Senin, 24 November 2025

BAB 4 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 12 HUKUM THAWAF

 


BAB 4

MACAM-MACAM SYIRIK BESAR.

SOAL: 12

HUKUM THAWAF 

 

س ١٢ - هَلْ تَطُوْفُ بِالْقُبُورِ لِلتَّقَرُّبِ بِهَا ؟

Soal 12: Apakah kita boleh melakukan thawaf di kuburan-kuburan untuk mendekatkan diri kepada Alloh dengan perbuatan tersebut?

ج ١٢ - لا تَطُوفُ إِلَّا بِالْكَعْبَةِ.

Jawab: Kita tidak boleh melakukan thowaf melainkan di Ka'bah.

قَالَ تَعَالَى :

Allah ta’ala berfirman:

{ وَلْيَطَّوَّفُوْا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ } سورة الحج :٢٠

"Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua

itu (Baitullah)." (Surat Al-Hajj ayat 29)

و قال :

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ سَبْعًا وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ) صحيح رواه ابن ماجه.

"Barangsiapa yang melakukan thawaf sekeliling Ka'bah sebanyak 7 kali dan shalat dua rakaat, maka seakan-akan ia telah membebaskan seorang budak." (Hadits shahih riwayat ibnu Majah)

-----000-----

 

Penjelasan:

 

1.   Thawaf merupakan ibadah yang agung.

Allah ta’ala berfirman:

وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ.

“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i’tikaf, yang ruku’ dan yang sujud.” (QS Al-Baqarah [2]: 125).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَبَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللَّهِ.

Disyariatkan Thawaf di Ka’bah dan antara Shafa dan Marwa (Sa’i) serta melempar jumrah untuk menegakkan dzikrullah. (HR. Ahmad 24351, Abu Dawud 1888, al-Baihaqi 3787, dihasankan Syaikh Syu’aib al- Arnauth di dalam Musnad Ahmad 24512).

Adapun syarat-syarat thawaf yaitu:

1)  Suci dari hadats besar dan kecil.

 

Hal ini didasarkan pada sabda Nabi:

لَا يَقْبَلُ صَلَاةً بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةً مِنْ غُلُولٍ.

“Allah tidak menerima shalat tanpa thaharah (bersuci), dan tidak menerima sedekah dari hasil ghulul (harta khianat  atau korupsi).” (HR. ath-Tirmidzi 1, Ibnu Majah 274, Ahmad 5419, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Irwa’ 120).

Dari Ibnu Abbas bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الطَّوَافُ حَوْلَ البَيْتِ مِثْلُ الصَّلَاةِ إِلَّا أَنَّكُمْ تَتَكَلَّمُونَ فِيهِ فَمَنْ تَكَلَّمَ فِيهِ فَلَا يَتَكَلَّمَنَّ إِلَّا بِخَيْرٍ.

“Thawaf di sekitar Ka‘bah itu seperti shalat, hanya saja kalian boleh berbicara di dalamnya. Maka siapa yang berbicara ketika thawaf, janganlah ia berbicara kecuali dengan perkataan yang baik.”  (HR. at-Tirmidzi 960,  al-Bazar 4853, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam al-Misykah 2576).

2)  Menutup aurat.

Allah berfirman:

يَا بَنِي ءَادَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِد.

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid.” (QS. Al-A'raaf[7]: 31).

Dan berdasarkan hadits Rasulullah :

أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ: بَعَثَنِي أَبُو بَكْرٍ فِي تِلْكَ الحَجَّةِ فِي مُؤَذِّنِينَ يَوْمَ النَّحْرِ نُؤَذِّنُ بِمِنًى: أَنْ لاَ يَحُجَّ بَعْدَ العَامِ مُشْرِكٌ وَلاَ يَطُوفَ بِالْبَيْتِ عُرْيَانٌ.

Bahwa Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Abu Bakar mengutusku pada haji tersebut bersama para muadzin pada hari Nahr, kami menyerukan di Mina: ‘Mulai tahun ini, tidak boleh lagi ada orang musyrik yang berhaji, dan tidak boleh thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang.” (HR. al-Bukhari 369, Muslim 1347).

3)  Melakukan thawaf tujuh kali sempurna.

Melakukan thawaf tujuh kali putaran sempurna, karena Nabi melakukannya tujuh kali putaran, sebagaimana yang ditegaskan Ibnu Umar, "datang ke Mekkah, lalu thawaf di Baitullah tujuh kali putaran dan shalat di belakang maqam Ibrahim dua raka'at, melakukan sa'i antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali; dan sungguh pada diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik bagi kalian." Dengan demikian perbuatan, Rasulullah ini sebagai penjelasan bagi firman Allah Ta'ala:

وَلْيَطَّوْفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ.

"Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (QS. al-Hajj [22]: 29).

4)  Memulai thawaf dari Hajar Aswad.

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا قَدِمَ مَكَّةَ أَتَى الْحَجَرَ فَاسْتَلَمَهُ ثُمَّ مَشَى عَلَى يَمِينِهِ فَرَمَلَ ثَلَاثًا وَمَشَى أَرْبَعًا.

 

“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Makkah, beliau mendatangi Hajar Aswad lalu menyentuhnya (istilam), kemudian berjalan di sebelah kanannya. Lalu beliau berlari-lari kecil (ramal) pada tiga putaran dan berjalan biasa pada empat putaran.” (HR. Muslim 1218).

5)  Hendaknya thawaf dilakukan di luar baitullah.

Allah ta’ala berfirman:

وَلْيَطَّوْفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ.

"Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). (QS. al-Hajj [22]: 29).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الْحِجْرُ مِنَ الْبَيْتِ.


“Hijr Isma‘il itu termasuk bagian dari Ka‘bah.” (HR. ath-Tabrani al-Mu’jam al-Kabir 10988, shahih Ibnu Huzaimah 3018).

6)  Harus berurutan langsung.

Hal ini sebagaimana thawah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

خُذُوا عَنِّي مَنَاسِكَكُمْ

“Ambillah dariku cara manasik kalian.” (Shahih Irwa’ al-Ghalil 9524).  (lihat pula al-Wajiz, Syaikh Abul ‘Adhim al-Badawi).

2.   Jenis-jenis thawaf.

1)  Pertama: Thawaf Qudum

Thawaf qudum biasa juga disebut thawaf wurud atau thawaf tahiyyah. Hukumnya adalah sunnah bagi orang yang mendatangi Makkah sebagai bentuk penghormatan kepada Baitullah.

 

2)  Kedua: Thawaf Ifadhah

Thawaf yang satu ini merupakan salah satu rukun haji yang telah disepakati. Setelah dari ‘Arafah, mabit di Muzdalifah lalu ke Mina pada hari ‘ied, lalu melempar jumrah, lalu nahr dan menggunduli kepala lalu thawaf keliling ka’bah untuk melaksanakan thawaf ifadhah ini.

 

3)  Thawaf Wada’

Thawaf wada’ biasa disebut thawaf akhirul ‘ahd. Menurut jumhur (mayoritas ulama), hukum thawaf seperti ini adalah wajib.

4)  Thawaf ‘Umrah

Thawaf ‘umrah merupakan di antara rukun ‘umrah. Pertama kali setelah orang berihram untuk ‘umrah, maka ia melakukan thawaf ini dan tidak mengakhirkannya.

5)  Thawaf Nadzar

Hukumnya adalah wajib dilakukan sewaktu-waktu.

6)  Thawaf Tahiyyatul Masjidil Haram

Ini hukumnya sunnah bagi setiap orang yang memasuki masjidil haram

7)  Thawaf Tathawwu’ (Sunnah)

Yang termasuk thawaf ini adalah thawaf tahiyyatul masjidil haram di atas yaitu dilakukan ketika masuk Masjidil Haram.

3      Tidak boleh thawaf mengusap-usap Kiswah dengan anggapan biar mendapat kemuliaan atau berkah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ,  وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ .

“Barang siapa yang membuat perkara baru dalam urusan agama yang tidak ada perintah dari kami maka tertolak.” Dalam riwayat Muslim, “Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka tertolak.” (HR. Bukhari 2697, Muslim 1718).

فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ, وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.

“Karena setiap perkara yang baru (yang diada-adakan dalam perkara agama) adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Ahmad 17144, Ibnu Majah 42, Abu Dawud 4607 dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam as-Shahihah 937).

4      Tidak boleh thawaf selain di Ka'bah.

Allah ta’ala berfirman:

ثُمَّ لْيَقْضُوْا تَفَثَهُمْ وَلْيُوْفُوْا نُذُوْرَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوْا بِالْبَيْتِ الْعَتِيْقِ .

 

“Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada di badan mereka, menyempurnakan nazar-nazar mereka, dan melakukan tawaf di sekeliling al-Bait al-‘Atiq (Baitullah).” (QS. Al-Hajj[22]:29).

Thawaf yang menyelisihi Sunnah dan bisa menjerumuskan ke dalam kesyirikan:

1)   Thawaf di Karbala, seperti sebagian orang Syi’ah

2)   Thawaf mengelilingi benteng, seperti yang ada di Jogja, mereka thawah dan tidak boleh berbicara.

3)   Thawah mengelilingi pohon.

4)   Thawaf mengelilingi desa.

5)   Thawaf mengelilingi sumur.

Seperti di Pati, Desa Kuryokalangan, kec. Gabus, Kab. Pati.

6)   Thawaf mengelilingi kuburan, dan lain-lain.

Orang yang melakukan thawaf di selain Kakbah bisa terjerumus kepada kebid’ahan dan bahkan syirik jika diyakini dapat mendatangkan manfaat dan madharat dari selain Allah.

Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ.

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim." (QS Yunus[10]:106).

5. Keutamaaan thawaf di Ka'bah adalah seperti memerdekakan budak.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ سَبْعًا وَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَ كَعِتْقِ رَقَبَةٍ) صحيح رواه ابن ماجه.

"Barangsiapa yang melakukan thawaf sekeliling Ka'bah sebanyak 7 kali dan shalat dua rakaat, maka seakan-akan ia telah membebaskan seorang budak." (HR. Ibnu Majah 2956, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam as- Shahihah 2725).

Demikianlah semoga bermanfaat. Aamiin.

 

-----000-----

 

Sragen 18-11-2025

Abu Ibrahim Junaedi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BAB 4 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 12 HUKUM THAWAF

  BAB 4 MACAM-MACAM SYIRIK BESAR. SOAL: 12 HUKUM THAWAF    س ١٢ - هَلْ تَطُوْفُ بِالْقُبُورِ لِلتَّقَرُّبِ بِهَا ؟ Soal 12: Apak...