Sabar di dalam berdakwah dan gangguan dakwah.
Berdakwah adalah amalan yang sanagat mulia, hendaknya menguatkan podasi dakwah dengan ilmu dan manhaj (Metode di dalam memahami agama) yang benar.
Allah ta’ala memuji para sahabat dimana salah satu sifat mereka adalah mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar.
Allah berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ.
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.”(QS. Al-Imran [3]:110).
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ.
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. AL-Imran[3]:104).
Syaikhul islam Ibnu Taimiyah berkata, amal ma’ruf nahi mungkar hendaknya memiliki tiga bekal:
1) Berilmu.
2) Bersikap lemah lembut.
3) Bersabar. ( Al-Amru bil makruf wa nahyu ‘anil mungkar).
Syaikh Muhamaad bin Shalih al-Utsaimin berkata: “Menjadi seorang da’i hendaknya memenuhi beberapa syarat berikut ini:
Pertama: hendaknya ia mengilmui apa yang ia dakwahkan.
Kedua: hendaknya ia memahami kondisi orang-orang yang didakwahi.
Ketiga: hendaknya bersikap hikmah dalam dakwahnya.
Keempat: hendaknya da’i memiliki akhlak yang baik dalam perkataan, perbuatan, dan penampilan. (Fatawa Nuurun ‘alad Darb, 2/24).
Bersabar dalam gangguan dakwah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu mendapatkan gangguan yang berat di dalam dakwahnya hingga sebagiannya disebutkan Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman:
لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ.
“Ketika mereka mendengar Al-Quran mereka berkata, ‘Dia (Muhammad) adalah benar-benar orang gila’.” (QS. Al-Qalam [68]: 51).
Al-Qur’an dianggap dongeng orang dulu.
وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ .
Dan mereka berkata: “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu..” (QS. Al-Furqon 25]: 5).
Mereka juga menyebut utusan Allah dengan tukang sihir.
Allah ta’ala berfirman:
وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ.
“Orang-orang kafir berkata, ‘Orang ini adalah penyihir yang banyak berdusta.”(QS Shad [38]: 4).
إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ .وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ.
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" (QS. Ash-Shaffat [37]: 35-36).
Abu Thalib berkali-kali didatangi orang-orang musyrik Makkah agar menghentikan dakwah keponakannya, sampai ingin menukar Imarah bin Al-Walid dengan Nabi Muhammad agar bisa membunuhnya, hal itu menjadikan Abu Thalib marah dan tidak membiarkannya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam gangguan mereka.
Rasulullah pernah berdakwah ke Tha’if, akan tetapi orang-orang Tha’if tidak mau menerima dakwah beliau bahkan beliau dilempari batu hingga berdarah-darah.
Demikianlah kesabaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam berdakwah, seharusnya diwarisi oleh setiap para da’i yang menyeru kepada Allah ta’ala. (Arrahiq al-Makhtum, Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfury).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar