Jumat, 18 Oktober 2024

BAB 2 MACAM-MACAM TAUHID, HUD AQIDATAKA 10, ALLAH DI ATAS ARSYNYA.

BAB 2

MACAM-MACAM TAUHID DAN FAEDAHNYA

SOAL 10

DIMANA ALLAH

س ١٠ - أَيْنَ الله ؟

Soal : Dimanakah Allah.

ج ١٠ - اللَّهُ فَوْقَ الْعَرْشِ عَلَى السَّمَاءِ .

 Jawab : Allah berada di atas 'Arsy di atas langit.

قَالَ الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

{ الرَّحْمَانُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى } سورة طه : ٥

"(Rabb) yang Maha Pemurah yang beristiwa di atas 'Arsy" (Surat Thaha[20]: 5).

) أَي عَلا وَارْتَفَعَ ) كَمَا جَاءَ فِي الْبُخَارِي

istiwa' yaitu naik dan tinggi, sebagaimana dalam riwayat Bukhari.

وَقَالَ :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ كِتَابًا ... فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ(

"Sesungguhnya Allah telah menulis sebuah catatan ... kemudian catatan itu berada di sisi-Nya di atas 'Arsy." (Muttafaqun 'Alaihi).

 

-----000-----

Penjelasan:

1.   Pengertian istiwa’

Istawa ‘ala (اِسْتَوَى عَلَى) dalam bahasa Arab di mana Allah menurunkan wahyu dengannya, artinya adalah (عَلاَ وَارْتَفَعَ), yaitu berada di atas (Tinggi atau di ketinggian). Hal ini adalah kesepakatan salaf dan ahli bahasa. (tafsir At Thabari).

Al Baghawi -rahimahullah- berkata: “ ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ “kemudian Dia bersemayam ke langit.”  

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَأَكْثَرُ مُفَسِّرِي السَّلَفِ: أَيِ ارْتَفَعَ إِلَى السَّمَاءِ.

Ibnu Abbas dan banyak ahli tafsir dari kalangan salaf berkata: “maksudnya adalah meninggi ke langit. (Tafsir Al Baghawi: 1-101).

Al-istwa` (bersemayam), al-‘uluw (tinggi) dan al-irtifa’ (ketinggian) mempunyai empat arti:

Berarti ‘ala (di atas), irtafa’a (tinggi), sha’ada (naik), dan istaqarra (tetap) yang kesimpulannya Allah ta’ala berada di atas, tanpa perlu ditanyakan bagaimananya.

Oleh karena itu berada di atas merupakan sifat dzatiyah Allah.

Sedangkan bersemayamnya Allah subhanahu wa ta’ala di atas ‘Arsy adalah sifat fi’liyah ikhtiyariyah (Allah bersemayam kapan saja dan dengan cara apa saja yang Dia kehendaki).

Ketika Imam Malik (wafat th. 179 H) rahimahullah ditanya tentang istiwa’ Allah, maka beliau menjawab:

الإِسْتِوَاءُ غَيْرُ مَجْهُوْلٍ، وَالْكَيْفُ غَيْرُ مَعْقُوْلٍ، وَاْلإِيْمَانُ بِهِ وَاجِبٌ، وَالسُّؤَالُ عَنْهُ بِدْعَةٌ، وَمَا أَرَاكَ إِلاَّ ضَالاًّ.

“Istiwa’-nya Allah ma’lum (sudah diketahui maknanya), dan kaifiyatnya tidak dapat dicapai nalar (tidak diketahui), dan beriman kepadanya wajib, bertanya tentang hal tersebut adalah perkara bid’ah, dan aku tidak melihatmu kecuali dalam kesesatan.”

Kemudian Imam Malik rahimahullah menyuruh orang tersebut pergi dari majelisnya. (lihat al-Asma’ wa as-Sifat, lil Baihaqi 867, al-Mu’jam li Ibni al-Muqri’ 1003).

2.   Penetapan bersemayamnya Allah di atas ‘Arsy (Istiwa’).

1)  Allah sendiri yang menyebutkan bahwa dirinya berada di atas ‘Arsy.

Allah ta’ala berfirman:

الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى.

“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah bersemayam di atas ‘Arsy.“ (QS. Thoha [20]: 5).

2)  Setelah penciptaan langit dan bumi kemudian bersemayam di atas ‘Arsy.

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ.

“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia menuju ke langit, lalu Dia menjadikannya tujuh langit, dan Dia maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah [2]: 29).

إِنَّ رَبَّكُمُ اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ.

“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy untuk mengatur segala urusan.” (QS. Yunus [10]: 3).

3)  Kalimat yang baik dan amal shalih akan naik kepada-Nya.

Allah ta’ala berfirman:

إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ.

“Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan-Nya.” (QS. Fathir [35]: 10).

4)  Kisah budak Mu’awiyah bin al-Hakam as-Sulami.

Beliau radiyallahu ‘anhu berkata:

وَكَانَتْ لِي جَارِيَةٌ تَرْعَى غَنَمًا لِي قِبَلَ أُحُدٍ وَالْجَوَّانِيَّةِ فَاطَّلَعْتُ ذَاتَ يَوْمٍ فَإِذَا الذِّيبُ قَدْ ذَهَبَ بِشَاةٍ مِنْ غَنَمِهَا وَأَنَا رَجُلٌ مِنْ بَنِي آدَمَ آسَفُ كَمَا يَأْسَفُونَ لَكِنِّي صَكَكْتُهَا صَكَّةً فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُعْتِقُهَا قَالَ ائْتِنِي بِهَا فَأَتَيْتُهُ بِهَا فَقَالَ لَهَا أَيْنَ اللَّهُ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ.

Dahulu aku memiliki seorang budak wanita yang menggembalakan kambing-kambing milikku di daerah antara Gunung Uhud dan Jawwaniyyah. Suatu hari aku menelitinya. Ternyata ada seekor serigala yang membawa seekor kambing dari kambing-kambing yang digembalakan budak wanita itu. Aku adalah manusia biasa. Aku terkadang marah sebagaimana mereka marah. Maka aku menamparnya dengan sangat keras. Kemudian aku mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau mengatakan hal itu perkara yang besar terhadapku. Aku bertanya: “Wahai Rasulullah, tidakkah aku merdekakan dia?” Beliau berkata: “Bawa dia kepadaku,” maka aku membawanya menghadap beliau. Beliau bertanya kepadanya: “Di manakah Allah?” Budak wanita itu menjawab: “Di atas langit.” Beliau bertanya lagi: “Siapakah saya?” Budak wanita itu menjawab: “Anda adalah utusan Allah.” Beliau bersabda: “Merdekakan dia, sesungguhnya dia seorang wanita mukminah.” (HR Muslim 537, Ahmad 23762).

5)  Doa orang muslim menghadap keatas langit.

Dalam hadits Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan:

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟

Kemudian beliau (Rasulullah) menceritakan tentang seorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, berambut kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa, “Ya Rabb, Ya Rabb, (akan tetapi) yang dimakan dari yang haram, yang diminum dari yang haram, yang dipakai dari yang haram, di penuhi dari yang haram bagaimana bisa dikabulkan doanya demikian itu.”(HR. Muslim 2393, Ahmad 8348).

6)  Kisah Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam hadits yang di riwayatkan Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar naik keatas langit untuk bertemu dengan Allah dan atas perintah Allah ta’ala.

Dari Anas Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ (وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ. يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ) قَالَ، فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ. قَالَ، فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الأَنْبِيَاءُ. ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ. ثُمَّ خَرَجْتُ. فَجَاءَنِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ، وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ. فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ. فَقَالَ جِبْرِيلُ: اخْتَرْتَ الْفِطْرَةَ ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ.

“Aku diberi Buraq, yaitu seekor hewan putih yang lebih besar dari himar dan lebih kecil dari keledai. Aku mengendarainya. Dia membawaku hingga sampai ke Baitul-Maqdis. Lalu aku mengikatnya di tempat para nabi menambatkan. Aku masuk ke Baitul-Maqdis dan shalat dua raka’at. Setelah itu aku keluar. Malaikat Jibril menghampiriku dengan membawa satu wadah berisi khamr dan satu wadah berisi susu. Aku memilih susu. Malaikat Jibril Alaihissallam berkata: ‘Engkau telah (memilih) sesuai dengan fithrah,’ setelah itu, ia membawaku naik ke langit.” ( HR. Muslim 162, Ahmad 12505 dan lain-lain).

7)  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepercayaan Dzat di atas langit.

Di dalam sahih Bukhari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ تَأْمَنُونِي وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِي السَّمَاءِ, يَأْتِينِي خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً.

Tidakkah kalian mempercayaiku, sedangkan aku adalah kepercayaan Dzat yang berada di langit. Datang kepadaku kabar dari langit di waktu pagi dan petang.” (HR. Bukhari 4351, Muslim 1064).

Dan masih banyak lagi dalil yang lain.

3.   Pengertian ‘Arsy.

‘Arsy secara bahasa yaitu singgahsana.

1)   ‘Arsy makhluk tertinggi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ.

“Maka jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Al-Firdaus, karena sungguh ia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya singgasana Sang Maha Pengasih, dan darinya sungai-sungai surga mengalir.” (HR. Al-Bukhari 2790, Baihaqi 17766).

2)  ‘Arsy makhluk yang paling besar.

‘Arsy juga termasuk makhluk paling besar. Allah menyifatinya dengan ‘adhim (besar) yang disebutkan Allah di berbagai ayat di dalam Al-Qur’an.

Allah ta’ala berfirman:

وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ.

Dan Dia adalah Rabb yang memiliki ‘Arsy yang agung.” (QS. At-Taubah[9]:129).

قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Katakanlah:”Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?” (QS. Al-Mu’minun[23]:86).

ذُوالْعَرْشِ الْمَجِيدُ

“Yang mempunyai singgasana, lagi Maha Mulia.” (QS. Al-Buruj[85]:15).

فَتَعَالَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ لآإِلَهَ إِلاَّهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيم

Maka Maha Tinggi Allah, Raja Yang Sebenarnya;tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Dia, Rabb (Yang mempunyai) ‘Arsy yang mulia.(QS. Al-Mu’minun[23]:116).

Dari Jabir yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

أُذِنَ لِي أَنْ أُحَدِّثَ عَنْ مَلَكٍ مِنْ مَلَائِكَةِ اللَّهِ مِنْ حَمَلَةِ الْعَرْشِ: أَنَّ مَا بَيْنَ شَحْمَةِ أُذُنِهِ إِلَى عَاتِقِهِ مَسِيرَةُ سَبْعِمِائَةِ عَامٍ.

“Telah diizinkan bagiku untuk menceritakan kepada kamu tentang malaikat-malaikat pemikul 'Arsy, bahwa jarak antara daun telinganya sampai ke lehernya sama dengan jarak yang ditempuh selama tujuh ratus tahun.” (HR Abu Daud 4727, Tabran 4421, di sahihkan Syaikh al-Albani di dalam as-Shahihah 151).

4.   Tidak boleh menafsirkan istiwa’ dengan istaula.

Larangan menafsirkan اسْتَوَى (bersemayam di atas ‘Arsy) dengan استولى (menguasai). Karena, penafsiran semacam itu tidak pernah didapatkan riwayat dari para salaf (pendahulu umat ini). Padahal, metode pemahaman para salaf lebih selamat, lebih ilmiah, dan lebih bijaksana.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah berkata, “Sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang Yahudi untuk mengucapkan, حطة (bebaskan kami dari dosa), namun mereka mengucapkan, حِنْطَة (butir gandum) dengan maksud memutarbalikkan ayat tersebut. Dia Allah (عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى) (berada di 'Arsy), namun para penakwil berkata, استولي menguasai.

Perhatikanlah, betapa miripnya penambahan huruf J yang para tukang takwil itu ditambahkan kekata استوى sehingga menjadi استولى dengan penambahan huruf yang orang- orang Yahudi tambahkan ke kata حطة  sehingga menjadi " حنطة. (Dikutip dari al-Firqotun Najiah, yang diambil dari perkataan Ibnul Qayyim Al-Jauziyah karya Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi).

5.   Allah turun di sepertiga malam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

”Rabb kita turun ke langit dunia pada setiap malam yaitu ketika sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ’Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku, niscaya Aku penuhi. Dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.” (HR. Bukhari 1145, 7494, Muslim 758).

 

Aqidah Ahlu Sunnah meyakini apa adanya dan tidak menolak, mentawilkan, menyerupakan ataupun menanyakan, karena Allah berada di atas ‘Arsynya, Allah turun sesuai kehendaknya dan keagungan-Nya.

Demikianlah semoga bermanfaat.

 

 

-----000-----

 

 

Sragen 19-10-2024

Junaedi Abdullah.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 11 HAK SEORANG MUSLIM

  BAB 11 HAK KAUM MUSLIMIN. Seorang muslim memiliki hak yang harus ditunaikan sesama sauda74 Adapun diantara hak saudara sesama muslim...