PENTINGNYA MENJAGA WAKTU .
Waktu
Adalah Amanah Yang diberikan Allah kepada kita, berapa banyak ayat dan hadits
yang menyebutkan agar kita menggunakan waktu sebaik-baiknya.
Allah
ta’ala berfirman:
وَالْعَصْرِ
. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ . إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
Demi masa, sesungguhnya manusia
benar-benar dalam kerugian, kecuali orang yang beriman dan beramal shalih,
saling nasehat-menasehati di dalam kebenaran dan saling nasehat-menasihati di
dalam kesabaran. (QS. Al-‘Ashr [103]:1-3).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
لَا تَزُولُ قَدِمَا عَبْدٍ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ: عَنْ عُمُرُهِ فِيمَا أَفْنَاهُ
وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ عِلْمِهِ مَاذَا عَمِلَ فِيهِ.
“Tidak akan
bergeser tapak kaki seorang hamba pada hari Kiamat, sampai ia ditanya tentang
empat perkara. (Yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang jasadnya
untuk apa ia gunakan, tentang hartanya darimana ia mendapatkannya dan kemanakah
ia meletakkannya, dan tentang ilmunya, apakah yang telah ia amalkan“. (HR.
at-Tirmidzi 2417, Ahmad 1/97 Ibnu Abi Syaibah 3/234 dan di shahihkan syaikh
al-Albani).
4 Hal yang harus diperhatikan manusia
1. Umurnya, untuk apa ia
habiskan? Apakah hanya untuk mengejar kesenangan semata atau dia pergunakan
untuk ibadah kepada Allah ta’ala.
2. Masa mudanya, apakah ia
gunakan untuk foya-foya saja, atau untuk ketaatan semasa badannya kuat, karena
masa muda seseorang bisa bergerak cepat, sehingga Allah tanya untuk apa ia
manfaatkan masa muda tersebut.
3. Ilmunya, apakah ia sudah bersungguh-sunnguh
di dalam mencarinya, apakah ia sudah mempelajarinya
karena Allah? Apakah ia sudah mengamalkannya? Apakah ia sudah menyampaikannya
kepada yang berhak?
4. Hartanya, dari mana ia
peroleh. Apakah statusnya halal ataukah haram? Untuk apa ia belanjakan; untuk
perkara yang mendatangkan ridha Allah ataukah murka-Nya?.
Dalam
riwayat yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Dari Ibnu
‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pernah menasehati
seseorang,
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ
: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ
فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu
sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa
kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa
luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu
sebelum datang matimu.” (HR. al-Hakim di dalam Mustadraknya 7846, al-Baihaqi 9767, Syu’abul Iman,
an-Nasai 11832, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahih at-Targhib wa
at-Tarhib 3355).
Faedah
hadits di atas:
1.
Hendaknya seseorang menyadari waktu muda
sangat terbatas dan akan berlalu dengan cepat.
Bila
dia tidak menggunakan untuk belajar, giat aktivitas yang baik, masa tua akan
semakin berat oleh karena itu jika waktu muda sudah malas ibadah, malas aktivitas jangan
harap waktu tua bisa lebih giat.
Ibnu
Rajab Al Hambali merintangi kita dalam beramal dan sebagiannya melalaikan kita
seperti pada sebagian orang. Lihat saja ketika seseorang fakir dibanding ketika
ia kaya, lihat pula ketika ia sakit, sudah menginjak masa tua atau bahkan mati
yang tidak mungkin lagi beramal. (Jami’ul Ulum wal hikam, 2: 388).
2. Pentingnya menjaga kesehatan
dan memanfaatkan di dalam kebaikan.
Jika waktu sehat saja sudah malas shalat, malas usaha, jangan
harap ketika saat sakit dia bisa semangat.
3.
Menggunakan harta kita ketika di beri
kelonggaran untuk kebaikan. Jika saat kaya sudah malas sedekah, jangan harap ketika
miskin bisa keluarkan harta untuk jalan kebaikan.
4.
Menggunakan waktu luang untuk beramal
shalih.
Jika ada waktu luang enggan mempelajari ilmu agama, jangan
harap saat sibuk bisa duduk atau menyempatkan diri untuk meraih ilmu.
5. Memanfaatkan waktu kita
semasa hidup kita karena karena waktu kita terbatas.
Jika diberi kesempatan umurnya tidak digunakan untuk
kebaikan, malas untuk mengaji, shalat, dan ibadah lainnya tentu dia akan
menyesal setelah kematiannya.
Allah ta’ala berfirman:
قٰلَ
اِنْ لَّبِثْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا لَّوْ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar
mengetahui.” (QS Al Mukminun[23]:114).
وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ.
“Dan berilah mereka peringatan terhadap hari penyesalan.” (QS. Maryam[19]:
39).
أَعْمَارُ أُمَّتِـي مَا بَيْنَ
السِّتِّيْنَ إِلَى السَّبْعِيْنَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ.
“Umur-umur
umatku antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit orang yg bisa melampui umur
tersebut” (HR. Ibnu Majah 4236 dihasankan al-Albani).
Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan, salah satu penyesalan
terbesar seorang hamba adalah menyia-nyiakan waktu:
إِضَاعَةُ الوَقْتِ
أَشَدُّ مِنَ المَوْتِ لأَنَّ إِضَاعَةَ الوَقْتِ تَقْطَعُكَ عَنِ اللهِ
وَالدَّارِ الآخِرَةِ وَالمَوْتُ يَقْطَعُكَ عَنِ الدُّنْيَا وَأَهْلِهَا.
“Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya daripada kematian, karena
menyia-nyiakan waktu memutusmu dari Allah dan akhirat, sementara kematian hanya
memutusmu dari dunia dan penghuninya.” (Al-Fawaid, 1/31).
Orang orang yang
menyesali mengatakan:
لَيْتَ الشَّبَابَ
يَعُودُ يَوْمًا
“Andai masa muda bisa kembali lagi suatu hari.”
Demikianlah semoga kita
bisa memanfaatkan waktu kita sebaik-baiknya. Aamiin.
Sragen 09-09-2025
Junaedi Abdullah, Abu
Ibrahim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar