HIJRAH NABI
Mencintai dan mengikuti nabi adalah kewajiban
dan ibadah yang agung di dalam agama ini, Allah ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ
كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ .
“Katakanlah, jika kalian
memang mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah cinta kepada kalian dan
mengampuni dosa-dosa kalian”. (Qs Ali Imran[3]: 31).
اَلنَّبِيُّ اَوْلٰى
بِالْمُؤْمِنِيْنَ مِنْ اَنْفُسِهِمْ.
“Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri
mereka sendiri..” (QS. Al-Ahzab[33]:6).
Anas raḍhiyallahu 'anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى
أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ.
"Tidak
sempurna iman salah seorang kalian hingga dia menjadikan aku lebih ia cintai
daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia." (HR.
Bukhari 15, Muslim 44).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ
الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ
يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ.
“Tiga
hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman, menjadikan
Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang
semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana
bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka." (HR. Bukhari 16, Muslim
43).
Salah
satu untuk menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam yaitu mempelajari sejarah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hijrah nabi merupakan sejarah yang
besar di mana islam nantinya akan mengalami perkembangan yang pesat dan
menjadikan kekuatan besar setelah sekian lama mengalami penindasan di Makkah.
Adapun tahapannya secara ringkas
sebagai berikut:
1. TAHAPAN-TAHAPAN
SEBELUM BERHIJRAH.
Setelah tiga belas tahun Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah kepada orang-orang Quraisy namun mereka
menolak dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahkan mereka menyiksa
para sahabat dan juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hingga datanglah rambongan haji dari
Yastsrib dan Rasulullah mendakwahi mereka sedang mereka sudah mendengar
desas-desus akan datangnya seorang nabi yang diutus oleh Allah ta’ala dari
orang-orang Yahudi, oleh karena itu mereka segera beriman kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dari enam orang penduduk Yatsrib yang telah masuk
Islam pada musim haji tahun 11 kenabian dan berjanji kepada Rasulullah untuk
menyampaikan risalah beliau kepada kaum mereka.
Bai’at Aqabah pertama
Pada tahun 12 kenabian, tepatnya
bulan Juli tahun 621 M datanglah 12 orang laki-laki, mereka adalah:
1) Asad bin Zurarah - dari suku Khazraj
2) Auf bin Haris bin Rifa‘ah - dari suku Khazraj, dikenal juga
sebagai Auf bin Afra
3) Rafi bin Malik bin al-Ajlan -dari suku Khazraj
4) Qutbah bin Amir bin Hadidah - dari suku Khazraj
5) Uqbah bin Amir bin Naabi - dari suku Khazraj
6) Jabir bin Abdullah bin Riab - dari suku Khazraj
7) Yazid bin Tsalabah bin Khathmah - dari suku Khazraj
8) Abbas bin Ubadah bin Nadhlah - dari suku Khazraj
9) Abul Haitsam bin At-Tayhan - dari suku Aus
10)
Uwaim bin
Sa’idah - dari suku Aus
11)
Harits bin
Afrah -dari suku Khazraj
12)
Sa’ad bin
Rabi - dari suku Khazraj
Kemudian Raulullallah mengutus Mus’ab bin Umair sebagai duta ke
Madinah.
Bai’at Aqabah
kedua, bai’tul kubra
Pada musim haji tahun ke-13 kenabian (bulan Juni tahun
622 M), datanglah sebanyak lebih dari 70 orang kaum Muslimin ada yang
menyebut bai’at kedua terdiri dari 73 laki-laki dan 2 orang wanita.
2.
SIDANG DARUN
NADWAH .
Begitu kaum musyrikin melihat betapa
para sahabat Rasulullah telah berkemas-kemas untuk berhijrah dengan membawa dan
menggiring anak keturunan serta harta mereka menuju perkampungan kaum Aus dan
Khazraj, maka terjadilah kegemparan di kalangan mereka yang menimbulkan
ketidakstabilan dan kesedihan yang mendalam. Perasaan cemas yang selama ini
belum pernah mereka alami, kini menghantui mereka.
Maka, pada hari Kamis, tanggal 26 Shafar
tahun 14 kenabian, bertepatan dengan bulan september 622 M' yakni setelah lebih
kurang dua bulan setengah dari berlangsungnya Bai'at Kubra, parlemen Mekkah
'Darun Nadwah' mengadakan pertemuan yang paling kritis dalam sejarahnya,
tepatnya pada pagi hari. Pertemuan ini dihadiri oleh semua perwakilan
kabilah-kabilah Quraisy untuk menghentikan dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sehingga eksistensinya berakhir untuk selama-lamanya.
Di antara orang-orang yang mewakili
kabilah-kabilah Quraisy yang hadir dalam pertemuan yang amat kritis itu adalah:
1. Abu Jahal bin Hisyam, mewakili
kabilah Bani Makhzum.
2. Jubair bin Muth'im,
3. Thu'aimah bin 'Adiy,
4. Al-Harits bin 'Amir (ketiganya
mewakili Bani Naufal bin 'Abdi Manaf)
5. Syaibah bin Rabi'ah,
6. 'Utbah bin Rabi'ah,
7. Abu Sufyan bin Harb (ketiganya
mewakili Bani 'Abd Syams bin 'Abdi Manaf)
8. An-Nadhar bin al-Harits, mewakili
Bani 'Abd ad-Dar
9. Abul Bukhturiy bin Hisyam,
10. Zam'ah bin al-Aswad,
11. Hakim bin Hizam (ketiganya mewakili
Bani Asad bin 'Abd al-'Uzza)
12. Nabih bin al-Hajjaj,
13. Munabbih bin al-Hajjaj (keduanya
mewakili Bani Sahm)
14. Umayyah bin Khalaf, mewakili Bani
Jumah.
Iblis menjelma menjadi orang tua dari
Nejd.
Tatkala mereka telah berdatangan menuju
Darun Nadwah sesuai janji yang telah ditentukan, datanglah Iblis menghadang
mereka dalam wujud seorang tua yang berwibawa dan mengenakan pakaian yang
tebal. Dia berdiri di depan pintu. Para hadirin itupun menegurnya, "Siapa
gerakan bapak tua?."
Dia menjawab, "Orang tua dari
daerah Najd yang telah mendengar perihal tujuan pertemuan kalian. Dia hadir
bersama kalian untuk mendengar apa yang akan kalian katakan, barangkali saja
pendapat dan nasehatnya berguna bagi kalian."
Mereka berkata, "Baiklah, silahkan
masuk!."
Lalu dia pun masuk bersama mereka.
Keputusan Keji Untuk Membunuh Nabi
Setelah pertemuan dilangsungkan, maka
mulailah diajukan beberapa usulan dan solusi serta terjadilah perdebatan yang
panjang.
Usulan pertama Abul Aswad
berkata, "Kita usir dia dari tengah-tengah kita dan kita asingkan dari
negeri ini. Kita tidak akan ambil peduli, kemana dia pergi dan apa yang kiranya
terjadi terhadap dirinya. Dengan demikian, kita telah memperbaiki urusan kita
dan mengembalikannya seperti sediakala."
Iblis yang menjelma menjadi orang tua
dari Najd menimpali, "Demi Allah, tidak demikian. Ini bukanlah pendapat
yang tepat. Bukankah kalian sudah mengetahui betapa indah gaya bicaranya, manis
ucapannya dan betapa kemampuannya menguasai hati manusia dengan ajaran yang
dibawanya? Demi Allah, andaikata kalian lakukan seperti yang diusulkan tadi,
niscaya kalian tidak akan dapat merasa aman bilamana dia singgah di suatu
perkampungan bangsa Arab, lantas membawa penduduknya kepada kalian setelah
mereka tunduk terhadapnya dan menyerahkan mereka untuk menginiak-injak kalian
di negeri kalian sendiri, untuk kemudian memperlakukan kalian sesuka hatinya. Cobalah
cari pendapat selain ini."
Usulan kedua Abul Bukhturiy
berkata, "Kurung dia di dalam kerangkeng besi, kunci pintunya lalu kalian
tunggu apa yang akan dialaminya sebagaimana yang terjadi pada para penyair
sebelumnya seperti Zuhair dan an-Nabighah serta orang-orang dulu selain mereka
yang mati dengan cara ini, sehingga dia juga bisa merasakan apa yang pernah
dirasakan oleh mereka itu."
Si orang tua dari Najd mengomentari,
"Demi Allah, tidak juga
demikian Ini bukanlah pendapat yang
bagus. Demi Allah, andaikata kalian kurung dia sebagaimana yang kalian katakan,
niscaya masalahnya akan mampu keluar dari balik jeruji yang kalian kunci ini
dan sampai kepada para sahabatnya. Sungguh, mereka pasti akan menyerang kalian,
lantas merebutnya dari tangan kalian kemudian datang sgera beramai-ramai kepada
kalian hinga mengalahkan kalian dan mengambil alih kekuasaan kalian. Karena
itu, ini bukanlah ide yang tepat, coba pikirkan yang lainnya."
Usulan ketiga usulan keji
yang kemudian disepakati oleh semua anggota. Usulan ini dilontarkan oleh oleh
orang yang paling jahat, Abu Jahal bin Hisyam. Dia berkata, "Demi Allah,
aku memiliki ide yang aku kira belum terpikirkan oleh kalian."
Mereka bertanya-tanya kepadanya,
"Apa gerangan idemu itu, wahai Abul Hakam!."
"Aku berpendapat bahwa kita harus
memilih dari setiap kabilah seorang pemuda yang gagah dan bernasab baik sebagai
perantara kita, kemudian kita berikan kepada masing-masing mereka pedang yang
tajam, lalu mereka arahkan kepadanya, menebasnya secara serentak seakan tebasan
satu orang untuk kemudian membunuhnya. Dengan begitu, kita bisa terbebas dari
ancamannya. Sebab, bila mereka melakukan hal itu, berarti darahnya telah
ditumpahkan oleh semua kabilah sehingga Bani 'Abdi Manaf tidak akan mampu
memerangi semua kabilah. Hasilnya, mereka terpaksa harus rela menerima ganti
rugi dari kita, dan kita pun membayarkan ganti rugi atas kematiannya kepada
mereka."
Si orang tua dari Najd tersebut
menimpali lagi, "Pendapat yang tepat adalah pendapat orang ini. Inilah
pendapat yang saya kira tidak ada lagi yang lebih tepat darinya."
Akhirnya parlemen Mekkah pun menyetujui pendapat
yang keji ini dan bertekad bulat untuk melaksanakan keputusan tersebut."
3.
NABI BERHIJRAH
KEMADINAH
Tatkala keputusan keji untuk membunuh
Nabi telah diambil, turunlah malaikat Jibril membawa wahyu Rabb-nya, memberitahukan
kepada beliau perihal persekongkolan kaum Quraisy tersebut dan izin Allah
kepada beliau untuk pergi (berhijrah) meninggalkan Mekkah. Kemudian Jibril
menentukan momen hijrah tersebut seraya berkata, "Malam ini, kamu jangan
berbaring di tempat tidur yang biasanya."
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menuju ke kediaman Abu Bakar di tengah terik matahari
untuk bersama-sama menyepakati tahapan hijrah. 'Aisyah berkata, "Ketika
kami sedang duduk-duduk di kediaman Abu Bakar pada siang hari panas terik,
tiba-tiba ada seseorang berkata kepadanya, "Ini Rasulullah datang dengan
menutup wajahnya dengan kain di waktu yang tidak biasa beliau mendatangi
kita."
Abu Bakar berkata, "Ayah dan ibuku
sebagai tebusan untuk-nya!, demi Allah! Beliau tidak datang di waktu-waktu
seperti ini kecuali karena ada hal (penting)."
'Aisyah melanjutkan, "Lalu
Rasulullah datang dan meminta izin masuk, lantas diizinkan dan beliaupun masuk.
Kemudian Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, "Keluarkan orang-orang yang
berada di sisimu!."
Abu Bakar menjawab, "Mereka tidak
lain adalah keluargamu, wahai Rasulullah!." Beliau berkata lagi,
"Sesungguhnya aku telah diizinkan untuk pergi (berhijrah)." Abu Bakar
berkata, "Engkau minta aku menemanimu, wahai Rasulullah?."
Beliau menjawab, "Ya." Saking bahagianya
Abu Bakar menangis.
Dan setelah disepakati rencana hijrah
tersebut, Rasulullah pulang ke rumahnya menunggu datangnya malam.
4.
BLOKADE TERHADAP
KEDIAMAN RASULULLAH
Orang-orang Quraisy menggunakan waktu
siang mereka untuk mempersiapkan diri guna melaksanakan rencana yang telah
digariskan berdasarkan kesepakatan Parlemen Mekkah "Darun Nadwah"
pada pagi harinya.
Untuk esksekusi tersebut, dipilihlah
sebelas orang pemuka mereka, yaitu:
1. Abu Jahal bin Hisyam
2. Al-Hakam bin Abil 'Ash
3. 'Uqbah bin Abi Mu'ith
4. An-Nadhar bin al-Harits
5. Umayyah bin Khalaf
6. Zam'ah bin al-Aswad
7. Tha'imah bin 'Adiy
8. Abu Lahab
9. Ubay bin Khalaf
10. Nabih bin al-Hajjaj
11. Dan Munabbih bin al-Hajjaj,
saudaranya'
Ibnu Ishaq berkata, "Tatkala malam
telah gelap, mereka pun berkumpul di depan pintu rumah beliau untuk mengintai
kapan beliau bangun sehingga dapat menyergapnya."
Kebiasaan yang selalu dilakukan
Rasulullah adalah tidur di permulaan malam dan keluar menuju Masjid al-Haram
setelah pertengahan atau dua pertiganya untuk shalat di sana.
Mereka percaya dan yakin benar bahwa
persekongkolan keji kali ini akan membuahkan hasil. Hal ini membuat Abu Jahal
berdiri tegak dengan penuh keangkuhan dan kesombongan. Dia berkata kepada para
rekannya yang ikut memblokade dengan nada mengejek dan merendahkan,
"Sesungguhnya Muhammad mengklaim bahwa jika kalian mengikuti ajarannya,
niscaya kalian akan dapat menjadi raja bangsa Arab dan asing sekaligus.
Kemudian kelak kalian akan dibangkitkan setelah mati, lalu diciptakan bagi
kalian surga-surga seperti suasana kebun-kebun di negeri al-Urdun (Yordania).
Jika kalian tidak mau melakukannya, maka dia akan menyembelih kalian, kemudian
kalian dibangkitkan setelah mati, lalu dijadikan bagi kalian neraka yang akan
membalas kalian."
Waktu pelaksanaan persekongkolan
tersebut adalah setelah pertengahan malam saat beliau biasa keluar dari rumah.
Mereka melewati malam tersebut dengan penuh kewaspadaan seraya menunggu pukul
00.00.
Akan tetapi, Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, di tangan-Nya lah urusan langit dan bumi.
Allah ta’ala berfirman:
وَيَمْكُرُونَ
وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ.
“Mereka membuat tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya
itu. Allah adalah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfal [8]:30).
إِنَّهُمْ يَكِيدُونَ
كَيْدًا . وَأَكِيدُ كَيْدًا.
“Sesungguhnya
orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-benarnya. Dan Akupun
membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya.” (QS. Ath-Thariq[86]:15-16).
5.
RASULULLAH
MENINGGALKAN RUMAHNYA
Sekalipun persiapan yang dilakukan orang-orang
Quraisy untuk melaksanakan rencana keji tersebut sedemikian rapinya, namun
mereka tetap mengalami kegagalan total. Pada malam itu, Rasulullah berkata
kepada 'Ali bin Abi Thalib, agar mengembalikan barang titipan, kemudian berkata:
"Tidurlah di tempat tidurku, berselimutlah dengan burdah hijau yang
berasal dari Hadhramaut, milikku ini. Gunakanlah untuk tidurmu, niscaya tidak
akan ada sesuatupun dari perbuatan mereka yang tidak engkau suka akan
menimpamu."
Bila tidur, biasanya Rasulullah selalu
memakai burdah-nya tersebut. Malam itu, Ali bin Abi Thalib tidur di atas
ranjang dan kediaman Rasulullah.
Sementara Rasulullah telah berhasil
keluar dan menembus barisan-barisan mereka. Beliau memungut segenggam tanah
dari al-Bathha, lalu menaburkannya di atas kepala mereka. Ketika itu, Allah
telah mencabut pandangan mereka sementara, sehingga tidak dapat melihat beliau.
Sedangkan beliau membaca firman Allah ta’ala:
وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ
أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَهُمْ فَهُمْ لَا
يُبْصِرُونَ.
"Dan Kami adakan di hadapan mereka
dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka
sehingga mereka tidak dapat melihat." (QS. Yasin[36]: 9).
Tidak ada seorang pun yang terlewatkan.
Semuanya beliau taburi tanah kepalanya. Lantas beliau berlalu menuju kediaman
Abu Bakar, kemudian keduanya keluar melalui pintu kecil di belakang rumah Abu
Bakar pada malam hari hingga sampai ke Gua Tsur yang (terletak di jalan) menuju
ke arah ke Yaman.
Para pemblokade tetap menunggu hingga
tiba pukul 00.00 dan menjelang tiba waktu tersebut, tanda-tanda kesia-siaan dan
kegagalan sudah nampak bagi mereka. Seorang laki-laki yang tidak ikut-serta
dalam pemblokadean tersebut datang dan melihat mereka sedang berada di pintu
rumah beliau. Lalu dia menanyai mereka, "Apa gerangan yang kalian
tunggu?."
Mereka menjawab, "Muhammad."
Dia berkata, "Sungguh telah sia-sia
dan merugilah kalian. Demi Allah, dia telah melewati kalian dan menaburkan
tanah di atas kepala-kepala kalian, lalu pergi menyelesaikan urusannya."
Mereka berkata, "Demi Allah, kami
tidak melihatnya!." Sambil mengibas-ngibaskan tanah yang menempel di
kepala-kepala mereka.
Akan tetapi mereka (penasaran dan)
mengintip dari celah pintu lalu melihat 'Ali. Mereka berkata, "Demi Allah,
sesungguhnya ini adalah Muhammad yang sedang tidur dan masih memakai
burdah-nya."
Mereka pun masih tetap menunggu hingga
pagi menjelang. Kemudian 'Ali bangun dari tempat tidur. Melihat hal ini, mereka
langsung menangkap Ali lalu menanyainya perihal Rasulullah Dia menjawab,
"Aku tidak mengetahui tentangnya."
6.
PERJALANAN DARI
RUMAH MENUJU GUA
Rasulullah meninggalkan rumah beliau
pada malam tanggal 27 shafar tahun 14 kenabian, bertepatan dengan tanggal 12/13
september tahun 622 M. Lalu menuju kediaman Abu Bakar rekan setianya, dan orang
yang paling beliau percaya untuk menemaninya di perjalanan dan untuk menjaga
hartanya-. Kemudian keduanya meninggalkan rumah Abu Bakar tersebut dengan
melewati pintu belakang lantas bersama-sama meninggalkan Mekkah secepatnya
sebelum fajar menyingsing.
Bulan shafar ini masuk pada tahun 14
dari kenabian bila kita menganggap bahwa permulaan tahun-tahunnya terhitung
dari bulan Muharram.
Nabi telah mengetahui bahwa orang-orang
Quraisy akan berupaya keras untuk mengejarnya dan jalan yang pertama kali akan
disisir oleh mereka adalah jalan utama kota Madinah yang menuju ke arah utara.
Oleh karena itu, beliau memilih jalan yang berlawanan arah sama sekali, yaitu
jalan yang terletak di selatan Mekkah, yang menuju ke arah Yaman. Beliau
menempuh jalan ini sepanjang 5 mil, hingga akhirnya sampai ke sebuah bukit yang
dikenal dengan bukit Tsur. Ia adalah bukit yang tinggi, jalannya terjal, sulit didaki
dan banyak bebatuan. Kondisi ini membuat kaki Rasulullah lecet (karena tanpa
alas). Ada riwayat yang menyebutkan, bahkan ketika berjalan di jalur tersebut,
beliau bertumpu pada ujung-ujung kakinya agar jejak langkahnya tidak tampak,
karenanya kedua kaki beliau menjadi lecet. Apapun kondisinya, beliau kemudian
harus digendong oleh Abu Bakar ketika mencapai bukit. Dan, Abu Bakar mulai
memeganginya dengan kencang hingga akhirnya sampai ke sebuah gua di puncak
bukit yang di kemudian hari dikenal oleh sejarah dengan nama Gua Tsur.
7.
BERADA DI DALAM
GUA
Begitu tiba di gua, Abu Bakar berkata,
"Demi Allah, engkau jangan masuk dulu sebelum aku masuk jika ada sesuatu
di dalamnya, maka biarlah hanya aku yang mengalaminya. Kemudian dia masuk untuk
menyapunya. Dan didapatinya disisi gua tersebut ada beberapa lubang, maka
diapun menyobek kainnya dan menyumbatnya tetapi masih tinggal dua lubang lagi,
lantas ditutupnya dengan kedua kakinya. Kemudian dia berkata kepada Rasulullah,
“Masuklah." Rasulullah pun masuk dan merebahkan kepalanya di pangkuannya
lalu tertidur. Sementara kaki Abu Bakar yang dipergunakan untuk menyumbat
lubang disengat (binatang berbisa) namun dia tidak bergeming sedikit pun karena
khawatir membangunkan Rasulullah. Kondisi ini membuat air matanya menetes
hingga membasahi wajah Rasulullah . Lalu beliau berkata kepadanya, "Ada
apa denganmu, wahai Abu Bakar?."
"Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu,
wahai Rasulullah! Aku telah disengat ", jawabnya.
Lantas Rasulullah meludah kecil ke arah
bekas sengatan tersebut sehingga apa yang dirasakannya hilang sama sekali.
Keduanya tinggal di dalam gua tersebut
selama tiga malam, malam Jum'at, malam sabtu dan malam Ahad. Sementara pada
malam-malam itu, 'Abdullah, putra Abu Bakar mendampingi mereka berdua pada
malam hari.
'Aisyah bertutur, "Dia (Abdullah)
adalah seorang anak yang sudah menginjak usia baligh, cerdas dan cepat paham.
Dia berjalan meninggalkan keduanya menjelang waktu shubuh sehingga pagi harinya
bisa berada di Mekkah bersama orang-orang Qurasiy seakan malam harinya dia
menginap di Mekkah. Semua perintah yang diintruksikan keduanya kepadanya dapat
dicernanya dengan baik. Lantas dia membawa berita tentang hal itu kepada mereka
berdua ketika hari mulai gelap. Sementara 'Amir bin Fuhairah, budak Abu Bakar
menggembalakan kambing perah untuk keduanya, dan mengistirahatkannya untuk
sesaat di malam hari sehingga keduanya dapat meminum dari perahan susu kambing
tersebut, kemudian ketika tiba waktu Shubuh 'Amir bin Fuhairah menyeru
kambing-kambing gembalanya (untuk pergi). Dia melakukan hal itu selama tiga
malam tersebut.
Setelah 'Abdullah bin Abu Bakar pulang
ke Mekkah, 'Amir bin Fuhairah selalu menggiring kambingnya mengikuti jejaknya
agar terhapus.
Sementara orang-orang Quraisy semakin marah
manakala mengetahui secara pasti pada pagi harinya bahwa Rasulullah lolos dari
eksekusi persekongkolan yang mereka rencanakan. Tindakan pertama yang mereka
lakukan adalah memukuli 'Ali, menyeretnya ke Ka'bah dan mengurungnya untuk
sesaat dengan harapan mendapatkan informasi tentang perihal keduanya.
Manakala tindakan mereka terhadap 'Ali
tidak membuahkan hasil, mereka menyatroni rumah Abu Bakar lalu mengetuk
pintunya. Ketika itu, Asma binti Abu Bakar keluar menemui mereka, lantas mereka
berkata kepadanya,
"Mana ayahmu?."
"Demi Allah, aku tidak tahu, kemana
ayahku." Jawabnya.
Maka Abu Jahal yang terkenal dengan
perangainya yang buruk tersebut menampar pipi Asma dengan sebuah tamparan yang
menyebabkan anting-antingnya jatuh.
Di dalam sidang darurat, orang-orang
Quraisy memutuskan untuk menggunakan berbagai sarana guna menangkap kedua orang
tersebut. Mereka menjadikan semua jalur menuju kota Mekkah dari semua penjuru
di bawah pengawasan pasukan bersenjata yang superketat. Selain itu, mereka juga
memutuskan untuk memberikan hadiah besar senilai 100 ekor onta sebagai imbalan
bagi siapa saja yang dapat membawa kedua orang tersebut ke hadapan orang-orang
Quraisy, apapun kondisinya; hidup ataupun mati.
Ketika itulah, para pasukan berkuda,
pejalan kaki dan pelacak jejak dengan penuh semangat melakukan pencarian dan
menyebar sampai ke lereng-lereng perbukitan, lembah, dataran rendah dan tinggi
namun hal itu tidak membuahkan hasil dan manfa'at.
Para pelacak tersebut telah sampai pula
ke mulut gua akan tetapi Allah Maha kuasa atas urusan-Nya.
Imam al-Bukhariy meriwayatkan dari Anas
dari Abu Bakar, dia berkata, "Aku berada di sisi Nabi di gua (Tshur), lalu
saat aku menengadahkan kepalaku, aku dapati kaki-kaki mereka tepat di
atas-(ku). Lantas aku berkata, 'Wahai Rasulullah! Andaikata salah seorang dari
mereka menoleh ke bawah pasti dia dapat melihat kita.
Beliau berkata, "Diamlah, wahai Abu
Bakar! Kita (memang) berdua tapi Allah-lah pihak ketiganya."
Di dalam versi riwayat yang lain,
"Apa yang kau kira (akan terjadi) sedangkan Yang ketiganya adalah
Allah?"
Allah ta’ala berfirman:
اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ
نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ
هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَا.
“Jika kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad), sungguh Allah
telah menolongnya, (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah),
sedangkan dia salah satu dari dua orang, ketika keduanya berada dalam gua,
ketika dia berkata kepada sahabatnya, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya
Allah bersama kita..” (QS. At-Taubah[9]:40).
Kejadian tersebut merupakan mukjizat
yang dianugerahkan Allah kepada nabi-Nya untuk memuliakannya. Para pelacak
tersebut akhirnya pergi padahal hanya beberapa langkah lagi mereka mencapai
diri beliau.
8.
PERJALANAN
MENUJU MADINAH
Manakala semangat untuk melakukan
pencarian sudah mulai mengendur dan mobilitas patroli pemeriksaan sudah
dihentikan serta gejolak emosi kaum Quraisy sudah mulai reda setelah secara
kontinyu dan serius pelacakan dilakukan selama tiga hari tanpa hasil,
Rasulullah dan sahabat setianya tersebutpun keluar menuju Madinah.
Sebelumnya, mereka berdua telah menyewa
'Abdullah bin Uraiqith al-Laytsiy, yang merupakan penunjuk jalan berpengalaman
di dalam menelusuri jalan. Dia ketika itu masih menganut agama kaum Kafir
Quraisy namun keduanya menaruh kepercayaan kepadanya dan menyerahkan kedua onta
mereka kepadanya. Setelah itu, mereka berdua membuat perjanjian dengannya untuk
bertemu di gua Tsur setelah tiga malam dengan membawa kedua onta tersebut.
Maka, tatkala malam senin, awal bulan Rabi'ul Awwal tahun 1 H atau bertepatan
dengan 16 september tahun 622 M, Abdullah bin Uraiqith menemui keduanya dengan
membawa kedua onta itu. Ketika itu, Abu Bakar berkata kepada Nabi, "Wahai
Rasulullah, gunakanlah salah satu dari dua ontaku ini." Dia menyerahkan
kepada beliau yang terbaik dari keduanya. Lalu Rasulullah berkata kepadanya,
"(Aku bayar) sesuai harga."
Asma binti Abu Bakar mendatangi keduanya
dengan membawa bekal makanan namun lupa mengikatnya dengan tali. Tatkala keduanya
bersiap untuk berangkat, dia pergi untuk mengikatkan bekal makanan tersebut
(pada pelana onta, penj) namun ternyata tidak ada tali pengikatnya, lalu dia
menyobek ikat pinggangnya menjadi dua bagian, satu bagian dia ikatkan ke bekal
makanan tersebut dan yang satu lagi untuk dipakainya. Ketika itulah dia
kemudian dijuluki Dzatun Nithaqain (pemilik dua ikat pinggang).
Kemudian Rasulullah dan Abu Bakar
berangkat, ikut serta juga bersama mereka 'Amir bin Fuhairah. Mereka semua
dibimbing oleh 'Abdullah bin Uraiqith dengan menempuh jalur pantai (pesisir).
Begitu keluar dari gua, jalur pertama
yang dilaluinya untuk membimbing mereka adalah arah selatan menuju Yaman,
kemudian ke arah Barat menuju pesisir. Lalu setelah tembus ke jalan yang tidak
pernah dilalui orang, dia menuju arah utara, dekat pinggir pantai Laut Merah.
Dia telah mengambil jalur yang sangat jarang ditempuh orang.
Pengejaran Suraqah bin Malik.
Suraqah bertutur, "Tatkala aku
sedang duduk-duduk di majlis kaumku, Bani Mudlij, datanglah seorang laki-laki
dari mereka hingga berdiri di hadapan kami yang sedang duduk-duduk seraya
berkata, Wahai Suraqah! Baru saja aku melihat para musuh di pesisir. Aku kira
mereka itu Muhammad dan para sahabatnya. Lalu tahulah aku bahwa memang mereka
orangnya. Lantas aku berkata kepadanya, 'Sesungguhnya yang kamu lihat bukan
mereka akan tetapi kamu melihat si fulan dan si fulan yang berangkat di depan
mata kita." Kemudian aku berdiam di majlis sesaat, lalu berdiri dan masuk lagi.
Lantas aku menyuruh budak wanitaku agar mengeluarkan kudaku yang berada di
belakang bukit, lalu dia menahannya untukku. Selanjutnya Aku mengambil tombakku
lantas keluar melalui bagian belakang rumah, aku membuat garis di tanah dengan
kepala tombakku, dan menurunkan bagian atasnya hingga aku menghampiri kudaku
lantas menunggangnya. (Pendapat yang dominan, bahwa Suraqah mengejar mereka
pada hari ketiga darı semenjak mereka berdua melakukan perjalanan).
Aku mengendalikannya agar membawaku
lebih dekat hingga aku mendekat dari mereka namun kudaku terjungkal sehingga
aku terjatuh darinya, lalu aku berdiri, sementara tanganku meraih busur lalu
aku mengeluarkan anak-anak panah lantas mengundinya; apakah aku harus
mencelakai mereka atau tidak?. Namun undian yang keluar justeru yang tidak aku
sukai, lantas aku menunggangi kudaku dan tidak mempedulikan perihal hasil
undian yang keluar tadi, kudaku membawaku mendekat hingga bilamana aku
mendengar bacaan Rasulullah sementara beliau dalam kondisi tidak menoleh,
sedang Abu Bakar banyak menoleh, tiba-tiba terperosoklah kedua lengan kudaku ke
dalam tanah sampai sebatas lutut hingga membuatku terjatuh darinya, kemudian
aku menderanya, lalu iapun bangkit lagi, namun kedua lengannya itu hampir tidak
dapat dikeluarkan. Tatkala ia sudah berdiri tegak, tiba-tiba bekas kedua
lengannya tadi menimbulkan debu yang mengepul di atas seperti asap, lantas aku
mengundi dengan anak-anak panah lagi, namun sekali lagi yang keluar adalah
justeru yang aku benci, lantas aku berteriak memanggil mereka bahwa mereka
aman. Mereka pun menghentikan langkah, lalu aku menunggangi kudaku hingga
menemui mereka. Ketika aku bertemu dan mengingat apa yang baru saja aku alami
saat tertahan dari menjamah mereka, terbersitlah di dalam diriku bahwa apa yang
dibawa Rasulullah ini akan mendapatkan kemenangan. Lalu aku berkata kepadanya,
"Sesungguhnya kaummu telah menyediakan hadiah 100 ekor onta bagi yang
dapat menangkapmu. Aku juga memberitahukan kepada mereka perihal apa yang akan
dilakukan orang-orang terhadap mereka. Lantas aku menawarkan mereka perbekalan
dan barang, namun beliau tidak menerima tawaranku dan tidak meminta apapun
kecuali hanya berkata, 'Rahasiakanlah keberadaan kami! Lalu aku memintanya agar
menuliskan jaminan perlindungan untukku, maka beliau memerintahkan 'Amir bin
Fuhairah untuk menuliskannya, lalu dia menulisnya untukku pada sepotong kulit.
Kemudian Rasulullah pun pergi berlalu."
Dalam riwayat yang lain dari Abu Bakar,
dia berkata, "Kami berangkat sementara orang-orang Quraisy mengejar kami
namun tidak seorang pun yang berhasil menemui kami selain Suraqah bin Malik bin
Ju'syum yang menunggangi kudanya. Lalu aku berkata, 'Pelacakan ini telah
mencapai kita, wahai Rasulullah!.' Lantas beliau membaca firman Allah,
لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ
مَعَنَا.
“Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya
Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah[9]: 40).
Suraqah kemudian pulang dan mendapatkan
orang-orang masih melakukan pencarian. Lalu dia berujar, "Aku telah
mewakili kalian menyisir habis tempat ini." Dalam hal ini, di pagi hari
dia sebelumnya sebagai orang yang gigih mencari (mengejar) keduanya namun di
sore hari justeru menjadi pelindung bagi keduanya.
Melewati kemah umu Ma’bad.
Dalam perjalanannya tersebut, beliau
melewati kemah Ummu Ma'bad al-Khuza'iyyah. Dia seorang wanita yang cerdas dan
pekerja ulet, sudah terbiasa hidup di halaman kemahnya, kemudian memberi makan
dan minum pelalu lalang di sana. Lantas mereka berdua bertanya kepadanya apakah
dia memiliki sesuatu?.
Dia menjawab, "Demi Allah,
andaikata kami memiliki sesuatu niscaya kami tidak akan kikir menjamu kalian.
Kambing-kambing kami digembalakan di tempat yang jauh." Ketika itu
merupakan tahun paceklik.
Rasulullah memandang ke arah seekor
domba yang ada di samping kemah, seraya bertanya, "Bagaimana kondisi domba
ini, wahai Ummu Ma bad?."
Dia menjawab, "Ia adalah domba yang
tak mampu lagi mencari makan."
Beliau bertanya, "Apakah ia masih
memiliki air susu?."
Dia menjawab, "Bahkan kondisinya
lebih parah lagi."
Beliau berkata, "Apakah kamu
mengizinkanku untuk memerah susunya?."
"Silahkan. Bila engkau melihat ia
memang memiliki air susu, maka perahlah."
Lalu Rasulullah memerah putingnya dengan
tangannya, membaca Bismillah dan berdoa. Maka mengembanglah putingnya dan
mengalirlah air susunya dengan banyak. Lalu beliau mengambil bejana milik Ummu
Ma'bad yang cukup untuk membuat kenyang sejumlah orang. Beliau memerah ke
dalamnya hingga domba itu mengoak kencang, lalu beliau memberinya minum (dari
susu tersebut) dan minumlah ia hingga kenyang, kemudian beliau memberi minum
para sahabatnya hingga mereka pun kenyang, kemudian barulah beliau minum.
Setelah itu, beliau memerahnya lagi hingga bejanapun penuh, kemudian dia
meninggalkannya untuk Ummu Ma'bad dan mereka pun berangkat.
Tak berapa lama datanglah suaminya, Abu
Ma'bad, menggi-ring kambing-kambing yang kurus kering. Tatkala melihat ada air
susu, dia terheran-heran seraya bertanya, "Dari mana engkau dapatkan ini?
Padahal domba-domba digembalakan ditempat yang jauh dan di rumah tidak ada
susu?."
Sang istri menjawab, "Demi Allah,
tidak demikian. Hanya saja beberapa saat yang lalu seorang laki-laki yang
diberkahi melewati perkemahan kita. Kisahnya adalah begitu dan begini,
kondisinya begini dan begitu."
Suaminya berkata, "Demi Allah,
sesungguhnya aku berpendapat dia adalah orang yang dicari-cari oleh orang-orang
Quraisy. Tolong kamu sebutkan ciri-cirinya kepadaku, wahai Ummu Ma'bad!."
Lalu dia menyebutkan ciri-cirinya yang
menawan hati dengan ketenangan yang mempesona seakan orang yang mendengarnya
melihatnya langsung di hadapannya. Dalam hal ini, kami akan memaparkan
penjelasan mengenai ciri-ciri fisik beliau pada halaman-halaman akhir buku ini.
Lalu Abu Ma'bad berkata, "Demi
Allah, Dialah orang yang urusannya disebut-sebut oleh orang-orang Quraisy.
Sungguh aku ingin sekali menemaninya dan pasti aku akan melakukan hal itu bila
ada kesempatan." Pagi harinya penduduk Mekkah mendengar suara lantang
sementara mereka tidak dapat melihat pengucapnya,
"Semoga Allah, Rabb 'Arasy
memberikan sebaik-baik balasan Dua sejawat yang telah singgah di kemah Ummu
Ma'bad
Keduanya mampir membawa dan berangkat
dengan kebajikan Sungguh beruntunglah orang yang menjadi pendamping Muhammad
Wahai (anak cucu) Qushai, tidaklah Allah
palingkan dari kalian Prilaku baik dan kehormatan diri yang tiada tertandingi
Untuk menghinakan Bani Ka'b menggantikan
pemudi mereka Posisinya mendapat perhatian oleh kaum Mukminin
Tanyakan pada saudari kalian perihal
domba dan bejananya Sungguh jika kalian tanyakan domba, maka ia akan
bersaksi."
Asma' berkata, "Kami tidak
mengetahui kemana Rasulullah pergi, namun tiba-tiba laki-laki dari bangsa Jin
menyongsong dari arah bawah Mekkah, lalu melantunkan untaian bait-bait ini,
sementara orang-orang mengikutinya dan mendengarnya namun tidak dapat
melihatnya hingga kemudian dia pergi dari arah atas mekkah."
Dia melanjutkan, "Tatkala kami
mendengar ucapannya, tahulah kami kemana Rasulullah pergi, yaitu ke arah
Madinah."
Di dalam perjalanan, Nabi bertemu dengan
Buraidah bin al-Hashib al-Aslamiy yang membawa serta bersamanya 80 keluarga.
Dia menyatakan keislamannya bersama mereka. Rasulullah melakukan shalat 'Isya,
lalu mereka bermakmum dengan beliau. Buraidah tinggal menetap di kampung
halamannya hingga seusai perang Uhud, barulah mendatangi Rasulullah .
Dari 'Abdullah bin Buraidah bahwasanya
Nabi selalu optimis dan tidak pernah merasa sial karena satu hal tertentu.
Suatu ketika Buraidah berangkat bersama 70 orang penunggang kuda dari sukunya,
Bani Sahm. Lalu dia bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau
bertanya kepadanya, "Dari marga apa kamu?." Dia menjawab,
"Aslam." (yang berarti selamat, penj) beliau berkata kepada Abu
Bakar, "Kita telah selamat."
Kemudian beliau berkata lagi, "Dari
suku apa?." Dia menjawab, "Suku Sahm." (yang berarti jatah)
Beliau berkata (kepada Abu bakar), "Kalau begitu, telah keluarlah Sahmmu
(bagian dari perolehan ghanimah Uhud).
9.
SINGGAH DI QUBA
Pada hari senin, 8 Rabi'ul Awwal tahun
14 kenabian, yang berarti pula tahun pertama hijriah, bertepatan dengan 23
September 622 M, Rasulullah singgah di Quba`.
'Urwah bin az-Zubair berkata, "Kaum
Muslimin di Madinah mengetahui kepergian Rasulullah dari Mekkah. Setiap pagi,
mereka pergi ke al-Harrah menunggu kedatangan beliau hingga akhirnya mereka
terpaksa harus pulang karena teriknya matahari. Suatu hari mereka juga terpaksa
pulang setelah lama menunggu kedatangan beliau. Tatkala mereka sudah beranjak
ke rumah masing-masing, seorang laki-laki Yahudi naik keatas atap rumahnya
untuk melihat sesuatu, lalu dia melihat Rasulullah dan para sahabatnya dengan
memakai baju putih, sedang fatamorgana membuat mereka kadang terlihat kadang
hilang, maka orang Yahudi ini tidak dapat menahan diri untuk berteriak
sekencang-kencangnya, "Wahai orang-orang Arab! Ini apa yang kamu tungggu
sudah datang." Kaum Muslimin pun serta merta bangkit membawa senjata.
Mereka menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan membawa keduanya
memasuki Madinah.
Umur Rasulullah genap berusia 53 tahun,
tidak kurang dan tidak lebih serta genap pula usia kenabiannya 13 tahun menurut
pendapat yang mengatakan bahwa beliau dimuliakan dengan nubuwwah pada 9 Rabi'ul
Awwal tahun 41 dari tahun Gajah Sedangkan pendapat yang mengatakan bahwa beliau
dimuliakan dengan kenabian tersebut pada bulan Ramadhan tahun 41 dari tahun
Gajah, maka berdasarkan pendapat ini hari itu, kenabian beliau sudah berusia 12
tahun 5 bulan 18 atau 22 hari.
'Urwah bin az-Zubair berkata, "Maka
mereka menemui Rasulullah, lantas beliau bersama mereka berjalan beriringan ke
arah kanan hingga singgah di perkampungan Bani 'Amr bin 'Auf. Hal ini terjadi
pada hari Senin, bulan Rabi'ul Awwal. Abu Bakar berdiri menyongsong orang-orang
sementara Rasulullah duduk dan diam. Maka orang-orang yang datang dari kalangan
Anshar dan belum pernah melihat Rasulullah mengucapkan salam (mendatangi) Abu
Bakar (karena mengira dia adalah Rasulullah-penj.,) hingga kemudian sinar
matahari mengenai Rasulullah. Karenanya, Abu Bakar langsung menghadap beliau
dan menaungi beliau dengan pakaiannya. Maka ketika itu, tahulah orang-orang
bahwa beliau adalah Rasulullah.
Saat itu seisi Madinah semuanya
berangkat untuk menyambut. hari itu memang betul-betul hari yang istimewa dan
semua orang berkumpul. Momen yang tidak pernah disaksikan oleh (penduduk)
Madinah sepanjang sejarahnya.
Di Quba, Rasulullah singgah di kediaman
Kultsum bin al-Hadm. Dalam versi riwayat yang lain tertulis 'Sa'd bin
Khaitsamah namun riwayat pertama lebih valid. Sementara 'Ali bin Abi Thalib tinggal
di Mekkah selama tiga hari sehingga dia bisa mewakili Nabi dalam menyerahkan
titipan-titipan orang-orang yang diamanahkan kepada beliau. Kemudian barulah
dia berhijrah dengan berjalan kaki hingga akhirnya berjumpa dengan keduanya di
Quba dan singgah juga di kediaman Kultsum bin al-Hadm.
Membuat masjid Quba.
Rasulullah tinggal di Quba selama empat
hari; Senin, Selasa, Rabu dan Kamis. Selama itu, beliau mendirikan Masjid Quba
dan shalat di dalamnya. Inilah masjid pertama yang didirikan di atas ketakwaan
sejak kenabian. Maka begitu masuk hari ke-lima, yakni Hari Jum'at, beliau pun
berangkat lagi atas perintah Allah bersama Abu Bakar yang bonceng
dibelakangnya. Beliau juga mengutus orang untuk menemui Bani an-Najjar-keluarga
ibu kakeknya (Abdul Muthalib)-. Mereka pun datang dengan menghunus pedang
(mengawal beliau). Beliau berjalan menuju Madinah namun ketika di perkampungan
Bani Salim bin 'Auf, waktu Jum'at sudah masuk, lalu beliau melakukan shalat
Jum'at bersama mereka di Masjid yang berada di perut lembah itu. Mereka semua
berjumlah seratus orang laki-laki.
10.
Memasuki Kota
Madinah
Seusai shalat Jum'at, Nabi memasuki kota
al-Madinah. Dan sejak hari itu, kota Yatsrib dinamakan dengan Madinatur Rasul
(kota Rasulullah) yang kemudian diungkapkan dengan Madinah supaya lebih
ringkas. Hari itu adalah hari bersejarah yang amat agung. Rumah-rumah dan
jalan-jalan ketika itu bergemuruh dengan pekikan Tahmid dan Taqdis (penyucian).
Putri-putri kaum Anshar menya-nyikan bait-bait puisi berikut sebagai ekspresi
kegembiraan dan keriangan.
طَلَعَ الْبَدْرُ عَلَيْنَا , مِنْ لَنِيَّةِ الْوَدَاعِ , وَجَبَ الشَّكْرُ عَلَيْنَا , مَا دَعَا لِلَّهِ دَاع , أَيُّهَا الْمَبْعُوثُ فِينَا , جِئْتَ بِالْأَمْرِ الْمُطَاعِ
Bulan Purnama muncul di hadapan kita
Dari jalan di sela-sela bukit Wada'
Kita wajib bersyukur karenanya Atas apa
yang kepada Allah dipanjatkannya, Wahai orang yang diutus kepada kami Engkau
telah membawa perkara yang dita'ati.
Sekalipun orang-orang Anshar bukan
orang-orang yang serba berkecukupan (kaya raya) namun masing-masing individu
berharap rumahnya disinggahi oleh Rasulullah. Saat melewati satu per-satu rumah
orang-orang Anshar, mereka mengambil tali onta beliau, begitu juga perbekalan,
perlengkapan, senjata dan tameng. Setiap mereka lakukan demikian, beliau selalu
berkata kepada mereka, "Biarkan ia lewat karena ia telah diperintahkan
(sesuai kehendak Allah.)." Onta tersebut masih saja berjalan bersama
Rasulullah yang menungganginya hingga mencapai lokasi masjid Nabawi sekarang
ini, lalu ia duduk sementara beliau belum turun darinya hingga ia bangkit lagi
dan berjalan sedikit lagi, kemudian ia menoleh lantas kembali lagi dan duduk di
posisi semula. Barulah beliau turun darinya. Itu adalah kediaman Bani
an-Najjar, keluarga ibu kakek beliau (Abdul Muthalib). Hal tersebut merupakan
taufiq Allah kepada sang onta. Karena sesungguhnya beliau sangat ingin singgah
di rumah kerabatnya tersebut agar dapat menghormati mereka dengan hal itu.
Orang-orang menawari Rasulullah agar singgah di kediaman mereka. Lalu Abu Ayyub
al-Anshari bergegas mengambil perbekalan milik beliau dan membawanya masuk ke
rumahnya. Maka, Rasulullah berkata, "Seseorang selalu bersama
perbekalannya." Lantas datanglah As'ad bin Zurarah seraya mengambil
kendali ontanya dan selanjutnya onta tersebut bersamanya.
Demikianlah Rasulullah sampai di kota
Yastrib dan sekarang kota Madinah dengan selamat. Walhamdulillah.
-----000-----
Sumber: Arahikul makhtum Syaikh Shyafiyurrahman
al-Mubarakfuri, dll.
Sragen 03-11-2025
Abu Ibrahim Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar