Senin, 12 Agustus 2024

SYARAH HUD AQIDATAKA BAB 1 TUJUAN MANUSIA HIDUP.


                      HAK ALLAH TA’ALA ATAS PARA HAMBANYA.

BAB 1.

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA.

 

 

Soal:

س ۱ - لِمَاذَا خَلَقْنَا الله ؟

1.   Untuk apa Allah menciptakan kita? 

ج 1 - خَلَقْنَا لِنَعْبُدَهُ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا لِعَقَ بِاللهِ

Jawab: Allah menciptakan kita dengan tujuan agar kita beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan sesuatu apapun dengan-Nya.

وَالدَّلِيلُ قَوْلُهُ تَعَالَى فِي سُوْرَةِ الدَّارِيَاتِ :٥٦.

Dalilnya adalah firman Allah ta’ala di dalam surat Adz-Dzariyat:56.

}وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ}

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat[51]:56).

وَقَوْلُهُ

Dan sabda Nabi:

(حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا( مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

"Hak Allah atas para hamba-Nya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya saja dan tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun." (Muttafaqun 'Alaihi, Bukhari 2856, Muslim 30).

 

 

-----000-----

 penjelasan:

1. Allah yang maha mengetahui segala sesuatu, memiliki hikmah, termasuk dalam penciptaan manusia.

 Allah ta’ala berfirman:

 هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ.

“Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr [59]:24).

Ibnu Katsir berkata:

Adapun firman Allah ta’ala:

{وَهُوَ الْعَزِيزُ}

“Dan Dialah Yang Mahaperkasa.” (Al-Hasyr: 24)

Yakni Zat-Nya tidak dapat dicapai (tidak dapat dikalahkan).

{الحَكِيمُ}

lagi Mahabijaksana. (Al-Hasyr: 24)

(Tafsir Ibnu Katsir, QS.Al-Hasyr [59]:24).

Adapun al hakim memiliki beberapa makna:

 Pertama: Maha bijaksana. Sebagaimana ayat di atas.

وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ.

“Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr [59]:24).

Kedua: Yang memiliki hikmah.

Allah Subhanahu wata’la berfirman:

حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ.

“Itulah suatu Hikmah yang sempurna, Maka peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi mereka). (QS. Al-Qamar[54]: 5).


Ketiga: Yang menghukumi diantara hambanya.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ

“Bukankah Allah hakim yang seadil-adilnya?” (QS. At-Tin[95]: 8).

 Keempat: Yang memutuskan perkara diantara hambanya.

فَاصْبِرُوا حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِين

“Maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-A’raf[7]: 87).

Kelima: Yang mengukuhkan segala sesuatu.

Allah Subhanahu wata’la berfirman:

أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا .

“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisa[4]: 82).

Allah ta’ala maha mengetahui segala sesuatu. Allah mengetahui perkara yang sedang terjadi, yang akan terjadi, yang belum terjadi seandainya hal itu terjadi.

Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, secara global maupun secara rinci, baik yang kecil maupun yang besar, yang nampak maupun yang tersembunyi.

Allah mengetahui keadaan sebelum manusia diciptakan, ketika sedang diciptakan diperut ibunya, ketika telah lahir di dunia, ketika keadaan dan takbiat mereka, sampai setelah mereka diwafatkan dan dimasukkan ke dalam surga atau neraka, Allah mengetahui semua itu.

Oleh karena itu Allah memberitahukan kepada malaikat tentang pengetahuan ini apa yang tidak diketahui mereka.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'" Mereka berkata, "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau!" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”(QS. AL-Baqarah [2]:30).

Hingga firman Allah ta’ala:

أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ.

“Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan?” (QS. Al-Baqarah[2]:33).

Allah ta’ala juga berfirman:

لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا.

“Agar kalian mengetahui sesungguhnya Allah maha kuasa terhadap segala sesuatu, dan bahwasanya ilmu Allah meliputi segala sesuatu.” (QS. At-Thalaq [65]: 12).

Orang-orang kafir ketika masuk kedalam neraka menjerit-jerit meminta agar dikembalikan lagi kedunia, Allah maha mengetahui, seandainya mereka dikembalikan lagi ke dunia mereka akan mengulangi kekafiran mereka sebagaimana firman Allah ta’ala:

وَلَوْ رُدُّوا لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ.

“Seandainya mereka dikembalikan ke dunia, tentu mereka akan mengulang kembali apa yang telah dilarang mengerjakannya. Dan sungguh mereka itu pendusta.” (QS. Al-An’am[6]: 28).

Ini merupakan hikmah diantara ilmu Allah ta’ala.

2.  Allah menciptakan manusia dalam keadaan fitrah(bersih, islam).

Tidak ada Tuhan selain Dia, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tafsir firman-Nya:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ.

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini. " (Al-A'raf[7]: 172).

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ.

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah.” (QS. Ar-Ruum [30]: 30).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ  يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوّدَانِهِ اَوْ يُنَصّرَانِهِ اَوْ يُمَجّسَانِهِ.

“Setiap anak yang lahir, dia terlahir di atas fithrah, maka tergantung kedua orang tuanya yang menjadikan dia orang Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari 4775, Muslim 2658).

Ibnu Katsir mengaitkan dua ayat di atas dengan hadits ini di dalam tafsirnya, agar kita mengetahui pada asalnya manusia tercipta dalam keadaan fitrah lurus, yaitu Islam.

 3.   Allah tidak membiarkan begitu saja manusia.

Allah ta’ala tidaklah menjadikan manusia sia-sia tanpa ada tujuan, terlahir, makan, minum, menikah, beranak pinak sesudah itu mati tanpa ada balasan sama sekali tidak, semua akan dibalas sesuai dengan perbuatannya.

Allah ta’ala berfirman:

أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَٰنُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?.” (QS. Al-Qiyamah [75]:36).

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ.

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun[23]: 115).

Yakni apakah kalian menduga bahwa kalian diciptakan dengan main-main, tanpa tujuan, tanpa berkehendak, dan tanpa hikmah dari Kami? (Tafsir ibnu Katsir QS. Al-Mukminun [23]:115).

4.   Tujuan manusia hidup.

Allah mengingatkan manusia akan tujuan hidup mereka, yaitu untuk beribadah kepada Allah taala.

Allah taala berfirman:

 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون.

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat[51]:56).

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni agar mereka mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa. (Tafsir Ibnu Katsir QS. Adz-Dzariyat [51]:56).

 Allah ta’ala juga berfirman kelanjutan ayat tersebut:

مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ. إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ.

“Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. (Adz-Dzariyat [51]:57-58).

5.   Untuk menguji manusia mana yang lebih baik amalnya.

Allah ta’ala berfirman:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” ( QS. Al-Mulk [67]:2).

As-Sa’di berkata, “Yang menjadikan mati dan hidup,” Allah menakdirkan hidup dan mati untuk hamba-hambaNya, “supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” Yakni, siapa yang amalannya paling ikhlas dan paling benar. Allah menciptakan para hambaNya dan dimunculkan di alam dunia ini. Mereka diberitahu akan dipindahkan dari alam ini. Allah memberlakukan berbagai perintah dan larangan untuk mereka dan diuji dengan berbagai keinginan hawa nafsu yang memalingkan mereka dari perintahNya. Barangsiapa yang tunduk pada perintah Allah, dan melakukan amalan baik, maka Allah akan memberinya pahala yang baik di dunia dan di akhirat. Namun siapa pun yang condong pada hawa nafsunya dan tidak menghiraukan perintah Allah, maka akan mendapatkan balasan buruk.(Tafsir As-Sa’di, QS Al-Mulk[67]:2).

Demikianlah tujuan penciptaan manusia, yang merupakan tujuan sangat mulia yaitu agar manusia beribadah kepada Allah ta’ala.

Demikianlah semoga bermanfa’at.




----000----

 

Sragen 13-08-2024.

Junaedi Abdullah.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 10 HAK TETANGGA

  BAB 10 HAK TETANGGA Tetangga adalah orang yang dekat dengan kita, baik di depan, belakang, kanan ataupun kiri dari rumah kita menurut ...