BAHAYA MENCINTAI DUNIA
Mencintai dunia bukan hanya sebatas
harta, tetapi juga pangkat dan kedudukan, popularitas, serta kebanggaan terhadap
sanjungan.
Allah ta’ala berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ
مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ
وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ
الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).” (QS. Ali Imran[3]: 14).
Tidak boleh kita mementingkan dunia
dibandingkan akhirat.
Allah ta’ala berfirman:
بَلْ
تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا . وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى.
"Sedangkan kalian lebih memilih kehidupan dunia,
padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal". (QS. Al-A'la [87]: 16 – 17).
قُلْ
مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِمَنِ اتَّقَى.
“Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu
lebih baik bagi orang-orang bertakwa". (QS. An-Nisa' [4]: 77).
Cinta dunialah yang memakmurkan
Neraka dengan dipenuhi oleh para pelakunya. Zuhud terhadap dunialah yang
memakmurkan Surga dengan para pelakunya. Mabuk karena cinta dunia lebih
berbahaya daripada mabuk karena minum arak. Seorang yang mabuk karena cinta
dunia hanya akan sadar ketika ia berada di kegelapan lahat.
أَلْهَاكُمُ
التَّكَاثُرُ . حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ.
“Bermegah-megahan telah melalaikan
kamu, sampai kamu masuk
ke dalam kubur.” (At-Takatsur[102]:1-2).
Yahya bin Mu'adz berkata, "Dunia
itu arak setan. Barangsiapa mabuk karenanya niscaya tidak akan sadar sampai ia
berada di antara orang-orang yang sudah mati, menyesal bersama orang-orang yang
merugi."
Malik bin Dinar berkata:
لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا
مِنْ ذَهَبٍ يَفْنَى ، وَالآخِرَةُ مِنْ خَزَفٍ يَبْقَى لَكَانَ الوَاجِبُ أَنْ يُؤْثِرَ
خَزَفٍ يَبْقَى عَلَى ذَهَبٍ يَفْنَى ، فَكَيْفَ وَالآخِرَةُ مِنْ ذَهَبِ يَبْقَى ،
وَالدُّنْيَا مِنْ خَزَفٍ يَفْنَى؟
“Seandainya dunia adalah emas yang
akan fana, dan akhirat adalah tembikar yang kekal abadi, maka tentu saja
seseorang wajib memilih sesuatu yang kekal abadi (yaitu tembikar) daripada emas
yang nanti akan fana. Padahal sejatinya akhirat adalah emas yang kekal abadi
dan dunia adalah tembikar yang nantinya fana.” (Lihat Fathul Qodir, Imam
Asy-Syaukani, 5:567-568)
Paling tidak, cinta dunia akan
melengahkan seseorang dari cinta kepada Allah dan berdzikir kepada-Nya. Nah,
barangsiapa dilengahkan oleh harta bendanya, dia termasuk dalam kelompok
orang-orang yang merugi. Dan hati, jika telah lalai dari dzikrullah, pasti akan
dikuasai setan dan disetir sesua kehendaknya. Setan akan menipunya sehingga ia
merasa telah mengerjakan banyak kebaikan, padahal ia baru melakukan sedikit
saja.
Abdullah bin Mas'ud berkata,
"Bagi semua orang dunia ini adalah tamu, dan harta itu adalah pinjaman.
Setiap tamu pasti akan pergi lagi dan setiap pinjaman pasti harus dikembalikan
Para ulama berkata, "Cinta dunia
itu pangkal segala kesalahan dan pasti merusak agama ditinjau dari berbagai
sisi:
Pertama, mencintainya akan mengakibatkan
mengagungkannya. Padahal di sisi Allah dunia ini sangatlah remeh. Adalah
termasuk dosa terbesar, mengagungkan sesuatu yang dianggap remeh oleh Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
أَيُّكُمْ يُحِبُّ
أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟» فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ،
وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: «أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ؟» قَالُوا: وَاللهِ
لَوْ كَانَ حَيًّا، كَانَ عَيْبًا فِيهِ، لِأَنَّهُ أَسَكُّ، فَكَيْفَ وَهُوَ
مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: «فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ، مِنْ هَذَا
عَلَيْكُمْ.
“Siapa diantara kalian yang berkenan
membeli ini seharga satu dirham?” Orang-orang berkata, “Kami sama sekali tidak
tertarik kepadanya. Apa yang bisa kami perbuat dengannya?” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau jika ini menjadi milik kalian?”
Orang-orang berkata, “Demi Allah, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia
cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati?” Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda Demi Allâh, sungguh, dunia itu lebih hina bagi Allâh
daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian.” (HR Muslim 2957, Ahmad 14930).
Kedua, Allah telah melaknat, memurkai, dan
mem- bencinya, kecuali yang ditujukan kepada-Nya. Barangsiapa mencintai sesuatu
yang telah dilaknat, dimurkai, dan dibenci oleh Allah berarti ia menyediakan
diri untuk mendapat siksa, kemurkaan Allah, dan juga kebencian-Nya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ
مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ
مُتَعَلِّمٌ
“Dunia itu terlaknat dan segala yang terkandung di dalamnya pun
terlaknat, kecuali orang yang berdzikir kepada Allah, yang melakukan ketaatan
kepada-Nya, seorang ‘alim atau penuntut ilmu syar’i.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah. Dalam Shohihul Jami’, Syaikh Al Albani mengatakan hadits
ini hasan).
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
مُحِبُّ الدُّنْيَا لَا
يَنْفَكُّ مِنْ ثَلَاثٍ : هَمٌّ لَازِمٌ ، وَتَعَبٌ دَائِمٌ ، وَحَسْرَةٌ لَا تَنْقَضِى.
Pecinta dunia tidak akan terlepas
dari tiga hal : kesedihan (kegelisahan) yang terus-menerus; kecapekan
(keletihan) yang berkelanjutan; dan penyesalan yang tidak pernah berhenti.
Ketiga, orang yang cinta dunia pasti
menjadikannya sebagai tujuan akhir dari
segalanya. Ia pun akan berusaha semampunya untuk mendapatkannya. Padahal
seharusnya ia melakukan itu untuk sampai kepada Allah, sampai ke akhirat. Ia
telah membalik urusan dan juga hikmah.
Dalam hal ini ada dua kesalahan:
Pertama, ia menjadikan sarana sebagai tujuan.
Kedua, ia berusaha mendapatkan dunia
dengan amalan akhirat. Bagaimanapun ini adalah sesuatu yang terbalik, keliru,
dan buruk. Hatinya benar-benar terbalik total. Allah berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ
الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَلَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا
يُبْخَسُونَ أُوْلَبِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ
مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
)
Barangsiapa menghendaki kehidupan
dunia dan perhiasan- nya, maka Kami penuhi balasan pekerjaan-pekerjaannya di dunia
dan mereka tidak akan dirugikan sedikitpun. Tetapi di akhirat tidak ada bagi
mereka bagian selain neraka. Dan sia- sialah apa-apa yang mereka perbuat di
dunia dan batallah apa-apa yang mereka amalkan. (Hud [11]: 15-16)
Hadits-hadits yang menjelaskan
tentang ini pun banyak. Salah satunya hadits Abu Hurairah, tentang tiga orang
yang pertama kali dijilat api Neraka. Yaitu orang yang berperang, orang yang
bersedekah, dan orang yang membaca Al-Qur'an. Mereka mengerjakan amalan itu
untuk mendapatkan dunia dan kekayaannya.
Begitulah, cinta dunia. Ia bisa
menghalangi seseorang dari pahala. Bisa merusak amal. Bahkan bisa menjadikannya
sebagai orang yang pertama kali masuk neraka.
Keempat, mencintai dunia akan menghalangi
seorang hamba dari aktivitas yang bermanfaat untuk kehidupan di akhirat. Ia
akan sibuk dengan apa yang dicintainya.
Sehubungan dengan ini manusia terbagi
menjadi beberapa tingkatan:
1) Ada di antara
mereka yang disibukkan oleh kecintaannya dari iman dan syariat.
2) Ada yang
disibukkan dari melaksanakan kewajiban-kewajibannya.
3) Ada yang
disibukkan, sehingga meninggalkan kewajiban yang menghalanginya untuk meraih
dunia, walaupun ia masih melaksanakan kewajiban yang lain.
4) Ada yang
disibukkan, sehingga tidak melaksanakan kewajiban dengan sebaik-baiknya.
Dikerjakan bukan pada waktu yang tepat.
5) Ada juga yang
disibukkan sehingga kewajiban yang dilaksanakan baru sekedar lahirnya saja.
Para pecinta dunia sangatlah jauh dari ibadah, lahir dan batin.
6) Paling tidak,
seorang pecinta dunia akan melalaikan hakikat kebahagiaan seorang hamba, yaitu
kosongnya hati selain untuk mencintai Allah dan diamnya lisan selain berdzikir
kepada-Nya. Juga, ketaatan hati dan lisan dengan Rabbnya.
Begitulah, kerinduan dan kecintaan
kepada dunia pasti membahayakan kehidupan akhirat. Demikian pula sebaliknya.
Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَحَبَّ دُنْيَاهُ
أَضَرَّ بِآخِرَتِهِ وَمَنْ أَحَبَّ آخِرَتَهُ أَضَرَّ بِدُنْيَاهُ فَآثِرُوا مَا يَبْقَى
عَلَى مَا يَفْنَى.
“Siapa yang begitu gila dengan dunianya, maka itu akan
memudaratkan akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan
mengurangi kecintaannya pada dunia. Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi
(akhirat) dari negeri yang akan fana (dunia).” (HR. Ahmad 19697. Syaikh Syu’aib
Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighairihi.)
Kelima, mencintai dunia menjadikan dunia
sebagai harapan terbesar seorang hamba. Anas bin Malik bahwa Rasulullah
bersabda: meriwayatkan,
Rasulullah sallallahu ‘alaihi w sallam
bersabda:
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ،
فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ
يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ، وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ
نِيَّتَهُ، جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ،
وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ .
“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia sebagai tujuannya, maka Allah
akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan dalam pandangannya,
dan dunia tidak datang kecuali apa yang Allah telah tetapkan baginya. Dan
barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan
menghimpunkan urusannya, menjadikan hatinya merasa cukup, dan dunia akan datang
dalam keadaan merendah.(HR. IBnu Majah 4105, dishahihkan Syaikh al-Bani di
dalam as-Shahihah 950).
Keenam, pecinta dunia adalah manusia dengan
adzab yang paling berat. Mereka disiksa di tiga negeri, di dunia, di barzakh,
dan di akhirat. Di dunia mereka diadzab dengan kerja keras untuk mendapatkannya
dan persaingan dengan orang lain.
Adapun di alam barzakh mereka diadzab
dengan perpisahan dengan kekayaan dunia dan kerugian yang nyata atas apa yang
mereka kerjakan.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ
، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ
، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ.
“Yang mengikuti mayit sampai ke kubur
ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang
mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga
dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.” (HR.
Bukhari 6514, Muslim, 2960).
Pecinta dunia diadzab di kuburnya dan
juga pada hari pertemuan dengan Rabb-nya. Allah berfirman:
فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ
وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُم بِهَا فِي الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ.
”Janganlah engkau takjub karena harta
dan anak-anak mereka. Sesungguhnya Allah menghendaki untuk menyiksa mereka
dengannya dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang
mereka dalam keadaan kafir.” ( QS. At-Taubah [9]: 55)
Menafsirkan ayat di atas, sebagian
ulama salaf berkata. "Mereka diadzab dengan jerih payah dan kerja keras
dalam mengumpulkannya. Nyawa mereka akan melayang karena cintanya. Dan mereka
menjadi kafir karena tidak menunaikan hak Allah sehubungan dengan kemegahan
dunia itu."
Ketujuh, orang yang rindu dan cinta kepada
dunia sehingga lebih mengutamakannya daripada akhirat adalah makhluk yang
paling bodoh, dungu, dan tidak berakal. Karena mereka mendahulukan khayalan
daripada sesuatu yang hakiki, mendahulukan impian daripada kenyataan, mendahulukan
kenikmatan sesaat daripada kenikmatan abadi, dan mendahulukan negeri yang fana
dari pada negeri yang kekal selamanya. Mereka menukar kehidupan yang kekal itu
dengan kenikmatan semu. Manusia yang berakal tentunya tidak akan tertipu dengan
hal semacam itu.
Sebagian salaf melantunkan sebait
syair:
يَا أَهْلَ لَذَّاتِ الدُّنْيَا
لَا بَقَاءَ لَهَا ... إِنَّ اغْتِرَارًا بِظِلَّ زَائِلٍ حُمْقُ
Wahai penghuni dunia yang akan habis
dan fana, Sungguh, tertipu oleh naungan yang bakal sirna adalah sebuah
ketololan.
Yunus bin Abdul A'la berkata,
"Dunia itu hanya bisa diibaratkan sebagai seorang laki-laki yang tertidur.
Dia bermimpi melihat hal-hal yang disukainya dan juga dibencinya, lalu ia
terbangun."
Sesuatu yang paling mirip dengan
dunia adalah bayang-bayang. Disangka memiliki hakikat yang tetap, padahal tidak
demikian. Dikejar untuk digapai, sudah pasti tidak akan per-nah sampai. Dunia
juga sangat mirip dengan fatamorgana. Orang yang kehausan menyangkanya sebagai
air, padahal jika ia mendekatinya ia tidak akan mendapati sesuatu pun. Justru
yang ia dapati adalah Allah dengan hisab-Nya, dan Allah sangat cepat hisab-Nya.
Mirip juga dengan seorang perempuan
tua yang sama sekali tidak cantik. Ia ingin menikah dan berdandan. Dipakainya
seluruh perhiasan. Ditutupinya segala kekurangan. Orang yang hanya memandang
tampilan luarnya pasti tertipu. la ingin seseorang menikahinya dengan mahar:
suaminya harus menceraikan akhirat. Sebab ia dan akhirat tidak mungkin bisa
bertemu, duduk bersama. Orang yang melamar pun lebih mengutamakannya seraya
berkata, "Tidak ada buruknya sama sekali orang yang telah berjumpa dengan
kekasihnya." Akhirnya setelah kerudung dan kain penutup disingkap.
tampaklah seluruh aib dan kekurangannya. Di antara orangyang menikahinya, ada
yang langsung menceraikannya, tetapi ada juga yang melanjutkannya. Dan malam
pengantin-pun berlangsung dengan berlaksa penyesalan.
Duhai, para penyeru telah berdiri
memanggil tiada henti. Para pekerja telah bekerja keras pagi, siang, sore, dan
malam dengan giatnya. Itu pun belum dirasa cukup dan mereka pun terbang untuk
memburunya. Di kala pulang semuanya mendapati diri tengah patah sayap, terkena
jeratnya. Semuanya berbaris-berjajar menghadap sang algojo.
-----000-----
Sumber: Tazkiyatun Nafs Dr. Ahmad Farid dengan beberapa
tambahan.
Junaedi Abdullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar