ORANG-ORANG YANG
BANGKRUT PADA HARI KIAMAT.
Hendaknya seseorang menyadari bahwa perbuatan yang
dilakukan berupa amal shalih yang dia sangka kebaikan ternyata tak ada nilainya
di sisi Allah ta’ala.
Padahal bisa jadi seseorang telah berjuang bersusah
payah melakukan amal tersebut baik shalat, puasa, zakat, dan amal shalih
lainnya.
Apa saja yang dapat merusak amal perbuatan seseorang
tersebut:
1. Berbagai Macam Bentuk Kesyirikan.
Kesyirikan akan menghapuskan amal perbuatan seseorang nanti pada
hari kiamat.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَقَدْ أُوحِيَ
إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ
عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ.
“Dan Sesungguhnya telah
diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu
termasuk orang-orang yang merugi.” (QS Az Zumar[39]:65).
وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا
كَانُوا يَعْمَلُونَ.
“Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang Telah mereka
kerjakan.” (QS Al An’am[6]:88).
Allah ta’ala berfirman:
عَامِلَةٌ
نَاصِبَةٌ , تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً
“Rajin
beramal lagi kepayahan, namun, memasuki api yang sangat panas (neraka).” (QS. Al-Ghasyiyah[88]: 3 – 4).
Dan Ibnu ‘Abbas berkata: “Mereka tunduk (khusuk), namun amalnya tidak bermanfaat bagi mereka.” “(Mereka) bekerja keras lagi kepayahan”
(QS. Al-Ghasyiyah[88]:3), maksudnya: mereka telah beramal banyak, dan bersusah
payah di dalamnya, namun pada hari kiamat mereka akan masuk ke dalam api yang
sangat panas. (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Ghasiyah [88]:2-3).
Umar
bin Khatab radhiyallahu ‘anhu pernah melewati sebuah kuil, yang ditinggali
seorang rahib nasrani.
Umarpun memanggilnya, ‘Hai
rahib… hai rahib.’ Rahib itupun menoleh. Ketika itu, Umar terus memandangi sang
Rahib. Dia perhatikan ada banyak bekas ibadah di tubuhnya. Kemudian tiba-tiba
Umar menangis.
Orang di sekitarnya
keheranan, mereka bertanya, ‘Wahai Amirul mukminin, apa yang membuat anda
menangis?. Mengapa anda menangis ketika melihatnya.’ Jawab Umar:
ذَكَرْتُ قَوْلَ اللهِ,
عَزَّ وَجَلَّ فِي كِتَابِهِ: عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ
تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً فَذَاكَ الَّذِي أَبْكَانِي
“Aku teringat firman Allah dalam Al-Quran, (yang artinya) ‘Rajin
beramal lagi kepayahan, namun, memasuki neraka yang sangat panas’ Itulah yang
membuatku menangis.’ (Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Ghasiyah [88]:3-4).
2. Mengamalkan Amalan Ibadah Yang
Tidak Dicontohkan.
Allah
ta’ala berfirman:
قُلْ هَلْ
نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا. الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ
يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا.
“Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang
orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah
sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka
bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi [18]: 103-104).
Ali bin Abi Thalib berkata: “Sesungguhnya makna ayat
ini bersifat umum mencakup semua orang yang menyembah Allah bukan melalui jalan
yang diridhai. Orang yang bersangkutan menduga bahwa jalan yang ditempuhnya itu
benar dan amalnya diterima, padahal kenyataannya dia keliru dan amalnya
ditolak.” (Tafsir Ibnu Katsir QS. AL-Kahfi [18]:104).
Oleh
karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ .
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya
dari kami, maka tertolak.” (HR. Muslim 1718).
3. Berbuat Dzalim Kepada Orang Lain.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ..
“Janganlah sekali-kali kamu mengira, bahwa Allah lalai dari apa
yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.” (QS. Ibrahim[14]: 42).
Ibnu katsir berkata. “ Janganlah
kamu mempunyai dugaan bahwa Allah melupakan orang-orang yang zalim dan
membiarkan mereka tanpa menghukum mereka karena perbuatannya, hanya karena
Allah menangguhkan ajal kebinasaan mereka. Bahkan Allah menghitung-hitung semua
perbuatan zalim yang mereka lakukan dengan perhitungan yang sangat terperinci.”
(Tafsir Ibnu Katsir, QS. Ibrahim[14]:42).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ
قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ. قَالَ: إِنَّ الْمَفْلِسَ مِنْ
أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاة وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي
وَقَدْ شَتَمَ هَذَا, وَقَذَفَ هَذَا, وَأَكَلَ
مَالَ هَذَا, وَسَفَكَ دَمَ هَذَا, وَضَرَبَ هَذَا, فَيُعْطَى
هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ, فَإِنْ
فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَي مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ
عَلَيْهِ ثُمَّ طَرِحَ فِي النَّارِ.
“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut itu?” Para sahabat
menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah-tengah kita adalah orang yang tidak
punya uang dan tidak punya harta.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjelaskan, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah yang datang pada
hari kiamat nanti dengan membawa pahala shalat, puasa, dan zakat, (namun) ia
telah menghina orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain,
menumpahkan darah orang lain, dan memukul orang lain. Maka kebaikan-kebaikannya
tersebut diberi pahala akan tetapi pahala-pahala tersebut diberikan kepada
orang yang di dzalimi. Apabila amal kebaikannya habis sebelum terbayar (semua)
kedzalimannya, dosa-dosa mereka yang dizalimi itu diambil lalu diberikan
kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Muslim 2581, Ahmad
263, Tirmidzi 2418).
Faedah hadits penyebab kebangkrutan di atas di antaranya:
Pertama: Kebangkrutan yang disebabkan dari ucapannya.
Di antaranya :
1) Suka menghina orang lain.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ.
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah salah satu kaum dari
kalian menghina kaum yang lain, bisa jadi kaum yang dihina lebih baik dari pada
yang menghina…” (QS. Al-Hujurat [49]: 11).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ
وَقِتَالُهُ كُفْرٌ.
“Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar), dan
memerangi mereka adalah kekafiran.” (HR. Bukhari 48, Muslim 64, Abu Dawud
256, Tirmidzi 2636).
2) Memberikan gelar atau julukan yang tidak menyenangkan.
Allah ta’ala berfirman:
وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ.
“Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.” (Al-Hujurat
[49]: 11).
Yakni janganlah kamu memanggil orang lain dengan gelar yang buruk
yang tidak enak didengar oleh yang bersangkutan. (Tafsir Ibnu Katsir QS.
Al-Hujrat [49]:11).
3) Buruk sangka kepada orang lain.
Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ.
“Wahai
orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu dosa. (QS. Al-Hujurat[49]: 12).
Nabi shallallahu’alaihi
wasallam juga bersabda:
إِيَّاكُمْ
وَالظَّنَّ فَإنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيثِ
“Jauhilah prasangka, karena prasangka
itu adalah perkataan yang paling dusta” (HR. Bukhari 5143, Muslim 2563).
4) Mencari-cari keburukan dan menggunjing (gibah)
keburukan orang lain.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا
يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ
مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ تَوَّابٌ
رَّحِيمٌ.
Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, serta
janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara
kalian yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kalian
merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang."(QS. Al-Hujurat[49]: 12).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyeru pelaku perbuatan
ini dengan sabdanya:
يَا مَعْشَرَ مَنْ آمَنَ
بِلِسَانِهِ وَلَمْ يَدْخُلِ الْإِيمَانُ قَلْبَهُ لَا تَغْتَابُوا الْمُسْلِمِينَ
وَلَا تَتَّبِعُوا عَوْرَاتِهِمْ فَإِنَّهُ مَنِ اتَّبَعَ عَوْرَاتِهِمْ يَتَّبِعُ
اللَّهُ عَوْرَتَهُ وَمَنْ يَتَّبِعِ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَفْضَحْهُ فِي بَيْتِهِ
“Wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya, namun
keimanan itu belum masuk ke dalam hatinya! Janganlah kalian mengghibah
(menggunjing) kaum Muslimin. Jangan pula mencari-cari aib mereka. Barangsiapa
yang mencari-cari aib mereka, (maka) Allah akan mencari-cari aibnya. Dan
barangsiapa yang Allah mencari-cari aibnya, niscaya Allah akan membeberkan
aibnya, meskipun dia di dalam rumahnya.” (HR. Ahmad 19801, Abu Dawud 4880, Baihaqi
21164).
بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ
الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ.
“Cukuplah seseorang dikatakan buruk tatkala dia merendahkan
(menghina) sesama muslim.” (HR Muslim 2564, Ahmad 8103, Abu Dawud 4882).
5) Bersikap sombong kepada orang lain.
Allah
ta’ala berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ
خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.
“Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman[31]: 18).
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ
تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا.
“Dan janganlah engkau
berjalan di muka bumi dengan sombong. Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak
akan dapat menembus bumi dan tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. al-Isra’[17]:
37).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang
umatnya bersikap sombong.
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ
كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ , إِنَّ الرَّجُلَ
يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ
جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
"Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya
terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya, 'Bagaimana
dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?' Beliau menjawab,
'Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak
kebenaran dan meremehkan orang lain." (HR. Muslim 91, Tirmidzi 1999, Ibnu
Majah 59, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam At-Targhib wa at-Tarhib 2340).
Betapa banyaknya orang yang menyombongkan diri terhadap kebenaran,
dan meremehkan orang lain.
Kedua: Mengambil harta orang lain dengan cara yang tidak benar.
1) Menyuap hakim untuk merampas harta orang lain.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا
تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى
الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ
وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ.
“Dan janganlah kamu memakan harta di antara
kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” QS. Al-Baqarah[2]: 188).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَعَنَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melaknat orang yang memberi suap dan yang menerima suap.”(HR. Ahmad
6779, Tirmidzi 1337, Abu Dawud 2390, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Irwa 2621).
2) Merampok, menjarah, mencuri harta orang lain.
Allah ta’ala berfirman:
وَالسَّارِقُ
وَالسَّارِقَةُ فَاقْطَعُوا أَيْدِيَهُمَا جَزَاءًۢ بِمَا كَسَبَا نَكَـٰلًا مِّنَ
ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ .
“Laki-laki
yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya sebagai
balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan
Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. al-Ma’idah[5]: 38).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لاَ
يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ, وَلاَ يَشْرَبُ الخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ
وَهُوَ مُؤْمِنٌ,
وَلاَ يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ.
“Seorang
pezina tidak berzina ketika ia berzina dalam keadaan beriman, dan seorang
pencuri tidak mencuri ketika ia mencuri dalam keadaan beriman…” (HR. al-Bukhari
2475, Muslim 57).
3) Menipu orang lain.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melewati tumpukan makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke
dalamnya, ternyata jari-jarinya menyentuh bagian yang basah. Beliau bertanya: “Apa
ini wahai pemilik makanan?” Ia menjawab: “Kena hujan, wahai Rasulullah.” Beliau
bersabda:
أَفَلَا
جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ, مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي.
“Kenapa
tidak engkau letakkan di bagian atas agar orang-orang bisa melihatnya? Barang
siapa menipu, maka ia bukan dari golonganku.” (HR. Muslim 102, Tirmidi 1315).
4) Meminjam tidak di kembalikan.
Keutamaan
meminjami kepada orang lain
Dari
Ibnu Masud radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا قَرْضًا مَرَّتَيْنِ
إِلَّا كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّةً.
“Tidaklah
seorang muslim memberikan pinjaman kepada muslim lainnya dua kali, kecuali
(pahalanya) seperti ia bersedekah satu kali.” (HR. Ibnu Majah 2430, dishahihkan
Syaikh al-Albani di dalam at-Targhib wa Tarhib 901).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ,
وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ,
وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ.
“Barang siapa menghilangkan satu kesusahan seorang mukmin dari
kesusahan-kesusahan dunia, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan dari
kesusahan-kesusahan hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang
yang kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Barang siapa
menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.
Dan Allah senantiasa menolong seorang hamba selama ia menolong saudaranya.”
(HR. Muslim 2699, Tirmidzi 1425).
مَطْلُ
الْغَنِيِّ ظُلْمٌ, وَإِذَا أُتْبِعَ أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِيءٍ
فَلْيَتْبَعْ.
“Menunda
pembayaran hutang oleh orang yang mampu adalah suatu kezaliman. Dan apabila
salah seorang dari kalian dialihkan (piutangnya) kepada orang yang mampu
(menanggung hutang), maka hendaklah ia menerima pengalihan itu.” (HR.
Bukhari 2287, 2400, Muslim 1564).
Ketiga: Menyakiti fisik orang lain.
Seperti memukul, menyiksa, bahkan membunuh.
4. Ucapan ulama.
Ibnu al-Qayyim رحمه الله berkata:
وَالْمُفْلِسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
مَنْ تَذْهَبُ حَسَنَاتُهُ فِي الْقِصَاصِ.
"Orang yang bangkrut di hari kiamat adalah orang yang habis
kebaikannya untuk menanggung kezhalimannya terhadap sesama dalam qishash."
(Al-Fawaid, hlm. 76).
Ibnu Rajab رحمه الله berkata:
الْمُفْلِسُ فِي الْآخِرَةِ مَنْ
يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَقَدْ عِنْدَهُ أَعْمَالٌ صَالِحَةٌ, لَكِنَّهُ قَدْ ظَلَمَ النَّاسَ, فَيُؤْخَذُ
مِنْ حَسَنَاتِهِ وَيُعْطَى لَهُمْ.
"Orang yang bangkrut di akhirat adalah orang yang datang pada
hari kiamat dengan amal shalih, tetapi ia menzhalimi manusia. Maka diambil
kebaikannya untuk diberikan kepada mereka." (Jami‘ al-‘Ulum wal-Ḥikam,
2/323).
Imam an-Nawawi رحمه الله berkata:
أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى أَنَّ
الْمَظَالِمَ تُؤْخَذُ مِنْ حَسَنَاتِ الْمُقْتَصِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.
"Para ulama telah sepakat bahwa kezhaliman akan dibalas di
hari kiamat dengan diambilnya kebaikan pelakunya untuk diberikan kepada orang
yang dizhalimi." (Syarḥ Ṣaḥiḥ Muslim, 16/335).
5. Faedah
dari pembahasan:
1. Seberat apapun amal ibadah kita, bisa hancur jika kita
menzhalimi orang lain.
2. Kezaliman terhadap sesama manusia akan ditagih di akhirat
dengan kebaikan kita.
3. Menjaga lisan, menjaga harta orang lain, dan tidak menyakiti
sesama adalah jalan selamat.
4. Orang yang bangkrut bukan hanya di dunia, tetapi yang paling
tragis adalah bangkrut di akhirat.
5. Keindahan ajaran islam untuk kebaikan manusia di dunia dan di
akhirat.
-----000-----
Sragen 03-09-2025
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar