HAK ALLAH TA’ALA ATAS PARA HAMBANYA.
BAB 2.
PENGERTIAN IBADAH
س ٢ -مَا هِيَ الْعِبَادَةُ ؟
Soal 2: Apa sebenarnya yang dimaksud ibadah itu?
ج ۲ - الْعِبَادَةُ اِسْمٌ جَامِعٌ لِمَا يُحِبُّهُ اللَّهُ
مِنَ الأَقْوَالِ وَالأَفْعَال ، كَالدُّعَاءِ وَالصَّلَاةِ وَالذَّبْحِ
وَغَيْرِهَا.
Jawab: Yang dimaksud ibadah adalah setiap sebutan yang
meliputi apa saja yang Allah cintai (dan ridhai), baik berupa ucapan-ucapan
ataupun perbuatan-perbuatan, seperti berdoa, shalat, menyembelih dan lain
sebagainya.
قَالَ
تَعَالَى قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ.
"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam." (QS. Al-An'am [6]:
162).
مَعْنَى نُسُكِي
أَي ذَبْحِي لِلْحَيَوَانَات.
Maksud dari nusuki adalah dzabhi lil hayawanat
(sembelihan-sembelihanku terhadap binatang-binatang ternak).
Rasulullah juga bersabda bahwa Allah ta’ala telah
berfirman:
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ
مِمَّا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ
"Dan tidak ada sesuatu yang lebih Aku cintai yang
dengannya hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku daripada apa yang telah Aku
wajibkan atasnya." (Hadits Qudsi diriwayatkan oleh imam Bukhari)
penjelasan:
1. Pengertian
ibadah.
Kata ibadah adalah isim masdar
dari kata ‘abada – ya’budu (عَبَدَ – يَعْبُدُ)
Merendahkan diri dan ketundukan.
Adapun secara bahasa yaitu:
هي الخضوع والذل تقول العرب هذا طريق مُعَبَّدْ أي مُذَلَّلْ من كثرة وطئ
الأقدام عليه.
Merendahkan diri dan ketundukan, sebagaimana orang
Arab berkata, “ Jalan yang merendah akibat seringnya diinjak-injak kaki
padanya. (Al-Qismul Arabi min Mauqi’i al-Islami, As-Sual-wal Jawab Juz 1
halaman 685, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajid).
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah
berkata,
الْعِبَادَة
هِيَ اسْم جَامع لكل مَا يُحِبهُ الله ويرضاه من الْأَقْوَال والأعمال الْبَاطِنَة
وَالظَّاهِرَة.
“Ibadah adalah istilah yang mencakup segala
yang Allah cintai dan ridai berupa perkataan dan perbuatan yang batin maupun
lahir.” (Al-Ubudiah 1-44, Majmu’ Fatawa 10-149, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah).
2. Perintah beribadah
kepada Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ.
“Wahai
manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang
sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah [2]:21).
3.
Shalat dan menyembelih adalah
termasuk ibadah yang agung.
Berdoa, shalat, menyembelih termasuk ibadah yang
agung.
Allah ta’ala berfirman:
قَالَ
تَعَالَى قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ.
"Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam." (QS. Al-An'am [6]:
162).
4.
Perkara yang mubah bisa masuk kedalam
ibadah apabila niatnya benar.
Semua amalan atau aktivitas manusia yang baik di dalam
kehidupan ini dan diniatkan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, maka
itu disebut dengan ibadah.
Seperti berbicara yang baik, makan, minum, bekerja mencari
nafkah dan bahkan saat berhubungan sekalipun.
Allah ta’ala
berfirman:
وَعَاشِرُوهُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ.
“Dan bergaullah dengan mereka secara patut.” (QS An
Nisaa’[4]:19).
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ
إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ.
“Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah dengan
tujuan mengharapkan wajah Allah kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala
(yang besar), sampai pun makanan yang kamuberikan kepada istrimu.” (HR. Bukhari 56,
An-Nasai 9162).
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ.
“Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia
menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Ahmad 6828, Abu Dawud 1692,
dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 4481).
Dalil hubungan suami istri juga ibadah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ
صَدَقَةٌ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ
لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ أَرَأَيْتُمْ
لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا
وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ.
“Salah seorang di antara kalian mendatangi istrinya adalah shadaqah.“ Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia mendapat pahala?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang haram, bikankah dia berdosa. Demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala.” (HR. Muslim 1006, Ahmad 21482).
5. Ancaman orang-orang yang tidak mau beribadah kepada Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ.
“Dan Rabb-mu berfirman, ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya
akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau
beribadah kepada-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS.
Al-Mu’min[40]: 60).
6.
Hendaknya seseorang masuk
kedalam agama islam secara keseluruhan, mempelajari agamanya, bagaimana ibadah
yang benar.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا
فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُبِينٌ.
Wahai
orang-orang yang beriman! Masuklah
ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah
setan. Sungguh, ia musuh yang nyata
bagimu.”
7. Hendaknya
seseorang menjahui dan tidak mengikuti tatacara beribadah agama lain.
Allah
ta’ala berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ.
“Sesungguhnya agama yang disisi Allah hanyalah islam.” ( QS.
AL-Imran[3]:19).
وَمَنْ
يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي
الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
“Siapa yang mencari agama selain
Islam, sekali-kali (agamanya) tidak akan diterima darinya dan di akhirat dia
termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Imran [3]:85).
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ.
"Bagiku
agamaku dan bagimu agamamu.” (QS. Al-Kafirun
[109]:6).
قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللَّهِ وَهُوَ
رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ
مُخْلِصُونَ.
Katakanlah, "Apakah kalian
memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan
Tuhan kalian, bagi kami amalan kami, dan bagi kalian amalan kalian, dan hanya
kepada-Nya kami mengikhlaskan hati.” (QS. Al-Baqarah [2]:139).
8. Allah
mencintai hamba yang menjalankan perkara wajib dan sunnah.
Allah ta’ala berfirman:
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ . الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ .
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu
bertakwa.” (QS. Yunus [10]:62-63).
Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
إِنَّ اللَّهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ
بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا
افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ
حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ،
وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ
الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي
لَأُعِيذَنَّهُ.
”Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman,
’Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya.
Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai
daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya
mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku mencintainya. Jika
Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi
tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan
untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia
meminta perlindungan kepadaku, Aku pasti melindunginya.’” (HR. Bukhari 6502,
shahih Ibnu Hibban 347).
9.
Menetapkan adanya sifat mahabbah (cinta) bagi Allah.
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang,
Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS Al Baqarah[2]:134).
10. Amal
ibadah seseorang akan sangat ditentukan pada akhir hayatnya.
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Sesungguhnya
amal itu tergantung akhirnya.” (HR. Bukhari 6607).
Demikianlah
semoga bermanfaat. Aamiin ya Rabbal ‘aalamiin.
-----000-----
Sragen
13-08-2024
Junaedi
Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar