BAB 2
MACAM-MACAM TAUHID DAN FAEDAHNYA
SOAL 8
MEMAHAMI TAUHID ULUHIYAH
س
٨ - مَا هُوَ تَوْحِيدُ الإِلَهِ ؟
Soal 8: Apa yang
dimaksud tauhid uluhiyah?
ج - هُوَ إِفْرَادُهُ بِالْعِبَادَةِ كَالدُّعَاءِ
وَالذَّبْحِ وَالنَّدْرِ .
Jawab: Maksudnya adalah mengesakan Allah dalam semua ibadah
kita, seperti berdoa, menyembelih dan bernadzar.
قَالَ الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
}وَإِلهُكُمْ
إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَانُ
الرَّحِيمُ} سورة البقرة : ١٦٣
"Dan tuhanmu adalah Tuhan yang Esa, tidak ada sesembahan
yang benar melainkan Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." (QS. Baqarah[2]:163).
وَقَالَ ﷺ:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ
شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إلا الله . متفق عليه وَفِي رِوَايَةِ الْبُخَارِي
(إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهُ (
"Maka hendaklah kamu jadikan hal pertama yang kamu
serukan kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang benar
selain Allah." (Hadits Muttafaqun 'Alaihi). Dan dalam riwayat Bukhari,
"illa an yuwahhidullah (hingga mereka mengesakan Allah)." (HR. Bukhari 1458, Muslim 19).
-----000-----
Penjelasan.
1. Pengertian
tauhid uluhiyah.
Tauhid Uluhiyyah dikatakan juga Tauhid ibadah yang berarti mengesakan Allah subhanahu
wa ta’ala di dalam beribadah, seperti berdo’a, khauf (takut), raja’ (harap),
mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’anah meminta
pertolongan), istighatsah (minta pertolongan di saat sulit), isti’adzah
(meminta perlindungan), dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan
Allah azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Semua
ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas
karena-Nya, dan ibadah tersebut tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah.
وَإِلهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَانُ
الرَّحِيمُ.
"Dan tuhanmu adalah Tuhan yang Esa, tidak ada sesembahan
yang benar melainkan Dia Maha Pengasih lagi Maha Penyayang." (QS. Baqarah[2]:163).
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا
لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ.
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,..”
(QS.Al-Bayinah[98]:5)
Al-ilah artinya al-ma’luh, yaitu sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan serta pengagungan.
2. Pentingnya memahami tauhid uluhiyah.
Allah ta’ala berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلا اللَّهُ.
“Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Allah.” (QS. Muhammad[47]: 19).
Ini merupakan berita dari Allah subhanahu wa
ta’ala, bahwa Dia tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia, dan bukan
sebagai pemberitaan mengenai hal tersebut agar diketahui. (Tafsir Ibnu Katsir,
QS. Muhammad[47]:19).
3. Tauhid
uluhiyah merupakan inti dakwah para nabi dan rasul.
Allah ta’ala
berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ
مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا أَنَا
فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak
mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya,
"Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian
akan Aku.” (QS. Al-Anbiya[21]:25).
وَلَقَدْ بَعَثْنَا
فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوا وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْنَ.
"Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah saja
dan jauhilah thaghut." (QS. An-Nahl[16]:36).
4. Memahami kalimat
la ilaha illallah.
Kalimat la ilaha illallah memiliki
konsekuensi yang harus di ketahui seorang muslim.
Maknanya: Adapun makna Kalimat
la ilaha illallah adalah: لاَ
مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلاَّ الله (tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah).
Seandainya kalimat لاإِله إِلاَّالله hanya
diartikan tidak ada Tuhan selain Allah, maka hal itu masih bisa disalah pahami
dengan pemahaman yang lain. Kesalahan tersebut bisa sebagai berikut:
1)
Tidak ada Tuhan selain Allah,
tidak ada Tuhan-Tuhan yang di sembah manusia dimuka bumi ini, semua tidak lain itu
adalah Tuhan.
2)
Tidak ada Tuhan selain Allah,
tidak ada yang nampak apapun di dunia ini tidak lain adalah Tuhan, dari sinilah
bermulanya keyakinan khulul (Tuhan menjadi satu atau menitis kepada makhluk).
3)
Tidak ada Tuhan selain Allah,
menolak adanya sesembahan yang banyak disembah oleh orang-orang musyrik dahulu
dan juga orang-orang sekarang, padahal kenyataannya yang dianggap sesembahan
tersebut sangat banyak, ini realita.
4)
Adapun makna yang benar
yaitu, tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah, makna ini tidak menolak
bahwa di dunia ini banyak sesembahan, hanya saja sesembahan semua itu tidak
benar, tidak memiliki hak, adapun yang hanya berhaq disembah adalah Allah semata.
Rukun لاإِله إِلاَّالله
ada dua yaitu:
1) An-nafyu : mengingkari dan meniadakan berbagai
macam bentuk sesembahan selain Allah.
2) Al-Isbat : menetapkan hanya Allah satu-satunya
sesembahan yang berhak disembah.
Syarat لا إِله إِلاَّ الله ada tujuh yaitu:
1) Berilmu.
Allah ta’ala berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ .
“Ketahuilah, bahwasanya tidak ada Ilaah (sesembahan yang haq) kecuali
Allah…” (QS. Muhammad [47]: 19).
إِلَّا مَنْ شَهِدَ
بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ.
“Akan tetapi (orang yang dapat
memberi syafa'at ialah) orang yang bersaksi dengan hak (tauhid) dan mereka
meyakini(nya).” (QS. Az-Zukhruf [43]: 86).
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا
يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ.
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar [39]: 9).
2) Yakin.
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ
وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ .
“Hanyalah orang-orang yang beriman
itu adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian tidak
ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di
jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 15)
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَمَنْ لَقِيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذَا الْحَائِطَ يَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ، فَبَشِّرْهُ بِالْجَنَّةِ.
“Barangsiapa yang engkau temui di balik penghalang
ini, yang bersyahadat laa ilaaha illallah, dan hatinya yakin terhadap hal itu,
maka berilah kabar gembira baginya berupa surga.” (HR. Muslim 31).
3) Qabul (menerima).
Allah ta’ala berfirman:
إِنَّهُمْ كَانُوا
إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ .وَيَقُولُونَ
أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ.
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan
kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak
disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri dan
mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan
sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" (QS. Ash-Shaffat
[37]: 35-36)
4) Inqiyad
(tunduk dan patuh).
Allah ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى
اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى.
“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang kokoh.” (QS. Luqman [31]: 22).
5) As-Shidq
(jujur).
Allah ta’ala berfirman:
وَمِنَ
النَّاسِ مَن يَقُولُ آمَنَّا بِاللّهِ وَبِالْيَوْمِ الآخِرِ وَمَا هُم
بِمُؤْمِنِينَ. يُخَادِعُونَ اللّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا
وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُم وَمَا يَشْعُرُونَ. فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ
مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ.
“Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami
beriman kepada Allah dan Hari Kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak
sadar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 8-10).
6) Ikhlas.
Allah ta’ala berfirman:
وَمَا
أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ.
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus.” (QS. Al-Bayyinah [98]: 5)
فَإِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ الله.
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi
siapa saja yang mengucapkan “la ilaha illallah”, dengan berharap wajah Allah
dari ucapannya tersebut.”(HR Bukhari 425, Muslim 33).
7) Cinta.
Allah ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا
يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ.
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada
Allah.” (QS. Al Baqarah [2]:165).
5. Hendaknya berdakwah mengikuti Sunnah, dari
yang terpenting baru yang penting.
Tidak boleh berdakwah dengan mengikuti selera
masing-masing, seperti berdakwah sambil bernyanyi, bersandiwara, mengunakan
perwayangan dan lain-lain.
Allah ta’ala berfirman:
ادْعُ
إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ.
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik..”
(QS. An-Nahl[16]: 125).
Hendaknya memulai dakwah dari yang terpenting
baru yang penting.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
kepada Mu’ad ketika diutus ke Yaman:
إِنَّكَ تَقْدَمُ
عَلَى قَوْمٍ أَهْلِ كِتَابٍ، فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ
عِبَادَةُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَإِذَا عَرَفُوا اللهَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ
اللهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ، فَإِذَا
فَعَلُوا، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً تُؤْخَذُ
مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ
"Engkau akan mendatangi Ahlul Kitab, maka hendaklah pertama
kali kamu serukan kepada mereka agar menyembah Allah ‘azza wa jalla, apa bila
mereka telah mengenal Allah, beritahukan kepada mereka bahwasanya Allah
mewajibkan kepada mereka shalat sehari semalam lima kali, apa bila mereka telah
melakukan, beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka zakat,
yang diambil dari orang kaya dan diberikan kepada orang iskin." (HR. Bukhari 1458, 7372, Muslim 19).
Hendaknya setiap muslim memahami kalimat la ilaha
illallah dengan benar dan berdakwah mengukti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.”
Demikianlah semoga bermanfaat. Aamiin.
-----000-----
Sragen 07-10-2024
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar