Rabu, 12 November 2025

RISALAH ANAK.

 


RISALAH ANAK.

1.   Bersyukur Dengan Pemberian Anak.

Allah ta’ala berfirman:

لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ. أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيمًا إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ.

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Asy-Syura[42]:49-50).

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ . يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ.

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)?. Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS. AN-Nahl[16]:58-59).

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, dia berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ لَهُ ثَلَاثُ بَنَاتٍ وَصَبَرَ عَلَيْهِنَّ وَكَسَاهُنَّ مِنْ جِدَتِهِ كُنَّ لَهُ حِجَابًا مِنَ النَّارِ.

“Barangsiapa memiliki tiga orang anak perempuan, lalu dia bersabar dalam menghadapinya serta memberikan pakaian kepadanya dari hasil usahanya, maka anak-anak itu akan menjadi dinding pemisah baginya dari siksa Neraka.” (HR. Bukhari dalam kitab al-Adaabul Mufrad 76, Tirmidzi 1916, Ahmad 8425 dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam Ash-Shahihah 294, 1027).

2.   Memberi Nama Yang Baik.

Dari Samurah bin Jundub, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

orang Arab mengatakan:

لِكُلِّ مُسَمَّى مِنْ اِسْمِهِ نَصِيْبٌ.

“Setiap orang akan mendapatkan pengaruh dari nama yang diberikan padanya.”

Dari sahabat Ibnu Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ أَسْمَائِكُمْ إِلَى اللهِ عَبْدُ اللهِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ

“Sesungguhnya nama kalian yang paling dicintai di sisi Allah adalah ‘Abdullah dan ‘Abdurrahman.”(HR. Muslim 2132, Al-Baihaqi 376, Al-Hakim 7719).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang penggunaan nama-nama yang buruk serta jelek maknanya.

أَخْنَى الْأَسْمَاءِ عِنْدَ اللَّهِ رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الْأَمْلَاكِ.

“Nama yang paling buruk di sisi Allah pada hari Kiamat adalah seseorang bernama dengan nama ‘Malikal Amlaak’ (rajanya para raja). ” (HR. Bukhari 6205, Muslim 2143).

Dari umul mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُغَيِّرُ الِاسْمَ القَبِيحَ.

“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam merubah nama yang buruk menjadi nama yang baik.” (HR. Tirmidz 2839, dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah 207).

Sebuah kisah, pernah suatu ketika ada seorang bapak yang mengeluh kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu mengenai anaknya yang durhaka. Orang itu mengatakan bahwa putranya selalu berkata kasar kepadanya dan sering kali memukulnya. Maka, Umar pun memanggil anak itu dan memarahinya.

“Celaka engkau! Tidakkah engkau tahu bahwa durhaka kepada orangtua adalah dosa besar yang mengundang murka Allah? Bentak Umar.

“Tunggu dulu, wahai Amirul Mukminin. Jangan tergesa-gesa mengadiliku. Jikalau memang seorang ayah memiliki hak terhadap anaknya, bukankah anak juga punya hak terhadap ayahnya?” Tanya si anak.

“Benar,” jawab Umar. “Lantas, apa hak anak terhadap ayahnya tadi?” lanjut si Anak.

“Ada tiga,” jawab Umar.

“Pertama, hendaklah ia memilih calon ibu yang baik untuk putranya.”

“Kedua, hendaklah ia menamainya dengan nama yang baik.”

“Ketiga, hendaklah ia mengajarinya al-Quran.”

Maka, Anak mengatakan, “Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak pernah melakukan satu pun dari tiga hal tersebut. Ia tidak memilih calon ibu yang baik bagiku, ibuku adalah hamba sahaya jelek berkulit hitam yang dibelinya dari pasar seharga dua dirham, lalu malamnya ia gauli sehingga ia hamil mengandungku. Setelah aku lahir ayahkupun menamaiku dengan Ju’al (Ju’al adalah sejenis kumbang yang selalu bergumul pada kotoran hewan).  dan ia tidak pernah mengajariku menghafal al-Quran walaupun seayat.”

“Pergi sana! Kaulah yang mendurhakainya sewaktu kecil, pantas kalau ia durhaka kepadamu sekarang,” bentak Umar kepada Ayah tersebut. (Disadur dari kuthbah Syaikh Dr. Muhammad Al-Arifi, Mas’uliyatur Rajul fil Usrah. Lihat pula Ibunda Para Ulama, Sufyan bin Fuad Baswedan, hal. 9-10.)

Adapun terkait dengan nama sebagai berikut:

1)  Waktu pemberian nama.

Waktu pemberian namalonggar bisa setelah dia lahir atau hari ketujuh.

Pada hari kelahirannya.

Dari Sahl bin Sa‘d as-Sa‘idi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata

أُتِيَ بِالْمُنْذِرِ بْنِ أَبِي أُسَيْدٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ وُلِدَ فَوَضَعَهُ عَلَى فَخِذِهِ وَأَبُو أُسَيْدٍ جَالِسٌ فَلَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشَيْءٍ بَيْنَ يَدَيْهِ فَأَمَرَ أَبُو أُسَيْدٍ بِابْنِهِ فَاحْتُمِلَ مِنْ فَخِذِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَاسْتَفَاقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: «أَيْنَ الصَّبِيُّ» فَقَالَ أَبُو أُسَيْدٍ: قَلَبْنَاهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ, قَالَ: مَا اسْمُهُ, قَالَ: فُلاَنٌ, قَالَ: وَلَكِنْ أَسْمِهِ المُنْذِرَ, فَسَمَّاهُ يَوْمَئِذٍ المُنْذِرَ

Seorang bayi bernama Al-Mundzir bin Abi Usayd pada hari kelahirannya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memangkunya di atas pahanya, sementara AbU Usayd—ayah si bayi—duduk di sisi beliau. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperhatikan sesuatu di hadapan beliau, lalu bayi itu diangkat dari pangkuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Di mana bayi itu?” Maka Abu Usayd menjawab: “Kami ambil, wahai Rasulullah.” Beliau bertanya: “Siapa namanya?” Abu Usayd menjawab: “Fulan.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidak, namanya (yang tepat) adalah Al-Mundzir.” (HR. Bukhari 6191).

Adapun pemberian nama pada hari ke tujuh berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:

كُلُّ غُلاَمٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى .

“Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, digundul rambutnya dan diberi nama.” (HR. Abu Daud 2838, An Nasai 4220, Ibnu Majah 3165, Ahmad 20256. Dishahihkan Syaikh al-Albani di dalam shahih Ibnu Majah 3165, Irwa’ 1165).

Hal ini seperti fatwa-fatwa yang disebutkan para ulama.(Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah Wal Ifta).

2)  Sebaiknya mufrad (Tunggal)

 

Syaikh Abdullah bin Jibrin berkata:

هَذِهِ أَسْمَاءٌ جَدِيدَةٌ لَمْ تَكُنْ مَعْرُوفَةً فِيمَا سَبَقَ وَالْأَصْلُ الْأَسْمَاءُ الْمُفْرَدَةُ أَوِ الْمُضَافَةُ كَعَبْدِ اللهِ وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ أَوْ زَيْنِ الْعَابِدِينَ وَنَحْوِهِ, فَأَمَّا الْأَسْمَاءُ الْمَبْدُوءَةُ بِمُحَمَّدٍ كَمُحَمَّدٍ أَمِينٍ وَمُحَمَّدٍ سَعِيدٍ فَهَذِهِ لَا أَصْلَ لَهَا فِيمَا نَعْلَمُ.

Nama-nama seperti ini adalah nama-nama baru yang tidak dikenal di masa-masa terdahulu. Asalnya, nama itu bersifat tunggal (mufrad) atau berbentuk idhafah, seperti Abdullah, Abdurrahman, atau Zainul Abidin dan semisalnya. Adapun nama-nama yang diawali dengan kata “Muhammad”, seperti Muhammad Amin atau Muhammad Sa’id, ini tidak ada asalnya sebagaimana yang kami ketahui. https://islamqa.info/ar/answers/256964

3)   Bisa menambah dengan kunyah abu atau ibnu atau daerah.

Nabi. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu ia berkata:

كَانَ النَبِيُّ صلى الله عليه وسلمأَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا, وَكَانَ لِيْ أَخٌ يُقَالُ لَهُ أَبُوْ عُمَيْرٍ, قَالَ أَحْسَبُهُ فَطِيْمٌ, وَكَانَ إِذَا جَاءَ قَالَ: يَا أَبَا عُمَيْرٍ مَا فَعَلَ نُغَيْرٌ .

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya. Aku memiliki saudara yang biasa dipanggil Abu Umair. Apabila Rasulullah shallallahu‘ alaihi wa sallam datang, beliau memanggilnya, “Wahai Abu Umair apa yang sedang dilakukan oleh si Nughair (burung peliharaannya)?’” (HR. Bukhari no. 6203, Muslim no. 215)

Jika kurang panjang bisa ditambah dengan nama bapaknya.

4)   Nama-nama yang tidak boleh.

a)   Nama dari barat yang merupakan nama khusus untuk orang kafir.

b)  Contoh nama tersebut: Imanuel, George, Robert, Susan, Alberto, Diana, Susan. Nama-nama seperti ini haram digunakan dan sudah seharusnya untuk diganti dengan nama yang Islami.

c)    Bagaimana mau membedakan muslim dan kafir, jika seorang anak diberi nama dengan nama yang jelas-jelas itu nama orang kafir?

d)   Nama islam yang tidak dibolehkan.

Dari Muhammad bin ‘Amru bin ‘Atha dia berkata, “Aku menamai anak perempuanku ‘Barrah’ (yang artinya: baik). Maka Zainab binti Abu Salamah berkata kepadaku, ‘Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang memberi nama anak dengan nama ini. Dahulu namaku pun Barrah, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ

Janganlah kamu menganggap dirimu telah suci, Allah Ta’ala-lah yang lebih tahu siapa saja sesungguhnya orang yang baik atau suci di antara kamu.” Para sahabat bertanya, “Lalu nama apakah yang harus kami berikan kepadanya? Beliau menjawab, “Namai dia Zainab.” (HR. Muslim no. 2142).

e)   Nama yang merupakan nama berhala yang disembah selain Allah.

Seperti: Laata, ‘Uzza, Isaf, Nailah, Hubal.

f)     Kedua: Memberi nama dengan nama-nama yang menimbulkan syahwat. Seperti: Fatin (wanita penggoda), Syadi atau Syadiyah (biduanita).

g)   Ketiga: Memberi nama dengan nama orang fasiq (yang gemar maksiat). Seperti: Madona, Britney.

h)  Keempat: Memberi nama yang menunjukkan dosa dan maksiat. Seperti: Zhalim.

i)      Kelima: Memberi nama dengan nama-nama orang yang terkenal sombong. Seperti: Fir’aun, Haamaan, Qorun.

j)      Keenam: Memberi nama dengan nama yang sedih. Seperti: Hazn (sedih), Zahm (sempit).

k)   Ketujuh: Memberi nama dengan nama-nama hewan. Seperti: Himar (keledai), Kalb atau Kulaib (anjing), Bagong.

l)      Kedelapan: Memberi nama dengan nama yang disandarkan pada lafazh “ad diin” dan “al islam”.

m)                       Seperti: saifullah (pedang Allah) Muhyiddin (yang menghidupkan agama), Nuruddin (cahaya agama), Dhiyauddin (cahaya agama), Syamsuddin (cahaya agama), Qomaruddin (cahaya agama), Saiful Islam (pedang Islam), Nurul Islam (cahaya Islam).

Semoga bermanfaat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



 

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

RISALAH ANAK.

  RISALAH ANAK. 1.    Bersyukur Dengan Pemberian Anak. Allah ta’ala berfirman: لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا ي...