Rabu, 03 September 2025

ORANG YANG BANGKRUT PADA HARI KIAMAT. 2

 


ORANG-ORANG YANG BANGKRUT PADA HARI KIAMAT.

Hendaknya seseorang menyadari bahwa perbuatan yang dilakukan berupa amal shalih yang dia sangka kebaikan ternyata tak ada nilainya di sisi Allah ta’ala.

Padahal bisa jadi seseorang telah berjuang bersusah payah melakukan amal tersebut baik shalat, puasa, zakat, dan amal shalih lainnya.

Apa saja yang dapat merusak amal perbuatan seseorang tersebut:

1.   Berbagai Macam Bentuk Kesyirikan.

Kesyirikan akan menghapuskan amal perbuatan seseorang nanti pada hari kiamat.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

“Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Az Zumar[39]:65).

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.

“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka kerjakan.” (QS Al An’am[6]:88).

Allah ta’ala berfirman:

عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ , تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً

“Rajin beramal lagi kepayahan, namun, memasuki api yang sangat panas (neraka).” (QS. Al-Ghasyiyah[88]: 3 – 4).

Dan Ibnu ‘Abbas berkata: “Mereka tunduk (khusuk), namun amalnya tidak bermanfaat bagi mereka.” “(Mereka) bekerja keras lagi kepayahan” (QS. Al-Ghasyiyah[88]:3), maksudnya: mereka telah beramal banyak, dan bersusah payah di dalamnya, namun pada hari kiamat mereka akan masuk ke dalam api yang sangat panas. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Ghasiyah [88]:2-3).

Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu pernah melewati sebuah kuil, yang ditinggali seorang rahib nasrani.

Umarpun memanggilnya, ‘Hai rahib… hai rahib.’ Rahib itupun menoleh. Ketika itu, Umar terus memandangi sang Rahib. Dia perhatikan ada banyak bekas ibadah di tubuhnya. Kemudian tiba-tiba Umar menangis.

Orang di sekitarnya keheranan, mereka bertanya, ‘Wahai Amirul mukminin, apa yang membuat anda menangis?. Mengapa anda menangis ketika melihatnya.’ Jawab Umar:

ذَكَرْتُ قَوْلَ اللهِ, عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ: عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً فَذَاكَ الَّذِي أَبْكَانِي

“Aku teringat firman Allah dalam Al-Quran, (yang artinya) ‘Rajin beramal lagi kepayahan, namun, memasuki neraka yang sangat panas’ Itulah yang membuatku menangis.’ (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Ghasiyah [88]:3-4).

2.   Mengamalkan Amalan Ibadah Yang Tidak Dicontohkan.

Allah ta’ala berfirman:

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا. الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا.

“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi [18]: 103-104).

Ali bin Abi Thalib berkata: “Sesungguhnya makna ayat ini bersifat umum mencakup semua orang yang menyembah Allah bukan melalui jalan yang diridhai. Orang yang bersangkutan menduga bahwa jalan yang ditempuhnya itu benar dan amalnya diterima, padahal kenyataannya dia keliru dan amalnya ditolak.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. AL-Kahfi [18]:104).

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ .

Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka tertolak.” (HR. Muslim 1718).

3.   Berbuat Dzalim Kepada Orang Lain.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ..

“Janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.” (QS. Ibrahim[14]: 42).

Ibnu katsir berkata. “ Janganlah kamu mempunyai dugaan bahwa Allah melupakan orang-orang yang zalim dan membiarkan mereka tanpa menghukum mereka karena perbuatannya, hanya karena Allah menangguhkan ajal kebinasaan mereka. Bahkan Allah menghitung-hitung semua perbuatan zalim yang mereka lakukan dengan perhitungan yang sangat terperinci.” (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Ibrahim[14]:42).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. قَالَ: إِنَّ الْمَفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاة وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي وَقَدْ شَتَمَ هَذَا, وَقَذَفَ هَذَا, وَأَكَلَ مَالَ هَذَا, وَسَفَكَ دَمَ هَذَا, وَضَرَبَ هَذَا, فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ, فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَي مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طَرِحَ فِي النَّارِ.

“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah-tengah kita adalah orang yang tidak punya uang dan tidak punya harta.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada hari kiamat nanti dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, (namun) ia telah menghina orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain, dan memukul orang lain. Maka kebaikan-kebaikannya tersebut diberi pahala akan tetapi pahala-pahala tersebut diberikan kepada orang yang di dzalimi. Apabila amal kebaikannya habis sebelum terbayar (semua) kedzalimannya, dosa-dosa mereka yang dizalimi itu diambil lalu diberikan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim 2581, Ahmad 263, Tirmidzi 2418).

Faedah hadits penyebab kebangkrutan di atas di antaranya:

Pertama: Kebangkrutan yang disebabkan dari ucapannya.

Di antaranya :

1)  Suka menghina orang lain.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ.

“Wahai orang-orang yang beriman janganlah salah satu kaum dari kalian menghina kaum yang lain, bisa jadi kaum yang dihina lebih baik dari pada yang menghina…” (QS. Al-Hujurat [49]: 11).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ.

“Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar), dan memerangi mereka adalah kekafiran.” (HR. Bukhari 48, Muslim 64, Abu Dawud 256,  Tirmidzi 2636).

 

2)  Memberikan gelar atau julukan yang tidak menyenangkan.

Allah ta’ala berfirman:

وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ.

“Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.” (Al-Hujurat [49]: 11).

Yakni janganlah kamu memanggil orang lain dengan gelar yang buruk yang tidak enak didengar oleh yang bersangkutan. (Tafsir Ibnu Katsir QS. Al-Hujrat [49]:11).

3)  Buruk sangka kepada orang lain.

Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ.

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. (QS. Al-Hujurat[49]: 12).

Nabi shallallahu’alaihi wasallam juga bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ

Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta(HR. Bukhari 5143, Muslim 2563).

4)  Mencari-cari keburukan dan menggunjing (gibah) keburukan orang lain.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ.

Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, serta janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kalian merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang."(QS. Al-Hujurat[49]: 12).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyeru pelaku perbuatan ini dengan sabdanya:

يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعُ اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ

“Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya, namun keimanan itu belum masuk ke dalam hatinya! Janganlah kalian mengghibah (menggunjing) kaum Muslimin. Jangan pula mencari-cari aib mereka. Barangsiapa yang mencari-cari aib mereka, (maka) Allah akan mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang Allah mencari-cari aibnya, niscaya Allah akan membeberkan aibnya, meskipun dia di dalam rumahnya.” (HR. Ahmad 19801, Abu Dawud 4880, Baihaqi 21164).

بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ.

“Cukuplah seseorang dikatakan buruk tatkala dia merendahkan (menghina) sesama muslim.” (HR Muslim 2564, Ahmad 8103, Abu Dawud 4882).

5)  Bersikap sombong kepada orang lain.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman[31]: 18).

وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا.

“Dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan sombong. Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. al-Isra’[17]: 37).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya bersikap sombong.

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ , إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.

"Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya, 'Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?' Beliau menjawab, 'Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." (HR. Muslim 91, Tirmidzi 1999, Ibnu Majah 59, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam At-Targhib wa at-Tarhib 2340).

Betapa banyaknya orang yang menyombongkan diri terhadap kebenaran, dan meremehkan orang lain.

Kedua: Mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak benar.

1)  Menyuap hakim untuk merampas harta orang lain.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ.

“Dan janganlah kamu memakan harta di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” QS. Al-Baqarah[2]: 188).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang memberi suap dan yang menerima suap.”(HR. Ahmad 6779, Tirmidzi 1337, Abu Dawud 2390, dishahihkan  Syaikh al-Albani di dalam al-Irwa 2621).

2)  Merampok, menjarah, mencuri harta orang lain.

Allah ta’ala berfirman:

وَالسَّارِقُ وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءًۢ بِمَا كَسَبَا نَكَـٰلًا مِّنَ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ .

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. al-Ma’idah[5]: 38).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

لاَ يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ, وَلاَ يَشْرَبُ الخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ, وَلاَ يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ.

“Seorang pezina tidak berzina ketika ia berzina dalam keadaan beriman, dan seorang pencuri tidak mencuri ketika ia mencuri dalam keadaan beriman…” (HR. al-Bukhari 2475, Muslim 57).

3)  Menipu orang lain.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati tumpukan makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, ternyata jari-jarinya menyentuh bagian yang basah. Beliau bertanya: “Apa ini wahai pemilik makanan?” Ia menjawab: “Kena hujan, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda:

أَفَلَا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ, مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي.

“Kenapa tidak engkau letakkan di bagian atas agar orang-orang bisa melihatnya? Barang siapa menipu, maka ia bukan dari golonganku.” (HR. Muslim 102, Tirmidi 1315).

4)  Meminjam tidak di kembalikan.

Keutamaan meminjami kepada orang lain

Dari Ibnu Masud radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ إِلَّا كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّةً.

“Tidaklah seorang muslim memberikan pinjaman kepada muslim lainnya dua kali, kecuali (pahalanya) seperti ia bersedekah satu kali.” (HR. Ibnu Majah 2430, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam at-Targhib wa Tarhib 901).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ, وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ, وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ.


“Barang siapa menghilangkan satu kesusahan seorang mukmin dari kesusahan-kesusahan dunia, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah senantiasa menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya.”
(HR. Muslim 2699, Tirmidzi 1425).

مَطْلُ الْغَنِيِّ ظُلْمٌ, وَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيءٍ فَلْيَتْبَعْ.

“Menunda pembayaran hutang oleh orang yang mampu adalah suatu kezaliman. Dan apabila salah seorang dari kalian dialihkan (piutangnya) kepada orang yang mampu (menanggung hutang), maka hendaklah ia menerima pengalihan itu.” (HR. Bukhari 2287, 2400, Muslim 1564).

Ketiga: Menyakiti fisik orang lain.

Seperti memukul, menyiksa, bahkan membunuh.

4.   Ucapan ulama.

Ibnu al-Qayyim رحمه الله berkata:

وَالْمُفْلِسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ تَذْهَبُ حَسَنَاتُهُ فِي الْقِصَاصِ.

"Orang yang bangkrut di hari kiamat adalah orang yang habis kebaikannya untuk menanggung kezhalimannya terhadap sesama dalam qishash." (Al-Fawaid, hlm. 76).

Ibnu Rajab رحمه الله berkata:

الْمُفْلِسُ فِي الْآخِرَةِ مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَقَدْ عِنْدَهُ أَعْمَالٌ صَالِحَةٌ, لَكِنَّهُ قَدْ ظَلَمَ النَّاسَ, فَيُؤْخَذُ مِنْ حَسَنَاتِهِ وَيُعْطَى لَهُمْ.

"Orang yang bangkrut di akhirat adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan amal shalih, tetapi ia menzhalimi manusia. Maka diambil kebaikannya untuk diberikan kepada mereka." (Jami‘ al-‘Ulum wal-Ḥikam, 2/323).

Imam an-Nawawi رحمه الله berkata:

أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّ الْمَظَالِمَ تُؤْخَذُ مِنْ حَسَنَاتِ الْمُقْتَصِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

"Para ulama telah sepakat bahwa kezhaliman akan dibalas di hari kiamat dengan diambilnya kebaikan pelakunya untuk diberikan kepada orang yang dizhalimi." (Syarḥ Ṣaḥiḥ Muslim, 16/335).

5.   Faedah dari pembahasan:

1. Seberat apapun amal ibadah kita, bisa hancur jika kita menzhalimi orang lain.

2. Kezaliman terhadap sesama manusia akan ditagih di akhirat dengan kebaikan kita.

3. Menjaga lisan, menjaga harta orang lain, dan tidak menyakiti sesama adalah jalan selamat.

4. Orang yang bangkrut bukan hanya di dunia, tetapi yang paling tragis adalah bangkrut di akhirat.

5. Keindahan ajaran islam untuk kebaikan manusia di dunia dan di akhirat.

 

-----000-----

 

Sragen 03-09-2025

Junaedi Abdullah.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ORANG YANG BANGKRUT PADA HARI KIAMAT. 2

  ORANG-ORANG YANG BANGKRUT PADA HARI KIAMAT. Hendaknya seseorang menyadari bahwa perbuatan yang dilakukan berupa amal shalih yang dia san...