BAB 1.
TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA.
Soal:
س ۱ - لِمَاذَا
خَلَقْنَا الله ؟
1. Untuk apa Allah menciptakan kita?
ج 1 -
خَلَقْنَا لِنَعْبُدَهُ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا لِعَقَ بِاللهِ
Jawab: Allah
menciptakan kita dengan tujuan agar kita beribadah kepada-Nya dan tidak
mempersekutukan dengan sesuatu apapun dengan-Nya.
وَالدَّلِيلُ
قَوْلُهُ تَعَالَى فِي سُوْرَةِ الدَّارِيَاتِ :٥٦.
Dalilnya
adalah firman Allah ta’ala di dalam surat Adz-Dzariyat:56.
}وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ}
"Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat[51]:56).
وَقَوْلُهُ
Dan sabda
Nabi:
(حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا
يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا(
مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
"Hak
Allah atas para hamba-Nya adalah agar mereka beribadah kepada-Nya saja dan
tidak menyekutukan dengan sesuatu apapun." (Muttafaqun 'Alaihi, Bukhari
2856, Muslim 30).
-----000-----
penjelasan:
1. Allah yang maha mengetahui segala sesuatu, memiliki hikmah, termasuk
dalam penciptaan manusia.
Allah ta’ala berfirman:
هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ.
“Dialah
Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai
Asmaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr [59]:24).
Ibnu Katsir berkata:
Adapun firman Allah ta’ala:
{وَهُوَ
الْعَزِيزُ}
“Dan Dialah Yang Mahaperkasa.” (Al-Hasyr:
24)
Yakni Zat-Nya tidak dapat dicapai
(tidak dapat dikalahkan).
{الحَكِيمُ}
lagi
Mahabijaksana. (Al-Hasyr: 24)
(Tafsir Ibnu
Katsir, QS.Al-Hasyr [59]:24).
Adapun al
hakim memiliki beberapa makna:
Pertama: Maha bijaksana. Sebagaimana ayat di atas.
وَهُوَ
الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ.
“Dan Dialah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr [59]:24).
Kedua: Yang memiliki hikmah.
Allah Subhanahu
wata’la berfirman:
حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ.
“Itulah
suatu Hikmah yang sempurna, Maka peringatan-peringatan itu tidak berguna (bagi
mereka). (QS. Al-Qamar[54]: 5).
Ketiga: Yang menghukumi diantara hambanya.
Allah Subhanahu
wata’ala berfirman:
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ
“Bukankah
Allah hakim yang seadil-adilnya?” (QS. At-Tin[95]: 8).
Keempat: Yang memutuskan perkara diantara hambanya.
فَاصْبِرُوا حَتَّى يَحْكُمَ اللَّهُ بَيْنَنَا وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِين
“Maka
bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita; dan Dia adalah
hakim yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-A’raf[7]: 87).
Kelima: Yang mengukuhkan segala sesuatu.
Allah
Subhanahu wata’la berfirman:
أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا .
“Maka Apakah
mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS.
An-Nisa[4]: 82).
Allah ta’ala maha mengetahui segala sesuatu. Allah mengetahui perkara yang sedang terjadi, yang akan terjadi, yang belum terjadi seandainya hal itu terjadi.
Allah
mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi, secara global maupun secara rinci, baik yang kecil maupun
yang besar, yang nampak maupun yang tersembunyi.
Allah
mengetahui keadaan sebelum manusia diciptakan, ketika sedang diciptakan diperut
ibunya, ketika telah lahir di dunia, ketika keadaan dan takbiat mereka, sampai
setelah mereka diwafatkan dan dimasukkan ke dalam surga atau neraka, Allah
mengetahui semua itu.
Oleh karena
itu Allah memberitahukan kepada malaikat tentang pengetahuan ini apa yang tidak
diketahui mereka.
Allah ta’ala
berfirman:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ
فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ
قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ.
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'" Mereka berkata, "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau!" Tuhan berfirman,
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”(QS.
AL-Baqarah [2]:30).
Hingga
firman Allah ta’ala:
أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ
غَيْبَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ.
“Bukankah telah Aku katakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi, dan Aku mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu
sembunyikan?” (QS. Al-Baqarah[2]:33).
Allah ta’ala juga berfirman:
لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا.
“Agar kalian
mengetahui sesungguhnya Allah maha kuasa terhadap segala sesuatu, dan
bahwasanya ilmu Allah meliputi segala sesuatu.” (QS. At-Thalaq [65]: 12).
Orang-orang
kafir ketika masuk kedalam neraka menjerit-jerit meminta agar dikembalikan lagi
kedunia, Allah maha mengetahui, seandainya mereka dikembalikan lagi ke dunia mereka
akan mengulangi kekafiran mereka sebagaimana firman Allah ta’ala:
وَلَوْ رُدُّوا
لَعَادُوا لِمَا نُهُوا عَنْهُ وَإِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ.
“Seandainya mereka dikembalikan ke
dunia, tentu mereka akan mengulang kembali apa yang telah dilarang
mengerjakannya. Dan sungguh mereka itu pendusta.” (QS. Al-An’am[6]: 28).
Ini merupakan hikmah diantara ilmu
Allah ta’ala.
2. Allah menciptakan manusia dalam keadaan fitrah(bersih,
islam).
Tidak ada Tuhan selain Dia, sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam tafsir firman-Nya:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ
ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ
بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا
كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ.
“Dan (ingatlah) ketika
Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab,
"Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”(Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan,
"Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini. " (Al-A'raf[7]: 172).
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ
اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ
لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ.
“Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan
pada fitrah Allah.” (QS. Ar-Ruum [30]: 30).
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alahi wa
sallam bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ
فَاَبَوَاهُ يُهَوّدَانِهِ اَوْ يُنَصّرَانِهِ اَوْ يُمَجّسَانِهِ.
“Setiap anak
yang lahir, dia terlahir di atas fithrah, maka tergantung kedua orang tuanya
yang menjadikan dia orang Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari 4775, Muslim 2658).
Ibnu Katsir
mengaitkan dua ayat di atas dengan hadits ini di dalam tafsirnya, agar kita
mengetahui pada asalnya manusia tercipta dalam keadaan fitrah lurus, yaitu
Islam.
3. Allah tidak membiarkan begitu saja manusia.
Allah ta’ala tidaklah menjadikan
manusia sia-sia tanpa ada tujuan, terlahir, makan, minum, menikah, beranak
pinak sesudah itu mati tanpa ada balasan sama sekali tidak, semua akan dibalas
sesuai dengan perbuatannya.
Allah ta’ala berfirman:
أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَٰنُ أَن يُتْرَكَ سُدًى
“Apakah
manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung
jawaban)?.” (QS. Al-Qiyamah [75]:36).
أَفَحَسِبْتُمْ
أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ.
“Maka apakah
kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja),
dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun[23]:
115).
Yakni apakah kalian menduga bahwa kalian diciptakan dengan main-main, tanpa tujuan, tanpa berkehendak, dan tanpa hikmah dari Kami? (Tafsir ibnu Katsir QS. Al-Mukminun [23]:115).
4. Tujuan manusia hidup.
Allah
mengingatkan manusia akan tujuan hidup mereka, yaitu untuk beribadah kepada
Allah taala.
Allah taala
berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُون.
"Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku." (QS. Adz-Dzariyat[51]:56).
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan
dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) Yakni agar mereka mengakui kehambaan
mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa. (Tafsir Ibnu Katsir QS.
Adz-Dzariyat [51]:56).
Allah ta’ala juga berfirman kelanjutan ayat tersebut:
مَا أُرِيدُ
مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ. إِنَّ اللَّهَ هُوَ
الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ.
“Aku tidak menghendaki rezeki
sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku
makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan
lagi Sangat Kokoh. (Adz-Dzariyat [51]:57-58).
5.
Untuk menguji manusia mana yang lebih baik amalnya.
Allah ta’ala berfirman:
الَّذِي خَلَقَ
الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ
وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun.” ( QS. Al-Mulk [67]:2).
As-Sa’di berkata, “Yang menjadikan
mati dan hidup,” Allah menakdirkan hidup dan mati untuk hamba-hambaNya, “supaya
Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.” Yakni, siapa
yang amalannya paling ikhlas dan paling benar. Allah menciptakan para hambaNya
dan dimunculkan di alam dunia ini. Mereka diberitahu akan dipindahkan dari alam
ini. Allah memberlakukan berbagai perintah dan larangan untuk mereka dan diuji
dengan berbagai keinginan hawa nafsu yang memalingkan mereka dari perintahNya.
Barangsiapa yang tunduk pada perintah Allah, dan melakukan amalan baik, maka
Allah akan memberinya pahala yang baik di dunia dan di akhirat. Namun siapa pun
yang condong pada hawa nafsunya dan tidak menghiraukan perintah Allah, maka
akan mendapatkan balasan buruk.(Tafsir As-Sa’di, QS Al-Mulk[67]:2).
Demikianlah
tujuan penciptaan manusia, yang merupakan tujuan sangat mulia yaitu agar
manusia beribadah kepada Allah ta’ala.
Demikianlah
semoga bermanfa’at.
----000----
Sragen
13-08-2024.
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar