SIFAT-SIFAT WANITA PENGHUNI SURGA
Allah subhanahu wa ta’ala banyak
menyebutkan di dalam kitab-Nya bagaimana sifat-sifat Wanita yang baik, demikian
pula Rasul-Nya.
Hal ini tentu membutuhkan perhatian
para Wanita untuk menghayati dalil-dalil tersebut sehingga bisa meneladani
mereka atau bersifat dengan sifat tersebut. Adapun diantaranya:
1. Senantiasa
senang tinggal di rumah
mereka, kecuali dalam kebutuhan yang mendesak.
Allah ta’ala berfirman:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا
تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى.
“Dan hendaklah kamu tetap
tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. (QS. Al-Ahzab[33]: 33)
Ibnu Katsir berkata, firman Allah ta’ala “Dan hendaklah kamu tetap di
rumahmu. (QS. Al-Ahzab[33]: 33), Maksudnya, diamlah kamu di rumahmu dan
janganlah keluar rumah kecuali karena suatu keperluan.
Termasuk keperluan yang diakui oleh syariat ialah menunaikan salat
berjamaah di masjid berikut semua persyaratannya, sebagaimana yang disabdakan
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لاَ تَمْنَعُوا
إِمَاءَ اللَّهِ مَسَاجِدَ اللَّهِ.
Janganlah kalian melarang hamba-hamba perempuan Allah dari
masjid-masjid-Nya, dan hendaklah mereka keluar dalam keadaan berpakaian yang
tertutup rapi.(HR. Bukhari 900, Muslim 4420, Abu Dawud 566).
قَدْ أَذِنَ اللَّهُ لَكُنَّ أَنْ
تَخْرُجْنَ لِحَوَائِجِكُنَّ
“Allah telah mengizinkan bagi kalian
(para wanita) untuk keluar memenuhi kebutuhan kalian.“ (HR. Bukhari
5237).
Ayat ini (QS. Al-Ahzab[33]: 33) khitabnya
(yang di ajak bicara) adalah istri-istri nabi, sedangkan istri-istri nabi semua
masuk ke dalam Surga, oleh karena itu hukum ini mencakup semua wanita muslimah.
وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى.
dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliah
yang dahulu. (Al-Ahzab: 33)
Qatadah mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang Jahiliah yang dahulu. (Al-Ahzab: 33) Yakni bila kalian keluar dari
rumah. Dahulu wanita bila berjalan berlenggak-lenggok dengan langkah yang manja
dan memikat, lalu Allah subhanahu wa ta’ala melarang hal tersebut.
(Tafsir Ibnu Katsir, QS. Al-Ahzab[33]:33).
Adapun Syaikh as-Sa’di berkata: yaitu
janganlah banyak keluar dengan bersolek atau memakai parfum sebagaimana
kebiasaan orang-orang jahiliyah sebelum Islam yang tidak memiliki ilmu
dan agama. Perintah tersebut bertujuan untuk mencegah munculnya kejahatan dan
sebab-sebabnya. (Taisir Al-Karimirrahman , QS.
Al-Ahzab[33]: 33).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ
أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا
النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ
كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ,
لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ,
وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا,
وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا.
“Ada dua golongan dari umatku yang
belum pernah aku lihat, suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang
digunakan untuk memukul orang-orang dan para wanita yang berpakaian tapi
telanjang, mereka berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang
miring. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak akan mencium wanginya, walaupun
wanginya surga tercium sejauh jarak perjalanan sekian dan sekian” (HR.
Muslim 2128, Tabrani 5854).
Para ulama, menjelaskan makna berpakaian tapi terlanjang
yaitu :
1) Berpakaian tipis
sehingga menampakkan apa yang di dalamnya.
2) Berpakaian dengan
pakaian yang ketat sehingga menampakkan lekuk tubuhnya.
3) Berpakaian pendek
yang tidak meutup semua aggota badannya. (Syarah Riadhus-Shalihin, Syaikh dr.
Ahmad Khatib Al-Minangkabawi)
Syaikh al-Albani juga menyebutkan di dalam
kitabnya tentang syarat jilbab (pakaian) muslimah sebagai berikut:
1) Menutup
seluruh tubuh, selain bagian yang dikecualikan(wajah dan telapak tagan).
2) Bukan untuk
berhias.
3) Tebal, tidak
tipis.
4) Longgar, tidak
ketat.
5) Tidak diberi
wangi-wangian.
6) Tidak
menyerupai pakaian laki-laki.
7) Tidak
menyerupai pakaian wanita kafir.
8) Bukan pakaian
untuk kemasyhuran. (Hijab Al-Mar’ah Al-Muslimah fi Al-Kitab wa As-Sunnah).
2. Menunaikan hak
Allah dan Rasul-Nya.
Wanita penghuni
surga mereka menunaikan hak Allah dan Rasul-Nya, yang di dalamnya terdapat
syahadat, shalat, zakat, puasa, haji apa bila mampu.
Allah ta’ala
berfirman:
وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ
الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ
عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيراً.
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul
bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al Ahzab: 33).
وَمَنْ
يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا
Dan barang siapa mengerjakan amal kebajikan, baik
laki-laki maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk ke
dalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikit pun. (QS. An-Nisa[4]:124).
مَنْ عَمِلَ
صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً
طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ.
“Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl[16]:97).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا صَلَّتِ
الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ
بَعْلَهَا دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ.
“Apabila seorang isteri mengerjakan shalat yang lima waktu,
berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (menjaga kehormatannya), dan
taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk Surga dari pintu mana saja yang
dikehendakinya.” (HR. Ahmad 1661, Hibban 1296 Tabrani di dalam al-mu’jam
al-Ausath 4596, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 660).
3.
Menunaikan hak suaminya.
Suami memiliki hak yang besar, karena
itu Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam menyebut suami sebagai sebab masuk
surga atau neraka setiap istri.
Dari Al
Hushain bin Mihshan bahwa bibinya pernah mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam untuk suatu keperluan. Setelah urusannya selesai, Nabi shallallahu
'alaihi wasallam pun bertanya kepadanya:
أَذَاتُ
زَوْجٍ أَنْتِ
,قَالَتْ:
نَعَمْ قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ,
قَالَتْ: مَا آلُوهُ إِلَّا مَا عَجَزْتُ عَنْهُ
قَالَ: فَانْظُرِي أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَإِنَّمَا هُوَ جَنَّتُكِ وَنَارُكِ.
"Apakah kamu mempunyai suami?" ia
menjawab, "Ya." Beliau bertanya lagi: "Bagaimana engkau bersikap
kepadanya?" ia menjawab, "Saya tidak pernah mengabaikannya, kecuali
terhadap sesuatu yang memang aku tidak sanggup." Beliau bersabda:
"Perhatikanlah, sikapmu terhadapnya, sesungguhnya suamimu adalah lantaran
surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad 19003. Dishahihkan syaikh al-Albani,
ash-Shahihah 2612).
Adapun hak yang besar diantaranya:
1)
Mentaati suaminya.
Ketika Rasulullah
sallallahu ‘alaihi wa sallam di tanya, Siapakah wanita yang baik itu..?,”
beliau menjawab:
الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ
إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.
“Yang paling menyenangkan jika
dilihat suami, mentaati suami jika suami memerintahkan sesuatu, dan tidak
menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci oleh
suaminya.” (HR. Ahmad 9658, An-Nasa’i 3231, di hasankan oleh Syaikh Al-Albani
di dalam Al-Irwa’ 1786).
Rasulullah sallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ أَنْ
تَجِىءَ لَعَنَتْهَا الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ.
“Jika seorang pria mengajak
istrinya ke ranjang, lantas istri enggan memenuhinya, maka malaikat akan
melaknatnya hingga waktu Shubuh” (HR. Bukhari 5193, Muslim 1436).
2) Menghargai suami.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرًا
أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ
لِزَوْجِهَا.
“Seandainya aku boleh
menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang
wanita sujud kepada suaminya.” (HR. Tirmidzi 1159, Ibnu Hibban 1291, di
shahihkan syaikh al-Albani di dalam Irwaa’ ul ghaliil 1998).
3)
Bersyukur kepada suami.
Allah ta’ala berfirman:
لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ
لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya
Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim[14]:7).
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أُرِيتُ النَّارَ
فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ يَكْفُرْنَ قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ
وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ
مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ.
“Diperlihatkan
kepadaku neraka dan aku dapati kebanyakan penghuninya adalah para wanita yang
ingkar. Rasul ‘alaihish shalatu wassalam ditanya: “Apakah mereka ingkar kepada
Allah ? Nabi bersabda: “Mereka ingkar kepada suaminya dan ingkar kepada
kebaikan suaminya. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka
(istri-istrimu) selama satu tahun, kemuadia wanita tersebut melihat satu
kejelekan darimu, maka ia akan berkata: “Aku tak pernah melihat engkau berbuat
baik sedikitpun” (HR. Bukhari 1052, Muslim 907).
4) Tidak
meminta cerai kepada suami tanpa alas an yang dibenarkan.
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَيُّمَا امْرَأَةٍ سَأَلَتْ زَوْجَهَا الطَّلَاقَ فِي غَيْرِ مَا بَأْسٍ
فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الْجَنَّةِ.
“Wanita
mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa sebab yang benar (alasan
syar’i), maka haram baginya bau surga.” (HR. Abu Dawud 2226, Tirmidzi 1187, Ahmad
22379, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahih Abu Dawud 1928).
5) Tidak meninggikan suara dengan suami.
Istri yang shalihah tidak meninggikan suaranya
dihadapan suaminya. Karena demikian itu bisa menyinggung perasaannya, bagaimana
mungkin seorang suami di perintahkan berbuat
baik dan lemah-lembut kepada istrinya sementara istrinya bersuara kasar
dan keras kepada suaminya.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
لَا تُؤْذِي
امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الْحُورِ
الْعِينِ: لَا تُؤْذِيهِ قَاتَلَكِ اللهُ, فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكِ دَخِيلٌ يُوشِكُ
أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا.
“Jika seorang istri
menyakiti suaminya di dunia maka istrinya di akhirat dari kalangan bidadari
berkata: “ Jaganlah enkau menyakitinya, semoga Allah mencelakakanmu sebab ia
hanya sementara berkumpul denganmu, sebentar lagi ia akan berpisah dan akan
kembali kepada kami.” (HR. Ahmad 22101, Tirmidzi 1174, dishahihkan syaikh
al-Albani, Shahihul Jami’ 7192).
Dari Aisyah bahwa
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إذاَ أرَادَ الله بأِهْلِ بَيْتٍ
خَيْرًا أدْخَلَ عَلَيْهِمُ الرِّفْقَ .
“Jika Allah menghendaki suatu keluarga
kebaikan maka Allah memasukkan kepada mereka sikap lemah lembut.” (HR Ahmad
6/71, 104).
Dari
Abdullah bin Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِنِسَائِكُم مِّنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ, كُلُّ وَدُودٍ وَلُودٍ إِذَا غَضِبَتْ أَوْ أُسِيءَ
إِلَيْهَا أَوْ غُضِبَ عَلَيْهَا قَالَتْ: هَذِهِ يَدِي فِي يَدِكَ لَا أَذُوقُ غَمْضًا
حَتَّى تَرْضَى.
“Maukah
aku kabarkan kepada kalian tentang wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni
surga? Yaitu setiap wanita yang penuh kasih sayang (wadud) dan banyak
melahirkan (walud), apabila ia marah atau disakiti atau suaminya marah
kepadanya, maka ia berkata: ‘Inilah tanganku di tanganmu, aku tidak bisa
tidur (tidak akan tenang) hingga engkau ridha.’”)HR.
Tabrani di dalam al mu’jam al Kabir 118, Nasai 9094, dihasankan Syaikh
al-Albani di dalam at-Targhib wa Tarhib 1941).
4. Menjaga diri dan menundukkan
pandangan.
Allah ta’ala berfirman:
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا
حَفِظَ اللَّهُ ۚ
“Maka
wanita-wanita yang shalih adalah yang taat kepada Allah lagi menjaga diri
ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).” (QS. An-Nisa
[4]:34).
فِيهِنَّ قَٰصِرَٰتُ ٱلطَّرۡفِ لَمۡ يَطۡمِثۡهُنَّ
إِنسٞ قَبۡلَهُمۡ وَلَا جَآنّٞ .
Di dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang
sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh manusia sebelum mereka
(penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. (QS.
Ar-Rahman[55]: 56).
وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ
يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ
زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى
جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ
اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ
اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ
بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ
التّٰبِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ
الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِ ۖوَلَا يَضْرِبْنَ
بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا
اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Katakanlah kepada para perempuan yang beriman hendaklah mereka
menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan
perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka
menutupkan kain kerudung ke dadanya. Hendaklah pula mereka tidak menampakkan
perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami
mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara-saudara laki-laki
mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan
mereka, para perempuan (sesama muslim), hamba sahaya yang mereka miliki, para
pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan),
atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Hendaklah pula
mereka tidak mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang
beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur[24]:31).
Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Aku berada di sisi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Maimunah. Tiba-tiba datang
Ibnu Ummi Maktum, setelah kami diperintahkan berhijab. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
احْتَجِبَا مِنْهُ. فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَيْسَ أَعْمَى لَا يُبْصِرُنَا
وَلَا يَعْرِفُنَا, فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: أَفَعَمْيَاوَانِ أَنْتُمَا أَلَسْتُمَا تُبْصِرَانِهِ.
‘Berhijablah kalian darinya.’Kami berkata: ‘Wahai
Rasulullah, bukankah dia buta, tidak bisa melihat kami, dan tidak mengenali
kami?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Apakah kalian berdua
juga buta? Bukankah kalian bisa melihatnya?’” (HR. Abu Dawud hadits ini di
dhaifkan syaikh al-Albani dan Syaikh Su’aib al-Arnaut).
5.
Bersabar terhadap musibah yang dihadapi.
Allah ta’aala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا
بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ.
“Wahai orang-orang yang beriman, mohonlah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan salat. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.”(QS. Al-Baqarah[2]:153).
Allah ta’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ.
“Dan Kami pasti akan
menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah[2]:155).
Dari Atha bin Abi Rabah, ia
berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”
Aku menjawab, “Ya”Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang
datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata:
إِنِّي
أُصْرَعُ وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي قَالَ: إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ
وَلَكِ الجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ, فَقَالَتْ: أَصْبِرُ, فَقَالَتْ: إِنِّي أَتَكَشَّفُ, فَادْعُ اللَّهَ لِي أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ
فَدَعَا لَهَا .
“Aku menderita penyakit ayan
(epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku
agar Allah Menyembuhkannya.”
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata, “Jika engkau mau, engkau
bersabar bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah
Menyembuhkanmu.” Wanita itu menjawab,”Aku pilih bersabar.” Lalu
ia melanjutkan perkataannya, “Tatkala penyakit ayan
menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.”
Maka Nabi pun mendoakannya.” (HR.
Bukhari 5652, dan Muslim
2576).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا
ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ
إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ, إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ
خَيْرًا لَهُ, وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ
خَيْراً لَهُ.
“Sungguh menakjubkan urusan
seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan
kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia
bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila
tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan
baginya.” (HR. Muslim 2999).
Ingatlah bagaimana Maryam diuji, Masyitah, Asiah binti
Muzahim istri Fir’aun, Umul Mukminin Khathijah, Aisyah dan banyak wanita
penghuni surga yang diuji oleh Allah ta’ala.
Demikianlah
sifat-sifat penghuni surga, semoga Allah memudahkan kita untuk bisa masuk ke dalam
surga. Aamiin.
-----000-----
Sragen 10-09-2025
Abu Ibrahim Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar