Senin, 15 September 2025

BAB 5 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 7



BAB 5

MACAM-MACAM SYIRIK BESAR.

SOAL: 7

KESYIRIKAN MEMINTA KEPADA ORANG YANG TELAH MATI ATAU ORANG YANG TIDAK ADA

 

س - ٧  :هَلْ نَسْتَغِيْتُ بِالْأَمْوَاتِ أَوْ الْغَائِبِينَ .

Soal 7: Apakah boleh kita meminta perlindungan (istighatsah) kepada orang-orang yang telah mati atau yang tidak berada di hadapan kita?

ج - ٧  :لَا نَسْتَغِيْتُ بِهِمْ .

Jawab: Kita tidak boleh beristighotsah kepada mereka.

قَالَ اللهُ تَعَالَى:

Allah ta’ala telah berfirman :

١ } - وَالَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَخْلُقُوْنَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُوْنَ. أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاء وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُوْنَ{  .سورة النحل : ٢٠  -٢١

"Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Alloh, tidak dapat membuat sesuatu apa pun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang, berhala-berhala itu dalam keadaan mati dan tidak mengetahui di mana mereka akan dibangkitkan." (Surat An-Nahl ayat 20-21).

٢ - { إِذْ تَسْتَغِيثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ } سورة الأنفال : ٩

"(Ingatlah), ketika kamu memohon perlindungan kepada Robbmu lalu diperkenankannya bagimu." (Surat Al-Anfal ayat 9).

وَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ:

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْتُ) حَسَنٌ .رواه الترمذي

"Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Mengayomi, dengan rahmat-Mu aku mohon perlindungan." (Hadits hasan riwayat Tirmidzi  3254)

 

 

-----000-----

Penjelasan:

Pentingnya kita mengetahui perjalanan arwah baik orang-orang beriman maupun orang-orang kafir:

1.   Ruh akan mendapatkan fitnah kubur di alam barzah.

Ruh orang mukmin mampu menjawab pertanyaan malaikat kemudian mendapatkan nikmat.

Allah ta’ala berfirman:

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ.

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim[14]:27).

Adapun orang kafir mereka tidak akan mampu menjawab pertanyaan kubur sehingga akan mendapatkan adzab.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَأَمَّا الْمُنَافِقُ أَوِ الْكَافِرُ فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي كُنْتُ أَقُولُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فَيُقَالُ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَتَيْنِ مِنْ حَدِيدٍ فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهَا مَنْ يَلِيهِ غَيْرَ الثَّقَلَيْنِ.

“Adapun orang kafir atau orang munafik maka ia berkata: ‘Aku tidak tahu, aku hanya mengatakan sebagaimana yang dikatakan orang-orang.’ Maka dikatakan kepadanya: ‘Engkau tidak tahu dan tidak membaca (Al-Qur’an).’ Lalu ia dipukul dengan sebuah palu dari besi, satu pukulan di antara kedua telinganya, maka ia menjerit dengan satu jeritan yang didengar oleh semua makhluk di sekitarnya kecuali jin dan manusia.” (HR. Bukhari 1338, Abu Dawud 4751).

2.   Orang-orang yang berada di kubur mereka lebih membutuhkan doa dari orang-orang yang masih hidup.

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ.

"Dan orang-orang yang datang sesudah mereka berkata: ‘Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah lebih dahulu beriman sebelum kami.’"(QS. Al-Ḥasyr[59]: 10).

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ.

"Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR. Muslim 1631, Tirmidzi 1376).

إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى الْمَيِّتِ فَأَخْلِصُوا لَهُ الدُّعَاءَ .

"Apabila kalian menyalatkan jenazah, maka ikhlaskanlah doa untuknya." (HR. Abu Dawud 3199, Ibnu Majah 1497, dihasankan Syaikh al-Albani di dalam al-Irwa’ 732).

3.   Larangan keras meminta kepada orang yang telah mati (penghuni kubur).

Sebagaimana kita telah jelaskan bahwa orang yang telah mati baik anggapan dapat mendengar ataupun tidak, namun para ulama sepakat bahwa mereka tidak dapat mengabulkan doa.

Allah ta’ala berfirman:

إِنْ تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ.

“Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak mendengar seruanmu dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkankan permintaanmu.” (QS. Fatir[35]:14).

وَاسْأَلُواْ اللّهَ مِن فَضْلِهِ.

“Mohonlah pada Allah sebagian dari karunia-Nya”. (QS. An-Nisa’[4]: 32).

 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mewanti-wanti, agar meminta hanya kepada Allah semata dalam perkara yang hanya Allah yang mampu mengabulkannya.

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ, وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّه.

“Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allâh. Dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allâh”. (HR. Tirmidzi 2516, Ahmad 2763, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Shahih Abu Dawud 86).

وَأَنَّ ٱلْمَسَـٰجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ ٱللَّهِ أَحَدًا .

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kamu menyembah (berdoa) kepada siapa pun bersama dengan Allah.” (QS. Al-Jinn[72]: 18).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا تَجْعَلُوا قُبُورَكُمْ مَسَاجِدَ

“Janganlah kalian menjadikan kuburan sebagai masjid.”(HR. Muslim no. 532)

)يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْتُ) حَسَنٌ .رواه الترمذي

"Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Mengayomi, dengan rahmat-Mu aku mohon perlindungan." (HR. Tirmidzi  8908, Dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Shahihu al-Jami’ 4777).

4.   Larangan menjadikan kubur sebagai perantara, tabarruk atau safaat.

Allah Ta‘ala berfirman:

وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰٓؤُلَآءِ شُفَعَـٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِ ۚ

“Dan mereka menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan mudarat dan tidak (pula) manfaat kepada mereka, dan mereka berkata: ‘Mereka itu adalah pemberi syafa‘at kepada kami di sisi Allah’...” (QS. Yunus[10]: 18).

اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ ۗوَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ .

Ketahuilah, hanya untuk Allah agama yang bersih (dari syirik). Orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata,) “Kami tidak menyembah mereka, kecuali (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” (QS. Az-Zumar[39]:3).

5.   Kedangkalan cara berfikir orang musyrik dengan bersandar kepada sesuatu yang lemah.

Allah menjelaskan kelemahan sesembahan mereka.

Allah ta’ala berfirman:

 

أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَ وَالْعُزَّىٰ . وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الْأُخْرَىٰ .

“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza, dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?” (QS. An-Najm [53]: 19-20).

Ayat ini menunjukkan pengingkaran terhadap orang musyrik Qurais dimana mereka mengagungkan Lata, ‘Uzza dan Manat  bahwa berhala tersebut dapat mendatangkan keberkahan.

Latta adalah batu yang diukir, dahulu dia adalah seorang penumbuk gandum yang diberikan kepada orang berhaji.

‘Uzza adalah pohon yang dinaungi tirai, dan takbir yang berada di Thaif.

Adapun Manah terletak di musyalal daerah Qadid antara Makkah dan Madinah. (tafsir Ibnu Katsir QS-An-Najm[53]:10-23, lihat pula kitab Tauhid Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab.).

6.   Larangan beristigatsah kepada makhluk dalam hal makhluk tidak mampu.

Allah ta’ala berfirman:

مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ.

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-‘Ankabut[29]: 41).

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ.

“Hai manusia! Telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak dapat merebutnya kembali darinya. Sangat lemahlah yang meminta dan yang diminta.” (QS. Al-Ḥajj[22]: 73)

7.   Larangan istigtsah kepada makhluk yang mampu tapi tidak ada.

Manusia tidak memiliki sifat ketuhanan, oleh karena itu tidak boleh meminta tolong kepada orang yang tidak ada, misalnya seseorang akan tenggelam dan berteriak menyebut nama orang yang tidak ada tersebut, baik gurunya, kyainya, habibnya dengan anggapan bisa menolong di saat genting maka dia bisa terjerumus kedalam kesyirikan.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ضُرِبَ مَثَلٌ فَاسْتَمِعُوا لَهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَنْ يَخْلُقُوا ذُبَابًا وَلَوِ اجْتَمَعُوا لَهُ ۖ وَإِنْ يَسْلُبْهُمُ الذُّبَابُ شَيْئًا لَا يَسْتَنْقِذُوهُ مِنْهُ ۚ ضَعُفَ الطَّالِبُ وَالْمَطْلُوبُ.

“Hai manusia! Telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah. Sesungguhnya segala yang kalian seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak dapat merebutnya kembali darinya. Sangat lemahlah yang meminta dan yang diminta.” (QS. Al-Ḥajj[22]: 73)

8.   Anjuran istighotsah dengan menggunakan nama-nama Allah.

Allah ta’ala berfirman:

وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ وَذَرُوا الَّذِيْنَ يُلْحِدُوْنَ فِيْٓ اَسْمَاۤىِٕهٖۗ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ۖ

“Allah memiliki Asmaulhusna (nama-nama yang terbaik). Maka, bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut  (Asmaulhusna) itu.” (QS. Al-A’raf[7]:180).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْتُ) حَسَنٌ .رواه الترمذي

"Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Mengayomi, dengan rahmat-Mu aku mohon perlindungan." (HR. Tirmidzi  3254, di dahasankan Syaikh al-Albani di dalam as-Shahih 2457).

Demikianlah semoga bermanfaat.

 

-----000-----

 

Sragen 15-09-2025

Abu Ibrahim Junaedi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 5 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 7

BAB 5 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 7 KESYIRIKAN MEMINTA KEPADA ORANG YANG TELAH MATI ATAU ORANG YANG TIDAK ADA   س - ٧   : هَلْ ن...