Rabu, 11 September 2024

MEMAHAMI AL WALA’ WAL BARA’

MEMAHAMI AL WALA’ WAL BARA’

 


Al wala’ wal bara’ merupakan salah satu sendi yang penting di dalam ajaran islam, kosekwensi seseorang terhadap kalimat syahadat yang telah diucapkan dimana salah satu syarat dari kalimat la ila ha illallah, oleh karena itu memahami perkara ini termasuk perkara yang sangat penting di mana banyak diantara kita yang belum paham, oleh karena itu sedikit rincian al-wala’ dan al-bara’ di bawah ini semoga bermanfaat.

1.   Pengertian al-wala’ wal bara’

Al wala’ الْمُوَالاَةُ secara bahasa memiliki arti yaitu: pembela, penolong, pelindung, dekat, lawan dari al ‘adawah الْعَدَوَاةُ permusuhan.

Adapun secara istilah al-Wala’ dapat diartikan seorang hamba mengikuti terhadap apa yang dicintai dan diridhai Allah baik berupa perkataan, perbuatan, kepercayaan, dan orang yang melakukannya.

Al bara’ البراءَةٌ secara bahasa memiliki arti berlepas diri, tidak membenarkan, memusuhi, menjahui.

Adapun secara istilah seorang hamba mengikuti terhadap apa yang dibenci dan dimurkai Allah, baik berupa perkataan, perbuatan, kepercayaan dan orang yang melakukannya. (lihat pula, Prinsip dasar islam, ust. Yazid bin’Abdul Qadir Jawas).


2.   Wajib mencintai Allah dan  Rasul-Nya serta orang-orang beriman.

Orang yang beriman wajib mencintai Allah.

Allah ta’ala berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ.

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (QS. Al Baqarah [2]:165).

Mencintai Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Beliau bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ.

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.“  (HR. Bukhari 15,  Muslim 44, Ahmad 12814).

Mencintai orang-orang yang beriman.

Allah ta’ala berfirman:

مُّحَمَّدُ رَّسُولُ اللهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّآءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ.

“Muhammad adalah Rasul Allah. Dan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, namun saling berkasih-sayang diantara sesama mereka.” (QS. Al-Fath[48]:29).

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain.” (QS. At-Taubah[9]:71).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه.

“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari 13, Muslim 45). 


3.   Membenci apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya.

Allah membenci kekafiran dan kemusryikan, Allah menyebut mereka adalah seburuk-buruk mahluk di sisi Allah.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ.

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al Bayyinah[98]:6).

أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ المُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ.

“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang musyrik.(QS. At-Taubah[9]:3).

Dari Abu Hurairah radiallahu ‘anhu Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda:

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ المُوبِقَاتِ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ: الشِّرْكُ بِاللَّهِ، وَالسِّحْرُ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالحَقِّ، وَأَكْلُ الرِّبَا، وَأَكْلُ مَالِ اليَتِيمِ، وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ، وَقَذْفُ المُحْصَنَاتِ المُؤْمِنَاتِ الغَافِلاَتِ.

 “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan. Mereka (sahabat) berkata: “Wahai Rasulullah apakah tujuh perkara yang membinasakan itu?” Beliau bersabda: “Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan haq, memakan harta anak yatim, memakan riba’, lari dari medan perang (jihad), menuduh berzina wanita baik-baik lagi beriman serta tidak tahu menahu (dengan zina tersebut).” (HR. Bukhari 2766 Muslim 86).

 

4.   Tidak boleh mencintai orang yang dibenci Allah atau membenci orang yang dicintai Allah.

Tidak boleh menjadikan orang kafir pemimpin, teman, atau berloyal kepada mereka.

Allah ta’ala berfirman: 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Maidah[5]:51).

Orang-orang munafiq mereka membenci orang-orang beriman apa yang dicintai oleh Allah, sehingga Allah murka kepadanya.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ . يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ .

“Di antara manusia ada yang mengatakan, "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian" padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedangkan mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah[2]8-9).

أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ:الْمُوَالاَةُ فِي اللهِ، وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ، وَالْحُبُّ فِي اللهِ، وَالبُغْضُ فِي اللهِ.

“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas karena Allah dan permusuhan karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir 11537,  Shahihu al-Jami’ 2539).

 

5.   Macam-macam al-wala’ dan al-bara’:

Al-wala’ dan al-bara’ ada beberapa macam bentuknya, diantaranya bisa berupa:

1)   Perkataan, seperti dzikir, membaca Al-Qur’an, dicintai Allah kita pun mencintai, sedangkan mencela memaki dan berkata kotor di benci Allah, maka kita pun wajib membencinya.

2)   Perbuatan, shalat, puasa, zakat menjalankan Sunnah-sunnah Rasulullah menjadikan Allah cinta maka kita pun mencintai, sedangkan tidak shalat, tidak puasa, berzina, meminum khamer, riba, berbuat bid’ah Allah membencinya kita juga wajib membencinya.

3)   Keyakinan, seperti iman, tauhid, dicintai Allah kita juga mencintai, sedangkan kufur, kesyirikan di benci Allah dan kita juga membencinya.

4)   Orangnya (pelakunya), Allah mencintai orang yang mentauhidkan diri-Nya, dan Allah membenci orang yang melakukan kemusyrikan.

