Sifat kebesaran (sombong) hanya layak dimiliki oleh Allah ta’ala semata, karena Allah merupakan pemilik alam semesta, maha kaya, maha kuat, maha pemurah, maha kuasa dan maha segala-galanya.
Allah ta’ala berfirman:
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ.
“ Dialah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Mahasuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Al-Hasyr [59]:23).
1. Definisi sombong.
Dalam bahasa Arab, kata sombong atau angkuh diterjemahkan dengan istilah "kibr" (كبر). Secara etimologi, "kibr" berarti "merasa diri lebih besar" atau "lebih tinggi" dibandingkan orang lain.
Sikap sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya berada di atas orang lain. (Bahjatun Nadzirin, I/664, Syaikh Salim bin ‘id al-Hilali).
2. Bentuk-bentuk kesombongan.
Kesombongan ada dua macam:
1) Sombong terhadap kenbenaran.
Ketika disampaikan Al-Qur’an dan hadits menolak kebenaran tersebut, menganggap dirinya punya prinsip sendiri, punya dasar sendiri, atau merasa tidak perlu mengikuti kebenaran tesebut.
2) Sombombong terhadap makhluk.
Yaitu meremehkan orang lain, sekalipun yang disampaikan adalah kebenaran, seraya bertanya siapa dia itu…? Lulusan apa…? Orang mana...?
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman[31]: 18).
Perlu diketahui bahwa inti dari sifat sombong itu adalah menolak kebenaran serta meremehkan orang lain. Baik berkaitan dengan urusan agama dan dunia, yang berkaitan dengan agama yaitu, ilmu dan amal perbuatan. Sedangkan yang berkaitan dengan dunia yaitu, keturunan (nasab), kecantikan, kekuatan, harta, dan banyak teman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ.
"Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang bertanya, 'Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?' Beliau menjawab, 'Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain." (HR. Muslim 91, Tirmidzi 1999, Ibnu Majah 59).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam).
3. Sebab-sebab kesombongan.
Diantara sebab-sebab kesombongan yaitu membanggakan keturunan (nasab), harta, kedudukan, kepandaian, kekuatan, serta kebagusan fisiknya.
Misalnya:
1) Seseorang merasa keturunannya lebih mulia menyombongkan diri dihadapan orang yang keturunannya rendah.
2) Orang yang kaya sombong di hadapan orang miskin yang tidak punya apa-apa.
3) Orang yang berpangkat tinggi sombong di hadapan orang yang berpangkat rendah.
4) Orang yang kuat sombong kepada orang yang lemah.
5) Orang yang pandai sombong terhadap orang yang bodoh.
6) Orang yang bagus fisiknya sombong terhadap orang yang pas-pasan.
Bisa jadi yang dianggap rendah, miskin, lemah, bodoh, pas-pasan jauh lebih ikhlas amalnya, lebih banyak kebaikannya, lebih bermanfaat bagi orang lain dibandingkan dari orang yang menyombongkan diri tersebut.
Intinya tidaklah seseorang akan bersikap sombong atau (takabbur) kepada orang lain sampai dia terlebih dahulu merasa ‘ujub (membanggakan dirinya) terhadap orang lain, dirinya memandang memiliki kelebihan dari orang lain. Maka dari ‘ujub inilah yang akan melahirkan sifat kesombongan.
Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang berbangga terhadap dirinya, Beliau bersabda:
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ.
“Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap dirinya.” (HR. Baihaqi di dalam Syu’abul Iman 731, Musnad al-Bazar 6491, Tabrani di dalam al-Mu’jam al-Ausath 5754, Dihasankan Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 1802).
4. Semua di dunia ini milik Allah ta’ala.
Manusia hanyalah hak pakai, setiap saat Allah ta’ala mengambil apa yang kita miliki, sehingga tidak pantas kita menyombongkan diri terhadap yang lain.
Allah ta’ala menyebutkan hal itu berkali-kali di dalam Al-Qur’an.
وَلِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ.
“Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.” (QS. Ali-Imran[3]:109).
يَقُولُ الْعَبْدُ مَالِى مَالِى إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلاَثٌ مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ.
“Hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan sirna, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia beri yang sebenarnya harta yang ia kumpulkan. Harta selain itu akan sirna dan diberi pada orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim 2959).
5. Orang miskin yang sombong tidak akan diajak bicara oleh Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الشَّيْخُ الزَّانِي وَالْعَائِلُ الْمَزْهُوُّ وَالْإِمَامُ الْكَذَّابُ.
"Tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat: orang yang sudah tua berzina, orang miskin namun sombong, dan pemimpin yang pendusta." (HR. An-Nasai 2575, Ibnu Hibban 4413, dihasankan oleh Syaikh al-Albani di dalam Shahihu al-Jami’ As-Shagir 3069 ).
6. Orang yang sombong akan dikunci hatinya oleh Allah.
Allah ta’ala berfirman:
كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى كُلِّ قَلْبِ مُتَكَبْرٍجَبَّارٍ.
“Demikianlah Allah menyegel setiap hati yang yang sombong lagi keras.” (QS. Ghafir[40]: 35).
8. Kebinasaan orang-orang yang sombong.
Kesombongan hanya pantas di miliki Allah sendiri, tidak pantas dimiliki oleh jin maupun manusia yang serba lemah, karena hal itu akan membinasakannya, baik jin maupun manusia, raja maupun rakyat jelata, orang-orang berilmu maupun orang-orang awamnya, sehingga kesombongan itu akan melemparkannya kedalam neraka.
Allah ta’ala berfirman:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَر وكان من الكفرين .
“Ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun bersujud kecuali Iblis.Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir.” (QS. Al-Baqarah[2]: 24).
Inilah alasan iblis kenapa tidak mau sujud kepada Adam, karena dirinya merasa lebih mulia dengan Adam dengan logikanya.
Allah ta’ala berfirman kepada iblis:
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ . قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ . قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ.
“Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Kuciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?” Iblis berkata, "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” Allah berfirman, "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. “ (QS. Shad[38]:75-77).
Ketika nabi Musa menyeru Fir’aun dia menyombongkan diri sehingga Allah binasakan karena kesombongannya.
Allah berfirman:
فَأَرَاهُ الْآيَةَ الْكُبْرَى . فَكَذَّبَ وَعَصَى . ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى . فَحَشَرَ فَنَادَى . فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى . فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الْآخِرَةِ وَالْأُولَى.
Lalu (Musa) memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar. Tetapi dia (Fir'aun) mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Kemudian dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru (memanggil kaumnya). (Seraya) berkata:”Akulah Tuhanmu yang paling tinggi”. Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia.” (QS. An-Nazi’at[79]: 20-25].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي، وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، فَمَنْ نَازَعَنِي وَاحِدَةً مِنْهُمَا، أَلْقَيْتُهُ فِي جَهَنَّمَ.
"Allah Azza Wa Jalla berfirman: 'Kesombongan adalah selendang-Ku, kebesaran adalah sarung-Ku, barangsiapa mengambil salah satu dari keduanya dari-Ku, maka ia akan Aku lemparkan ke dalam neraka."(HR. Ahmad 9508, Ibnu Majah 4174, Abu Daud 4090 dishahihkan syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 541).
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْتَكْبِرِينَ.
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong.” (QS. An Nahl[16]: 23).
9. Tawadhu’ adalah jalan keselamatan dan kemuliaan.
Tawadhu’ adalah jalan keselamatan di dunia dan di akhirat. Lihatlah bagaimana nabi Musa belajar kepada khidzir, para ulama jelas menyebutkan nabi Musa lebih tinggi derajatnya dari nabi khidzir.
Seandainya seseorang itu sombong dan tidak mau belajar karena merasa dirinya punya lulusan tinggi, lihatlah Raja Sulaiman bin Abdul Malik, dia belajar kepada seorang budak, hitam, kriting yaitu Atha’ bin Abi Rabah, bahkan beliau menasehati anaknya seraya berkata, “ Wahai anakku belajarlah ilmu, karena dengan ilmu rakyat bawahan menjadi terhormat, seorang budak melampaui para raja.” (lihat “ Mereka adalah para tabi’in.” Dr. Abdurrahman Rahmat Basya).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ.
“Dan tidaklah seseorang itu tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim 2588).
Demikianlah semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat sombong. Aamiin.
-----000-----
Sragen 04-10-2024.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar