Kamis, 03 Oktober 2024

BAB 1

HAQ ALLAH TA’ALA.

Haq Allah ta’ala merupakan haq yang paling besar, dimana Allah subhanahu wata’ala telah menciptakan Alam semesta dengan sendirinya, dimana di dalamnya mencakup manusia, binatang, tanah, air, tumbuh-tumbuhan, udara, api, serta semua sarana yang dibutuhkan makhluk hidup (matahari, bulan, bintang dan lainnya) sehingga mereka bisa melangsungkan kehidupan mereka untuk berkembang biak.

Allah ta’ala berfirman:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِين.

“Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Fatihah[1]:2).

Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata, “Aku pernah dibonceng oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas keledai yang diberi nama ‘Ufair. Beliau bertanya:

يَا مُعَاذُ تَدْرِى مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ. قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ لاَ يُعَذِّبَ مَنْ لاَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا. قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلاَ أُبَشِّرُ النَّاسَ قَالَ  لاَ تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا .

“Wahai Mu’adz, tahukah engkau apa hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba dan apa hak hamba yang akan Allah tunaikan?” Mu’adz berkata, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak Allah yang wajib ditunaikan oleh hamba, hendaklah ia menyembah Allah dan tidak berbuat syirik pada-Nya dengan sesuatu apa pun. Sedangkan hak hamba yang akan Allah tunaikan yaitu Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik kepada-Nya dengan sesuatu apa pun.” Mu’adz berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku boleh memberitahukan kabar gembira tersebut pada yang lain?” Beliau menjawab, “Jangan kabari mereka. Nanti malah mereka malas beramal.” (HR. Bukhari 5967,6500, Muslim 30).

Ini merupakan haq Allah yang seharusnya dipahami oleh semua manusia.

Memahami haq Allah ta’ala diantaranya:

1.   Memahami tauhid rububiyyah Allah ta’ala.

Bahwasanya Allah ta’ala penguasa alam semesta, pencipta, pengatur dan pemberi rezki.

1)  Allah pencipta alam semesta.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ.

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy..” (QS. Al A’raaf [7]: 54).               

 هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا.

“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kalian.” (QS. Al-Baqarah[2]:29).

أَمَّنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ وَجَعَلَ بَيْنَ الْبَحْرَيْنِ حَاجِزًا.

“Bukankah Dia (Allah) yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengokohkan)nya dan yang menjadikan suatu pemisah antara dua laut.” (QS. AN-Naml[27]:61).

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ.

“Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walau pun mereka bersatu untuk menciptakannya.” (QS. Al-Hajj[22]:73).

Allah ta’ala juga menyebutkan bagaimana menciptakan manusia :

فَإِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُضْغَةٍ مُخَلَّقَةٍ وَغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِنُبَيِّنَ لَكُمْ وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا

“(Hai manusia), sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi…” (QS.Al-Hajj[22]:5).

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.

“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kalian bersyukur.” (QS. An-Nahl[16]:78).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا، ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ فِي ذَلِكَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ.

Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh.” (HR. Bukhari 3208, Muslim 2643).

Allah menjaga kita diperut ibu kita, memberikan rezki untuk pertumbuhan kita sehingga kita berkembang dari satu fase kefase berikutnya, melengkapi organ tubuh kita tanpa kita memintanya, padahal kita tidak memahami akan kegunaan indra kita, setelah kita terlahir pernahkah kita berfikir berapa nilai organ tubuh kita…? Namun Allah memberinya dengan tanpa perhitungan, tidakkah pantas kita bersukur kepada Allah ta’ala.

2)  Allah pengatur alam semesta.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الأمْرَ.

“Sesungguhnya Tuhan kalian ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy untuk mengatur segala urusan.” (QS. Yunus[10]:3).

لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ.

“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan, dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” (QS. Yasin[36]:40).

يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ.

“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya.” (QS. A|s-Sajdah[32]:5).

3)  Allah pemberi rezki kepada makhluknya.

Allah bukan hanya menciptakan makhluknya saja kemudian meninggalkannya begitu saja tidak, tapi Allah yang menanggung semua rezki hambanya.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا.

Dan tidak ada satupun makhluk yang berjalan di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.” (QS. Huud [11]: 6).

وَآيَةٌ لَهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبًّا فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ.

“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan.” (QS. Yasin[36]:33).

إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَقْدِرُ.

Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya.” (QS. Al Isra’ [17]: 30)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ هَرَبَ مِنْ رِزْقِهِ كَمَا يَهْرُبُ مِنَ الْمَوْتِ لَأَدْرَكَهُ رِزْقُهُ كَمَا يُدْرِكُهُ الْمَوْتُ

Seandainya anak Adam lari dari rezekinya sebagaimana ia lari dari kematian, niscaya rezekinya akan mendatanginya sebagaimana kematian mendatanginya. (HR. Abu Na’im di dalam Hilyah Auliya 7/90 , dihasankan Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah: 952)

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغدُوْ خِمَاصًا ، وتَرُوْحُ بِطَانًا .

“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sungguh-sungguh tawakkal kepada-Nya, niscaya kalian akan diberikan rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberikan rizki kepada burung. Pagi hari burung tersebut keluar dalam keadaan lapar dan di sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi 2344, Ibnu Majah 4164, lihat Silsilah Al Hadist As Sahihah 310).

Itulah Allah subhanahu wa ta’ala sebaik-baik pemberi rezki.

وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ.

Dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki.”  (QS. Al-Jumu’ah [62]: 11).

2.   Mentauhidkan Allah dalam ibadah (tauhid uluhiyyah).

Setelah kita mengetahui betapa besarnya nikmat Allah ta’ala yang diberikan kepada manusia, wajib bagi manusia mentaati Allah ta’ala, Allah memerintahkan hambanya agar memyembah kepada-Nya.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ . الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ.

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

1)  Tujuan Allah menciptakan manusia agar beribadah hanya kepada Alah semata.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.

“Tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar beribadah kepadaku.”(QS. Adz-Dzariyat[51]:56).

2)  Allah menjelaskan betapa lemahnya sesembahan selain Allah.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ ۚ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ.

Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi?” (QS. Faatir [35]: 3).

هَٰذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ.

Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah.” (QS. Lukman [31]: 11).

إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ.

“Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walau pun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.” (QS. Al-Hajj[22]:73).

Allah menjelaskan agar kita berfikir bahwa sesembahan selain Allah mereka tidak dapat berbuat apa-apa.

3)  Allah menjelaskan kesyirikan adalah kedzaliman yang paling besar.

Allah melarang keras seseorang beribadah kepada selain Allah karena hal itu merupakan bentuk perendahan terhadap akal manusia, dan kedzaliman terhadap Allah ta’ala, di mana Allah telah mencukupi keperluan manusia, sementara manusia justru menghamba kepada batu, kayu, binatang, dan benda-benada lainnya, oleh karena itu kesyirikan merupakan kedzaliman dan dosa yang paling besar.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ.

“Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Lukman[31]:13).

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim." (QS Yunus[10]:106).

4)  Dosa kesyirikan adalah dosa yang tidak diampuni Allah.

Allah tidak akan mengampuni kesyirikan apabila tidak bertaubat sebelum meninggal dunia.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.(QS. An Nisaa[4]:48).

 

مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ وَقُلْتُ أَنَا وَمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّة.

“Barang siapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam neraka, barang siapa mati tidak menyekutukan Allah dia akan masuk kedalam syurga.” (HR. Bukhari 4227 Muslim 92).

5)  Allah mengampuni dosa semuanya apabila bertaubat.

Allah mengampuni semua dosa apabila manusia bertaubat, baik dosa syirik, zina, mencuri, riba, minum khamer, berjudi dan lain-lain.

Allah ta’ala berfirman:

 قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” ( QS. Az-Zumar[39]:53)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah ta’ala berfirman:

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لَا تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.

"Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menghadap-Ku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian menemui-Ku, engkau tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku, niscaya Aku menemuimu dengan ampunan seperti itu.” HR. Tirmidzi 3540, Dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahih at-Tarhib wa Tarhib 1616, Ash Shahihah 127-128).

3.   Mentauhidkan Allah dalam asma’ wasifat.

Allah ta’ala memiliki nama dan sifat, di dalam memahami nama dan sifat Allah. Ada beberapa kaidah diantaranya yaitu:

Kaedah pertama: Ketentuan yang berkaitan dengan nama dan sifat Allah ta’ala.

Di dalam memahami nama dan sifat Allah hendaknya diperlakukan sebagaimana apa adanya, tanpa di-ta’thil (ditolak), tahrif (diselewengkan), takyif (ditanyakan), tamtsil (diserupakan), Allah ta’ala berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ.

”Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuura [42]: 11)

Sebagaimana Allah ta’ala berfirman:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ.

Orang-orang Yahudi berkata, "Tangan Allah terbelenggu," Sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. (QS. Al Maidah [5]: 64)

قَالَ يَٰإِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَىَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنتَ مِنَ ٱلْعَالِينَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ . قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ.

Allah berfirman, “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” Iblis berkata, "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Shad [38]: 75-77)

Termasuk dosa besar apabila seseorang berkata tentang Allah tanpa didasari dengan ilmu, Allah ta’ala berfirman:

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالإثْمَ وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لا تَعْلَمُونَ.

"Katakanlah: 'Rabb-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia, tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah, dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap (tentang) Allah, apa saja yang tidak kamu ketahui'." (QS. Al A’raaf [7]: 33)

Kaedah kedua: Ketentuan yang berkaitan dengan nama Allah:

1)   Semua nama Allah adalah baik.

Allah ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا.

"Hanya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu..” (QS. Al A’Raf [7]: 180).

2)   Nama Allah tidak dibatasi dengan jumlah bilangan tertentu.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ.

“(Ya Allah) aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama-Mu, yang Engkau gunakan untuk diri-Mu, atau yang Engkau turunkan di dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada salah seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan untuk diri-Mu dalam ilmu gaib di sisi-Mu.” (HR. Imam Ahmad 3712, Ibnu Hibban 2372, dishahihkan syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah 199).

Adapun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang lain:

إِنَّ للهِ تِسْعَةُ وَ تِسْعِيْنَ اسْمًا مَنْ أحْصَاهَا دَخَلَ الجَنَّة.

Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, barangsiapa menghafalnya akan masuk surga.” (HR. Bukhari 2376, Muslim 2677).

3)   Nama Allah tidak boleh ditetapkan dengan akal, harus ditetapkan dengan dalil syar’i.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya.” (QS. Al Isra’ [17]:36).

4)   Nama Allah menunjukkan kepada dzat Allah, dan juga sifat yang terkandung di dalamnya.

Seperti nama Allah Ar-Rahman, menetapkan sifat rahmat yang terkandung di dalamnya, dan menetapkan pemurah bagi Allah ta’ala.

Kaedah yang ketiga: Ketentuan yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah.

1)   Semua sifat Allah maha sempurna dan penuh sanjungan.

Allah ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ.

“Allah mempunyai sifat yang Maha Tinggi; dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nahl [16]: 60).

Meskipun Allah membalas orang-orang yang berbuat makar sebagai bentuk keadilan Allah kepada sesama hambanya.

Sebagaiman Allah ta’ala berfirman:

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ.

“Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya, maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Ali-Imran[3]:54).

وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ.

“Mereka membuat makar dan Allah membalas makar mereka. Allah adalah sebaik-baik Pembuat makar.” (QS. Al-Anfal [8]: 30)

إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا, وَأَكِيدُ كَيْدًا.

“Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Akupun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya.” (QS. At Tariq [86]: 15-16)

Sifat Allah terbagi menjadi dua:

Sifat Tsubutiyah dan Salbiyah.

1)     Sifat Tsubutiyah adalah sifat yang ditetapkan untuk diri-Nya, seperti Al Hayat, Al Ilmu, Al Qudrah, dan ini wajib di tetapkan sesuai dengan keagungan Allah.

2)     Adapun sifat Salbiyah, adalah sifat yang dinafikan (ditiadakan) dari diri Allah seperti sifat zhalim, mengantuk, lelah, tidur ataupun lupa.

Oleh karena itu Allah ta’ala berfirman:

وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا.

“Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang pun juga.” (QS. Al Kahfi [18]:49).

Sifat Tsubutiyah juga terbagi menjadi dua:

Sifat dzatiah dan fi’liyah.

1)     Tsubutiah dzatiah, adalah sifat yang senantiasa terus ada pada Allah subhanahu wa ta’ala, seperti As-Sama’, Al-Bashar, Al-Qudrah.

2)     Tsubutiah fi’liyah, adalah sifat yang terkait dengan kehendaknya, seperti berbicara, berbuat, datang, turun dan lain-lain kapanpun sesuai kehendak Allah ta’ala.

Adakalanya sifat Allah termasuk sifat dzatiah dan juga sifat fi’liyah, seperti sifat Al Kalam. (Lihat Syarah Lum’atul I’tiqad, Syaikh Muhammad Shalih Al Utsaimin).

4.   Menegakkan shalat.

Hendaknya kita menegakkan shalat,

Allah tal’ala berfirman:

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ.

“Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah[2]:43).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا.

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. (QS. Thaaha[20] :132).

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي.

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”(HR. Bukhari 631, Muslim 674).

أَوَّلُ مَا يُـحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ.

“Perkara yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari Kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka seluruh amalnya pun baik. Apabila shalatnya buruk, maka seluruh amalnya pun buruk.”(HR. Al-Tirmidzi 413, Al-Bazar 9462, An-Nasai 465, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam at-Targhib wa Tarhib 377).

إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكُ الصَّلاةِ.

"Sesungguhnya pembeda antara seseorang (muslim) dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat." (HR. Muslim 82, Tirmidzi 2620).

الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلَاةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ.

"Perjanjian (pembeda) antara kami dan mereka adalah shalat, maka siapa yang meninggalkannya, sungguh ia telah kafir. " (HR. Ahmad 22937, Tirmidzi 2621, Ibnu Majah 1079, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Al Miskah 574).

Hendaknya memperhatikan waktunya.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَوْقُوْتَا.

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu (kewajiban) yang telah ditentukan waktunya atas orang-orang beriman.” (An-Nisa’[4]: 103).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَقْتُ الظُّهْرِ إِذَا زَالَتِ الشَّمْسُ وَكَانَ ظِلُّ الرَّجُلِ كَطُولِهِ، مَا لَمْ يَحْضُرِ الْعَصْرُ، وَوَقْتُ الْعَصْرِ مَا لَمْ تَصْفَرَّ الشَّمْسُ، وَوَقْتُ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ مَا لَمْ يَغِبِ الشَّفَقُ، وَوَقْتُ صَلَاةِ الْعِشَاءِ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ الْأَوْسَطِ، وَوَقْتُ صَلَاةِ الصُّبْحِ مِنْ طُلُوعِ الْفَجْرِ مَا لَمْ تَطْلُعِ الشَّمْسُ، فَإِذَا طَلَعَتِ الشَّمْسُ فَأَمْسِكْ عَنِ الصَّلَاةِ، فَإِنَّهَا تَطْلُعْ بَيْنَ قَرْنَيْ شَيْطَانٍ .

“Waktu Zhuhur apabila matahari condong (ke barat) sampai bayangan seseorang seperti  tingginya, selama belum masuk waktu ‘Ashar. Waktu ‘Ashar, (apabila bayangan seseorang seperti tingginya selama matahari belum menguning. Waktu Shalat Maghrib, (sejak matahari tenggelam) selama warna merah (mega di barat) belum hilang. Waktu Shalat ‘Isya, (sejak mega warna merahdi barat hilang) sampai pertengahan malam. Dan waktu Shalat Shubuh, sejak terbit fajar sampai terbit matahari, bila matahari terbit tahanlah untuk tidak shalat, karena matahari terbit diantara duatanduk syaitan.” (HR. Ahmad 6966, Muslim 612).

Memperhatikan syarat-syaratnya.

1)   Islam, maka tidak sah amal orang kafir, karena amal orang kafir batal.

2)   Berakal, orang gila tidak sah karena tidak ada pembebanan (taklif) kepadanya.

3)   Baligh, Akan tetapi tetap diperintahkan ketika berumur tujuh tahun dan dipukul (dengan tidak membahayakan) ketika berumur sepuluh tahun.

4)   Suci dari hadats besar dan kecil bila mampu.

5)   Masuk waktu untuk shalat yang telah ditetapkan, (sebagaimana pembahasan tentang waktu).

6)   Menutup aurat bila mampu dengan sesuatu yang tidak menampakkan warna kulit, berdasarkan Firman Allah:

7)   Menjahui najis, pada badan, pakaian, tempat shalat jika mampu.

8)   Menghadap kiblat jika mampu.

9)   Niat. (Diringkas dari fikih Muyassar).

Memperhatikan Rukun shalat.

Perbedaan antara rukun dan syarat, syarat adalah diluar dan mendahului ibadah serta bersamanya, adapun rukun adalah ucapan dan perbuatan yang dikandung oleh ibadah.

1)   Berdiri tegak dalam shalat jika mampu.

Allah  ta’ala berfirman:

وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ.

“Dan laksanakanlah (salat) karena Allah dengan khusyuk.” (QS. Al-Bqarah[2]:238)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

صَلِّ قَائِمًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا، فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبٍ.

“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka duduk, jika tidak mampu maka sambil berbaring.” (HR. Bukhari 1117, 952, Tirmidzi 372).

2)   Takbiratul ihram di awal shalat.

3)   Membaca al-Fatihah secara berurutan di setiap rakaat.

Berdasarkan sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam:

لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ.

"Tidak sah shalat bagi siapa yang tidak membaca Surat al-Fatihah." (HR. Bukhari 756, Muslim 394).

4)   Rukuk di setiap rakaat.

5)   Bangkit dari ruku’

6)   I'tidal dari rukuk dalam keadaan berdiri.

7)   Bersujud.

Sujud di setiap rakaat dikerjakan dua kali di atas tujuh anggota badan yang disebutkan dalam hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu:

أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظم: الْجَبْهَةِ - وَأَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى أَنْفِهِ ,وَالْيَدَيْنِ، وَالرُّكْبَتَيْنِ, وَأَطْرَافِ الْقَدَمَيْنِ.

"Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh anggota badan; kening dan beliau menunjuk dengan tangan beliau ke hidung beliau, dua tangan, dua lutut, dan ujung (jari) kedua telapak kaki." (HR. Bukhari 812, Muslim 490).

8)   Bangkit dari sujud.

9)   Duduk di antara dua sujud.

10)                   Thumaninah di semua rukun.

11)                   Tasyahud akhir.

12)                   Duduk untuk tasyahud akhir.

13)                   Salam.

14)                   Tertib dalam melakukan rukun-rukun. (Fikih Muyassar).

 

5.   Menunaikan zakat.

Banyak kaum muslimin yang belum menunaikan zakatnya meskipun sudah mencapai haul dan nisab, begitu pula hasil tanaman yang mereka tanam berupa biji-bijian seperti padi dan yang lainya.

Allah ta’ala berfirman:

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ.

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS. At-Taubah[9]: 103).

Sesungguhnya harta yang kita miliki hanyalah titipan Allah semata, apa saja yang berada di langit dan di bumi semua adalah milik Allah semata.

Allah ta’ala berfirman:

وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ

“Dan kepunyaannya (Allah) apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.”  (QS An-Najm[53]: 31)

وَفِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ.

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapatkan bagian” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 19)

Zakat-zakat yang harus dikeluarkan diantaranya:

1)  Zakat fitri.

Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ عَلَى الْعَبْدِ وَالْحُرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرِ وَالْكَبِيرِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَأَمَرَ بِهَا أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلَاةِ

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mewajibkan zakat fithri sebanyak satu shaa’ kurma atau satu shaa’ gandum. Kewajiban itu dikenakan kepada budak, orang merdeka, lelaki wanita, anak kecil, dan orang tua dari kalangan umat Islam. Dan beliau memerintahkan agar zakat fithri itu ditunaikan sebelum keluarnya orang-orang menuju shalat.” (HR. Bukhari 1503, Muslim 984, Ibnu Majah 1827, An-Nasa’i 2504).

Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, beliau berkata:

 

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ.

“Bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri karena telah berakhir Ramadhan.”(HR. Muslim 984).

Waktu yang dibolehkan adalah satu atau dua hari sebelum berakhir Ramadhan, berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma:

وَكَانُوا يُعْطُونَ قَبْلَ الفِطْرِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ.

“Dahulu mereka menunaikan zakat fitri satu atau dua hari sebelum berbuka (berakhir Ramadhan).” (HR. Bukhari 1511).

2)  Zakat pertanian.

Termasuk yang banyak dilalaikan kaum muslimin adalah zakat pertanian, dimana hal itu wajib dikeluarkan setelah dipotong pengeluaran biaya menurut salah satu pendapat.

Adapun ukuranya, apa bila sawah maupun kebun tersebut disirami mata air, sungai ataupun hujan tanpa jerih payah dan mengeluarkan biaya banyak maka dikeluarkan 1/10 atau 10%.

Diriwayatkan dari Salim bin Abdullah dari ayahnya radhiyallah ‘anhuma dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

فِيمَا سَقَتْ السَّمَاءُ وَالْعُيُونُ أَوْ كَانَ عَثَرِيًّا الْعُشْرُ، وَمَا سُقِيَ بِالنَّضْحِ نِصْفُ الْعُشْرِ.

“Tanaman yang disiram dengan air hujan atau mata air atau tanpa usaha zakatnya sepersepuluh, dan tanaman yang disiram dengan gayung zakatnya seperlima.” (HR. Bukhari 1483, Tirmidzi 640).

Sedangkan apabila menggunakan siraman atau pengairan yang biayanya besar dikeluarkan 1/20 atau 5%.

Disebutkan dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فِيمَا سَقَتِ السَّمَاءُ وَالعُيُونُ أَوْ كَانَ عَثَرِيًّا العُشْرُ، وَمَا سُقِيَ بِالنَّضْحِ نِصْفُ العُشْرِ

“Tanaman yang diairi dengan air hujan atau dengan mata air atau dengan air tada hujan, maka dikenai zakat 1/10, Sedangkan tanaman yang diairi dengan mengeluarkan biaya, maka dikenai zakat 1/20.” (HR. Bukhari 1483, Tirmidzi 640, Ibnu Majah 1816).

Adapun kurang dari 5 wasaq tidak ada zakatnya.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَلَيْسَ فِيمَا دُونَ خَمْسِ أَوْسُقٍ صَدَقَةٌ.

Tidak ada zakat bagi tanaman di bawah 5 wasaq.” (HR. Bukhari 1405, Muslim 979).

Jika kita hitung 1 sho’ sama dengan 2,5 kg, satu wasaq 60 sho’ maka nishob zakat tanaman = 5 wasaq x  60 sho’ =150/ wasaq x 5 = 750 kg.

3)  Zakat mal.

Wajib mengeluarkan zakat emas dan perak jika dua syarat berikut ini terpenuhi:

1)   Nishab. (tercapainya ukuran yang harus di keluarkan).

2)   Telah mencapai satu haul atau satu tahun Hijriyah.

Maksudnya seseorang memiliki harta yang mencapai nishab selama satu haul (satu tahun).

Nishab emas adalah 20 dinar = 80 gram emas 24 karat = 97 gram emas 21 karat=113 gram emas 18 karat.

Nishab perak adalah 200 dirham = 595 gram.

Kadar yang harus dikeluarkan dari emas dan perak yang telah mencapai nishab dan satu haul adalah 2,5 % =1/40.(Fikih sunnah wanita, Syaikh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid salim)

6.   Berpuasa bulan Ramadhan.

Puasa merupakan perintah Allah yang agung, siapapun yang menjalankan puas dengan benar membersihkan hatinya, menyehatkan badan, menumbuhkan rasa kemanusiaan bahkan mendidik akhlaq seseorang.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah[2]:183).

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.

Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari 38, Muslim 760).

Imam Ad-Dzahabi berkata, “Para ulama sepakat menghukumi pelaku orang yang tidak puasa lebih buruk dari pezina dan peminum khamer, karena mereka menyerupai orang-orang zindiq atau munafiq.” (Al-Kabaair, Imam Ad Dzahabi).

Demikianlah haq-haq Allah ta’ala ini, apabila dipenuhi semua kembalinya kepada hamba tersebut.

Sudah semestinya seseorang memperhatikan haq-haq penciptanya karena besarnya nikmat yang Allah berikan.

 

-----000-----



Sragen 03-10-2024

Junaedi Abdullah 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 10 HAK TETANGGA

  BAB 10 HAK TETANGGA Tetangga adalah orang yang dekat dengan kita, baik di depan, belakang, kanan ataupun kiri dari rumah kita menurut ...