 

6.   Manusia diperlakukan al-wala’ al-bara’ ada tiga macam.

1)   Orang yang berhak mendapatkan wala’ (loyalitas) secara mutlak.

 yaitu orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka dalam agama mereka dan meninggalkan larangan-larangan agama dengan ikhlas semata-mata karena Allah Azza wa Jalla.

2)   Orang yang berhak mendapatkan wala’ (loyal) di satu sisi dan berhak mendapatkan bara’ (tidak membenarkan) di sisi lain; yaitu seorang muslim yang melakukan maksiat, yang melalaikan sebagian kewajiban agamanya dan melakukan sebagian perbuatan yang diharamkan Allah namun tidak menyebabkan ia menjadi kufur dengan tingkat kufur besar. Begitu pula orang yang melakukan bid’ah yang tidak sampai pada tingkat kekufuran.

Dahulu ada pelaku dosa besar di jaman Rasulullah, ada sahabat yang melaknatnya, maka Rasulullah Shallalllahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تَلْعَنُوهُ، فَوَاللَّهِ مَا عَلِمْتُ إِنَّهُ يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ

“Janganlah kamu mengutuknya, sesungguhnya ia (masih tetap) mencintai Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari 6780).

3)   Orang yang berhak mendapatkan bara’ mutlak, yaitu orang musyrik dan kafir, baik dari Yahudi atau Nasrani maupun Majusi dan lainnya. Sedang jika seorang Muslim melakukan perbuatan yang menyebabkan menjadi kafir, maka ia dinyatakan murtad. Misalnya, berdo’a kepada selain Allah, tidak mengkafirkan orang-orang yang dikafirkan Allah dan rasul-Nya. (Nawaqidul islam, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab).

 

7.   Membedakan antara ibadah dengan muamalah.

Kalau dalam perkara muamalah kita diperintahkan agar berbuat baik kepada siapa saja, dan bukan hanya terbatas kepada orang-orang beriman saja, tetapi juga kepada orang kafir.

Kita tidak boleh berbuat dzalim kepada mereka.

Allah ta’ala berfirman:

مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا.

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.” (QS. Al-Maidah [5]:32).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ.

“Sayangilah orang-orang yang ada di bumi, maka orang-orang yang ada di langit akan menyayangimu.” (HR. Tirmidzi 1924, Baihaqi 17905, Dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Ash Shahihah 925).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

 اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan iringilah sesuatu perbuatan dosa (kesalahan) dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Tirmidzi 1987, Ahmad 21403  dihasankan syaikh al-Albani di dalam al-Misykah 5083).

Sebagaimana yang diriwayatkan dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda:

مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ رِيحَهَا تُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ أَرْبَعِينَ عَامًا.

“Siapa yang membunuh orang (kafir) yang terikat perjanjian, maka dia tidak akan mencium bau surga. Sesungguhnya bau surga didapatkan sejauh perjalanan empat puluh tahun.”(HR. Bukhari 3166, Abu Dawud). 

 

8.   Islam telah mengajarkan bagaimana kita harus bertoleransi.

Allah ta’ala berfirman:

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ.

“Tidak ada paksaan dalam beragama, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah..” (QS Al-Baqarah[2]: 256).

لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ.

"Bagiku agamaku dan bagimu agamamu.” (QS. Al-Kafirun [109]:6).

قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُون.

Katakanlah, "Apakah kalian memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kalian; bagi kami amalan kami, dan bagi kalian amalan kalian, dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati.” (QS. AL-Baqarah [2]:139).

 

9.   Islam agama yang diterima disisi Allah ta’ala.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ.

“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 19).

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

“Dan barangsiapa mencari agama selain agama Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran[3]: 85).

Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

اْلإِسْلاَمُ يَعْلُوْ وَلاَ يُعْلَى.

“Islam itu tinggi dan tidak ada yang mengalahkan ketinggiannya.” (HR ad-Daraqudni 3620,  Di shahihkan syaikh al-Albani di dalam al-Irwa’ 1268).

10.                     Rusaknya pemahaman liberal.

Orang liberal menganggap semua agama itu baik, benar, dan akan masuk surga, orang-orang jelas-jelas melakukan sesaji kepada pohon, laut, gunung dianggap itu boleh dan merupakan budaya.

Menganggap jilbab adalah budaya arab tidak wajib, menjadikan islam sesuai dengan kemauan mereka seperti islam nusantara.

Pemahaman seperti ini adalah pemahaman rusak, dan mereka tak ubahnya seperti orang-orang munafik yang ingin merusak islam dari dalam, sehingga sangat bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah serta ijma’ kaum muslimin.

Orang-orang seperti mereka tidak akan mendapatkan manisnya iman.

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ اْلإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ ِللهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ.

“Ada tiga perkara yang apabila perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, yaitu:

1)   Hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya.

2)   Apabila ia mencintai seseorang, ia hanya mencintainya karena Allah.

3)   Dirinya tidak suka untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagai-mana ia tidak mau untuk dilemparkan ke dalam api.” (HR. Bukhari 16, 21, Ahmad 12002).

Demikianlah semoga bermanfaat.

 

-----000-----

 

Sragen 12-09-2024

Junaedi Abdullah.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANG-ORANG DZALIM ADALAH ORANG YANG BANGKRUT PADA HARI KIAMAT

  Manusia adalah makhluk sosial, mereka akan merespon setiap segala sesuatu sesuai dengan akal dan nalurinya. Ketika manusia tidak mempe...