HAK ALLAH TA’ALA ATAS PARA HAMBANYA.
BAB 3.
BAGAIMANA KITA BERIBADAH KEPADA ALLAH.
س ٣ - كَيْفَ نَعْبُدُ الله ؟
Soal: 3 Bagaimana kita beribadah kepada Allah.?
ج ٣ - كَمَا أَمَرَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ.
Jawab: Sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya.
قَالَ تَعَالَى {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا
اللَّهُ وَأَطِيعُوا الرَّسُوْلَ وَلَا تُبْطِلُوْا أَعْمَالَكُمْ} سورة مُحَمَّدٍ
: ٣٣
Allah
ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan janganlah
kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (QS. Muhammad [47]: 33).
وقال ﷺ
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
)مَنْ عَمِلَ
عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌ ) أَيِّ غَيْرُ مَقْبُول ، رَوَاهُ
مُسْلِمٌ
“Barangsiapa yang
melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka tertolak.” Maksudnya
amalan tersebut tidak diterima. (HR. Muslim 1718).
-----000-----
Penjelasan:
1. Ibadah
sifatnya adalah tauqifiyah (berhenti, mengikuti dalil).
Sehingga diperlukan wahyu untuk membimbing manusia.
Wahyu Allah ta’ala itu
merupakan cahaya yang menuntun umat manusia di dunia ini agar tidak hidup dalam
gelapnya hawa nafsu dan terperangkap dalam jerat-jerat setan yang sangat halus dan
menyesatkan kehidupan manusia.
Allah ta’ala berfirman:
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا
ۚ مَا كُنْتَ
تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَٰكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي
بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا ۚ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al
Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al
Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami
menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami
kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi
petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy-Syura[42]: 52).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا عِبَادِى كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ
فَاسْتَهْدُونِى أَهْدِكُمْ.
“Wahai hamba-Ku, kalian semua sesat kecuali orang yang
telah Kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian minta petunjuk kepada-Ku, pasti
Aku memberinya…”(HR. Muslim 2557,Tirmidzi 2495).
Oleh karena itu ada pepatah yang mengatakan:
لَوْلَا العِلْمُ لَكَانَ النَّاسُ كَالبَهَائِمِ
Kalaulah bukan karena ilmu manusia itu seperti
binatang.
Kita bisa mengambil pelajaran bagaimana orang-orang
yang hidup tanpa dibimbing dengan wahyu, ada diantara mereka yang menyukai
sesama jenis, ada yang suka tidak berpakaian, ada yang menganggap bunuh diri
merupakan kehormatan, ada yang membuang orang tuannya jika mereka sudah tua,
melobangi bibir-bibir mereka, ada pula yang berbagi istri kepada orang lain.
2. Allah
berjanji untuk memberikan petunjuk kepada manusia.
Ketika nabi Adam telah memakan buah terlarang yang
menyebabkan dikeluarkan dari surga, Allah berjanji akan memberikan petunjuk,
bagi yang mengikuti petunjuk tidak perlu kuatir dan cemas, adapun orang yang
kafir mereka akan menjadi penghuni neraka.
Allah ta’ala berfirman:
قُلْنَا
اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا
يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا
هُمْ يَحْزَنُون
وَالَّذِينَ
كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.
Kami berfirman, "Turunlah kamu semuanya dari
surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang
mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran alas mereka, dan tidak
(pula) mereka bersedih hati." Adapun orang-orang yang kafir dan
mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]:22).
3. Allah
mengutus para Rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ
رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ.
"Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
Thagut." (QS. An-Nahl [16]: 36)
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ
رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ.
“Dan Kami
tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku." (QS. Al-Anbiya
[21] : 25).
Abu Dzar pernah bertanya kepada Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Berapa jumlah persis para nabi.” Beliau menjawab:
مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ
أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا.
“Jumlah para nabi 124.000 orang, 315 diantara mereka adalah rasul.
Banyak sekali.” (HR. Ahmad 22288,
sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al Bani dalam Al-Misykah 5737).
4. Manusia
wajib mengikuti bimbingan wahyu dari Allah dan rasul-Nya.
Hal
itu untuk mengetahui bagaimana tata cara beribadah dengan benar.
Allah
ta’ala berfirman:
ثُمَّ
جَعَلْنٰكَ عَلٰى شَرِيْعَةٍ مِّنَ الْاَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ اَهْوَاۤءَ
الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ.
“Kemudian
Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama
itu), Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui.” (QS.
Al-Jatsiyah [45]: 18).
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي
هِيَ أَقْوَمُ.
"Sungguh, Al-qur'an ini memberikan
petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus." (QS. Al-Isra [17]: 9).
اتَّبِعْ
مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ.
”Ikutilah
apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu; tidak ada Tuhan selain dia;
dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.” (QS. Al-An’am [6]: 106).
5.
Mengikuti
bimbingan Rasul-Nya.
Allah memberitahukan kepada kita bahwa
Allah telah mengutusnya untuk menyampaikan risalah, agar manusia mentaatinya.
Allah memberitahukan hal itu dengan
firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ
وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ
النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai
rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (QS. Al-Maidah [5]: 67).
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ
حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي
أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا.
“Maka demi Tuhanmu,
mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim
dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa
keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.” (QS.An-Nisa[4]:65).
6.
Mentaati Rasulullah sama dengan mentaati Allah
ta’ala.
Allah ta’ala
berfirman:
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ.
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul melainkan untuk ditaati
dengan izin Allah..” (QS.An-Nisa[4]:64).
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي
الْأَمْرِ مِنْكُمْ.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu ..” (QS. An-Nisaa [4]: 59).
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ
أَطَاعَ اللَّهَ.
“Barang siapa mentaati Rasul
(Muhammad) sesungguhnya dia telah mentaati Allah.” (QS. An-Nisa[4]:80).
7. Keselamatan
dari kesesatan dan mendapatkan kecintaan Allah dengan mengikuti petunjuk
Rasulullah.
Allah ta’ala memerintahkan agar kita mengikuti
Rasulullah, hal itu sebagai jaminan keselamatan, namun banyak sekali
ucapan-ucapan para pengikut hawa nafsu yang menyerupai kebenaran, padahal
sebagiannya bertentangan dengan kebenaran yang dibawa Rasulullah tersebut, oleh
karena itu Allah menguji dengan satu ayat apakah kita mengikuti Rasulullah atau
tidak.
Allah ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ .
Katakanlah, "Jika kalian
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosa kalian." (QS. Ali Imran [3]:31).
Al-Hasan
Al-Basri dan lain-Lainnya dari kalangan ulama Salaf mengatakan bahwa ada
segolongan kaum yang menduga bahwa dirinya mencintai Allah, maka Allah menguji
mereka dengan ayat ini.(Tafsir Ibnu Katsir, QS. Ali Imran [3]:31).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنِّي
قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ اللَّهِ
وَسُنَّتِي، وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ.
“Aku telah
tinggalkan pada kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada
keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya sampai kalian bertemu
denganku di telaga.” (HR. Al-Hakim di dalam
mustadraknya 319, Disahihkan oleh Syaikh al-Albani di dalam Sahihul Jami’
2937).
8.
Rusaknya
amal dapat disebabkan dengan berbagai sebab.
Diantaranya:
1)
Kekafiran seperti:
Ateis, Komunis, Pluralisme yang menganggap semua agama benar dan lain-lain.
2)
Syirik besar, seperti
yang terjadi pada agama-agama selain islam, Yahudi, Nasrani, hindu, Budha, Kong
hucu, kejawen (Budi Darma) dan lain-lain. (QS. Al-Baiyyinah[93]:6).
3)
Syirik kecil
(Riya, sum’ah, ‘ujub).
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman di dalam hadits qudsi :
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ
الشِّرْكِ ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ ، تَرَكْتُهُ وَ
شِرْكَهُ.
“Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat
menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang
dicampuri dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku
tidak terima) amal kesyirikannya” (HR Muslim 2985 dan Ibnu Majah 4202).
4)
Kebid’ahan.
Definisi bid’ah secara bahasa yaitu :
Secara
bahasa bid’ah adalah sesuatu yang baru, yang tidak ada contoh sebelumnya.
Allah
ta’ala berfirman:
بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ.
“Dialah
Allah Pencipta langit dan bumi.” (Al-Baqarah [2]: 117).
Secara
Imam Asy Syatibi dalam kitabnya Al I’tisham. Beliau mengatakan:
عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ
تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي
التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ.
Sebuah
ungkapan pada tatacara di dalam beragama yang dibuat-buat menyerupai syari’at
(yang tidak ada dasarnya), dimaksudkan melakukan hal itu untuk berlebih-lebihan
dalam beribadah kepada Allah ta’ala. (Al-I’tisam hal 31-32, Imam Asy-Syatibi).
Allah
ta’ala berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ
فَانْتَهُوا.
“Dan
apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah.” (QS. Al-Hasyr [59]: 7).
Ibnu
Katsir mengatakan: “Yakni apa pun yang diperintahkan oleh Rasul kepada kalian,
maka kerjakanlah; dan apa pun yang dilarang olehnya, maka tinggalkanlah. Karena
sesungguhnya yang diperintahkan oleh Rasul itu hanyalah kebaikan belaka, dan
sesungguhnya yang dilarang olehnya hanyalah keburukan belaka.” (Tafsir Ibnu
Katsir QS. Al-Hasyr [59]: 7).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ
رَدٌّ, وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً
لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ .
“Barang
siapa yang membuat perkara baru dalam urusan agama yang tidak ada perintah dari
kami maka tertolak.” Dalam riwayat Muslim, “Barangsiapa yang melakukan suatu
amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka tertolak.” (HR. Bukhari 2697,
Muslim 1718).
Adapun
dalam masalah dunia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak melarang hal
itu.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَنْتُمْ أَعْلَمُ بِأَمْرِ دُنْيَاكُمْ.
Kamu
lebih mengetahui tentang urusan dunia kamu.” (HR. Muslim 2363).
Pembahasan
lebih detail in syaa Allah nanti di belakang.
5)
Dosa-dosa besar.
Oleh
karena itu Allah ta’ala memerintahkan kita agar menjahui dosa-dosa besar.
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ
عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا.
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara
dosa-dosa yang dilarang kalian mengerjakannya, niscaya Kami hapus
kesalahan-kesalahan kalian (dosa-dosa kalian yang kecil) dan Kami masukkan
kalian ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa [4]:31).
9.
Baiknya akal
manusia belum tentu baik menurut syari’at.
Kebanyakan
manusia memandang dan mengukur kebaikan dengan banyaknya orang yang melakukan, Allah
membatalkan anggapan hal ini. Allah ta’ala berfirman:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ
عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا
يَخْرُصُونَ .
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah
mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap
Allah).” (QS. Al-An’am [6]:116).
Abdullah
bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
كُلُّ
بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ، وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً.
“Setiap
bid’ah adalah sesat, walaupun manusia menganggapnya baik.” (Syarah I’tiqad Ahli
Sunnah wal Jama’ah 126. Abul Qasim Al-Lalikai ).
10.
Akal yang
sehat, bersih akan selaras dengan wahyu.
Orang
yang belum rusak fitrahnya dan belum terkontaminasi mereka akan sejalan dengan
wahyu, sehingga ketika ada seruan iman mereka akan menerima seruan tersebut.
Allah
ta’ala berfirman:
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا
يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada
Tuhanmu", maka kamipun beriman.” (QS. Ali ‘imran [3]:193).
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa
sallam bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ
فَاَبَوَاهُ يُهَوّدَانِهِ اَوْ يُنَصّرَانِهِ اَوْ يُمَجّسَانِهِ.
“Setiap anak
yang lahir, dia terlahir di atas fithrah, maka tergantung kedua orang tuanya
yang menjadikan dia orang Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari 4775, Muslim 2658).
Ibnu Katsir
mengaitkan hadits ini dengan ayat 172 dari surat Al-A’raf karena manusia
sebelum terlahir mereka telah diambil janji oleh Allah ta’ala, agar kita
mengetahui pada asalnya manusia tercipta dalam keadaan fitrah lurus, yaitu
Islam. (lihat tafsir Ibnu Katsir, QS Al-A’raf[7]:172).
Demikianlah semoga
bermanfaat.
-----000-----
Sragen
27-08-2024
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar