Jumat, 12 September 2025

KISAH RASULULLAH SERI 5, GANGGUAN DAKWAH KEPADA RASULULLAH DAN KAUM MUKMININ.

 



Metode-Metode Yang Digunakan Dalam Menghadapi Dakwah Islamiyyah

Manakala kaum Quraisy telah menyelesaikan ritual haji, mereka segera memikirkan metode-metode yang akan digunakan dalam menghabisi Dakwah Islamiyyah di sarangnya, lalu mereka memilih beberapa metode berikut:

1. MENYINDIR, MENGHINA, MENGEJEK, MENDUSTAKAN DAN MENERTAWAKAN.

Target mereka adalah menghinakan kaum Muslimin dan mele-mahkan semangat juang mereka. Mereka menuduh Nabi dengan tuduhan-tuduhan yang kerdil dan celaan-celaan yang nista; menjuluki beliau sebagai orang gila sebagaimana dalam firman-Nya:

وَقَالُوا يَتَأَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ

"Dan mereka berkata, "Hai orang yang diturunkan kepadanya adz-Dzikr (al-Qur'an), sesungguhnya engkau adalah orang yang benar-benar gila'." (al-Hijr: 6). Mereka juga menuduh beliau sebagai tukang sihir dan pen-dusta, dalam firman-Nya,

وَعَجِبُوا أَن جَاءَ هُم مُنذِرٌ مِّنْهُمْ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ

"Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (Rasul) dari kalangan mereka. Dan orang-orang kafir berkata, 'ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta." (Shåd: 4). Mereka berjalan di belakang beliau dan berpapasan dengan beliau dengan pandangan mata penuh kebencian dan rasa dendam dan gemuruh kemarahan, sebagaimana dalam firman-Nya,

وَإِن يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونَ

"Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir mengge-lincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar al-Qur'an dan mereka berkata, 'Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila." (al-Qalam: 51).

Bila beliau sedang duduk-duduk dan di sekitarnya para sahabat beliau yang terdiri dari kalangan al-Mustadh'afun (kaum lemah), mereka mengejek seraya berkata, "(semacam) mereka itulah teman-teman duduk bercengkramanya, sebagaimana dalam firman-Nya (artinya), "Orang-orang semacam itukah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?." (al-An'am: 53), lalu Allah mem-bantah ucapan mereka tersebut,

أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ

"Tidakkah Allah mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?." (al-An'am: 53).

Kondisi mereka sebenarnya persis sebagaimana yang dikisahkan Allah kepada kita, dalam firman-Nya (artinya): "Sesungguhnya orang-orang yang berdusta, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) mener-tawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang beriman berlalu di hadapan mereka, mereka saling mengedipkan matanya. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang Mukmin, mereka mengatakan, Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat. Padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim sebagai penjagabagi orang-orang Mukmin." [al-Muththaffifin: 29-33].

2. MENCEMARKAN CITRA AJARAN-AJARAN YANG DIBAWANYA, MENEBARKAN SYUBHAT-SYUBHAT, MENEBARKAN TUDUHAN-TUDUHAN DUSTA, MENYIAR-KAN STATEMENT-STATEMENT YANG KELIRU SEPUTAR AJARAN-AJARAN, DIRI DAN PRIBADI BELIAU SERTA MEMBESAR-BESARKAN TENTANG HAL ITU.

Tindakan tersebut mereka maksudkan untuk tidak memberi kesempatan kepada orang-orang awam merenungi dakwahnya. Mereka selalu berkata tentang al-Qur'an, sebagaimana dalam firman-Nya,

أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا فَهِيَ تُمْلَى عَلَيْهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

"Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya ditulis-kan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang." (al-Furqan: 5).

إِنْ هَذَا إِلَّا إِنَّكُ اقْتَرَبَهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ وَآخَرُونَ

"Al-Qur'an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain..." (al-Furqan: 4).

Mereka sering berkata, sebagaimana dalam firman-Nya,

إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرُ

"Sesungguhnya al-Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)." (an-Nahl: 103).

Mereka juga sering mengatakan tentang Rasululullah seba-gaimana dalam firman-Nya,

مَالِ هَذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ.

 

"Mengapa Rasul ini memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?." (al-Furqân [25]: 7).

Di dalam al-Qur'an terdapat banyak contoh bantahan terhadap statement-statement mereka, baik setelah menukilnya ataupun tanpa menukilnya.

 

3. MENGHALANGI ORANG-ORANG AGAR TIDAK DAPAT MENDENGARKAN AL-QUR'AN DAN MENGIMBANGINYA DENGAN DONGENGAN-DONGENGAN ORANG-ORANG DAHULU SERTA MENYIBUKKAN MEREKA DENGAN HAL ITU.

Disebutkan bahwa an-Nadhar bin al-Hârits pergi ke Hirah. Disana dia belajar cerita-cerita tentang raja-raja Persia, cerita-cerita tentang Rustum dan Asvandiar.(Keduanya adalah tokoh-tokoh penting Bangsa Persia (penj).  Jika Rasulullah sedang duduk-duduk di suatu majlis dalam rangka berwasiat tentang Allah dan mengingatkan manusia akan pembalasan-Nya, maka seusai beliau melakukan hal itu, an-Nadhar berbicara kepada orang-orang seraya berkata, "Demi Allah! ucapan Muhammad tersebut tidaklah lebih baik dari ucapanku ini." Kemudian dia mengisahkan kepada mereka cerita raja-raja Persia, Rustum dan Asvandiar. Setelah itu, dia ber-celoteh, "Jadi, berdasarkan apa, ucapan Muhammad bisa lebih bagus dari ucapanku ini?."( Diringkas dari sirah Ibnu Hisyam, Op.cit., h.299, 300, 358).

Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas bahwa an-Nadhar membeli seorang budak perempuan. Maka, setiap dia mendengar ada seseorang yang tertarik terhadap Islam, dia segera menggandengnya menuju budak perempuannya tersebut, lalu berkata (kepada budak perempuannya), "Hidangkan untuknya makanan serta bernyanyilah untuknya. Ini adalah lebih baik dari apa yang ditawarkan oleh Muhammad kepadamu." Maka turunlah ayat mengenai dirinya, Allah berfirman,

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ

"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah." (Luqmân: 6).( 3 Lihat ad-Durrul Mantsûr, Tafsir surat Luqman, ayat 6, V/307).

 

BERAGAM PENINDASAN

 

Kaum musyrikin menjalankan metode-metode di atas sedikit-demi sedikit untuk mencegah perkembangan dakwah Islamiyyah setelah kemunculannya pada permulaan tahun ke empat kenabian. Mereka baru sebatas melakukan metode-metode tersebut selama minggu-minggu dan bulan-bulan pertama, tidak bergeser ke metode penindasan dan penyiksaan. Akan tetapi, manakala mereka melihat bahwa metode-metode tersebut tidak menuai hasil sama sekali dalam upaya menggagalkan dakwah Islamiyyah; mereka mengadakan pertemuan sekali lagi untuk memusyawarahkan hal tersebut antar sesama mereka. Akhirnya, mereka memutuskan untuk melakukan penyiksaan terhadap kaum Muslimin dan menguji dien mereka. Tindakan yang diambil pertama kali adalah bergeraknya masing-masing kepala suku untuk menginterogasi siapa saja yang masuk Islam dari kabilah mereka, kemudian ditindaklanjuti oleh bawahan dan kroco-kroco mereka. Maka mulailah mereka mendera kaum Muslimin dengan berbagai siksaan yang membuat bulu kuduk merinding dan hati tersayat-sayat mendengarnya.

Adalah Abu Jahal, bila mendengar seorang laki-laki masuk Islam, dari kalangan bangsawan serta memiliki kekuatan, maka dia mencaci, menghina serta mengancamnya dengan mengatakan bahwa dia akan membuatnya mengalami kerugian materil dan psikologis. Sedangkan bila orang tersebut lemah maka dia menggebuk dan menghasutnya. ( Ibnu Hisyam, Op.cit, h.320).

'Utsman bin 'Affan digulung oleh pamannya ke dalam tikar yang terbuat dari daun kurma, kemudian diasapi dari bawahnya. (Lihat Rahmatan Lil 'Alamin, 1/57).

Mush'ab bin 'Umair, manakala ibunya mengetahui keislaman-nya, dia membiarkan dirinya kelaparan dan mengusirnya dari rumah padahal sebelumnya termasuk orang yang hidup serba berkecukupan. Lantaran tindakan ibundanya tersebut, kulitnya menjadi bersisik layaknya kulit ular.(Lihat Usudul Ghabah, IV/460, Talqihu Fuhümi Ahlil Atsar, h.60).

Shuhaib bin Sinan ar-Rumy disiksa hingga kehilangan ingatan dan tidak menyadari apa yang dibicarakannya sendiri.( 4 Al-Ishabah, Op.cit., III,IV/255; Ibnu Sa'd, III/248)

Lain lagi halnya dengan Bilal, budak milik Umayyah bin Khalaf al-Jumahiy. Lehernya dililit dengan tali lantas tali tersebut diserahkan kepada anak-anak kecil untuk diseret dan dibawa keliling sepanjang perbukitan Mekkah. Akibatnya, tali tersebut meninggalkan bekas dilehernya. Umayyah, sang majikan selalu mengikatnya kemudian menderanya dengan tongkat. Kadang ia dipaksa duduk di bawah teriknya sengatan matahari. Ia juga pernah dipaksa kelaparan. Puncak dari itu semua adalah saat dia dibawa keluar di siang hari yang sangat panas, kemudian dilemparkan di tanah lapang berkerikil di kota Mekkah. Setelah itu, ia ditindih dengan batu besar pada bagian dadanya. Ketika itu, Umayyah berkata kepadanya, "Demi Allah! engkau akan tetap mengalami kondisi seperti ini sampai engkau mati atau engkau berpaling dari (ajaran) Muhammad dan menyembah Lâta dan 'Uzza". (Keduanya adalah nama berhala yang disembah kaum musyrikin kota Mekkah, penj)

 Meskipun dalam kondisi demikian, ia tetap berteriak, "Allah Maha Esa, (Allah) Maha Esa." Mereka terus menyiksanya hingga suatu hari Abu Bakar melewatinya, lalu membelinya dan menukarnya dengan seorang budak berkulit hitam.

Ada riwayat yang mengatakan, (dia dibeli) sebesar tujuh uqiyyah (satu uqiyyah = 12 dirham atau 28 gram perak -penj.,) atau lima uqiyyah dari perak, kemudian beliau memerdekakannya. (Talqizu Fuhümı Ahlil Atsar, Op.cit., h.61; Ibnu Hisyam, Op.cit., h.317-318).

Tak jauh beda dengan 'Ammar bin Yasir, mantan budak milik Bani Makhzum -yang telah merdeka- beserta keluarganya. Dia, ayah dan ibunya yang masuk Islam tak luput dari penganiayaan. Mereka diseret keluar menuju tanah lapang oleh kaum musyrikin yang dipimpin Abu Jahal di siang hari yang sangat panas dan menyengat. Mereka menyiksa keluarga tersebut dengan panasnya cuaca. Ketika mereka sedang menjalani siksaan, Nabi melintas di hadapan mereka seraya bersabda, "Bersabarlah wahai keluarga Yasir! Sesungguhnya tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah surga."

Yasir, sang ayah meninggal dunia dalam siksaan tersebut sedangkan ibunya, Sumayyah, ditusuk oleh Abu Jahal pada kemaluannya dengan tombak hingga meninggal dunia. Dialah wanita pertama yang mati syahid dalam Islam. Setelah itu, kaum musyrikin meningkatkan frekuensi siksaan mereka terhadap 'Ammar; terka-dang dengan menjemurnya saja, terkadang dengan meletakkan batu besar yang panas dan merah membara di atas dadanya dan terka-dang dengan membenamkan mukanya ke dalam air. Kala itu, mereka berkata kepadanya, "Kami akan terus menyiksamu hingga engkau mencaci Muhammad atau mengatakan sesuatu yang baik terhadap Lâta dan 'Uzza. Maka, dia-pun dengan terpaksa menyetujui hal itu. Setelah kejadian itu, dia mendatangi Nabi sambil menangis dan meminta ma'af atas hal tersebut kepada beliau. Ketika itu, turun-lah ayat:

من كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌ بِالْإِيمَانِ.

"Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan dari Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa)..." (an-Nahl: 106). ( Ibnu Hisyam, Op.cit, h.319, 320; Ibnu Sa'd, Op.cit., h.248, 249. Sebagian kisah tersebut diriwayatkan oleh al-'Awfiy dari Ibnu Abbas. Lihat Tafsir Ibnu Katsir, dalam tafsir ter hadap ayat tersebut).

Abu Fakihah namanya Aflah seorang budak dari Bani 'Abdi ad-Dâr dijerembabkan kaum musyrikin ke tanah yang melepuh oleh terik matahari, kemudian punggungnya di tindih dengan sebuah batu besar hingga tak dapat bergerak lagi. Dia dibiarkan dalam keadaan demikian sampai hilang ingatan. Suatu kali, mereka mengikat kakinya dengan tali, lalu menyeret dan melemparkannya ke tanah yang melepuh oleh terik matahari seperti yang dilakukan terhadapnya sebelum itu, kemudian mencekiknya hingga mereka mengira dia telah mati. Saat itu, Abu Bakar melewatinya lalu membeli dan memerdekakannya semata-mata karena Allah. (Usudul Ghabah, Op. cit., V/248; al-Ishabah, Op. cit., VII, VIII/152. 2 Usudul Ghabah, Ibid., 1/591, 592; Talqihu Fuhamı Ahlil Atsar, h.60).

Khabbab bin al-Aratt, budak milik Ummi Anmâr binti Siba' al-Khuza'iyyah disiksa oleh kaum musyrikin dengan aneka siksaan; rambutnya mereka jambak dengan sangat keras, lehernya mereka tarik dengan kasar lalu melemparkannya ke dalam api yang membara kemudian dalam kondisi demikian- jasadnya mereka ditarik-tarik sehingga api itu terpadamkan oleh lemak yang meleleh dari pung-gungnya. (Usudul Ghabah, Ibid., 1/591, 592; Talqihu Fuhamı Ahlil Atsar, h.60).

Dari kalangan budak perempuan, tersebut nama-nama seperti Zunairah, an-Nahdiyyah dan Ummu 'Ubais yang masuk Islam. Kaum musyrikin melakukan penyiksaan pula terhadap mereka seperti yang telah dilakukan terhadap para sahabat sebelumnya di atas.

Seorang budak perempuan milik Bani Muammal-yaitu salah satu marga dari suku Bani 'Adiy-dipukul oleh 'Umar bin al-Khaththab, kala ia masih musyrik, dan manakala merasa bosan, dia berkata, "Tidaklah aku berhenti memukulmu kecuali karena bosan.") (Ibnu Hisyam, Op.cit., h.319).

Semua budak-budak wanita tersebut dibeli oleh Abu Bakar kemudian dimerdekakannya sebagaimana yang telah dilakukannya terhadap Bilal dan 'Amir bin Fuhairah." (4 Ibid., h.318, 319).

Kaum musyrikin juga pernah membungkus seorang sahabat dengan kulit onta dan sapi, kemudian melemparkannya ke atas tanah yang panas oleh terik matahari. Sedangkan sebagian yang lain, pernah mereka kenakan baju besi lantas dilemparkan ke atas batu besar yang memanas.

Daftar para korban yang disiksa karena membela agama Allah demikian panjang dan kisah mereka amatlah mengharukan. Alhasil, siapa saja yang mereka ketahui telah memeluk Islam maka tak ayal akan dihadang geraknya dan disakiti. (Rahmatan Lil 'Alamin, Op.cit., h.58).

Demikianlah besarnya siksaan kaum musyrikin kepada orang-orang beriman.

 

 

-----000-----

 

Sumber Sirah nabawiyah Syaikh Syafiyurrahman al-Mubarak Furi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KISAH RASULULLAH SERI 6, SIKAP KAUM MUSRIKIN TERHADAP DAKWAH RASULULLAH.

  KISAH RASULULLAH SERI 6, SIKAP KAUM MUSRIKIN TERHADAP DAKWAH RASULULLAH. Adapun Rasulullah (kala itu) tidaklah mengalami siksaan yang ...