Minggu, 02 November 2025

HIJRAH NABI

 


HIJRAH NABI

Mencintai dan mengikuti nabi adalah kewajiban dan ibadah yang agung di dalam agama ini, Allah ta’ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ .

“Katakanlah, jika kalian memang mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah cinta kepada kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian”. (Qs Ali Imran[3]: 31).

اَلنَّبِيُّ اَوْلٰى بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ اَنْفُسِهِمْ.

“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri..” (QS. Al-Ahzab[33]:6).

Anas raḍhiyallahu 'anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ.

"Tidak sempurna iman salah seorang kalian hingga dia menjadikan aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia." (HR. Bukhari 15, Muslim 44).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ.

“Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman, menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka." (HR. Bukhari 16, Muslim 43).

Salah satu untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu mempelajari sejarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hijrah nabi merupakan sejarah yang besar di mana islam nantinya akan mengalami perkembangan yang pesat dan menjadikan kekuatan besar setelah sekian lama mengalami penindasan di Makkah.

Adapun tahapannya secara ringkas sebagai berikut:

1.   TAHAPAN-TAHAPAN SEBELUM BERHIJRAH.

Setelah tiga belas tahun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah kepada orang-orang Quraisy namun mereka menolak dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan mereka menyiksa para sahabat dan juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hingga datanglah rambongan haji dari Yastsrib dan Rasulullah mendakwahi mereka sedang mereka sudah mendengar desas-desus akan datangnya seorang nabi yang diutus oleh Allah ta’ala dari orang-orang Yahudi, oleh karena itu mereka segera beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari enam orang penduduk Yatsrib yang telah masuk Islam pada musim haji tahun 11 kenabian dan berjanji kepada Rasulullah untuk menyampaikan risalah beliau kepada kaum mereka.

Bai’at Aqabah pertama

Pada tahun 12 kenabian, tepatnya bulan Juli tahun 621 M datanglah 12 orang laki-laki,  mereka adalah:

1)   Asad bin Zurarah - dari suku Khazraj

2)   Auf bin Haris bin Rifa‘ah - dari suku Khazraj, dikenal juga sebagai Auf bin Afra

3)   Rafi bin Malik bin al-Ajlan -dari suku Khazraj

4)   Qutbah bin Amir bin Hadidah - dari suku Khazraj

5)   Uqbah bin Amir bin Naabi - dari suku Khazraj

6)   Jabir bin Abdullah bin Riab - dari suku Khazraj

7)   Yazid bin Tsalabah bin Khathmah - dari suku Khazraj

8)   Abbas bin Ubadah bin Nadhlah - dari suku Khazraj

9)   Abul Haitsam bin At-Tayhan - dari suku Aus

10)                    Uwaim bin Sa’idah - dari suku Aus

11)                    Harits bin Afrah -dari suku Khazraj

12)                    Sa’ad bin Rabi - dari suku Khazraj

Kemudian Raulullallah mengutus Mus’ab bin Umair sebagai duta ke Madinah.

Bai’at Aqabah kedua, bai’tul kubra

Pada musim haji tahun ke-13 kenabian (bulan Juni tahun 622 M), datanglah sebanyak lebih dari 70 orang kaum Muslimin ada yang menyebut bai’at kedua terdiri dari 73 laki-laki dan 2 orang wanita.

2.   SIDANG DARUN NADWAH .

Begitu kaum musyrikin melihat betapa para sahabat Rasulullah telah berkemas-kemas untuk berhijrah dengan membawa dan menggiring anak keturunan serta harta mereka menuju perkampungan kaum Aus dan Khazraj, maka terjadilah kegemparan di kalangan mereka yang menimbulkan ketidakstabilan dan kesedihan yang mendalam. Perasaan cemas yang selama ini belum pernah mereka alami, kini menghantui mereka.

Maka, pada hari Kamis, tanggal 26 Shafar tahun 14 kenabian, bertepatan dengan bulan september 622 M' yakni setelah lebih kurang dua bulan setengah dari berlangsungnya Bai'at Kubra, parlemen Mekkah 'Darun Nadwah' mengadakan pertemuan yang paling kritis dalam sejarahnya, tepatnya pada pagi hari. Pertemuan ini dihadiri oleh semua perwakilan kabilah-kabilah Quraisy untuk menghentikan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sehingga eksistensinya berakhir untuk selama-lamanya.

Di antara orang-orang yang mewakili kabilah-kabilah Quraisy yang hadir dalam pertemuan yang amat kritis itu adalah:

1. Abu Jahal bin Hisyam, mewakili kabilah Bani Makhzum.

2. Jubair bin Muth'im,

3. Thu'aimah bin 'Adiy,

4. Al-Harits bin 'Amir (ketiganya mewakili Bani Naufal bin 'Abdi Manaf)

5. Syaibah bin Rabi'ah,

6. 'Utbah bin Rabi'ah,

7. Abu Sufyan bin Harb (ketiganya mewakili Bani 'Abd Syams bin 'Abdi Manaf)

8. An-Nadhar bin al-Harits, mewakili Bani 'Abd ad-Dar

9. Abul Bukhturiy bin Hisyam,

10. Zam'ah bin al-Aswad,

11. Hakim bin Hizam (ketiganya mewakili Bani Asad bin 'Abd al-'Uzza)

12. Nabih bin al-Hajjaj,

13. Munabbih bin al-Hajjaj (keduanya mewakili Bani Sahm)

14. Umayyah bin Khalaf, mewakili Bani Jumah.

Iblis menjelma menjadi orang tua dari Nejd.

Tatkala mereka telah berdatangan menuju Darun Nadwah sesuai janji yang telah ditentukan, datanglah Iblis menghadang mereka dalam wujud seorang tua yang berwibawa dan mengenakan pakaian yang tebal. Dia berdiri di depan pintu. Para hadirin itupun menegurnya, "Siapa gerakan bapak tua?."

Dia menjawab, "Orang tua dari daerah Najd yang telah mendengar perihal tujuan pertemuan kalian. Dia hadir bersama kalian untuk mendengar apa yang akan kalian katakan, barangkali saja pendapat dan nasehatnya berguna bagi kalian."

Mereka berkata, "Baiklah, silahkan masuk!."

Lalu dia pun masuk bersama mereka.

Keputusan Keji Untuk Membunuh Nabi

Setelah pertemuan dilangsungkan, maka mulailah diajukan beberapa usulan dan solusi serta terjadilah perdebatan yang panjang.

Usulan pertama Abul Aswad berkata, "Kita usir dia dari tengah-tengah kita dan kita asingkan dari negeri ini. Kita tidak akan ambil peduli, kemana dia pergi dan apa yang kiranya terjadi terhadap dirinya. Dengan demikian, kita telah memperbaiki urusan kita dan mengembalikannya seperti sediakala."

Iblis yang menjelma menjadi orang tua dari Najd menimpali, "Demi Allah, tidak demikian. Ini bukanlah pendapat yang tepat. Bukankah kalian sudah mengetahui betapa indah gaya bicaranya, manis ucapannya dan betapa kemampuannya menguasai hati manusia dengan ajaran yang dibawanya? Demi Allah, andaikata kalian lakukan seperti yang diusulkan tadi, niscaya kalian tidak akan dapat merasa aman bilamana dia singgah di suatu perkampungan bangsa Arab, lantas membawa penduduknya kepada kalian setelah mereka tunduk terhadapnya dan menyerahkan mereka untuk menginiak-injak kalian di negeri kalian sendiri, untuk kemudian memperlakukan kalian sesuka hatinya. Cobalah cari pendapat selain ini."

Usulan kedua Abul Bukhturiy berkata, "Kurung dia di dalam kerangkeng besi, kunci pintunya lalu kalian tunggu apa yang akan dialaminya sebagaimana yang terjadi pada para penyair sebelumnya seperti Zuhair dan an-Nabighah serta orang-orang dulu selain mereka yang mati dengan cara ini, sehingga dia juga bisa merasakan apa yang pernah dirasakan oleh mereka itu."

Si orang tua dari Najd mengomentari, "Demi Allah, tidak juga

demikian Ini bukanlah pendapat yang bagus. Demi Allah, andaikata kalian kurung dia sebagaimana yang kalian katakan, niscaya masalahnya akan mampu keluar dari balik jeruji yang kalian kunci ini dan sampai kepada para sahabatnya. Sungguh, mereka pasti akan menyerang kalian, lantas merebutnya dari tangan kalian kemudian datang sgera beramai-ramai kepada kalian hinga mengalahkan kalian dan mengambil alih kekuasaan kalian. Karena itu, ini bukanlah ide yang tepat, coba pikirkan yang lainnya."

Usulan ketiga usulan keji yang kemudian disepakati oleh semua anggota. Usulan ini dilontarkan oleh oleh orang yang paling jahat, Abu Jahal bin Hisyam. Dia berkata, "Demi Allah, aku memiliki ide yang aku kira belum terpikirkan oleh kalian."

Mereka bertanya-tanya kepadanya, "Apa gerangan idemu itu, wahai Abul Hakam!."

"Aku berpendapat bahwa kita harus memilih dari setiap kabilah seorang pemuda yang gagah dan bernasab baik sebagai perantara kita, kemudian kita berikan kepada masing-masing mereka pedang yang tajam, lalu mereka arahkan kepadanya, menebasnya secara serentak seakan tebasan satu orang untuk kemudian membunuhnya. Dengan begitu, kita bisa terbebas dari ancamannya. Sebab, bila mereka melakukan hal itu, berarti darahnya telah ditumpahkan oleh semua kabilah sehingga Bani 'Abdi Manaf tidak akan mampu memerangi semua kabilah. Hasilnya, mereka terpaksa harus rela menerima ganti rugi dari kita, dan kita pun membayarkan ganti rugi atas kematiannya kepada mereka."

Si orang tua dari Najd tersebut menimpali lagi, "Pendapat yang tepat adalah pendapat orang ini. Inilah pendapat yang saya kira tidak ada lagi yang lebih tepat darinya."

Akhirnya parlemen Mekkah pun menyetujui pendapat yang keji ini dan bertekad bulat untuk melaksanakan keputusan tersebut."

3.   NABI BERHIJRAH KEMADINAH

Tatkala keputusan keji untuk membunuh Nabi telah diambil, turunlah malaikat Jibril membawa wahyu Rabb-nya, memberitahukan kepada beliau perihal persekongkolan kaum Quraisy tersebut dan izin Allah kepada beliau untuk pergi (berhijrah) meninggalkan Mekkah. Kemudian Jibril menentukan momen hijrah tersebut seraya berkata, "Malam ini, kamu jangan berbaring di tempat tidur yang biasanya."

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju ke kediaman Abu Bakar di tengah terik matahari untuk bersama-sama menyepakati tahapan hijrah. 'Aisyah berkata, "Ketika kami sedang duduk-duduk di kediaman Abu Bakar pada siang hari panas terik, tiba-tiba ada seseorang berkata kepadanya, "Ini Rasulullah datang dengan menutup wajahnya dengan kain di waktu yang tidak biasa beliau mendatangi kita."

Abu Bakar berkata, "Ayah dan ibuku sebagai tebusan untuk-nya!, demi Allah! Beliau tidak datang di waktu-waktu seperti ini kecuali karena ada hal (penting)."

'Aisyah melanjutkan, "Lalu Rasulullah datang dan meminta izin masuk, lantas diizinkan dan beliaupun masuk. Kemudian Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, "Keluarkan orang-orang yang berada di sisimu!."

Abu Bakar menjawab, "Mereka tidak lain adalah keluargamu, wahai Rasulullah!." Beliau berkata lagi, "Sesungguhnya aku telah diizinkan untuk pergi (berhijrah)." Abu Bakar berkata, "Engkau minta aku menemanimu, wahai Rasulullah?."

Beliau menjawab, "Ya." Saking bahagianya Abu Bakar menangis.

Dan setelah disepakati rencana hijrah tersebut, Rasulullah pulang ke rumahnya menunggu datangnya malam.

4.   BLOKADE TERHADAP KEDIAMAN RASULULLAH

Orang-orang Quraisy menggunakan waktu siang mereka untuk mempersiapkan diri guna melaksanakan rencana yang telah digariskan berdasarkan kesepakatan Parlemen Mekkah "Darun Nadwah" pada pagi harinya.

Untuk esksekusi tersebut, dipilihlah sebelas orang pemuka mereka, yaitu:

1. Abu Jahal bin Hisyam

2. Al-Hakam bin Abil 'Ash

3. 'Uqbah bin Abi Mu'ith

4. An-Nadhar bin al-Harits

5. Umayyah bin Khalaf

6. Zam'ah bin al-Aswad

7. Tha'imah bin 'Adiy

8. Abu Lahab

9. Ubay bin Khalaf

10. Nabih bin al-Hajjaj

11. Dan Munabbih bin al-Hajjaj, saudaranya'

Ibnu Ishaq berkata, "Tatkala malam telah gelap, mereka pun berkumpul di depan pintu rumah beliau untuk mengintai kapan beliau bangun sehingga dapat menyergapnya."

Kebiasaan yang selalu dilakukan Rasulullah adalah tidur di permulaan malam dan keluar menuju Masjid al-Haram setelah pertengahan atau dua pertiganya untuk shalat di sana.

Mereka percaya dan yakin benar bahwa persekongkolan keji kali ini akan membuahkan hasil. Hal ini membuat Abu Jahal berdiri tegak dengan penuh keangkuhan dan kesombongan. Dia berkata kepada para rekannya yang ikut memblokade dengan nada mengejek dan merendahkan, "Sesungguhnya Muhammad mengklaim bahwa jika kalian mengikuti ajarannya, niscaya kalian akan dapat menjadi raja bangsa Arab dan asing sekaligus. Kemudian kelak kalian akan dibangkitkan setelah mati, lalu diciptakan bagi kalian surga-surga seperti suasana kebun-kebun di negeri al-Urdun (Yordania). Jika kalian tidak mau melakukannya, maka dia akan menyembelih kalian, kemudian kalian dibangkitkan setelah mati, lalu dijadikan bagi kalian neraka yang akan membalas kalian."

Waktu pelaksanaan persekongkolan tersebut adalah setelah pertengahan malam saat beliau biasa keluar dari rumah. Mereka melewati malam tersebut dengan penuh kewaspadaan seraya menunggu pukul 00.00.

Akan tetapi, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, di tangan-Nya lah urusan langit dan bumi.

Allah ta’ala berfirman:

وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ.

“Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfal [8]:30).

إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ كَيْدًا . وَأَكِيدُ كَيْدًا.

“Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Akupun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya.” (QS. Ath-Thariq[86]:15-16).

 

5.   RASULULLAH MENINGGALKAN RUMAHNYA

Sekalipun persiapan yang dilakukan orang-orang Quraisy untuk melaksanakan rencana keji tersebut sedemikian rapinya, namun mereka tetap mengalami kegagalan total. Pada malam itu, Rasulullah berkata kepada 'Ali bin Abi Thalib, agar mengembalikan barang titipan, kemudian berkata: "Tidurlah di tempat tidurku, berselimutlah dengan burdah hijau yang berasal dari Hadhramaut, milikku ini. Gunakanlah untuk tidurmu, niscaya tidak akan ada sesuatupun dari perbuatan mereka yang tidak engkau suka akan menimpamu."

Bila tidur, biasanya Rasulullah selalu memakai burdah-nya tersebut. Malam itu, Ali bin Abi Thalib tidur di atas ranjang dan kediaman Rasulullah.

Sementara Rasulullah telah berhasil keluar dan menembus barisan-barisan mereka. Beliau memungut segenggam tanah dari al-Bathha, lalu menaburkannya di atas kepala mereka. Ketika itu, Allah telah mencabut pandangan mereka sementara, sehingga tidak dapat melihat beliau. Sedangkan beliau membaca firman Allah ta’ala:

وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ.

"Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat." (QS. Yasin[36]: 9).

Tidak ada seorang pun yang terlewatkan. Semuanya beliau taburi tanah kepalanya. Lantas beliau berlalu menuju kediaman Abu Bakar, kemudian keduanya keluar melalui pintu kecil di belakang rumah Abu Bakar pada malam hari hingga sampai ke Gua Tsur yang (terletak di jalan) menuju ke arah ke Yaman.

Para pemblokade tetap menunggu hingga tiba pukul 00.00 dan menjelang tiba waktu tersebut, tanda-tanda kesia-siaan dan kegagalan sudah nampak bagi mereka. Seorang laki-laki yang tidak ikut-serta dalam pemblokadean tersebut datang dan melihat mereka sedang berada di pintu rumah beliau. Lalu dia menanyai mereka, "Apa gerangan yang kalian tunggu?."

Mereka menjawab, "Muhammad."

Dia berkata, "Sungguh telah sia-sia dan merugilah kalian. Demi Allah, dia telah melewati kalian dan menaburkan tanah di atas kepala-kepala kalian, lalu pergi menyelesaikan urusannya."

Mereka berkata, "Demi Allah, kami tidak melihatnya!." Sambil mengibas-ngibaskan tanah yang menempel di kepala-kepala mereka.

Akan tetapi mereka (penasaran dan) mengintip dari celah pintu lalu melihat 'Ali. Mereka berkata, "Demi Allah, sesungguhnya ini adalah Muhammad yang sedang tidur dan masih memakai burdah-nya."

Mereka pun masih tetap menunggu hingga pagi menjelang. Kemudian 'Ali bangun dari tempat tidur. Melihat hal ini, mereka langsung menangkap Ali lalu menanyainya perihal Rasulullah Dia menjawab, "Aku tidak mengetahui tentangnya."

6.   PERJALANAN DARI RUMAH MENUJU GUA

Rasulullah meninggalkan rumah beliau pada malam tanggal 27 shafar tahun 14 kenabian, bertepatan dengan tanggal 12/13 september tahun 622 M. Lalu menuju kediaman Abu Bakar rekan setianya, dan orang yang paling beliau percaya untuk menemaninya di perjalanan dan untuk menjaga hartanya-. Kemudian keduanya meninggalkan rumah Abu Bakar tersebut dengan melewati pintu belakang lantas bersama-sama meninggalkan Mekkah secepatnya sebelum fajar menyingsing.

Bulan shafar ini masuk pada tahun 14 dari kenabian bila kita menganggap bahwa permulaan tahun-tahunnya terhitung dari bulan Muharram.

Nabi telah mengetahui bahwa orang-orang Quraisy akan berupaya keras untuk mengejarnya dan jalan yang pertama kali akan disisir oleh mereka adalah jalan utama kota Madinah yang menuju ke arah utara. Oleh karena itu, beliau memilih jalan yang berlawanan arah sama sekali, yaitu jalan yang terletak di selatan Mekkah, yang menuju ke arah Yaman. Beliau menempuh jalan ini sepanjang 5 mil, hingga akhirnya sampai ke sebuah bukit yang dikenal dengan bukit Tsur. Ia adalah bukit yang tinggi, jalannya terjal, sulit didaki dan banyak bebatuan. Kondisi ini membuat kaki Rasulullah lecet (karena tanpa alas). Ada riwayat yang menyebutkan, bahkan ketika berjalan di jalur tersebut, beliau bertumpu pada ujung-ujung kakinya agar jejak langkahnya tidak tampak, karenanya kedua kaki beliau menjadi lecet. Apapun kondisinya, beliau kemudian harus digendong oleh Abu Bakar ketika mencapai bukit. Dan, Abu Bakar mulai memeganginya dengan kencang hingga akhirnya sampai ke sebuah gua di puncak bukit yang di kemudian hari dikenal oleh sejarah dengan nama Gua Tsur.

7.   BERADA DI DALAM GUA

Begitu tiba di gua, Abu Bakar berkata, "Demi Allah, engkau jangan masuk dulu sebelum aku masuk jika ada sesuatu di dalamnya, maka biarlah hanya aku yang mengalaminya. Kemudian dia masuk untuk menyapunya. Dan didapatinya disisi gua tersebut ada beberapa lubang, maka diapun menyobek kainnya dan menyumbatnya tetapi masih tinggal dua lubang lagi, lantas ditutupnya dengan kedua kakinya. Kemudian dia berkata kepada Rasulullah, “Masuklah." Rasulullah pun masuk dan merebahkan kepalanya di pangkuannya lalu tertidur. Sementara kaki Abu Bakar yang dipergunakan untuk menyumbat lubang disengat (binatang berbisa) namun dia tidak bergeming sedikit pun karena khawatir membangunkan Rasulullah. Kondisi ini membuat air matanya menetes hingga membasahi wajah Rasulullah . Lalu beliau berkata kepadanya, "Ada apa denganmu, wahai Abu Bakar?."

"Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah! Aku telah disengat ", jawabnya.

Lantas Rasulullah meludah kecil ke arah bekas sengatan tersebut sehingga apa yang dirasakannya hilang sama sekali.

Keduanya tinggal di dalam gua tersebut selama tiga malam, malam Jum'at, malam sabtu dan malam Ahad. Sementara pada malam-malam itu, 'Abdullah, putra Abu Bakar mendampingi mereka berdua pada malam hari.

'Aisyah bertutur, "Dia (Abdullah) adalah seorang anak yang sudah menginjak usia baligh, cerdas dan cepat paham. Dia berjalan meninggalkan keduanya menjelang waktu shubuh sehingga pagi harinya bisa berada di Mekkah bersama orang-orang Qurasiy seakan malam harinya dia menginap di Mekkah. Semua perintah yang diintruksikan keduanya kepadanya dapat dicernanya dengan baik. Lantas dia membawa berita tentang hal itu kepada mereka berdua ketika hari mulai gelap. Sementara 'Amir bin Fuhairah, budak Abu Bakar menggembalakan kambing perah untuk keduanya, dan mengistirahatkannya untuk sesaat di malam hari sehingga keduanya dapat meminum dari perahan susu kambing tersebut, kemudian ketika tiba waktu Shubuh 'Amir bin Fuhairah menyeru kambing-kambing gembalanya (untuk pergi). Dia melakukan hal itu selama tiga malam tersebut.

Setelah 'Abdullah bin Abu Bakar pulang ke Mekkah, 'Amir bin Fuhairah selalu menggiring kambingnya mengikuti jejaknya agar terhapus.

 

Sementara orang-orang Quraisy semakin marah manakala mengetahui secara pasti pada pagi harinya bahwa Rasulullah lolos dari eksekusi persekongkolan yang mereka rencanakan. Tindakan pertama yang mereka lakukan adalah memukuli 'Ali, menyeretnya ke Ka'bah dan mengurungnya untuk sesaat dengan harapan mendapatkan informasi tentang perihal keduanya.

Manakala tindakan mereka terhadap 'Ali tidak membuahkan hasil, mereka menyatroni rumah Abu Bakar lalu mengetuk pintunya. Ketika itu, Asma binti Abu Bakar keluar menemui mereka, lantas mereka berkata kepadanya,

"Mana ayahmu?."

"Demi Allah, aku tidak tahu, kemana ayahku." Jawabnya.

Maka Abu Jahal yang terkenal dengan perangainya yang buruk tersebut menampar pipi Asma dengan sebuah tamparan yang menyebabkan anting-antingnya jatuh.

Di dalam sidang darurat, orang-orang Quraisy memutuskan untuk menggunakan berbagai sarana guna menangkap kedua orang tersebut. Mereka menjadikan semua jalur menuju kota Mekkah dari semua penjuru di bawah pengawasan pasukan bersenjata yang superketat. Selain itu, mereka juga memutuskan untuk memberikan hadiah besar senilai 100 ekor onta sebagai imbalan bagi siapa saja yang dapat membawa kedua orang tersebut ke hadapan orang-orang Quraisy, apapun kondisinya; hidup ataupun mati.

Ketika itulah, para pasukan berkuda, pejalan kaki dan pelacak jejak dengan penuh semangat melakukan pencarian dan menyebar sampai ke lereng-lereng perbukitan, lembah, dataran rendah dan tinggi namun hal itu tidak membuahkan hasil dan manfa'at.

Para pelacak tersebut telah sampai pula ke mulut gua akan tetapi Allah Maha kuasa atas urusan-Nya.

Imam al-Bukhariy meriwayatkan dari Anas dari Abu Bakar, dia berkata, "Aku berada di sisi Nabi di gua (Tshur), lalu saat aku menengadahkan kepalaku, aku dapati kaki-kaki mereka tepat di atas-(ku). Lantas aku berkata, 'Wahai Rasulullah! Andaikata salah seorang dari mereka menoleh ke bawah pasti dia dapat melihat kita.

Beliau berkata, "Diamlah, wahai Abu Bakar! Kita (memang) berdua tapi Allah-lah pihak ketiganya."

Di dalam versi riwayat yang lain, "Apa yang kau kira (akan terjadi) sedangkan Yang ketiganya adalah Allah?"

Allah ta’ala berfirman:

اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا.

“Jika kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad), sungguh Allah telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedangkan dia salah satu dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua, ketika dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita..” (QS. At-Taubah[9]:40).

Kejadian tersebut merupakan mukjizat yang dianugerahkan Allah kepada nabi-Nya untuk memuliakannya. Para pelacak tersebut akhirnya pergi padahal hanya beberapa langkah lagi mereka mencapai diri beliau.

8.   PERJALANAN MENUJU MADINAH

Manakala semangat untuk melakukan pencarian sudah mulai mengendur dan mobilitas patroli pemeriksaan sudah dihentikan serta gejolak emosi kaum Quraisy sudah mulai reda setelah secara kontinyu dan serius pelacakan dilakukan selama tiga hari tanpa hasil, Rasulullah dan sahabat setianya tersebutpun keluar menuju Madinah.

 

Sebelumnya, mereka berdua telah menyewa 'Abdullah bin Uraiqith al-Laytsiy, yang merupakan penunjuk jalan berpengalaman di dalam menelusuri jalan. Dia ketika itu masih menganut agama kaum Kafir Quraisy namun keduanya menaruh kepercayaan kepadanya dan menyerahkan kedua onta mereka kepadanya. Setelah itu, mereka berdua membuat perjanjian dengannya untuk bertemu di gua Tsur setelah tiga malam dengan membawa kedua onta tersebut. Maka, tatkala malam senin, awal bulan Rabi'ul Awwal tahun 1 H atau bertepatan dengan 16 september tahun 622 M, Abdullah bin Uraiqith menemui keduanya dengan membawa kedua onta itu. Ketika itu, Abu Bakar berkata kepada Nabi, "Wahai Rasulullah, gunakanlah salah satu dari dua ontaku ini." Dia menyerahkan kepada beliau yang terbaik dari keduanya. Lalu Rasulullah berkata kepadanya, "(Aku bayar) sesuai harga."

Asma binti Abu Bakar mendatangi keduanya dengan membawa bekal makanan namun lupa mengikatnya dengan tali. Tatkala keduanya bersiap untuk berangkat, dia pergi untuk mengikatkan bekal makanan tersebut (pada pelana onta, penj) namun ternyata tidak ada tali pengikatnya, lalu dia menyobek ikat pinggangnya menjadi dua bagian, satu bagian dia ikatkan ke bekal makanan tersebut dan yang satu lagi untuk dipakainya. Ketika itulah dia kemudian dijuluki Dzatun Nithaqain (pemilik dua ikat pinggang).

Kemudian Rasulullah dan Abu Bakar berangkat, ikut serta juga bersama mereka 'Amir bin Fuhairah. Mereka semua dibimbing oleh 'Abdullah bin Uraiqith dengan menempuh jalur pantai (pesisir).

 

Begitu keluar dari gua, jalur pertama yang dilaluinya untuk membimbing mereka adalah arah selatan menuju Yaman, kemudian ke arah Barat menuju pesisir. Lalu setelah tembus ke jalan yang tidak pernah dilalui orang, dia menuju arah utara, dekat pinggir pantai Laut Merah. Dia telah mengambil jalur yang sangat jarang ditempuh orang.

Pengejaran Suraqah bin Malik.

Suraqah bertutur, "Tatkala aku sedang duduk-duduk di majlis kaumku, Bani Mudlij, datanglah seorang laki-laki dari mereka hingga berdiri di hadapan kami yang sedang duduk-duduk seraya berkata, Wahai Suraqah! Baru saja aku melihat para musuh di pesisir. Aku kira mereka itu Muhammad dan para sahabatnya. Lalu tahulah aku bahwa memang mereka orangnya. Lantas aku berkata kepadanya, 'Sesungguhnya yang kamu lihat bukan mereka akan tetapi kamu melihat si fulan dan si fulan yang berangkat di depan mata kita." Kemudian aku berdiam di majlis sesaat, lalu berdiri dan masuk lagi. Lantas aku menyuruh budak wanitaku agar mengeluarkan kudaku yang berada di belakang bukit, lalu dia menahannya untukku. Selanjutnya Aku mengambil tombakku lantas keluar melalui bagian belakang rumah, aku membuat garis di tanah dengan kepala tombakku, dan menurunkan bagian atasnya hingga aku menghampiri kudaku lantas menunggangnya. (Pendapat yang dominan, bahwa Suraqah mengejar mereka pada hari ketiga darı semenjak mereka berdua melakukan perjalanan).

Aku mengendalikannya agar membawaku lebih dekat hingga aku mendekat dari mereka namun kudaku terjungkal sehingga aku terjatuh darinya, lalu aku berdiri, sementara tanganku meraih busur lalu aku mengeluarkan anak-anak panah lantas mengundinya; apakah aku harus mencelakai mereka atau tidak?. Namun undian yang keluar justeru yang tidak aku sukai, lantas aku menunggangi kudaku dan tidak mempedulikan perihal hasil undian yang keluar tadi, kudaku membawaku mendekat hingga bilamana aku mendengar bacaan Rasulullah sementara beliau dalam kondisi tidak menoleh, sedang Abu Bakar banyak menoleh, tiba-tiba terperosoklah kedua lengan kudaku ke dalam tanah sampai sebatas lutut hingga membuatku terjatuh darinya, kemudian aku menderanya, lalu iapun bangkit lagi, namun kedua lengannya itu hampir tidak dapat dikeluarkan. Tatkala ia sudah berdiri tegak, tiba-tiba bekas kedua lengannya tadi menimbulkan debu yang mengepul di atas seperti asap, lantas aku mengundi dengan anak-anak panah lagi, namun sekali lagi yang keluar adalah justeru yang aku benci, lantas aku berteriak memanggil mereka bahwa mereka aman. Mereka pun menghentikan langkah, lalu aku menunggangi kudaku hingga menemui mereka. Ketika aku bertemu dan mengingat apa yang baru saja aku alami saat tertahan dari menjamah mereka, terbersitlah di dalam diriku bahwa apa yang dibawa Rasulullah ini akan mendapatkan kemenangan. Lalu aku berkata kepadanya, "Sesungguhnya kaummu telah menyediakan hadiah 100 ekor onta bagi yang dapat menangkapmu. Aku juga memberitahukan kepada mereka perihal apa yang akan dilakukan orang-orang terhadap mereka. Lantas aku menawarkan mereka perbekalan dan barang, namun beliau tidak menerima tawaranku dan tidak meminta apapun kecuali hanya berkata, 'Rahasiakanlah keberadaan kami! Lalu aku memintanya agar menuliskan jaminan perlindungan untukku, maka beliau memerintahkan 'Amir bin Fuhairah untuk menuliskannya, lalu dia menulisnya untukku pada sepotong kulit. Kemudian Rasulullah pun pergi berlalu."

Dalam riwayat yang lain dari Abu Bakar, dia berkata, "Kami berangkat sementara orang-orang Quraisy mengejar kami namun tidak seorang pun yang berhasil menemui kami selain Suraqah bin Malik bin Ju'syum yang menunggangi kudanya. Lalu aku berkata, 'Pelacakan ini telah mencapai kita, wahai Rasulullah!.' Lantas beliau membaca firman Allah,

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا.

“Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah[9]: 40).

Suraqah kemudian pulang dan mendapatkan orang-orang masih melakukan pencarian. Lalu dia berujar, "Aku telah mewakili kalian menyisir habis tempat ini." Dalam hal ini, di pagi hari dia sebelumnya sebagai orang yang gigih mencari (mengejar) keduanya namun di sore hari justeru menjadi pelindung bagi keduanya.

Melewati kemah umu Ma’bad.

Dalam perjalanannya tersebut, beliau melewati kemah Ummu Ma'bad al-Khuza'iyyah. Dia seorang wanita yang cerdas dan pekerja ulet, sudah terbiasa hidup di halaman kemahnya, kemudian memberi makan dan minum pelalu lalang di sana. Lantas mereka berdua bertanya kepadanya apakah dia memiliki sesuatu?.

Dia menjawab, "Demi Allah, andaikata kami memiliki sesuatu niscaya kami tidak akan kikir menjamu kalian. Kambing-kambing kami digembalakan di tempat yang jauh." Ketika itu merupakan tahun paceklik.

Rasulullah memandang ke arah seekor domba yang ada di samping kemah, seraya bertanya, "Bagaimana kondisi domba ini, wahai Ummu Ma bad?."

Dia menjawab, "Ia adalah domba yang tak mampu lagi mencari makan."

Beliau bertanya, "Apakah ia masih memiliki air susu?."

Dia menjawab, "Bahkan kondisinya lebih parah lagi."

Beliau berkata, "Apakah kamu mengizinkanku untuk memerah susunya?."

"Silahkan. Bila engkau melihat ia memang memiliki air susu, maka perahlah."

Lalu Rasulullah memerah putingnya dengan tangannya, membaca Bismillah dan berdoa. Maka mengembanglah putingnya dan mengalirlah air susunya dengan banyak. Lalu beliau mengambil bejana milik Ummu Ma'bad yang cukup untuk membuat kenyang sejumlah orang. Beliau memerah ke dalamnya hingga domba itu mengoak kencang, lalu beliau memberinya minum (dari susu tersebut) dan minumlah ia hingga kenyang, kemudian beliau memberi minum para sahabatnya hingga mereka pun kenyang, kemudian barulah beliau minum. Setelah itu, beliau memerahnya lagi hingga bejanapun penuh, kemudian dia meninggalkannya untuk Ummu Ma'bad dan mereka pun berangkat.

Tak berapa lama datanglah suaminya, Abu Ma'bad, menggi-ring kambing-kambing yang kurus kering. Tatkala melihat ada air susu, dia terheran-heran seraya bertanya, "Dari mana engkau dapatkan ini? Padahal domba-domba digembalakan ditempat yang jauh dan di rumah tidak ada susu?."

Sang istri menjawab, "Demi Allah, tidak demikian. Hanya saja beberapa saat yang lalu seorang laki-laki yang diberkahi melewati perkemahan kita. Kisahnya adalah begitu dan begini, kondisinya begini dan begitu."

Suaminya berkata, "Demi Allah, sesungguhnya aku berpendapat dia adalah orang yang dicari-cari oleh orang-orang Quraisy. Tolong kamu sebutkan ciri-cirinya kepadaku, wahai Ummu Ma'bad!."

Lalu dia menyebutkan ciri-cirinya yang menawan hati dengan ketenangan yang mempesona seakan orang yang mendengarnya melihatnya langsung di hadapannya. Dalam hal ini, kami akan memaparkan penjelasan mengenai ciri-ciri fisik beliau pada halaman-halaman akhir buku ini.

Lalu Abu Ma'bad berkata, "Demi Allah, Dialah orang yang urusannya disebut-sebut oleh orang-orang Quraisy. Sungguh aku ingin sekali menemaninya dan pasti aku akan melakukan hal itu bila ada kesempatan." Pagi harinya penduduk Mekkah mendengar suara lantang sementara mereka tidak dapat melihat pengucapnya,

"Semoga Allah, Rabb 'Arasy memberikan sebaik-baik balasan Dua sejawat yang telah singgah di kemah Ummu Ma'bad

Keduanya mampir membawa dan berangkat dengan kebajikan Sungguh beruntunglah orang yang menjadi pendamping Muhammad

Wahai (anak cucu) Qushai, tidaklah Allah palingkan dari kalian Prilaku baik dan kehormatan diri yang tiada tertandingi

Untuk menghinakan Bani Ka'b menggantikan pemudi mereka Posisinya mendapat perhatian oleh kaum Mukminin

Tanyakan pada saudari kalian perihal domba dan bejananya Sungguh jika kalian tanyakan domba, maka ia akan bersaksi."

Asma' berkata, "Kami tidak mengetahui kemana Rasulullah pergi, namun tiba-tiba laki-laki dari bangsa Jin menyongsong dari arah bawah Mekkah, lalu melantunkan untaian bait-bait ini, sementara orang-orang mengikutinya dan mendengarnya namun tidak dapat melihatnya hingga kemudian dia pergi dari arah atas mekkah."

Dia melanjutkan, "Tatkala kami mendengar ucapannya, tahulah kami kemana Rasulullah pergi, yaitu ke arah Madinah."

Di dalam perjalanan, Nabi bertemu dengan Buraidah bin al-Hashib al-Aslamiy yang membawa serta bersamanya 80 keluarga. Dia menyatakan keislamannya bersama mereka. Rasulullah melakukan shalat 'Isya, lalu mereka bermakmum dengan beliau. Buraidah tinggal menetap di kampung halamannya hingga seusai perang Uhud, barulah mendatangi Rasulullah .

Dari 'Abdullah bin Buraidah bahwasanya Nabi selalu optimis dan tidak pernah merasa sial karena satu hal tertentu. Suatu ketika Buraidah berangkat bersama 70 orang penunggang kuda dari sukunya, Bani Sahm. Lalu dia bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau bertanya kepadanya, "Dari marga apa kamu?." Dia menjawab, "Aslam." (yang berarti selamat, penj) beliau berkata kepada Abu Bakar, "Kita telah selamat."

Kemudian beliau berkata lagi, "Dari suku apa?." Dia menjawab, "Suku Sahm." (yang berarti jatah) Beliau berkata (kepada Abu bakar), "Kalau begitu, telah keluarlah Sahmmu (bagian dari perolehan ghanimah Uhud).

9.   SINGGAH DI QUBA

Pada hari senin, 8 Rabi'ul Awwal tahun 14 kenabian, yang berarti pula tahun pertama hijriah, bertepatan dengan 23 September 622 M, Rasulullah singgah di Quba`.

'Urwah bin az-Zubair berkata, "Kaum Muslimin di Madinah mengetahui kepergian Rasulullah dari Mekkah. Setiap pagi, mereka pergi ke al-Harrah menunggu kedatangan beliau hingga akhirnya mereka terpaksa harus pulang karena teriknya matahari. Suatu hari mereka juga terpaksa pulang setelah lama menunggu kedatangan beliau. Tatkala mereka sudah beranjak ke rumah masing-masing, seorang laki-laki Yahudi naik keatas atap rumahnya untuk melihat sesuatu, lalu dia melihat Rasulullah dan para sahabatnya dengan memakai baju putih, sedang fatamorgana membuat mereka kadang terlihat kadang hilang, maka orang Yahudi ini tidak dapat menahan diri untuk berteriak sekencang-kencangnya, "Wahai orang-orang Arab! Ini apa yang kamu tungggu sudah datang." Kaum Muslimin pun serta merta bangkit membawa senjata. Mereka menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membawa keduanya memasuki Madinah.

Umur Rasulullah genap berusia 53 tahun, tidak kurang dan tidak lebih serta genap pula usia kenabiannya 13 tahun menurut pendapat yang mengatakan bahwa beliau dimuliakan dengan nubuwwah pada 9 Rabi'ul Awwal tahun 41 dari tahun Gajah Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa beliau dimuliakan dengan kenabian tersebut pada bulan Ramadhan tahun 41 dari tahun Gajah, maka berdasarkan pendapat ini hari itu, kenabian beliau sudah berusia 12 tahun 5 bulan 18 atau 22 hari.

'Urwah bin az-Zubair berkata, "Maka mereka menemui Rasulullah, lantas beliau bersama mereka berjalan beriringan ke arah kanan hingga singgah di perkampungan Bani 'Amr bin 'Auf. Hal ini terjadi pada hari Senin, bulan Rabi'ul Awwal. Abu Bakar berdiri menyongsong orang-orang sementara Rasulullah duduk dan diam. Maka orang-orang yang datang dari kalangan Anshar dan belum pernah melihat Rasulullah mengucapkan salam (mendatangi) Abu Bakar (karena mengira dia adalah Rasulullah-penj.,) hingga kemudian sinar matahari mengenai Rasulullah. Karenanya, Abu Bakar langsung menghadap beliau dan menaungi beliau dengan pakaiannya. Maka ketika itu, tahulah orang-orang bahwa beliau adalah Rasulullah.

Saat itu seisi Madinah semuanya berangkat untuk menyambut. hari itu memang betul-betul hari yang istimewa dan semua orang berkumpul. Momen yang tidak pernah disaksikan oleh (penduduk) Madinah sepanjang sejarahnya.

Di Quba, Rasulullah singgah di kediaman Kultsum bin al-Hadm. Dalam versi riwayat yang lain tertulis 'Sa'd bin Khaitsamah namun riwayat pertama lebih valid. Sementara 'Ali bin Abi Thalib tinggal di Mekkah selama tiga hari sehingga dia bisa mewakili Nabi dalam menyerahkan titipan-titipan orang-orang yang diamanahkan kepada beliau. Kemudian barulah dia berhijrah dengan berjalan kaki hingga akhirnya berjumpa dengan keduanya di Quba dan singgah juga di kediaman Kultsum bin al-Hadm.

Membuat masjid Quba.

Rasulullah tinggal di Quba selama empat hari; Senin, Selasa, Rabu dan Kamis. Selama itu, beliau mendirikan Masjid Quba dan shalat di dalamnya. Inilah masjid pertama yang didirikan di atas ketakwaan sejak kenabian. Maka begitu masuk hari ke-lima, yakni Hari Jum'at, beliau pun berangkat lagi atas perintah Allah bersama Abu Bakar yang bonceng dibelakangnya. Beliau juga mengutus orang untuk menemui Bani an-Najjar-keluarga ibu kakeknya (Abdul Muthalib)-. Mereka pun datang dengan menghunus pedang (mengawal beliau). Beliau berjalan menuju Madinah namun ketika di perkampungan Bani Salim bin 'Auf, waktu Jum'at sudah masuk, lalu beliau melakukan shalat Jum'at bersama mereka di Masjid yang berada di perut lembah itu. Mereka semua berjumlah seratus orang laki-laki.

10.                     Memasuki Kota Madinah

Seusai shalat Jum'at, Nabi memasuki kota al-Madinah. Dan sejak hari itu, kota Yatsrib dinamakan dengan Madinatur Rasul (kota Rasulullah) yang kemudian diungkapkan dengan Madinah supaya lebih ringkas. Hari itu adalah hari bersejarah yang amat agung. Rumah-rumah dan jalan-jalan ketika itu bergemuruh dengan pekikan Tahmid dan Taqdis (penyucian). Putri-putri kaum Anshar menya-nyikan bait-bait puisi berikut sebagai ekspresi kegembiraan dan keriangan.

طَلَعَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا , مِنْ لَنِيَّةِ الْوَدَاعِ , وَجَبَ الشَّكْرُ عَلَيْنَا ,  مَا دَعَا لِلَّهِ دَاع , أَيُّهَا الْمَبْعُوثُ فِينَا , جِئْتَ بِالْأَمْرِ الْمُطَاعِ

Bulan Purnama muncul di hadapan kita Dari jalan di sela-sela bukit Wada'

Kita wajib bersyukur karenanya Atas apa yang kepada Allah dipanjatkannya, Wahai orang yang diutus kepada kami Engkau telah membawa perkara yang dita'ati.

Sekalipun orang-orang Anshar bukan orang-orang yang serba berkecukupan (kaya raya) namun masing-masing individu berharap rumahnya disinggahi oleh Rasulullah. Saat melewati satu per-satu rumah orang-orang Anshar, mereka mengambil tali onta beliau, begitu juga perbekalan, perlengkapan, senjata dan tameng. Setiap mereka lakukan demikian, beliau selalu berkata kepada mereka, "Biarkan ia lewat karena ia telah diperintahkan (sesuai kehendak Allah.)." Onta tersebut masih saja berjalan bersama Rasulullah yang menungganginya hingga mencapai lokasi masjid Nabawi sekarang ini, lalu ia duduk sementara beliau belum turun darinya hingga ia bangkit lagi dan berjalan sedikit lagi, kemudian ia menoleh lantas kembali lagi dan duduk di posisi semula. Barulah beliau turun darinya. Itu adalah kediaman Bani an-Najjar, keluarga ibu kakek beliau (Abdul Muthalib). Hal tersebut merupakan taufiq Allah kepada sang onta. Karena sesungguhnya beliau sangat ingin singgah di rumah kerabatnya tersebut agar dapat menghormati mereka dengan hal itu. Orang-orang menawari Rasulullah agar singgah di kediaman mereka. Lalu Abu Ayyub al-Anshari bergegas mengambil perbekalan milik beliau dan membawanya masuk ke rumahnya. Maka, Rasulullah berkata, "Seseorang selalu bersama perbekalannya." Lantas datanglah As'ad bin Zurarah seraya mengambil kendali ontanya dan selanjutnya onta tersebut bersamanya.

Demikianlah Rasulullah sampai di kota Yastrib dan sekarang kota Madinah dengan selamat. Walhamdulillah.

 

-----000-----

Sumber: Arahikul makhtum Syaikh Shyafiyurrahman al-Mubarakfuri, dll.

Sragen 03-11-2025

Abu Ibrahim Junaedi Abdullah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAHAYA KESYIRIKAN.

  Bahaya dan keburukan yang di timbulkan oleh kesyirikan diantaranya:   1.    Apa bila mati dalam keadaan musyrik pelakunya akan kek...