Sabtu, 24 Agustus 2024

MEMAHAMI RUKUN IHSAN

 



Agama islam adalah agama yang mulia, mengajarkan kebaikan kepada umatnya sehingga senantiasa mencocoki sepanjang jaman, baik untuk pribadi dan masyarakat.

Sebagaimana disebutkan di dalam hadits Jibril yang terkenal, dari Umar Radhiyallahu ‘Anhu, beliau berkata:

عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ   وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ.

Dari Umar radhiallahuanhu dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorang pun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada lututnya (Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam?” Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi berhaji jika mampu”. Kemudian dia berkata: “Anda benar”. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang Iman”. Lalu beliau bersabda: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk”. Kemudian dia berkata: “Anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Lalu beliau bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatNya maka Dia melihat engkau”. Kemudian dia berkata: “Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. beliau bersabda: “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. Dia berkata: “Beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya”. beliau bersabda: “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan tidak berpakaian, miskin dan penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya”. Kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah) bertanya: “Tahukah engkau siapa yang bertanya?” Aku berkata: “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”. Beliau bersabda: “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian mengajarkan agama kalian.” (HR. Muslim 8).

Ibnu Rajab berkata : “Hadits ini merupakan hadits yang agung mencakup seluruh penjelasan agama, karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di akhir hadits : “Sesungguhnya ia adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan tentang agama kalian,” setelah menjelaskan kedudukan Islam, kedudukan Iman, dan kedudukan Ihsan, dan menjadikan semua itu agama.” (Jamiul ‘ulum wal hikam, Ibnu Rajab Al-Hambali hadits ke 2).

 

Di dalam hadits ini menyebutkan bahwa agama ini ada tiga tingkatan, yaitu islam, iman, dan ihsan.

Islam merupakan amalan lahiriyah.

Iman merupakan amalan batiniyah yang berupa aqidah yang benar.

Adapun ihsan menunjukkan amalan hati dan badan serta mengajarkan berakhlaq yang baik.

Oleh karena itu Ihsan lawan kata dari berbuat jelek.

Tingkatan Ihsan hanya memiliki satu rukun, yaitu:

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.

“Engkau menyembah Allah dalam keadaan seolah-olah melihat-Nya, jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim 8).

Ihsan (berbuat baik) yaitu kepada Allah ta’ala dan kepada makhluqnya.

Adapun ihsan beribadah kepada kepada Allah ta’ala ada dua tingkatan:

1)   Musyahadah yaitu seakan-akan melihat Allah ta’ala.

2)   Muraqabah yaitu meyakin Allah melihat hambanya.

Allah ta’ala berfirman:

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيزِ الرَّحِيمِ  .الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ . وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِينَ.

“Dan bertawakallah kepada (Allah) Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (QS. Asy-Syu’araa [26]: 217-219).

Adapun tingkatan yang pertama lebih tinggi dari yang kedua. (Syaikh Utsaimin di dalam Syarah Ushul tsalatsah).

Adapun ihsan kepada makhluk ada yang sifatnya wajib dan mustahab.

Apabila sesuatu itu jika dilakukan tidak dengan baik menjadikan berdosa, maka hukumnya wajib.

Seperti berbakti kepada orang tua.

Allah ta’ala berfirman:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا.

“Dan sembahlahlah Allah dan janganlah kalian menyekutukan dengan sesuatu apapun, dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak.” (QS. An-Nisa[4]:36).

Demikian pula kepada orang lain, apa bila melakukan sesuatu, baik bekerja, menjual, reparasi dilakukan dengan buruk sehingga orang lain dirugikan maka berbuat baik itu adalah wajib, dan haram berbuat buruk maupun curang.

Allah ta’ala berfirman:

إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ.

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang muhsin.” (QS. An-Nahl [16]: 128).

“Diriwayatkan dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus Radhiyallahu ‘Anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasannya beliau bersabda:

إنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ، وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ.[رَوَاهُ مُسْلِمٌ].

“Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan berbuat baik dalam segala sesuatu, maka kalau kalian membunuh hendaklah kalian memperbaiki cara membunuh dan kalau kalian menyembelih hendaklah kalian memperbaiki cara menyembelih kalian. Dan hendaklah seorang diantara kalian menajamkan pisaunya dan mengistirahatkan binatang sembelihannya.” (HR Muslim).

Catatan Faedah

Seputar ihsan

Ihsan adalah berbuat baik, maksudnya berbuat baik kepada makhluk dan menahan diri dari perbuatan buruk. Berbuat baik di sini bisa dengan harta, kedudukan, ilmu, dan tenaga.

Ihsan dengan harta adalah dengan bayar zakat dan sedekah. Termasuk ihsan dengan harta yang lebih utama adalah nafkah kepada istri, ibu, bapak, anak, saudara, keponakan, paman, bibi, dan kerabat lainnya.

Ihsan dengan kedudukan atau jabatan, yaitu dengan mempermudah orang lain dalam urusan terkait pemerintah.

Ihsan dengan ilmu, yaitu mengajarkan ilmu di sekolah, majelis taklim, sampai pun di warung kopi. Namun, harus dengan hikmah, tidak terus menerus diceramahi agar tidak bosan.

Ihsan dengan tenaga adalah dengan membantu orang lain, mengangkat barangnya yang perlu dibantu, juga menunjukkan jalan kepadanya.

Ihsan dalam ibadah: beribadah kepada Allah seakan-akan kita melihat Allah, ini adalah ibadah thalab (meminta) dan syauq (rindu); beribadah kepada Allah di mana kita yakin Allah melihat kita, ini adalah ibadah harb (lari) dan khauf (menandakan takut kepada Allah).

Bisa juga lihat (di dalam Syarah Ushul tsalatsah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin).

 

----000-----

Sragen 24-08-2024

Junaedi Abdullah.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 10 HAK TETANGGA

  BAB 10 HAK TETANGGA Tetangga adalah orang yang dekat dengan kita, baik di depan, belakang, kanan ataupun kiri dari rumah kita menurut ...