ADAB BERGAUL
SESAMA MUSLIM ATAU MUSLIMAH.
Islam agama sempurna yang mengatur segala sesuatu
termasuk di dalam pergaulan.
Adapun diantara adab-adab bergaul yaitu:
1.
Wajah berseri-seri.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ
فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.
“Janganlah kamu
memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan
di muka bumi dengan angkuh." (QS. Lukman[31]:18).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ
تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ
طَلِقٍ.
“Janganlah engkau
meremehkan suatu kebaikan, walaupun sekedar bermuka manis ketika engkau bertemu
dengan saudaramu.” (HR. Muslim 2626).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ
صَدَقَةٌ.
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah sedekah
bagimu.“ (HR. Tirmidzi 1956, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam
Ash-Shahihah 572).
2.
Menghormati mereka.
Allah
ta’ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ
مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا
مِنْ حَوْلِكَ.
“Maka berkat rahmat Allah engkau
(Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap
keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu.” (QS.
Ali-Imran[3]:159).
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ
لِلْمُؤْمِنِينَ.
“Dan
berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman. ” (QS. Al Hijr[13]:
88).
3.
Tidak merendahkan, menelantarkan
dan mengolok-olok mereka.
Allah
ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ
قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ
.
“Janganlah sebuah kaum menghina kaum yang
lain, bisa jadi yang dihina lebih baik dari mereka (yang menghina).” (QS.
Al-Hujurat[49]: 11).
إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِـيْ شَهْرِكُمْ هَذَا فِـيْ بَلَدِكُمْ هَذَا.
“….Sesungguhnya darah, harta, dan
kehormatan kalian haram terhadap kalian seperti keharaman hari kalian ini di
bulan kalian ini di negeri kalian ini.” (HR. Bukhari 67, Muslim 1218, Ahmad
18966, Abu Dawud 1905).
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
سِبَابُ
المُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ.
“Mencela seorang muslim adalah
kefasikan (dosa besar), dan memerangi mereka adalah kekafiran.” (HR.
Bukhari 48, Muslim 64, Abu Dawud 256, Tirmidzi 2636).
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ
الْمُسْلِمَ.
“Cukuplah
seseorang dikatakan buruk tatkala dia merendahkan (menghina) sesama muslim.”
(HR Muslim 2564, Ahmad 8103, Abu Dawud 4882).
Adapun orang
yang direndahkan hendaknya bersabar karena Allah akan mengangkat derajatnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ.
“Dan tidaklah seseorang itu
tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat
derajatnya.” (HR. Muslim 2588).
4.
Tidak menggibah
mereka.
Allah ta’ala
berfirman:
وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ.
“Janganlah kalian saling mencari-cari
kesalahan diantara kalian dan janganlah saling mengghibah diantara kalian,
adakah salah seorang di antara kalian mau memakan daging saudaranya yang telah
mati, tentulah jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat[49]: 12).
Dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَا اَلْغِيبَةُ قَالُوا: اَللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ: ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ: أَرَأَيْتَ
إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ:
إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اِغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فَقَدْ
بَهَتَّهُ.
“Tahukah kalian apa itu
ghibah?” Para shahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullāh
shallallāhu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Engkau menyebutkan tentang saudaramu
apa yang tidak dia sukai untuk disebutkan.” Maka dikatakan kepada Nabi: “Seandainya
yang aku ucapkan tentang sadaraku itu benar adanya, bagaimana menurut engkau,
wahai Rasulullāh?” Kata Rasulullah: “Kalau apa yang engkau ucapkan tentang
saudaramu itu benar maka itulah ghibah, kalau ternyata yang engkau ucapkan itu
tidak benar maka engkau telah berdusta atas dirinya.” (HR Muslim 2589).
5.
Berburuk sangka.
Allah
ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan
berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka adalah dosa
dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain” (QS.
Al-Hujurat[49]: 12).
Nabi shallallahu’alaihi
wasallam juga bersabda:
إِيَّاكُمْ
وَالظَّنَّ فَإنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ
“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan
yang paling dusta” (HR. Bukhari 5143, Muslim 2563).
6.
Berkata yang baik dan
benar kepada sesama kaum muslimin.
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا.
“Dan
berkatalah dengan manusia dengan perkataan yang baik.” (QS. Al-Baqarah[2]:83).
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت.
“Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia
diam.” (HR. Bukhari, 6018, Muslim, 47)
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ. وَسُئِلَ
عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ.
“Taqwa kepada Allah dan bagusnya akhlak.” Dan beliau ditanya
tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke neraka, maka beliau
bersabda: “mulut dan farji (kemaluan).” (HR Tirmidzi 2004, Abu Dawud 2596, Ibnu
Majah 4246. Dihasankan syaikh al-Albani, di dalam As-Shahihah 977).
7.
Mencintai mereka sesuai dengan
kedudukannya.
Allah ta’ala
berfirman:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ
وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ.
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath[48]:29).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه.
“Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia
mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” (HR. Bukhari
13, Muslim 45).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ
وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ
تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.
“Perumpamaan kaum mukmin dalam
sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, bagaikan tubuh, jika satu
anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau
merasakan demam.” (HR. Muslim 2586, Ahmad 18380
Secara umum hendaknya seseorang mencintai saudaranya seiman,
namun ketika saudaranya melakukan kemaksiatan hendaknya tidak boleh dibantu dan
dibenarkan.
8.
Menolong mereka di dalam kebaikan.
Allah ta’ala
berfirman:
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ
بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.”
(QS.At-Taubah[9]:71).
9.
Menasehati kesalahan mereka.
10.
Mendoakan mereka.
-----000-----
Sragen 17-12-2025
Junaedi abdullah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar