وَجَلَّ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. قَالَ قُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ أُبَشِّرُ النَّاسَ قَالَ لاَ تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا .
“Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah yang wajib ditunaikan oleh
hamba dan apa hak hamba yang akan Allah tunaikan?” Mu’adz berkata, “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba, hendaklah ia menyembah Allah dan
tidak berbuat syirik pada-Nya dengan sesuatu apa pun. Sedangkan hak hamba yang
akan Allah tunaikan yaitu Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat
syirik kepada-Nya dengan sesuatu apa pun.” Mu’adz berkata, “Wahai Rasulullah,
apakah aku boleh memberitahukan kabar gembira tersebut pada yang lain?” Beliau
menjawab, “Jangan kabari mereka. Nanti malah mereka malas beramal.” (HR.
Bukhari 5967,6500, Muslim 30).
Ini merupakan haq Allah yang seharusnya dipahami oleh semua manusia.
Memahami haq Allah ta’ala diantaranya:
1.
Memahami tauhid rububiyyah Allah ta’ala.
Bahwasanya Allah ta’ala penguasa alam semesta,
pencipta, pengatur dan pemberi rezki.
1)
Allah pencipta alam semesta.
Allah ta’ala
berfirman:
إِنَّ رَبَّكُمُ
اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ.
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang
telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
‘Arsy..” (QS. Al A’raaf [7]: 54).
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ
جَمِيعًا.
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di
bumi untuk kalian.” (QS.
Al-Baqarah[2]:29).
أَمَّنْ
جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ
وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا.
“Bukankah Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi
sebagai tempat berdiam, yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, yang
menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan yang menjadikan suatu pemisah
antara dua laut.” (QS. AN-Naml[27]:61).
إِنَّ
الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ
اجْتَمَعُوا لَهُ.
“Sesungguhnya
segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor
lalat pun, walau pun mereka bersatu untuk menciptakannya.” (QS.
Al-Hajj[22]:73).
Allah ta’ala juga menyebutkan
bagaimana menciptakan manusia :
فَإِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ
مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي
الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا
“(Hai manusia), sesungguhnya Kami telah menjadikan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah,
kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang
Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi…” (QS.Al-Hajj[22]:5).
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ
لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.
“Dan Allah
mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar
kalian bersyukur.” (QS. An-Nahl[16]:78).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ
فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً
مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ
الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ.
“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya
sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes
darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat
puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya
ruh.” (HR. Bukhari 3208, Muslim 2643).
Allah menjaga kita diperut
ibu kita, memberikan rezki untuk pertumbuhan kita sehingga kita berkembang dari
satu fase kefase berikutnya, melengkapi organ tubuh kita tanpa kita memintanya,
padahal kita tidak memahami akan kegunaan indra kita, setelah kita terlahir
pernahkah kita berfikir berapa nilai organ tubuh kita…? Namun Allah memberinya
dengan tanpa perhitungan, tidakkah pantas kita bersukur kepada Allah ta’ala.
2) Allah pengatur alam semesta.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ
رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ
ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ.
“Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy untuk mengatur segala
urusan.” (QS. Yunus[10]:3).
لَا الشَّمْسُ
يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ
وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ.
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan,
dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada
garis edarnya.” (QS. Yasin[36]:40).
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ
إِلَيْهِ.
“Dia mengatur urusan dari langit ke
bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya.” (QS. A|s-Sajdah[32]:5).
3) Allah pemberi rezki kepada makhluknya.
Allah bukan hanya menciptakan makhluknya
saja kemudian meninggalkannya begitu saja tidak, tapi Allah yang menanggung
semua rezki hambanya.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا
مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا.
“Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan
di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (QS. Huud [11]: 6).
وَآيَةٌ
لَهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا
فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ.
“Dan
suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang
mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka
darinya mereka makan.” (QS. Yasin[36]:33).
إِنَّ
رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ.
“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki
kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.” (QS. Al Isra’ [17]: 30)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
لَوْ
أَنَّ ابْنَ آدَمَ هَرَبَ مِنْ رِزْقِهِ كَمَا يَهْرُبُ مِنَ الْمَوْتِ
لَأَدْرَكَهُ رِزْقُهُ كَمَا يُدْرِكُهُ الْمَوْتُ
“Seandainya anak
Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya
akan mendatanginya sebagaimana kematian mendatanginya.” (HR. Abu
Na’im di dalam Hilyah Auliya 7/90 , dihasankan Syaikh al-Albani di dalam
ash-Shahihah: 952)
لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ
لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا .
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan
sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, niscaya kalian akan diberikan rizki oleh
Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut
keluar dalam keadaan lapar dan di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR
Tirmidzi 2344, Ibnu Majah 4164, lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 310).
Itulah Allah subhanahu wa ta’ala sebaik-baik
pemberi rezki.
وَاللَّهُ
خَيْرُ الرَّازِقِينَ.
“Dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.”
(QS. Al-Jumu’ah [62]: 11).
2. Mentauhidkan Allah dalam ibadah (tauhid uluhiyyah).
Setelah kita mengetahui
betapa besarnya nikmat Allah ta’ala yang diberikan kepada manusia, wajib bagi
manusia mentaati Allah ta’ala, Allah memerintahkan hambanya agar memyembah
kepada-Nya.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي
خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ . الَّذِي
جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا
تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
“Hai manusia,
sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”
1) Tujuan Allah menciptakan manusia
agar beribadah hanya kepada Alah semata.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ.
“Tidaklah aku menciptakan jin
dan manusia kecuali agar beribadah kepadaku.”(QS. Adz-Dzariyat[51]:56).
2) Allah menjelaskan betapa
lemahnya sesembahan selain Allah.
Allah ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ
مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ.
“Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu
dari langit dan bumi?” (QS. Faatir [35]: 3).
هَٰذَا
خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ.
“Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah
olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain
Allah.” (QS. Lukman [31]: 11).
إِنَّ
الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ
اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ
مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ.
“Sesungguhnya
segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor
lalat pun, walau pun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu
merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari
lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang
disembah.” (QS. Al-Hajj[22]:73).
Allah
menjelaskan agar kita berfikir bahwa sesembahan selain Allah mereka tidak dapat
berbuat apa-apa.
3) Allah menjelaskan kesyirikan
adalah kedzaliman yang paling besar.
Allah melarang keras
seseorang beribadah kepada selain Allah karena hal itu merupakan bentuk perendahan
terhadap akal manusia, dan kedzaliman terhadap Allah ta’ala, di mana Allah
telah mencukupi keperluan manusia, sementara manusia justru menghamba kepada
batu, kayu, binatang, dan benda-benada lainnya, oleh karena itu kesyirikan
merupakan kedzaliman dan dosa yang paling besar.
Allah ta’ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا
تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ.
“Dan (ingatlah)
ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya,
”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS.
Lukman[31]:13).
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ
فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.
“Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula)
memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang
demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang
zalim." (QS Yunus[10]:106).
4) Dosa kesyirikan
adalah dosa yang tidak diampuni Allah.
Allah tidak akan mengampuni
kesyirikan apabila tidak bertaubat sebelum meninggal dunia.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ
ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.(QS. An Nisaa[4]:48).
مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ وَقُلْتُ أَنَا
وَمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّة.
“Barang siapa mati dalam keadaan
menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam neraka, barang siapa mati tidak
menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam syurga.” (HR. Bukhari 4227
Muslim 92).
5) Allah mengampuni dosa
semuanya apabila bertaubat.
Allah mengampuni semua dosa
apabila manusia bertaubat, baik dosa syirik, zina, mencuri, riba, minum khamer,
berjudi dan lain-lain.
Allah ta’ala berfirman:
قُلْ
يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ
رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ
الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.
Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya
Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” ( QS. Az-Zumar[39]:53)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, Allah ta’ala berfirman:
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا
ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.
"Wahai
anak Adam, sesungguhnya jika engkau menghadap-Ku dengan dosa sepenuh bumi,
kemudian menemui-Ku, engkau tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya
Aku menemuimu dengan ampunan seperti itu.” HR. Tirmidzi 3540, Dihasankan oleh
Syaikh al-Albani di dalam Shahih at-Tarhib wa Tarhib 1616, Ash Shahihah
127-128).
3. Mentauhidkan Allah
dalam asma’ wasifat.
Allah ta’ala memiliki nama dan sifat, di dalam memahami
nama dan sifat Allah. Ada beberapa kaidah diantaranya yaitu:
Kaedah pertama: Ketentuan yang berkaitan dengan
nama dan sifat Allah ta’ala.
Di dalam memahami nama dan sifat Allah hendaknya diperlakukan
sebagaimana apa adanya, tanpa di-ta’thil (ditolak), tahrif (diselewengkan),
takyif (ditanyakan), tamtsil (diserupakan), Allah ta’ala berfirman:
لَيْسَ
كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ.
”Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuura [42]: 11)
Sebagaimana Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ
مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ
مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ.
Orang-orang Yahudi berkata,
"Tangan Allah terbelenggu," Sebenarnya tangan merekalah yang
dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan
itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan
sebagaimana Dia kehendaki. (QS. Al
Maidah [5]: 64)
قَالَ يَٰإِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن
تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَىَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ ٱلْعَالِينَ
قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي
مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ .
قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ.
Allah berfirman, “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud
kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan
diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” Iblis
berkata, "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api,
sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Shad [38]: 75-77)
Termasuk dosa besar apabila seseorang berkata tentang Allah tanpa
didasari dengan ilmu, Allah ta’ala berfirman:
قُلْ
إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإثْمَ
وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ
بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ.
"Katakanlah: 'Rabb-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji,
baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak
manusia, tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah, dengan
sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan (mengharamkan)
mengada-adakan terhadap (tentang) Allah, apa saja yang tidak kamu ketahui'."
(QS. Al A’raaf [7]: 33)
Kaedah kedua: Ketentuan yang berkaitan dengan nama Allah:
1) Semua nama Allah adalah baik.
Allah ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى
فَادْعُوهُ بِهَا.
"Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya
dengan menyebut asmaul husna itu..” (QS. Al A’Raf [7]: 180).
2) Nama Allah tidak dibatasi dengan jumlah bilangan tertentu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ
سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ
أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ.
“(Ya Allah) aku memohon kepada-Mu
dengan setiap nama-Mu, yang Engkau gunakan untuk diri-Mu, atau yang Engkau
turunkan di dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah seorang dari
makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di
sisi-Mu.”
(HR.
Imam Ahmad 3712, Ibnu Hibban 2372, dishahihkan syaikh al-Albani di dalam
ash-Shahihah 199).
Adapun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam
hadits yang lain:
إِنَّ
للهِ تِسْعَةُ وَ تِسْعِيْنَ اسْمًا مَنْ أحْصَاهَا دَخَلَ الجَنَّة.
“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barangsiapa
menghafalnya akan masuk surga.” (HR.
Bukhari 2376, Muslim 2677).
3) Nama Allah tidak boleh ditetapkan dengan akal, harus ditetapkan
dengan dalil syar’i.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ
وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (QS. Al
Isra’ [17]:36).
4) Nama Allah menunjukkan kepada dzat Allah, dan juga sifat yang
terkandung di dalamnya.
Seperti nama Allah Ar-Rahman,
menetapkan sifat rahmat yang terkandung di
dalamnya, dan menetapkan pemurah bagi Allah ta’ala.
Kaedah yang ketiga: Ketentuan yang berkaitan dengan sifat-sifat
Allah.
1) Semua sifat Allah maha sempurna dan penuh sanjungan.
Allah ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ.
“Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nahl [16]: 60).
Meskipun Allah membalas orang-orang yang berbuat makar sebagai
bentuk keadilan Allah kepada sesama hambanya.
Sebagaiman Allah ta’ala berfirman:
وَمَكَرُوا وَمَكَرَ
اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ.
“Dan mereka
(orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan
Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Ali-Imran[3]:54).
وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللهُ
وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ.
“Mereka membuat makar dan Allah membalas makar mereka. Allah
adalah sebaik-baik Pembuat makar.” (QS. Al-Anfal [8]: 30)
إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا, وَأَكِيدُ كَيْدًا.
“Sesungguhnya orang kafir itu
merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Akupun membuat rencana (pula) dengan
sebenar-benarnya.” (QS. At Tariq [86]: 15-16)
Sifat Allah terbagi menjadi dua:
Sifat Tsubutiyah dan Salbiyah.
1) Sifat Tsubutiyah adalah sifat yang ditetapkan untuk diri-Nya, seperti
Al Hayat, Al Ilmu, Al Qudrah, dan ini wajib di tetapkan sesuai dengan keagungan
Allah.
2) Adapun sifat Salbiyah, adalah sifat yang dinafikan (ditiadakan)
dari diri Allah seperti sifat zhalim, mengantuk, lelah, tidur ataupun lupa.
Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:
وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا.
“Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun juga.” (QS. Al Kahfi
[18]:49).
Sifat Tsubutiyah juga terbagi menjadi dua:
Sifat dzatiah dan fi’liyah.
1) Tsubutiah dzatiah, adalah sifat yang senantiasa terus ada pada
Allah subhanahu wa ta’ala, seperti As-Sama’, Al-Bashar, Al-Qudrah.
2) Tsubutiah fi’liyah, adalah sifat yang terkait dengan kehendaknya,
seperti berbicara, berbuat, datang, turun dan lain-lain kapanpun sesuai kehendak
Allah ta’ala.
Adakalanya sifat Allah termasuk sifat
dzatiah dan juga sifat fi’liyah, seperti sifat Al Kalam. (Lihat Syarah Lum’atul I’tiqad, Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin).
4. Menegakkan shalat.
Hendaknya kita menegakkan
shalat,
Allah tal’ala berfirman:
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ.
“Dan dirikanlah salat,
tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS.
Al-Baqarah[2]:43).
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا.
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan
shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (QS. Thaaha[20] :132).
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي.
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”(HR. Bukhari 631, Muslim 674).
أَوَّلُ مَا يُـحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ ،
فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ
عَمَلِهِ.
“Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang
hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh
amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk.”(HR.
Al-Tirmidzi 413, Al-Bazar 9462, An-Nasai 465, dishahihkan Syaikh al-Albani di
dalam at-Targhib wa Tarhib 377).
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ
وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاةِ.
"Sesungguhnya
pembeda antara seseorang (muslim) dengan kesyirikan dan kekafiran adalah
meninggalkan shalat." (HR. Muslim 82, Tirmidzi 2620).
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ
الصَّلَاةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ.
"Perjanjian (pembeda) antara kami dan mereka adalah shalat, maka
siapa yang meninggalkannya, sungguh ia telah kafir. " (HR. Ahmad 22937,
Tirmidzi 2621, Ibnu Majah 1079, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Al Miskah
574).
Hendaknya memperhatikan waktunya.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ
كِتَابًا مَوْقُوْتَا.
“Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu (kewajiban) yang telah ditentukan waktunya atas orang-orang beriman.”
(An-Nisa’[4]: 103).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَقْتُ الظُّهْرِ إِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ
وَكَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ كَطُولِهِ، مَا لَمْ يَحْضُرِ الْعَصْرُ، وَوَقْتُ
الْعَصْرِ مَا لَمْ تَصْفَرَّ الشَّمْسُ، وَوَقْتُ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ مَا لَمْ
يَغِبِ الشَّفَقُ، وَوَقْتُ صَلَاةِ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ
الْأَوْسَطِ، وَوَقْتُ صَلَاةِ الصُّبْحِ مِنْ طُلُوعِ الْفَجْرِ مَا لَمْ
تَطْلُعِ الشَّمْسُ، فَإِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ فَأَمْسِكْ عَنِ الصَّلَاةِ،
فَإِنَّهَا تَطْلُعْ بَيْنَ قَرْنَيْ شَيْطَانٍ .
“Waktu Zhuhur apabila matahari condong (ke
barat) sampai bayangan seseorang seperti tingginya, selama belum masuk
waktu ‘Ashar. Waktu ‘Ashar, (apabila bayangan seseorang seperti tingginya
selama matahari belum menguning. Waktu Shalat Maghrib, (sejak matahari
tenggelam) selama warna merah (mega di barat) belum hilang. Waktu Shalat ‘Isya,
(sejak mega warna merahdi barat hilang) sampai pertengahan malam. Dan waktu
Shalat Shubuh, sejak terbit fajar sampai terbit matahari, bila matahari terbit
tahanlah untuk tidak shalat, karena matahari terbit diantara duatanduk
syaitan.” (HR. Ahmad 6966, Muslim 612).
Memperhatikan
syarat-syaratnya.
1)
Islam, maka tidak sah amal orang kafir, karena amal orang kafir batal.
2)
Berakal, orang gila tidak sah karena tidak ada pembebanan (taklif)
kepadanya.
3)
Baligh, Akan tetapi tetap diperintahkan ketika berumur tujuh tahun dan
dipukul (dengan tidak membahayakan) ketika berumur sepuluh tahun.
4) Suci dari hadats
besar dan kecil bila mampu.
5)
Masuk waktu untuk shalat yang telah
ditetapkan, (sebagaimana pembahasan tentang waktu).
6)
Menutup aurat bila mampu dengan sesuatu
yang tidak menampakkan warna kulit, berdasarkan Firman Allah:
7)
Menjahui najis, pada badan, pakaian, tempat shalat jika mampu.
8)
Menghadap kiblat jika mampu.
9)
Niat. (Diringkas
dari fikih Muyassar).
Memperhatikan Rukun shalat.
Perbedaan antara rukun dan syarat, syarat adalah diluar dan mendahului
ibadah serta bersamanya, adapun rukun adalah ucapan dan perbuatan yang
dikandung oleh ibadah.
1)
Berdiri tegak
dalam shalat jika mampu.
Allah ta’ala berfirman:
وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ.
“Dan laksanakanlah (salat) karena Allah dengan khusyuk.” (QS.
Al-Bqarah[2]:238)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ
فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ.
“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu
maka duduk, jika tidak mampu maka sambil berbaring.” (HR. Bukhari 1117, 952, Tirmidzi
372).
2)
Takbiratul ihram
di awal shalat.
3)
Membaca
al-Fatihah secara berurutan di setiap rakaat.
Berdasarkan sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa
sallam:
لَا
صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ.
"Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak
membaca Surat al-Fatihah." (HR. Bukhari 756, Muslim
394).
4)
Rukuk di setiap
rakaat.
5)
Bangkit dari ruku’
6)
I'tidal dari rukuk dalam keadaan berdiri.
7)
Bersujud.
Sujud di setiap rakaat dikerjakan dua
kali di atas tujuh anggota badan yang disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhu:
أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظم:
الْجَبْهَةِ - وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى أَنْفِهِ ,وَالْيَدَيْنِ، وَالرُّكْبَتَيْنِ,
وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ.
"Aku diperintahkan untuk sujud di
atas tujuh anggota badan; kening dan beliau menunjuk dengan tangan beliau ke
hidung beliau, dua tangan, dua lutut, dan ujung (jari) kedua telapak
kaki." (HR. Bukhari 812, Muslim 490).
8)
Bangkit dari
sujud.
9)
Duduk di antara
dua sujud.
10)
Thumaninah di
semua rukun.
11)
Tasyahud akhir.
12)
Duduk untuk
tasyahud akhir.
13)
Salam.
14)
Tertib dalam melakukan rukun-rukun. (Fikih Muyassar).
5.
Menunaikan
zakat.
Banyak
kaum muslimin yang belum menunaikan zakatnya meskipun sudah mencapai haul dan
nisab, begitu pula hasil tanaman yang mereka tanam berupa biji-bijian seperti
padi dan yang lainya.
Allah
ta’ala berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ
وَتُزَكِّيهِمْ.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka,
dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS. At-Taubah[9]:
103).
Sesungguhnya
harta yang kita miliki hanyalah titipan Allah semata, apa saja yang berada di
langit dan di bumi semua adalah milik Allah semata.
Allah
ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا
فِي الْأَرْضِ
“Dan kepunyaannya (Allah) apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.” (QS An-Najm[53]: 31)
وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ
وَالْمَحْرُومِ.
Dan
pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang tidak mendapatkan bagian” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 19)
Zakat-zakat yang harus
dikeluarkan diantaranya:
1)
Zakat fitri.
Ibnu ‘Umar
Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
فَرَضَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ
أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى
وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى
قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ
“Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fithri sebanyak satu shaa’
kurma atau satu shaa’ gandum. Kewajiban itu dikenakan kepada budak, orang
merdeka, lelaki wanita, anak kecil, dan orang tua dari kalangan umat Islam. Dan
beliau memerintahkan agar zakat fithri itu ditunaikan sebelum keluarnya
orang-orang menuju shalat.” (HR. Bukhari 1503, Muslim 984, Ibnu Majah 1827,
An-Nasa’i 2504).
Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, beliau berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ زَكَاةَ
الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ.
“Bahwa
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri karena telah
berakhir Ramadhan.”(HR. Muslim 984).
Waktu
yang dibolehkan adalah satu atau dua hari sebelum berakhir Ramadhan,
berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma:
وَكَانُوا يُعْطُونَ قَبْلَ الفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ.
“Dahulu mereka menunaikan zakat fitri satu atau dua hari sebelum berbuka
(berakhir Ramadhan).” (HR. Bukhari 1511).
2)
Zakat pertanian.
Termasuk yang banyak dilalaikan kaum
muslimin adalah zakat pertanian, dimana hal itu wajib dikeluarkan setelah
dipotong pengeluaran biaya menurut salah satu pendapat.
Adapun ukuranya, apa bila sawah maupun
kebun tersebut disirami mata air, sungai ataupun hujan tanpa jerih payah dan
mengeluarkan biaya banyak maka dikeluarkan 1/10 atau 10%.
Diriwayatkan
dari Salim bin Abdullah dari ayahnya radhiyallah ‘anhuma dari Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda:
فِيمَا
سَقَتْ السَّمَاءُ وَالْعُيُونُ أَوْ كَانَ عَثَرِيًّا الْعُشْرُ، وَمَا سُقِيَ
بِالنَّضْحِ نِصْفُ الْعُشْرِ.
“Tanaman
yang disiram dengan air hujan atau mata air atau tanpa usaha zakatnya
sepersepuluh, dan tanaman yang disiram dengan gayung zakatnya seperlima.” (HR.
Bukhari 1483, Tirmidzi 640).
Sedangkan apabila menggunakan siraman atau
pengairan yang biayanya besar dikeluarkan 1/20 atau 5%.
Disebutkan
dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فِيمَا سَقَتِ السَّمَاءُ وَالعُيُونُ أَوْ كَانَ
عَثَرِيًّا العُشْرُ، وَمَا سُقِيَ بِالنَّضْحِ نِصْفُ العُشْرِ
“Tanaman
yang diairi dengan air hujan atau dengan mata air atau dengan air tada hujan,
maka dikenai zakat 1/10, Sedangkan tanaman yang diairi dengan mengeluarkan
biaya, maka dikenai zakat 1/20.” (HR. Bukhari 1483, Tirmidzi 640, Ibnu Majah
1816).
Adapun
kurang dari 5 wasaq tidak ada zakatnya.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَلَيْسَ
فِيمَا دُونَ خَمْسِ أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ.
“Tidak
ada zakat bagi tanaman di bawah 5 wasaq.” (HR.
Bukhari 1405, Muslim 979).
Jika kita hitung 1 sho’ sama dengan 2,5 kg, satu wasaq 60 sho’ maka
nishob zakat tanaman = 5 wasaq x 60 sho’ =150/ wasaq x 5 = 750 kg.
3)
Zakat mal.
Wajib
mengeluarkan zakat emas dan perak jika dua syarat berikut ini terpenuhi:
1) Nishab. (tercapainya ukuran yang harus di
keluarkan).
2) Telah mencapai satu haul atau satu tahun
Hijriyah.
Maksudnya
seseorang memiliki harta yang mencapai nishab selama satu haul (satu tahun).
Nishab
emas adalah 20 dinar = 80 gram emas 24 karat = 97 gram emas 21 karat=113 gram
emas 18 karat.
Nishab
perak adalah 200 dirham = 595 gram.
Kadar
yang harus dikeluarkan dari emas dan perak yang telah mencapai nishab dan satu
haul adalah 2,5 % =1/40.(Fikih sunnah
wanita, Syaikh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid salim)
6.
Berpuasa bulan Ramadhan.
Puasa merupakan perintah Allah yang agung,
siapapun yang menjalankan puas dengan benar membersihkan hatinya, menyehatkan
badan, menumbuhkan rasa kemanusiaan bahkan mendidik akhlaq seseorang.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون.
“Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah[2]:183).
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan
atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu
akan diampuni.” (HR.
Bukhari 38, Muslim 760).
Imam Ad-Dzahabi berkata, “Para ulama sepakat menghukumi
pelaku orang yang tidak puasa lebih buruk dari pezina dan peminum khamer,
karena mereka menyerupai orang-orang zindiq atau munafiq.” (Al-Kabaair, Imam Ad
Dzahabi).
Demikianlah haq-haq Allah ta’ala ini,
apabila dipenuhi semua kembalinya kepada hamba tersebut.
Sudah semestinya seseorang memperhatikan
haq-haq penciptanya karena besarnya nikmat yang Allah berikan.
-----000-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar