BAB 4
MACAM-MACAM SYIRIK BESAR.
SOAL:
12
HUKUM
THAWAF
س ١٢ - هَلْ
تَطُوْفُ بِالْقُبُورِ لِلتَّقَرُّبِ بِهَا ؟
Soal
12: Apakah kita boleh melakukan thawaf di kuburan-kuburan untuk mendekatkan
diri kepada Alloh dengan perbuatan tersebut?
ج ١٢ - لا
تَطُوفُ إِلَّا بِالْكَعْبَةِ.
Jawab: Kita tidak boleh melakukan
thowaf melainkan di Ka'bah.
قَالَ تَعَالَى
:
Allah ta’ala berfirman:
{
وَلْيَطَّوَّفُوْا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ } سورة الحج :٢٠
"Dan
hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua
itu
(Baitullah)." (Surat Al-Hajj ayat 29)
و قال ﷺ:
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ سَبْعًا وَصَلَّى
رَكْعَتَيْنِ كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ) صحيح رواه ابن ماجه.
"Barangsiapa
yang melakukan thawaf sekeliling Ka'bah sebanyak 7 kali dan shalat dua rakaat,
maka seakan-akan ia telah membebaskan seorang budak." (Hadits shahih
riwayat ibnu Majah)
-----000-----
Penjelasan:
1. Thawaf
merupakan ibadah yang agung.
Allah
ta’ala berfirman:
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً
لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ
وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ
لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ.
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan
rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan
jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan
kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang
thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.” (QS Al-Baqarah [2]: 125).
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ
الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ.
Disyariatkan Thawaf di Ka’bah dan
antara Shafa dan Marwa (Sa’i) serta melempar jumrah untuk menegakkan
dzikrullah. (HR. Ahmad 24351, Abu Dawud 1888, al-Baihaqi 3787, dihasankan Syaikh
Syu’aib al- Arnauth di dalam Musnad Ahmad 24512).
Adapun syarat-syarat thawaf yaitu:
1) Suci dari hadats besar
dan kecil.
Hal ini
didasarkan pada sabda Nabi:
لَا يَقْبَلُ صَلَاةً بِغَيْرِ طُهُورٍ
وَلَا صَدَقَةً مِنْ غُلُولٍ.
“Allah tidak menerima shalat tanpa
thaharah (bersuci), dan tidak menerima sedekah dari hasil ghulul (harta khianat atau korupsi).” (HR. ath-Tirmidzi 1,
Ibnu Majah 274, Ahmad 5419, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Irwa’
120).
Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
الطَّوَافُ حَوْلَ
البَيْتِ مِثْلُ الصَّلَاةِ إِلَّا أَنَّكُمْ تَتَكَلَّمُونَ فِيهِ فَمَنْ تَكَلَّمَ
فِيهِ فَلَا يَتَكَلَّمَنَّ إِلَّا بِخَيْرٍ.
“Thawaf di sekitar Ka‘bah itu seperti
shalat, hanya saja kalian boleh berbicara di dalamnya. Maka siapa yang
berbicara ketika thawaf, janganlah ia berbicara kecuali dengan perkataan yang
baik.” (HR. at-Tirmidzi 960, al-Bazar 4853, dishahihkan Syaikh al-Albani di
dalam al-Misykah 2576).
2) Menutup aurat.
Allah berfirman:
يَا بَنِي ءَادَمَ خُذُوا
زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِد.
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid.” (QS. Al-A'raaf[7]: 31).
Dan berdasarkan
hadits Rasulullah :
أَنَّ أَبَا
هُرَيْرَةَ قَالَ: بَعَثَنِي أَبُو بَكْرٍ فِي تِلْكَ الحَجَّةِ فِي مُؤَذِّنِينَ يَوْمَ
النَّحْرِ نُؤَذِّنُ بِمِنًى: أَنْ لاَ يَحُجَّ بَعْدَ العَامِ مُشْرِكٌ وَلاَ
يَطُوفَ بِالْبَيْتِ عُرْيَانٌ.
Bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
berkata: “Abu Bakar mengutusku pada haji tersebut bersama para muadzin pada
hari Nahr, kami menyerukan di Mina: ‘Mulai tahun ini, tidak boleh lagi ada
orang musyrik yang berhaji, dan tidak boleh thawaf di Baitullah dalam keadaan
telanjang.” (HR. al-Bukhari 369, Muslim 1347).
3) Melakukan
thawaf tujuh kali sempurna.
Melakukan thawaf tujuh kali putaran
sempurna, karena Nabi melakukannya tujuh kali putaran, sebagaimana yang
ditegaskan Ibnu Umar, "datang ke Mekkah, lalu thawaf di Baitullah tujuh
kali putaran dan shalat di belakang maqam Ibrahim dua raka'at, melakukan sa'i
antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali; dan sungguh pada diri Rasulullah
itu terdapat suri tauladan yang baik bagi kalian." Dengan demikian
perbuatan, Rasulullah ini sebagai penjelasan bagi firman Allah Ta'ala:
وَلْيَطَّوْفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ.
"Dan
hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).
(QS. al-Hajj [22]: 29).
4) Memulai
thawaf dari Hajar Aswad.
Dari
Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:
عَنْ جَابِرِ
بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ مَكَّةَ أَتَى الْحَجَرَ فَاسْتَلَمَهُ ثُمَّ مَشَى عَلَى
يَمِينِهِ فَرَمَلَ ثَلَاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا.
“Ketika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam datang ke Makkah, beliau mendatangi Hajar Aswad lalu
menyentuhnya (istilam), kemudian berjalan di sebelah kanannya. Lalu beliau
berlari-lari kecil (ramal) pada tiga putaran dan berjalan biasa pada empat
putaran.” (HR. Muslim 1218).
5) Hendaknya thawaf dilakukan di luar baitullah.
Allah ta’ala berfirman:
وَلْيَطَّوْفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ.
"Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua
itu (Baitullah). (QS. al-Hajj [22]: 29).
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْحِجْرُ مِنَ الْبَيْتِ.
“Hijr Isma‘il itu termasuk bagian dari Ka‘bah.” (HR. ath-Tabrani al-Mu’jam
al-Kabir 10988, shahih Ibnu Huzaimah 3018).
6) Harus berurutan langsung.
Hal
ini sebagaimana thawah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ
“Ambillah
dariku cara manasik kalian.” (Shahih Irwa’ al-Ghalil 9524). (lihat pula al-Wajiz, Syaikh Abul ‘Adhim al-Badawi).
2. Jenis-jenis thawaf.
1) Pertama: Thawaf Qudum
Thawaf qudum biasa juga
disebut thawaf wurud atau thawaf tahiyyah.
Hukumnya adalah sunnah bagi
orang yang mendatangi Makkah sebagai bentuk penghormatan kepada Baitullah.
2) Kedua: Thawaf Ifadhah
Thawaf yang satu ini
merupakan salah satu
rukun haji yang telah disepakati. Setelah dari ‘Arafah, mabit
di Muzdalifah lalu ke Mina pada hari ‘ied, lalu melempar jumrah, lalu nahr dan
menggunduli kepala lalu thawaf keliling ka’bah untuk melaksanakan thawaf ifadhah
ini.
3) Thawaf Wada’
Thawaf wada’ biasa
disebut thawaf akhirul ‘ahd.
Menurut jumhur (mayoritas ulama), hukum thawaf seperti ini adalah wajib.
4) Thawaf ‘Umrah
Thawaf ‘umrah merupakan di antara rukun
‘umrah. Pertama kali setelah orang berihram untuk ‘umrah, maka ia melakukan thawaf
ini dan tidak mengakhirkannya.
5) Thawaf Nadzar
Hukumnya adalah wajib dilakukan sewaktu-waktu.
6) Thawaf Tahiyyatul Masjidil Haram
Ini hukumnya sunnah bagi setiap orang yang
memasuki masjidil haram
7) Thawaf Tathawwu’ (Sunnah)
Yang termasuk thawaf ini adalah thawaf tahiyyatul masjidil haram di atas yaitu dilakukan ketika
masuk Masjidil Haram.
3 Tidak
boleh thawaf mengusap-usap Kiswah dengan anggapan biar mendapat kemuliaan atau
berkah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ
فَهُوَ رَدٌّ, وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ
عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ .
“Barang siapa yang membuat perkara
baru dalam urusan agama yang tidak ada perintah dari kami maka tertolak.” Dalam
riwayat Muslim, “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada
perintahnya dari kami, maka tertolak.” (HR. Bukhari 2697, Muslim 1718).
فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَإِنَّ كُلَّ
بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
“Karena setiap perkara yang baru
(yang diada-adakan dalam perkara agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah
sesat.” (HR. Ahmad 17144, Ibnu Majah 42, Abu Dawud 4607 dishahihkan Syaikh
al-Albani di dalam as-Shahihah 937).
4 Tidak
boleh thawaf selain di Ka'bah.
Allah
ta’ala berfirman:
ثُمَّ لْيَقْضُوْا تَفَثَهُمْ وَلْيُوْفُوْا
نُذُوْرَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوْا بِالْبَيْتِ الْعَتِيْقِ .
“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan
kotoran yang ada di badan mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka, dan melakukan
tawaf di sekeliling al-Bait al-‘Atiq (Baitullah).” (QS. Al-Hajj[22]:29).
Thawaf
yang menyelisihi Sunnah dan bisa menjerumuskan ke dalam kesyirikan:
1) Thawaf
di Karbala, seperti sebagian orang Syi’ah
2) Thawaf
mengelilingi benteng, seperti yang ada di Jogja, mereka thawah dan tidak boleh
berbicara.
3) Thawah
mengelilingi pohon.
4) Thawaf
mengelilingi desa.
5) Thawaf
mengelilingi sumur.
Seperti di Pati, Desa Kuryokalangan, kec. Gabus, Kab. Pati.
6) Thawaf
mengelilingi kuburan, dan lain-lain.
Orang yang melakukan thawaf di selain Kakbah bisa terjerumus
kepada kebid’ahan dan bahkan syirik jika diyakini dapat mendatangkan manfaat
dan madharat dari selain Allah.
Allah ta’ala berfirman:
وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا
يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.
“Dan janganlah kamu
menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat
kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka
Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim." (QS
Yunus[10]:106).
5. Keutamaaan thawaf di Ka'bah adalah
seperti memerdekakan budak.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ سَبْعًا وَصَلَّى
رَكْعَتَيْنِ كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ) صحيح رواه ابن ماجه.
"Barangsiapa
yang melakukan thawaf sekeliling Ka'bah sebanyak 7 kali dan shalat dua rakaat,
maka seakan-akan ia telah membebaskan seorang budak." (HR. Ibnu Majah 2956,
dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam as- Shahihah 2725).
Demikianlah
semoga bermanfaat. Aamiin.
-----000-----
Sragen
18-11-2025
Abu
Ibrahim Junaedi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar